Anda di halaman 1dari 57

A.

Judul

PENGARUH PENGELOLAAN KELAS TERHADAP HASIL

BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS X

IPS DI SMA NEGERI 8 PONTIANAK

B. Latar Belakang

Pendidikan adalah karya bersama yang berlangsung dalam pola

kehidupan insani tertentu. Menurut Winkel (2011: 27) “pendidikan adalah

bantuan yang diberikan oleh orang dewasa kepada orang yang belum

dewasa, agar dia mencapai kedewasaan. Bantuan yang diberikan pendidik

berupa pendampingan, yang menjaga agar anak didik belajar hal-hal yang

positif”. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No. 20

tahun 2003 menyatakan “jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui

peserta didik untuk mengembangkan potensi diri dalam proses pendidikan

yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Dalam UU Sisdiknas pasal 13

menyebutkan jalur pendidikan terdiri dari pendidikan formal, non formal

dan informal. Alur pendidikan formal diformulasikan menjadi sekolah

yang terdiri dari tiga jenjang, yakni pendidikan dasar, menengah dan

pendidikan tinggi.

Sekolah sebagai pendidikan formal dikarenakan tempat

terlaksananya serangkaian kegiatan terencana dan terorganisasi termasuk

kegiatan dalam proses belajar mengajar di kelas. Kegiatan itu bertujuan

menghasilkan perubahan-perubahan positif didalam diri anak yang sedang

1
2

menuju kedewasaan. Proses belajar mengajar dikelas nantinya menjadi

ukuran kemahiran dan tingkat kemampuan siswa dalam menerima

pembelajaran yang telah diberikan. Pencapaian hasil pembelajaran yang

telah dirumuskan tak luput dari pengelolaan kelas yang dilakukan oleh

guru.

Pengelolaan kelas berkaitan dengan kemampuan guru dalam

menciptakan situasi dan kondisi belajar yang menyenangkan sehingga

mencapai tujuan pembelajaran. Pengelolaan kelas oleh guru bisa

menyangkut pengelolaan siswa didalam kelas terhadap materi pelajaran

yang berlangsung, serta bisa dilihat dari aspek pengelolaan lingkungan

fisik kelas misalnya tata kursi, penerangan dan kebersihan kelas.

Kelas sebagai lingkungan belajar siswa merupakan aspek dari

lingkungan yang harus diorganisasikan dan dikelola secara sistematis.

Lingkungan ini harus diawasi, agar kegiatan belajar mengajar dapat

terarah dan menuju pada sasaran yang dikehendaki. Pengawasan terhadap

lingkungan belajar mengajar itu juga dimaksudkan untuk mendorongnya

menjadi lingkungan yang baik. Karakteristik lingkungan yang baik itu, di

antaranya adalah kelas meiliki sifat merangsang dan menantang siswa

untuk selalu belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan dalam mencapai

tujuan belajar. Dengan demikian, berarti bahwa kelas itu mempunyai

peran dan fungsi tertentu yang nyata-nyata dapat menopang keberhasilan

proses belajar mengajar. Sehingga, agar dapat memberikan rangsangan


3

terhadap siswa dalam situasi dan kondisi belajar, maka kelas perlu dikelola

dengan sebaik mungkin.

Menurut Sudarwan Danim (2002 : 167) “pengelolaan kelas adalah

seni atau praksis (praktik dan strategi) kerja yaitu guru bekerja secara

individu dengan cara melalui orang lain (semisal bekerja dengan sejawat

atau siswa sendiri) untuk mengoptimalkan sumber daya kelas bagi

penciptaan proses belajar mengajar yang efektif dan efisien”. Pentingnya

pengelolaan kelas sebagai proses mencapai tujuan pendidikan berupa hasil

belajar siswa yang baik didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh

Wang, Haertel dan Walberg (1993) dalam Vern Jones dan Loise Jones

(2012: 4) yang melakukan analisis data faktor-faktor yang mempengaruhi

hasil belajar siswa dan mengidentifkasi pengelolaan kelas sebagai faktor

paling penting. Lebih lanjut pengaruh pengelolaan kelas terhadap hasil

belajar siswa dibuktikan dengan penelitian serupa tentang pengelolaan

kelas yang dilakukan oleh Rini (2011) bahwa ada hubungan positif antara

manajemen kelas dengan hasil belajar.

Menurut Udin S. Winataputra dan Tina Rosita (1997:197), “hasil

belajar ialah segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari

kegiatan belajar mengajar yang dilakukannya”. Setiap proses belajar yang

dilaksanakan oleh siswa akan menghasilkan hasil belajar. Hasil belajar ini

dapat di peroleh dari berbagai faktor salah satunya yaitu pengelolaan kelas

yang dilakukan oleh guru.


4

Berikut data hasil belajar nilai rata-rata UAS siswa mata Pelajaran

Ekonomi kelas X IPS SMA Negeri 8 Pontanak tahun ajaran semester

ganjil.

TABEL 1 : Data Nilai Rata-Rata Ulangan Semester Ganjil Mata


Pelajaran Ekonomi Kelas X IPS SMA Negeri 8 Pontanak Tahun Ajaran
2013/2014.
Kelas X IPS Nilai Rata-rata

1 77,36

2 78,7

3 75

4 79

Sumber: Guru mata pelajaran Ekonomi kelas X IPS SMA 8 Pontianak,


2013

Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa sudah

mencapai Standard Kritera Ketuntasan Minimal (KKM) siswa dalam mata

pelajaran ekonomi adalah dengan nilai rata-rata 75. Peneliti menjadikan

SMA Negeri 8 sebagai objek penelitian karena SMA 8 adalah tempat

penulis melaksanakan PPL dan Kelas X IPS adalah kelas yang dijadikan

praktek mengajar mata pelajaran Ekonomi oleh peneliti sewaktu PPL.

SMA Negeri 8 yang tahun 2013 kemarin mulai menerapkan

Kurikulum 2013, membagi kelas X menjadi kelas X IPS dan X IPA.

Untuk kelas X IPS terdiri dari 4 kelas yakni X IPS 1, X IPS 2, X IPS 3

dan X IPS 4. Hal yang mendasari tulisan ini yaitu pengalaman yang dilihat

peneliti pada saat melaksanakan PPL di SMA Negeri 8 Pontianak. Kondisi

yang ada pada kelas X IPS saat itu terlihat dari sikap siswa yang acuh tak
5

acuh dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung, belum lagi ada

saja tingkah siswa yang menganggu proses belajar mengajar sehingga

merusak konsentrasi siswa di kelas. Pengalaman yang dirasakan penulis

pada waktu PPL juga dilihat dari keaktifan siswa yang masih kurang

terhadap mata pelajaran ekonomi yang sedang berlangsung, tingkah laku

siswa dalam kelompok belajar yang masih kurang aktif sehingga hanya

siswa-siswa yang peduli saja yang memahami materi pelajaran yang

sedang berlangsung, selebihnya ada yang tidur dan keluar masuk kelas.

Menurut Suharsimi Arikunto (1996: 68) “Pengelolaan kelas meliputi

pengelolaan siswa dan pengelolaan lingkungan fisik”. Pengelolaan siswa

menyangkut keadaan siswa belajar didalam kelas, pengelompokkan siswa

dalam pembelajaran serta mengelola masalah-masalah siswa yang terjadi

di dalam kelas. Pengelolaan Lingkungan fisik juga menjadi perhatian

khusus bagi seorang guru dalam pengelolaan kelas sebagai usaha

meningkatkan hasil belajar. Ruang kelas yang indah penataan dan cukup

sarana pembelajarannya membuat siswa nyaman dalam menerima materi

pelajaran. Sehingga proses belajar mengajar didalam kelas menjadi efektif.

Fakta yang terlihat berkaitan dengan pengelolaan kelas yang ada di

kelas X yakni kondisi kelas yang belum tertata rapi, masih ada saja

sampah di kelas, penataan bangku yang belum teratur, penataan

perlengkapan kelas yang masih sembarangan, ditambah lagi dengan

sirkulasi udara yang pengap pada ruangan kelas X IPS 4. Keadaan ini juga
6

didukung dengan perbandingan kelas XI dan XII yang memiliki tatanan

kelas yang lebih baik.

Maka dari fakta yang peneliti lihat, peneliti tertarik melakukan

penelitian tentang pengaruh pengelolaan kelas terhadap hasil belajar mata

pelajaran ekonomi kelas X IPS di SMA Negeri 8 Pontianak.

C. Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka

masalah umum dalam penelitian ini adalah “apakah pengelolaan kelas

mempengaruhi hasil belajar siswa mata pelajaran ekonomi kelas X IPS ?”.

Agar permasalahan lebih terarah dan sistematis, maka dirumuskan sub

masalah sebagai berikut. Adapun yang sub masalah dalam penelitian ini,

sebagai berikut:

1. Bagaimana pengelolaan kelas X IPS yang ada di SMA Negeri 8

Pontianak?

2. Bagaimana hasil belajar mata pelajaran ekonomi kelas X IPS di SMA

Negeri 8 Pontianak?

3. Apakah ada pengaruh pengelolaan kelas terhadap hasil belajar siswa

mata pelajaran ekonomi kelas X IPS di SMA Negeri 8 Pontianak?

4. Berapa besar pengaruh pengelolaan kelas terhadap hasil belajar siswa

mata pelajaran Ekonomi kelas X IPS?

D. Tujuan Penelitian
7

Berdasarkan masalah yang dikemukakan diatas, maka yang menjadi

tujuan penelitian dalam desain penelitian ini adalah mengetahui:

1. Pengelolaan kelas X IPS yang ada di SMA Negeri 8 Pontianak

2. Hasil belajar mata pelajaran ekonomi kelas X IPS di SMA Negeri 8

Pontianak

3. Ada atau tidaknya pengaruh pengelolaan kelas terhadap hasil belajar

siswa mata pelajaran ekonomi kelas X IPS di SMA Negeri 8 Pontianak

4. Besar pengaruh pengelolaan kelas terhadap hasil belajar siswa mata

pelajaran Ekonomi kelas X IPS.

E. Manfaat

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan menambah

pengetahuan tentang pengaruh pengelolaan kelas terhadap hasil

belajar siswa mata pelajaran Ekonomi kelas X IPS di SMA Negeri 8

Pontianak.

2. Praktis

a. Bagi Peneliti

Sebagai sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan

sebagai calon guru mengenai pemahaman tentang pengelolaan

kelas dan pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa.

b. Bagi Guru
8

Menjadi bahan bacaan, referensi, dan sumbangan pemikiran

tentang pengaruh pengelolaan kelas terhadap hasil belajar siswa

khususnya mata pelajaran ekonomi

c. Bagi LPTK FKIP

Dapat digunakan sebagai acuan atau pembanding jika meneliti

pada objek yang sama.

d. Bagi Sekolah

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi

sekolah agar lebih memperhatikan pengelolaan kelas yang ada

dalam usaha untuk meningkatkan hasil belajar siswa serta

membuat inovasi untuk meningkatkan kualitas pengelolaan kelas

itu sendiri.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dimaksudkan untuk memberi

gambaran yang jelas mengenai fokus yag diteliti. Dalam hal ini ruang

lingkup ditentukan dan dituangkan dalam variabel penelitian dan defenisi

operasional.

1. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2013:38) “Variabel penelitian adalah suatu

atribut atau sifat atau nilai orang, obyek, atau kegiatan yang

mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan menurut


9

Sumadi Suryabrata (2011:25) “Variabel penelitian adalah segala

sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian”.

Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas

(X) Pengelolaan Kelas dan variabel terikat (Y) Hasil Belajar Ekonomi

kelas X IPS.

a. Variabel Bebas

Menurut Sugiyono (2013:61), “variabel bebas adalah variabel

yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau

timbulnya variabel terikat”.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah “Pengelolaan

Kelas” dengan aspek aspek sebagai berikut :

1. Pengelolaan Siswa yang meliputi :

a. Pengelompokkan siswa

b. Penanganan konflik siswa dalam kelas

2. Pengelolaan Lingkungan Fisik Kelas

a. Pengaturan tempat duduk

b. Pengaturan alat-alat pengajaran

c. Penataan dan keindahan kelas

d. Ventilasi dan Pengaturan Cahaya

b. Variabel Terikat

Menurut Sugiyono (2013:39), “Variabel terikat adalah

variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya

variabel bebas”.
10

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah “hasil belajar

ekonomi kelas X IPS” dengan aspek nilai rata – rata ulangan

semester ganjil siswa kelas X semester Ganjil tahun ajaran

2013/2014 di SMA Negeri 8 Pontianak.

2. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan judul dan

permasalahan yang di angkat, maka penulis perlu memberikan

penjelasan dari istilah yang dipakai. Dalam penelitian ini, defenisi

operasional nya adalah :

a. Pengelolaan Kelas

Menurut Suharsimi Arikunto (1996 : 67) mengartikan

“pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh

penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau yang membantu

dengan maksud agar dicapai kondisi optimal, sehingga dapat

terlaksana kegiatan belajar seperti yang diharapkan”. Abdurahman

dalam Mudassir (2011: 156) mendefinisikan pengelolaan kelas

“sebagai semua upaya dan tindakan guru dalam membina dan

memodalisasi serta menggunakan sumber daya kelas secara

optimal, selektif dan efisien untuk menciptakan kondisi atau

menyelesaikan problema kelas agar proses pembelajar dapat

berlangsung wajar”.

Berdasarkan pendapat diatas, pengelolaan kelas dalam

penelitian ini didefinisikan sebagai suatu usaha yang dilakukan


11

oleh guru dalam membina dan memodalisasi serta menggunakan

sumber daya kelas secara optimal, selektif dan efisien untuk

menciptakan kondisi atau menyelesaikan problema kelas agar

proses pembelajaran dapat berlangsung wajar sehingga dapat

terlaksana kegiatan belajar seperti yang diharapkan.

Suharsimi (1992:68) menyatakan ada dua aspek penting dalam

pengelolaan kelas, yakni :

1. Pengelolaan yang menyangkut siswa

2. Pengelolaan fisik (ruangan, perabot, alat pelajaran)

Sedanngkan Toenlioe (1992 :19) menyatakan “masalah

pengelolaan kelas dapat dikelompokkan menjadi masalah yang

bersumber dari siswa dan masalah yang bersumber dari tempat

berlangsungnya kegiatan belajar mengajar”.

Berdasarkan pendapat diatas, pengelolaan kelas yang diteliti

dalam penelitian ini adalah Pengelolaan Siswa dan Pengelolaan

Lingkungan fisik kelas sebagai tempat berlangsungnya kegiatan

belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dalam menciptakan dan

memelihara kondisi belajar yang optimal.

1) Pengelolaan siswa

Menurut Suharsimi (1992: 4) pengelolaan siswa adalah

“pengaturan suasana belajar di sekolah sedemikian rupa

sehingga setiap siswa mendapat pelayanan menurut


12

kebutuhannya dan mencapai hasil pendidikan yang maksimal

secara efektif dan efisien”.

Jadi dalam penelitian ini pengelolaan siswa adalah

upaya pengaturan suasana belajar yang berupa layanan

memusatkan perhatian pada pengaturan, pengawasan dan

layanan siswa di kelas, sehingga setiap siswa mendapatkan

pelayanan menurut kebutuhannya. Pengelolaan kelas dalam

penelitian ini mencakup:

1. Pengelompokkan siswa dalam kelas

2. penanganan Konflik siswa dalam kelas.

2). Pengelolaan Lingkungan Fisik Kelas

Pengelolaan lingkungan fisik kelas merupakan kemampuan

guru untuk mengatur dan mendesain tempat duduk siswa dan

kebersihan kelas sehingga dapat menciptakan suasana kelas

yang mampu mendorong siswa belajar dengan baik. Menurut

Rini (2011: 17) pengelolaan Lingkungan Fisik kelas dapat

dibagi menjadi lima, sebagai berikut:

1. Ukuran dan bentuk kelas

2. Pengaturan tempat duduk

3. Pengaturan alat pembelajaran

4. Penataan keindahan dan kebersihan kelas

5. Ventilasi dan tata cahaya


13

Berdasarkan pendapat diatas, pengelolaan lingkungan

fisik kelas dalam penelitian ini meliputi pengaturan tempat

duduk, alat pembelajaran, keindahan, kebersihan, ventilasi, tata

cahaya sehingga menciptakan suasana kelas yang mampu

mendorong siswa belajar dengan nyaman.

b. Hasil belajar

Menurut Udin S. Winataputra dan Tina Rosita (1997:197),

“hasil belajar ialah segala sesuatu yang menjadi milik siswa

sebagai akibat dari kegiatan belajar mengajar yang dilakukannya”.

Sedangkan Slameto dalam Rini (2011:24) menyatakan hasil

belajar adalah tingkat penguasaan yang telah dicapai siswa setelah

mengikuti pelajaran dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil

yang dicapai oleh seorang individu merupakan hasil interaksi

antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri

maupun dari luar diri individu yang tampak secara tertulis melalui

penilaian yang dibuktikan dengan nilai raport siswa Semester

Ganjil pada mata pelajaran ekonomi kelas X.

c. Mata Pelajaran Ekonomi

Mata pelajaran Ekonomi adalah salah satu cabang ilmu

sosial yang membahas tentang perilaku dan tindakan manusia

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang bervariasi, dan

berkembang dengan sumber daya yang ada melalui pilihan-pilihan


14

kegiatan produksi, konsumsi, dan/atau distribusi. Beberapa materi

yang dibahas di kelas X pada Kurikulum 2013 adalah mengenai

permasalahan Ekonomi dalam kaitannya dengan kebutuhan,

kelangkaan dan sistem ekonomi. Kegiatan produsen dan

konsumen, pembentukan harga pasar, berbagai kebijakan

pemerintah dalam bidang ekonomi, pendapatan Nasional,

permasalahan Konsumsi dan Investasi serta ekonomi moneter.

G. Kerangka Pemikiran

1. Kerangka Teori

a. Pengelolaan Kelas

1) Pengertian Pengelolaan Kelas

Pengelolaan merupakan terjemahan dari kata

“Management”. Menurut Suharsimi (1992: 67) “pengelolaan

kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh

penanggungjawab kegiatan belajar mengajar atau yang

membantu dengan maksud agar dicapai kondisi optimal

sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang

diharapkan. Sedangkan Abdurahman (dalam Mudassir, 2011)

“pengelolaan kelas sebagai semua upaya dan tindakan guru

dalam membina dan memodalisasi serta menggunakan sumber

daya kelas secara optimal, selektif dan efisien untuk


15

menciptakan kondisi atau menyelesaikan problema kelas agar

proses pembelajar dapat berlangsung wajar”.

Menurut Lois (dalam Made Pidarta,tt) pengelolaan

kelas diartikan sebagai “proses mengorganisasi dan

mengkoordinasi kemauan murid-murid untuk menyelesaikan

tujuan pendidikannya. Proses ini membutuhkan seleksi dan

penggunaan alat-alat yang cocok dengan problem pengelolaan

dan situasi kelas yang terjadi pada waktu tertentu”.

Sedangkan Hasibuan dan Moedjiono (1995: 82)

menyatakan, “mengelola kelas adalah keterampilan guru untuk

menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal

dan mengembalikannya kekondisi yang optimal jika terjadi

gangguan, baik dengan cara mendisiplinkan ataupun

melakukan kegiatan remedial”.

Dari beberapa definisi diatas, maka pengelolaan kelas

diartikan sebagai keterampilan guru dalam mengawasi,

membina serta menggunakan sumber daya kelas secara selektif

dan efisien untuk menciptakan kondisi belajar yang optimal

dengan penggunaan alat-alat yang cocok dengan problem

pengelolaan dan situasi kelas yang terjadi pada waktu tertentu

untuk mencapai tujuan pendidikan.

2). Tujuan Pengelolaan Kelas


16

Dalam belajar mengajar, kelas merupakan tempat yang

mempunyai ciri khas yang digunakan untuk belajar. Belajar

memerlukan konsentrasi, oleh karena itu perlu menciptakan

suasana kelas yang dapat menunjang kegiatan belajar yang

efektif. Adapun Tujuan Pengelolaan Kelas menurut Suharsimi

(1992: 68) adalah “agar setiap anak dikelas dapat bekerja

dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara

efektif dan efisien”. Menurutnya, indikator dari sebuah kelas

yang tertib apabila:

(a) Setiap siswa terus bekerja, tidak macet artinya tidak


ada anak yang terhenti karena tidak tahu ada tugas
yang harus dilakukan atau tidak dapat melakukan
tugas yang diberikan kepadanya.
(b) Setiap siswa terus melakukan pekerjaan tanpa
membuang waktu artinya setiap siswa akan bekerja
secepatnya supaya lekas menyelesaikan tugas yang
diberikan kepadanya.
Sedangkan menurut Maman Rachman (dalam Rini,

2011) tujuan pengelolaan kelas adalah :

(a) Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik


sebagai lingkungan belajar maupun sebagai
kelompoj belajar, yang memungkinkan peserta
didik untuk mengembangkan kemampuan
semaksimal mungkin.
(b) Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat
menghalangi terwujudnya interaksi pembelajaran
(c) Menyediakan dan mengatur fasilitas, serta
perabot belajar yang mendukung dan
memungkinkan siswa belajar sesuai dengan
lingkungan sosial, emosional dan intelektual
siswa dalam kelas.
(d) Membina dan membimbing siswa sesuai dengan
latar belakang sosial, ekonomi, budaya serta sifat-
sifat individualnya.
17

Menurut Sudirman N dalam Isrotul (2013:11) secara

umum tujuan pengelolaan kelas adalah :

Penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan


belajar siswa dan lingkungan sosial, emosional dan
intelektual dalam kelas. Fasilitas itu memungkinkan
siswa belajar dan bekerja, terciptanya lingkungan
sosial yang memberikan kepuasan, suasana disiplin,
perkembangan intelektual, emosional dan sikap serta
apresiasi pada siswa.
Sedangkan menurut John W. Santrock (2011 : 558)

menyatakan “tujuan pengelolaan kelas menjadi dua yaitu :

Membantu murid menghabiskan lebih banyak waktu untuk

belajar dan mengurangi waktu aktivitas yang tidak

diorientasikan pada tujuan, dan mencegah murid mengalami

problem akademik dan emosional.

Guru sangat berperan penting dalam pengelolaan

kelas. Apabila guru mampu mengelola kelasnya dengan baik

maka tidaklah sukar bagi guru itu untuk mencapai tujuan yang

telah dirumuskan. Adapun pengelolaan kelas yang baik yang

dikemukakan oleh John Jarolinek dalam Suryosubroto

(2009:41) adalah:

(a) Pengelolaan kelas yang baik mempertinggi


perkembangan mental dan sosial murid-murid.
(b) Pengelolaan kelas yang baik memberi kebebasan
intelektual dan fisik dalam karakter yang
ditentukan
(c) Pengelolaan kelas yang baik memungkinkan
pencapaian tujuan instruksional.
18

(d) Pengelolaan kelas yang baik mengizinkan kepada


murid untuk ikut berpartisipasi atas pengelolaan
kelasnya
(e) Pengelolaan kelas yang baik mengizinkan kepada
murid untuk mengembangkan kecakapan sendiri
dan tidak tergantung pada orang lain.
(f) Pengelolaan kelas yang baik membuat suasana
yang hangat terhadap hubungan antar guru dan
murid
(g) Pengelolaan kelas yang baik menghasilkan sikap
murid yang positif terhadap kelasnya.
Adapun tugas guru dalam manajemen kelas menurut

Lois dalam Made Pidarta yaitu :

(a) Harus mengenal sebanyak mungkin masing-


masing murid
(b) Punya pengetahuan dan keterampilan
mengorganisasi kelas
(c) Punya kemampuan mengenal problem kelas
(d) Dapat menciptakan dan memelihara lingkungan
belajar
(e) Dapat menangani problem pengelolaan kelas
secara efektif, sebaik tekhnik mengajar.
(mengelola dan mengajar sama-sama memegang
peranan penting dalam mensukseskan murid
belajar)
(f) Guru yang tidak bisa mendidik/mengajar adalah
karena tidak bisa mengelola kelas.
Pada akhirnya tujuan pengelolaan kelas yang diharapkan

adalah menciptakan disiplin kelas dan kemampuan guru

mengagendakan fasilitas yang dibutuhkan di dalam kelas yang

ditekankan pada belajar untuk hidup dan bekerjasama dengan

teman-teman serta memperlancar pengembangan emosional

yang positif.

3) Prinsip Pengelolaan Kelas


19

Dalam menerapkan pengelolaan kelas, sebagai seorang

guru perlu memperhatikan prinsip-prinsip pengelolaan kelas.

Prinsip-prinsip pengelolaan kelas itu sendiri menurut Syaiful

Bahri Djamarah dalam Mudasir (2011: 22) yaitu:

(a) Kehangatan dan keantusiasan


Kehangatan dan keantusiasan guru dapat
menciptakan iklim kelas yang menyenangkan
yang merupakan salah satu syarat pada kegiatan
belajar mengajar yang optimal.
(b) Tantangan
Penggunaan kata-kata tindakan atau bahan yang
menantang akan meningkatkan gairah siswa
untuk belajar, sehingga mengurangi kemungkinan
munculnya tingkah laku yang menyimpang.
(c) Bervariasi
Penggunaan alat atau media, gaya dam interaksi
belajar-mengajar yang bervariasi merupakan
kunci tercapainya pengelolaan kelas yang efektif
dan dapat menghindarkan dari kejenuhan.
(d) Keluwesan
Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah
strategi mwngajarnya dapat mencegah
kemungkinan munculnya gangguan siswa serta
terciptanya iklim belajar-mengajar yang efektif.
(e) Penekanan pada hal-hal yang positif
Pada dasarnya didalam mengajar dan mendidik,
guru harus menekankan hal-hal positif dan
pemusatan perhatian pada hal-hal yang negatif.
(f) Penanaman disiplin diri
Pengembangan disiplin diri oleh siswa merupakan

tujuan akhir dari pengelolaan kelas. Untuk itu guru harus

selalu mendorong siswa untuk melaksanakan disiplin diri

sendiri dan guru hendaknya menjadi contoh atau teladan

tentang pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung jawab.


20

Sedangkan menurut Anitah dalam Isrotul (2013:12)

agar dapat mengelola kelas secara efektif yang harus

diperhatikan guru adalah:

(a) Kehangatan dan keantusiasan guru sangat


berperan dalam menciptakan iklim kelas
yang menyenangkan
(b) Kata-kata dan tindakan guru yang dapat
menggugah siswa untuk belajar dan
berperilaku baik akan mengurangi
kemungkinan munculnya perilaku yang
menyimpang
(c) Penggunaan variasi dalam mengajar dapat
mengurangi terjadinya gangguan
(d) Keluwesan guru dalam kegiatan
pembelajaran dapat mencegah munculnya
gangguan
(e) Guru harus menekankan hal-hal yang positif
dan menghindari pemusatan pada hal-hal
yang negatif
(f) Guru hendaknya menjadi contoh dalam
menanamkan disiplin diri sendiri.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, guru dalam

melakukan pengelolaan kelas yang baik harus mengetahui

dan memahami prinsip-prinsip dalam pengelolaan kelas itu

sendiri. Adapun prinsip pengelolaan kelas dapat

disimpulkan dari pendapat diatas adalah kehangatan,

keantusiasan, tantangan, variasi, keluwesan, penekanan

pada hal-hal yang positif dan penanaman disiplin diri yang

ditekankan pada kemampuan siswa mengembangkan

disiplin diri sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi

teladan mengendalikan diri dan pelaksanaan tanggungjawab


21

4) Faktor –faktor yang mempengaruhi Pengelolaan Kelas

Masalah pembelajar merupakan masalah yang cukup

kompleks. Banyak faktor yang mempengaruhi proses

pembelajar, salah satunya adalah guru sebagai seorang

manajer kelas. Ketidaklancaran belajar mengajar akan

membawa akibat terhadap pesan yang diberikan guru. Ada

kalanya pesan tersebut berhasil disampaikan dan kadang

mengalami hambatan. Menurut Mudasir (2011:155)

hambatan dalam proses pembelajaran misalnya:

(a) Tidak ada respon dari murid


(b) Perhatian murid yang bercabang
(c) Kekacauan penafsiran antara guru dan murid
(d) Kurang perhatian murid karena guru sangat
monoton
(e) Verbalisme, guru hanya berkata-kata, sedang
murid dalam kondisi yang pasif
(f) Keadaan lingkungan fisik yang sangat
mengganggu
Untuk mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi

selama proses pembelajaran, maka sedapat mungkin dalam

penyampaian pesan (materi ajar) guru hendaknya dapat

mengatur kondisi kelas secara baik. karena hal ini sangat

berpengaruh pada keberhasilan proses belajar mengajar.

Sehubungan dengan fakta tersebut, Mudasir (2011:158)

menyatakan bahwa “sebagai calon guru pemahaman mengenai

faktor-faktor yang turut mempengaruhi manajemen kelas


22

sangat penting diketahui sebagai bekal dalam menyukseskan

pendidikan”.

Menurut Mudasir (2011 :21) Secara umum faktor yang

mempengaruhi pengelolaan kelas dibagi menjadi dua golongan

yaitu:

1. Faktor intern siswa berhubungan dengan masalah


emosi, pikiran dan prilaku
2. Faktor ekstern siswa terkait dengan masalah
suasana lingkungan belajar, penempatan siswa,
pengelompokkan siswa dan jumlah siswa dalam
kelas.

5) Aspek-aspek dalam Pengelolan Kelas

Didalam pengelolaan kelas ada beberapa aspek penting

yang harus diperhatikan didalam menunjang tercapainya tujuan

pendidikan yang telah dirumuskan. Menurut Suharsimi (1992 :

68) pengelolaan ada dua aspek penting dalam pengelolaan

kelas, yakni:

(a) Pengelolaan yang menyangkut siswa

(b) Pengelolaan fisik (ruangan, perabot, alat

pengajaran)

Berdasarkan pendapat diatas, bahwa hal penting dalam

pengelolaan kelas yang menjadi indikator dalam penelitian

ini yaitu: pengelolaan siswa dan pengelolaan lingkungan fisik

kelas.
23

(a) Pengelolaan Siswa

Menurut Suharsimi (1992 : 24) “pengelolaan siswa

adalah pengaturan siswa di kelas oleh guru yang sedang

mengajar sehingga setiap siswa mendapat pelayanan sesuai

dengan kebutuhannya. Didalam menciptakan suasana/

lingkungan belajar guru harus mengusahakan agar setiap siswa

mendapat pelayanan secara maksimal. Maka dari itu diperlukan

strategi dalam pengelolaan siswa salah satunya guru harus

terlebih dahulu memahami dan mengetahui karakteristik

maupun kepribadian siswa yang ada di kelas. Perumusan

kepribadian siswa menurut (Winkel, 2004) mencakup, seperti :

1. Taraf Intelegensi
2. Daya kreativitas
3. Kemampuan berbahasa
4. Kecepatan belajar
5. Kadar motivasi belajar
6. Sikap terhadap tugas belajar
7. Minat dalam belajar
8. Kondisi mental dan fisik
Seorang guru harus terampil dalam pengelolaan kelas,

keterampilan pengelolaan kelas menurut Mudasir (2011:9) pada

umumnya dibagi memjadi dua bagian, yaitu : “Keterampilan

yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi

belajar yang optimal (bersifat preventif) dan Keterampilan yang

berhubungan dengan pengembangan kondisi belajar yang

optimal (refresif)”.
24

1. Keterampilan yang bersifat preventif, berkaitan dengan

kemampuan guru dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

a. Sikap tanggap terhadap perhatian dan keterlibatan siswa

melalui :

1) Pandangan mata atau kontak pandang yang

didalamnya terkandung interaksi antar pribadi.

Pendekatan dan sikap bersahabar akan dilihat oleh

siswa sebagai tindakan guru yang memberi motivasi

kepada siswa.

2) Gerakan guru dalam posisi mendekati dengan

memperlihatkan sub kelompok atau individu

didalam kelas akan besar pengaruhnya pada

kesadaran kelas dan kegiatan kelompok.

3) Pernyataan yang dikemukakan guru tentang

kesiapannya melalui pelajaran dan memberikan

tugas-tugas mereka.

4) Reaksi-reaksi terhadap tidak adanya perhatian dari

siswa

b. Membagi perhatian dapat dilakukan dengan dua cara

ialah:

1) Visual ; guru dapat mengganti pandangannya dari

memperhatikan kegiatan yang satu kegiatan yang

lainnya, ia menunjukkan perhatian dari


25

memperhatikan kegiatan keterlibatannya pada

kegiatan yang pertama.

2) Verbal ; guru dapat mengemukakan komentar

sederhana kepada siswaa dalam suatu kegiatan, dan

guru juga sedang terlihat dalam kegiatan

membimbing siswa lain (kegiatan lain)

c. Memusatkan perhatian kelompok : perbuatan ini

penting untuk mempertahankan perhatian siswa dari

waktu kewaktu dan dapat dilaksanakan dengan cara

menyiagakan siswa, menuntut tanggungjawab siswa

(Hasibuan & Moedjiono,1995)

2. Keterampilan yang berhubungan dengan pengembangan

kondisi belajar yang optimal (refresif) sebagai berikut :

a. Menganalis, mengklasifikasikan dan mendefinisikan

tingkah laku siswa yang mengganggu

b. Pengelompokkan kelompok dengan memperlancar

tugas-tugas dan memelihara kelompok

c. Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang

menimbulkan masalah.

Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (1991:1018) melihat

siswa sebagai individu dengan segala perbedaan dan

persamaannya. Pada intinya berisikan aspek biologis, intelektual,

dan psikologis. Berbagai persamaan dan perbedaan kepribadian


26

siswa yang beraneka ragam, berguna dalam membantu usaha

pengelolaan siswa di kelas. Terutama berhubungan dengan

masalah bagaimana pola pengelompokkan siswa dan mengatasi

tingkah laku siswa yang ada dikelas guna menciptakan lingkungan

belajar yang aktif dan kreatif, sehingga kegiatan belajar yang

penuh kesenangan dan bergairah dapat bertahan dalam waktu yang

relatif lama.

Dari beberapa penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa

pengelolaan siswa berkaitan dengan kemampuan guru mengelola

siswa didalam kelas yang memiliki berbagai beraneka ragam

perbedaan dan persamaan kepribadian dengan menggunakan

berbagai keterampilan diantaranya keterampilan preventif dan

refresif sehingga setiap siswa mendapat pelayanan sesuai

kebutuhanya. Berbagai keterampilan dalam menunjang

pengelolaan siswa dalam penelitian ini di fokuskan lagi pada

pengelompokkan siswa dan penanganan konflik dalam kelas.

(1) Pengelompokkan Siswa

Menurut Ali Imron (2011: 97) “pengelompokan atau

grouping merupakan pengelompokkan peserta didik

berdasarkan karakteristiknya Karakteristik demikian perlu

digolongkan, agar mereka berada dalam kondisi yang sama.”

Dengan adanya pengelompokkan peserta didik juga akan


27

mudah dikenali. Sebab tidak jarang peserta didik dalam kelas,

berada dalam keadaan heterogen bukan homogen.

Proses belajar dikelas berlangsung dalam interaksi dan

komunikasi antar para siswa dan guru, tetapi juga dalam

kontak antar siswa yang satu dengan yang lain. Melalui

komunikasi antarmanusia ini siswa menghubungkan apa yang

sudah dipahaminya dan dilakukakannya dengan apa yang

diajarkan kepadanya. Kompleksnya pribadi siswa didalam

kelas, maka seorang guru harus melakukan pengelompokkan

siswa. Sebagaimana Winkel (2004:325) menyatakan interaksi

antarsiswa yang dibagikan menjadi sejumlah kelompok kecil

terdapat dua aspek penting bagi guru yaitu:

(a) Memberikan bantuan kepada teman bagi siswa


kerap menghasilkan kemajuan yang lebih besar
dalam menguasai pokok bahasan tertentu
daripada topik ini dipelajari sendiri.
(b) Bekerja sama dalam kelompok dapat
meningkatkan motivasi belajar.
Pengelompokkan siswa sebagai salah satu urgensi

dalam pengelolaan siswa didalam kelas harus memperhatikan

kepribadian dari masing-masing siswa itu sendiri. Seorang

guru yang baik adalah guru yang memahami betul semua siswa

yang ada didalam kelasnya. Adapun hal yang menyangkut

kepribadian siswa seperti yang dikutip dari Winkel (2004:154)

yang harus diperhatikan yaitu :


28

(a) Aspek Kognitif meliputi : taraf intelegensi dan


daya kreativitas, bakat khusus, taraf kemampuan
berbahasa, daya fantasi, gaya belajar
(b) Aspek konatif meliputi : karakter, hasrat,
berkehendak, motivasi belajar,perhatian dan
konsentrasi.
(c) Aspek afektif meliputi: temperamen, perasaan,
sikap dan minat.
(d) Aspek sensorik-motorik
(e) Individualitas, biologis, kondisi mental, vitalitas,
psikis, lingkungan hidup, peerkembangan
kepribadian dalam kaitan dengan diferensiasi dan
intergrasi.
Adapun macam-macam Pengelompokan siswa menurut

yang dikemukakan oleh Conny Semiawan, dkk. (1985:67)

adalah :

1. Pengelompokan menurut kesenangan berkawan

2. Pengelompokan menurut kemampuan

3. Pengelompokan menurut minat.

Dalam mengadakan pembagian kelompok, dapat

digunakan berbagai cara, diantaranya :

1. Pembentukkan kelompok diserahkan kepada siswa.

Dasar pembentukkan ialah rasa simpati satu sama lain,

minat yang sama, keinginan menelurkan suatu hasil

yang baik dengan bekerja sama. Dengan demikian,

terbentuk kelompok teman dekat, kelompok minat, dan

kelompok prestasi. Tepat tidaknya cara ini, tergantung

dari tujuan instruksional dan materi pelajaran.


29

2. Pembentukan kelompok diatur oleh guru sendiri. Dasar

pengelompokkan ini ialah pertimbangan apakah

diharapkan perbedaan maksimal diantara aggota

kelompok atau perbedaan yang seminimal mungkin,

paling sedikit dalam satu hal pokok (homogenitas)

3. Pembentukan kelompok diatur oleh guru atas usul siswa,

tetapi guru mengadakan perubahan terhadap ususl siswa,

bila dipandang perlu.

Dengan melakukan pengelompokkan siswa didalam kelas

memiliki beberapa keuntungan seperti yang dikemukakan Winkel

(2004:328) yang menunjukkan bahwa keuntungan dari belajar

dalam kelompok menyangkut:

(a) Mengelola materi pelajaran secara lebih mendalam


dan menerapkan hasil belajar, yang telah diperoleh
dengan bekerja atau belajar secara individual pada
problem atau soal yang baru. Ini terutama berlaku
dalam bidang belajar kognitif
(b) Memenuhi kebutuhan siswa untuk merasa senang
dalam belajar bermotivasi dalam belajar. Dengan
bekerja atau belajar dalam kelompok, rasa senang dan
motivasi belajar dapat meningkat.
(c) Memperoleh kemampuan untuk bekerja sama.

(2) Menangani Konflik Siswa di dalam Kelas

Kelas merupakan tempat terjadinya proses belajar mengajar

antara guru dan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kelas

yang baik adalah kelas yang didalamnya selalu terdapat interaksi

baik antara guru dan siswa maupun antar siswa dengan siswa.
30

Interaksi di dalam kelas tidak selalu baik, karena terdapat

berbagai jenis karakteristik individu didalam kelas. Hal ini

menimbulkan berbagai macam konflik didalam kelas.

Menurut Mudasir (2009: 112) ada beberapa permasalahan-

permasalahan yang sering timbul didalam kelas:

(a) Perbedaan pendapat


(b)Perbedaan tingkah laku
(c) Adanya kepentingan masing-masing individu didalam
kelas
(d)Adanya kelompok didalam kelas itu sendiri
(e) Kurangnya alat-alat pembelajaran di dalam kelas
Penyebab terjadinya konflik dalam kelas dapat dijabarkan

sebagai berikut :

1) Adanya kesalah pahaman atau kegagalan komunikasi

2) Keadaan pribadi individu yang saling konflik

3) Perbedaan nilai, pandangan dan tujuan

4) Perbedaan standar penampilan

5) Perbedaan yang berkenaan dengan cara-cara

6) Hal-hal yang berkaitan dengan tanggungjawab

7) Kurangnya kemampuan komunikasi

8) Hal-hal yang berhubungan denga kekuasaan

9) Adanya prustasi dan kejengkelan

10) Adanya kompetensi memperebut sumber yang terbatas.


31

Menurut Toenlioe (1992:61) gangguan dalam kegiatan belajar

mengajar yang bersumber dari siswa dipahami terutama sebagai

akibat dari kemungkinan-kemungkinan berikut :

1. Rendahnya kemampuan siswa dalam berkomunikasi


secara efektif dan efisien sehingga terjadi
kesalahpahaman antara sesama siswa
2. Adanya siswa atau kelompok siswa yang tidak dapat
menerima lagi aturan dalam kegiatan belajar mengajar
dan menginginkan pengadaan aturan baru
3. Adanya siswa atau kelompok siswa yang hendak
mengganti aturan kegiatan belajar mengajar yag
sedang berlaku dengan aturannya yang diyakini
sebagai lebih efektif dan efisien.
4. Adanya siswa atau kelempok siswa yang mempunyai
kecenderungan selalu melakukan tindakan
bertentangan dengan aturan yang sedang berlaku
5. Adanya kondisi insidental, seperti sedang terjadi
keramaian dekat sekola, sehingga sisws sulit mentaati
aturan-aturan tertentu dalam kegiatan belajar
mengajar.
Topper dalam Vern Jones (2012: 34) menawarkan daftar

prilaku pemberontakan oleh siswa :

(a) Atensi merupakan prilaku untuk mendapat perhatian


dari oranglain.
(b) Avoidance/escape, menghindar merupakan prilaku
menghentikan suatu aktivitas siswa yang tidak suka,
atau menghindari suatu kejadian.
(c) Kontrol adalah prilaku mengontrol kejadian
(d) Revenge, balas dendam adalah prilaku untuk
menghukum oranglain untuk sesuatu yang dilakukan
kepada siswa.
(e) Self-regulation/coping, pengaturan diri adalah prilaku
untuk mengelola perasaan (misalnya, bosan, malu,
marah, takut)
(f) Main adalah perilaku untuk memenuhi kebutuhan
bersenang-senang.
32

Begitu banyaknya konflik yang terjadi didalam kelas, maka

diperlukan strategi dalam pengelolaan siswa berkaitan dengan

menangani konflik tersebut. Seperti yang dilansir oleh

Mudasir(2009: 115):

(a) Memberikan kesempatan kepada siswa yang terlibat


konflik untuk mengatakan masalah dan perasaan yang
dirasakan dari sudut pandang mereka
(b) Memberi pengertian kepada kedua belah pihak,
mengapa tindakan yang mereka lakukan itu salah
(c) Mendiskusikan tentang cara terbaik untuk
menyelesaikan konflik da memilih penyelesaian yang
dapat diterima oleh mereka berdua.
(d) Menegur. Apabila terjadi tingkah laku siswa yang
mengganggu kelas atau kelompok dalam kelas,
hendaknya guru menegurnya secara verbal.
Dalam penanganan konflik dikelas guru memiliki

tanggungjawab yang sangat besar agar suasana belajar mengajar

tetap terkondisi dengan baik. Adapun tehnik yang dapat dilakukakn

guru dalam menangani masalah siswa dikelas adalah dengan

menggunakan tehnik kuratif. Menurut Toenlioe (1992 : 61) tehnik

kuratif adalah “tehnik untuk menanggulangi tingkah laku siswa

yang menganggu jalannya kegiatan belajar mengajar”. Berikut

tehnik kuratif yang dapat dilakukan :

1. Diskusi masalah kelompok

2. Penguatan Negatif adalah penyajian suatu stimulus yang tidak

menyenangkan untuk mendorong munculnya suatu tingkah

laku yang positif, kemudian stimulus yang tidak

menyenangkan tersebut berangsur-angsur dikurangi dengan


33

semakin seringnya muncul tingkah laku positif (Toenlioe,

1992)

3. Penghapusan adalah usaha untuk merubah tingkah laku

seseorang dengan cara menghentikan pemberian respon

terhadap tingkah laku yang semula dikuatkan dengan respon

tersebut (Toenlioe,1992)

4. Pengalihan adalah tingkah laku pemberian kegiatan lain yang

lebih positif dengan harapan agar tingkah laku yang negatif

ditinggalkan dan beralih melakukan tingkah laku positif.

5. Nasihat adalah upaya memnyadarkan siswa akan

pelanggarannya dengan bertolak dari aturan dalam kegiatan

belajar mengajar, serta kepada siswa diberi informasi-

informasi untuk memperluas wawasannya tentang akibat-

akibat pelanggarannya.

6. Peringatan adalah penginformasian secara singkat kepada

siswa apa kesalahannya serta konsekuensi yang akan

ditanggung

7. Hukuman adalah pemberian stimulus tidak menyenangkan

untuk menghilangkan dengan segera tingkah laku siswa yang

mengganggu jalannya kegiatan belajar-mengajar.

(b) Pengelolaan Lingkungan Fisik

Salah satu faktor penting dalam belajar adalah

lingkungan. Sejak dulu pengaruh lingkungan telah disadari.


34

Menurut Tyler dikutip oleh Mudasir (2009:83) “proses belajar

terjadi melalui pengalaman yang diperoleh siswa dari

lingkungan tempat siswa berada. Dalam hal ini lingkungan yang

mempengaruhi kondisi siswa adalah lingkungann fisik kelas”.

Guru harus dapat menciptakan lingkungan kelas yang

membantu perkembangan pendidikan subyek didiknya. Dengan

teknik motivasi yang akurat guru dapat menciptakan iklim kelas

yang sehat. Lingkungan ini hendaknya mencerminkan

kepribadian guru dan perhatian serta penghargaan atas usaha

siswanya. Siswa harus dibuat secara terus menerus memberikan

reaksi pada lingkungan, sehingga pengalaman belajar dapat

terjadi sesuai dengan kondisi yang diinginkan.

Langkah-langkah praktis menciptakan lingkungan fisik

kelas yang baik yaitu:

(a) lingkungan fisik kelas harus bersih dan sehat

(b) ruang kelas sedapat mungkin memiliki ukuran yang luas

(c) kelas sedapat mungkn harus merupakan suatu tempat yang

indah dan menyenangkan

(d) guru membagi dan membuat tanggungjawab kepada siswa

untuk berkreatifitas mengenai dekorasi kelas

(e) penataan dekorasi harus terlihat oleh semua siswa

(f) lingkungan fisik kelas harus mengandung unsur kesehatan


35

Pengelolaan lingkungan fisik ditujukan untuk

menciptakan suasana belajar yang menggairahkan dengan

memperhatikan penataan ruangan kelas belajar. Pengaturan dan

penyusunan ruang belajar hendaknya memungkinkan anak untuk

duduk berkelompok dan memudahkan siswa belajar.

Dalam pengaturan ruang belajar menurut Syaiful Bahri

dalam Rini (2011: 17) hal-hal yang perlu diperhatikan:

(a) ukuran dan bentuk kelas


(b) bentuk serta ukuran bangku dan meja siswa
(c) jumlah siswa dalam setiap kelompok
(d) jumlah kelompok dalam kelas
(e) komposisi siswa dalam kelompok
Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain dalam

Rini (2011: 17) “dalam penataan ruang kelas akan diarahkan

pada pembahasan masalah tempat duduk, pengaturan alat-alat

pengajaran, penataan keindahan dan kebersihan kelas, ventilasi

serta tata cahaya”. Agar terciptanya suasana belajar yang

menggairahkan, perlu diperhatikan pengaturan dan penataan ruang

kelas dan alat pengajaran. Penyusunan dan pengaturan ruang

belajar, hendaknya memungkinkan anak duduk berkelompok dan

memudahkan guru bergerak secara leluasa untuk membantu siswa

dalam belajar. Sejalan dengan mudasir (2009: 164) menyatakan

hal yang perlu diperhatikan yaitu :

(a) pengaturan ruang belajar


36

(b) ventilasi dan pengaturan cahaya

(c) pengaturan penyimpanan barang

(d) pengaturan alat-alat pengajaran

Berdasarkan penjelasan diatas, maka pengelolaan fisik

dalam penelitian ini dibagi menjadi empat yaitu : pengaturan

tempat duduk, pengaturan alat-alat pembelajaran, penataan dan

keindahan kelas, serta ventilasi dan pengaturan cahaya.

(1) Pengaturan Tempat Duduk

Dalam proses belajar siswa, memerlukan tempat duduk.

Tempat duduk mempengaruhi siswa dalam belajar bila tempat

duduknya sesuai, tidak terlalu rendah, tidak terlalu besar maka

siswa akan dapat belajar dengan nyaman.

Ada beberapa bentuk tempat duduk menurut Mudasir

(2009) ada beberapa bentuk tempat duduk :

(1) berbaris sejajar

(2) individual

(3) berbentuk lingkaran

(4) setengah lingkaran

Menurut Renne (dalam Santrock,2007)ada beberapa

bentuk penataan bangku kelas yakni : auditorium, tatap muka,

off-set,seminar dan klaster.

1. Auditorium
37

Adalah gaya susunan kelas dimana semua murid duduk

menghadap guru

2. Gaya tatap muka

Gaya susunan dimana murid saling menghadap

3. Gaya off-det

Gaya susunan kelas dimana sejumlah murid (biasaya tiga

atau empat anak) duduk dibangku,tetapi tidak duduk

berhadapan langsung satu sama lain

4. Gaya seminar

Gaya susunan dimana sejumlah besar murid ( sepuluh atau

lebih) duduk disusun berbentuk lingkaran atau persegi

5. Gaya klaster

Gaya susunan dimana sejumlah murid (biasanya empat

sampai delapan anak) bekerja dalam kelompok kecil.

(2) Pengaturan Alat-Alat Pengajaran

Menurut Mudasir (2009:167) alat-alat pengajaran yang

harus diatur sebagai berikut:

(1)Perpustakaan Kelas
(a) Sekolah yang maju ada perpustakaan disetiap
kelas
(b)Pengaturannya bersama-sama siswa
(2)Alat-alat peraga media pengajaran
Alat peraga atau media pengajaran semestinya
diletakkan dikelas agar memudahkan dalam
penggunaan dan pengaturannya bersama-sama
siswa.
(3)Papan tulis, kapur tulis dan lain-lain
(a) Ukurannya disesuaikan
(b)Warnanya harus kontras
38

(c) Penempatannya memperhatikan estetika dan


terjangkau oleh semua siswa
(4)Papan presentasi siswa
Ditempatkan dibagian depan sehingga dapat
dilihat oleh semua siswa, difungsikan
sebagaimana mestinya.

(3) Penataan Dan Keindahan Kelas

Lingkungan fisik tempat belajar mempunyai pengaruh

penting terhadap hasil belajar. Lingkungan kelas yang bersih

dan tertata rapi dapat meningkatkan semangat belajar siswa.

Kelas yang bersih selain demi kesehatan guru dan siswa, juga

akan memberikan kesan indah. Kesehatan yang terjamin serta

aman yang mantab didalam kelas termasuk salah satu syarat

utama keberhasilan belajar mengajar.

Seperti yang dikemukakan Mudasir (2009: 167) :

(1) Hiasan dinding (pajangan kelas) hendaknya


dimanfaatkan untuk kepentingan pengajaran,
misalnya : Burung Garuda, Teks Proklamasi,
Slogan Pendidikan Para Pahlawan, dan Peta/
Globe.
(2) Penempatan lemari, untuk buku di depan,
sedanhkan alat-alat peraga di belakang.
(3) Pemeliharaan kebersihan, hendaknya siswa
bergiliran untuk membersihkan kelas.
(4) Ventilasi dan Pengaturan Cahaya

Suhu, ventilasi dan penerangan adalah asset penting

untuk terciptanya suasana belajar nyaman. Oleh karena

ventilasi harus cukup menjamin kebebasan siswa. Pengaturan

suhu udara dalam kelas yang terlau panas maupun terlalu

dingin akan mengganggu jalannya kegiatan belajar mengajar.


39

Menurut Hutabarat dalam Rini (2011: 20) dalam mengatur

penerangan ditempat belajar ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan:

(1) Harus cukup terang semakin kecil huruf atau


angka yang kita baca atau lihat, maka semakkin
besar penerangan yang kita perlukan. Sekurang-
kurangnya kita menggunakan lampu yang
berkekuatan 60 watt.
(2) Hindari kesilauan. Kesilauan timbul dari cahaya
yang sanngat terang di daerah pandang kita, dan
sinar matahari yang langsung masuk dari jendela
atau sinar pantulan dari benda-benda yang
mengkilap, perlu kita jaga agar meja kerja kita
tidak turut menyilaukan.
(3) Sumber penerangan haruslah didaerah pandang
kita.

b. Hasil Belajar Mata Pelajaran Ekonomi kelas X

1) Hakekat belajar

Pendidikan adalah proses interaksi yang bertujuan. Interaksi

terjadi antara guru dengan siswa, yang bertujuan meningkatkan

perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Secara umum dapat

dikatakan bahwa pendidikan merupakan suatu tindakan yang

memungkinkan terjadinya belajar dan perkembangan. Pendidikan

merupakan proses interaksi yang mendorong terjadinya belajar.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2010:7), “belajar merupakan

tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka

belajar hanya dialami oleh siswa sendiri”.

2) Pengertian Hasil Belajar


40

Menurut Udin S. Winataputra dan Tina Rosita (1997:197), “hasil

belajar ialah segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat

dari kegiatan belajar mengajar yang dilakukannya”.

Dari pendapat tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil

belajar merupakan tingkat keberhasilan dalam bentuk angka/nilai yang

dimiliki oleh peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran.

3) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Muhibbin Syah (2004:144) menyatakan bahwa, secara global

faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan

menjadi tiga macam, yaitu :

(a) Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yaitu keadaan


atau kondisi jasmani dan rohani siswa
(b)Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yaitu kondisi
lingkungan di sekitar siswa
(c) Faktor pendekatan belajar, yaitu jenis upaya belajar siswa
yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa
untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi
pelajaran.
Menurut Slameto ( 2010 : 54), faktor-faktor yang mempengaruhi

hasil belajar adalah sebagai berikut :

a. Faktor-faktor internal
1. Faktor jasmaniah, misalnya: kesehatan
2. Fator psikologis, misalnya: intelegensi, perhatian, minat,
bakat, motif, kematangan, dan kesiapan.
b. Faktor-faktor eksternal
1. Faktor keluarga, misalnya: cara orang tua mendidik, relasi
antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi
keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan.
2. Faktor sekolah, misalnya: metode mengajar. Kurikulum,
relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin
sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di
41

atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas


rumah.
3. Faktor masyarakat, misalnya: kegiatan siswa dalam
masyarakat, media massa, teman bergaul, bentuk kehidupan
masyarakat.

4) Indikator Keberhasilan Mata Pelajaran Ekonomi kelas X

Mata pelajaran Ekonomi adalah salah satu cabang ilmu

sosial yang membahas tentang perilaku dan tindakan manusia

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang bervariasi, dan

berkembang dengan sumber daya yang ada melalui pilihan-pilihan

kegiatan produksi, konsumsi, dan/atau distribusi. Beberapa

materi yang dibahas di kelas X pada Kurikulum 2013 adalah

mengenai permasalahan Ekonomi dalam kaitannya dengan

kebutuhan, kelangkaan dan sistem ekonomi. Kegiatan produsen

dan konsumen, pembentukan harga pasar, berbagai kebijakan

pemerintah dalam bidang ekonomi, pendapatan Nasional,

permasalahan Konsumsi dan Investasi serta ekonomi moneter.

Sebagai evaluasi pencapaian siswa, maka indikator yang

diterapkan dalam melihat kemampuan pemahaman siswa

terhadap mata pelajaran Ekonomi kelas X dengan Kurikulum 2013

adalah siswa mampu mencapai kompetensi yakni:

a. Kompetensi Inti

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

2. Menghayati, mengamalkan perilaku jujur, disiplin,tanggung

jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai),


42

santun, responsif dan proaktif dan menunjukkan sikap sebagai

bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam

berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam

serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam

pergaulan dunia

3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,

konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang

ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora

dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan

peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta

menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang

spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan

masalah

4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan

ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang

dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu

menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan

b. Kompetensi Dasar

1. Mensyukuri sumber daya sebagai karunia Tuhan YME dalam

rangka pemenuhan kebutuhan

2. Mengamalkan ajaran agama dalam memanfaatkan produk

bank dan lembaga keuangan bukan bank, serta dalam

pengelolaan koperasi
43

3. Bersikap jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, kreatif,

mandiri, kritis dan analitis dalam mengatasi permasalahan

ekonomi

4. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, kerja

keras, sederhana, mandiri, adil, berani, peduli dalam

melakukan kegiatan ekonomi

5. Mendeskripsikan konsep ilmu ekonomi

6. Menganalisis masalah ekonomi dan cara mengatasinya

7. Menganalisis peran pelaku kegiatan ekonomi

8. Mendeskripsikan konsep pasar dan terbentuknya harga pasar

dalam perekonomian

9. Mendeskripsikan bank, lembaga keuangan bukan bank, bank

sentral dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

10. Mendeskripsikan sistem pembayaran dan alat pembayaran

11. Mendeskripsikan konsep manajemen

12. Mendeskripsikan konsep koperasi dan pengelolaan koperasi

13. Menyajikan konsep ilmu ekonomi

14. Melaporkan hasil analisis masalah ekonomi dan cara

mengatasinya

15. Menyajikan peran pelaku kegiatan ekonomi

16. Melakukan penelitian tentang pasar dan terbentuknya harga

pasar dalam perekonomian

17. Menyajikan peran dan produk bank, lembaga


44

Hasil sebagai bentuk gambaran keberhasilan individu setelah

menyalurkan bakat, minat, dan motivasinya dalam kegiatan belajar,

jadi prestasi belajar tidak terlepas dari factor internal maupun

eksternal. Pada mata pelajaran ekonomi Kelas X IPS yang

menerapkan kurikulum 2013, indikator keberhasilan hasil belajar

siswa diukur dari Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasarnya.

2. Kerangka Konsep

Pengelolaan kelas berkaitan dengan kemampuan guru menciptakan

suasana belajar dikelas yang mendukung siswa dalam mencapai tujuan

pendidikan yang telah dirumuskan. Yang terkait dengan kemampuan guru

untuk mengelola siswa dan berbagai hal yang ada dikelas. Misalnya keadaan

siswa dikelas saat menerima materi pelajaran. Cara guru mengelompokkan

siswa dan menangani berbagai macam masalah atau konflik yang timbul

dari karakter siswa yang heterogen dalam kelas, sehingga dibutuhkan

keahlian dan keterampilan seorang guru dalam pengelolaan kelas. Keadaan

siswa yang terkontrol baik dalam kelas, memudahkan guru untuk

menyampaikan materi pelajaran, sehingga siswa lebih mampu memahami

pelajaran yang disampaikan.

Selain pengelolaan kelas yang menyangkut siswa, pengelolaan lain

yang menjadi penting adalah kondisi fisik kelas. Kondisi fisik kelas yang

bersih, bangku yang teratur, tersedianya alat-alat pembelajaran, serta

sirkulasi udara yang pas dan pencahayaan yang cukup. Membuat siswa

merasa nyaman dalam kelas. Lingkungan yang menyenangkan nantinya


45

akan mempengaruhi siswa dalam kesiapannya menerima materi pelajaran.

Dari kemampuan guru dalam pengelolaan kelas yang telah dideskripsikan,

maka peneliti ingin mengetahui pengaruh pengelolaan kelas terhadap hasil

belajar siswa mata pelajaran ekonomi kelas X IPS di Sma Negeri 8

Pontianak.

Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut:

X adalah Pengelolaan Kelas (variabel Bebas)

Y adalah Hasil belajar (variabel Terikat)

Sehingga konsep tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Pengelolaan Kelas Hasil belajar

(X) (Y)

Gambar : Kerangka konsep pemikiran

H. Hipotesis

Muhammadi Nisfian noor (2009:8) menyatakan bahwa “Hipotesis

adalah dugaan sementara mengenai hasil dari penelitian yang akan

dilaksanakan.” Agar lebih mengarah kepada pembahasan, dalam suatu

penelitian diperlukan adanya hipotesis. Hipotesis merupakan dugaan

sementara terhadap masalah penelitian sehingga untuk menguji kebenarannya


46

diperlukan data yang otentik melalui penelitian. Di dalam penelitian ini

hipotesis yang digunakaan adalah:

1. Hipotesis alternatif (Ha)

Terdapat pengaruh pengelolaan kelas terhadap hasil belajar mata

pelajaran ekonomi siswa kelas X IPS di SMA Negeri 8 Pontianak.

2. Hipotesis nol (Ho)

Tidak terdapat pengaruh pengelolaan kelas terhadap hasil belajar mata

pelajaran ekonomi siswa kelas X IPS di SMA Negeri 8 Pontianak.

I. Metode Penelitian

1. Metode penelitian dan Bentuk Penelitian

a. Metode Penelitian

Menurut Sugiono (2013 : 3) “Metode penelitian diartikan

sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan

kegunaan tertentu”. Oleh karena tujuan umum penelitian adalah

untuk memecahkan masalah, maka langkah-langkah yang akan

ditempuh harus relevan dengan masalah yang telah dirumuskan.

Menurut Hadari Nawawi (2012 : 65), ada empat metode

penelitian yang biasa digunakan, yaitu :

a. Metode filosofis

b. Metode deskriptif

c. Metode historis

d. Metode eksperimen
47

Metode penelitian yang digunakan harus sesuai dengan

masalah yang diteliti. Berdasarkan masalah yang dirumuskan

dalam penelitian ini, maka metode yang digunakan adalah

metode deskriptif.

Menurut Hadari Nawawi (2012:67), “Metode deskriptif

diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki

dengan menggambarkan / melukiskan keadaan subyek / obyek

penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta – fakta yang

tampak atau sebagaimana adanya”.

b. Bentuk Penelitian

Menurut Hadari Nawawi (2012 : 68), terdapat beberapa

bentuk penelitian dalam metode deskriptif, yaitu :

a. Survey ( Survey studies )

b. Studi hubungan ( Interrelationship studies)

c. Studi perkembangan (Development studies)

Bentuk penelitian yang digunakan dan dianggap sesuai

dalam penelitian ini yaitu bentuk studi hubungan (interrelationship

studies), yang bertujuan untuk memaparkan mengenai hubungan

dan pengaruh antara pengelolaan kelas terhadap hasil belajar mata

pelajaran ekonomi kelas X IPS di SMA Negeri 8 Pontianak.

2. Populasi dan sampel

a. Populasi
48

Menurut Suharsimi Arikunto (2013 : 173), “Populasi adalah

keseluruhan subjek penelitian”. Sedangkan menurut Hadari

Nawawi (2012 : 150), “Populasi adalah keseluruhan obyek

penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda – benda, hewan,

tumbuh – tumbuhan, gejala – gejala, nilai tes, atau peristiwa –

peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu

didalam suatu penelitian”.

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh

siswa kelas X IPS di SMA Negeri 8 Pontianak, yang berjumlah

140 orang yang terdiri dari 4 kelas. Adapun penyebaran dari

populasi tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 2 : Penyebaran populasi siswa kelas X IPS di SMA


Negeri 8 Pontianak

Jenis Kelamin
No Kelas Keseluruhan
Laki – laki Perempuan

1 X IPS 1 22 13 35

2 X IPS 2 22 14 36

3 X IPS 3 21 16 37

4 X IPS 4 19 13 32

Jumlah 84 56 140

Sumber : Data akademik siswa kelas X IPS SMA Negeri 8


Pontianak, 2013
b. Sampel
49

Menurut Sugiyono (2013:118), “Sampel adalah bagian dari

jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.

Sedangkan menurut Hadari Nawawi (2012:152) “ Sampel secara

sederhana diartikan sebagai bagian dari populasi yang menjadi

sumber data sebenarnya dalam suatu penelitian”.

Dari pengertian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa

sampel adalah sebagian dari individu yang mewakili jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh seluruh populasi.

Untuk menentukan banyaknya sampel, peneliti

menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Slovin (dalam

Danang Sunyoto, 2011 : 21) sebagai berikut :

Rumus :

N
n=
1 + (N x e2)
Dimana :
n = banyaknya sample
N = banyaknya populasi
e = persentase kesalahan yang di inginkan sebesar 10 %

Jadi berdasarkan rumus diatas, maka sample yang diambil

dalam penelitian ini adalah :

140

n=

1 + (140 x 0,102)
50

140

n=

1 + (140 x 0,01)

140

n=

1 + 1.4

n= 59 sampel

Berdasarkan perhitungan diatas maka sampel dalam

penelitian ini untuk setiap kelas X IPS adalah sebagai berikut:

Tabel 3 : Perhitungan Sampel penelitian siswa kelas X IPS


SMA Negeri 8 Pontianak
Perhitungan Jumlah
Kelas X IPS Jumlah
Sampel sampel

1 35 siswa 35/140 x 59 15 siswa

2 36 siswa 36/140 x 59 15 siswa

3 37 siswa 37/140 x 59 15 siswa

4 32 siswa 32/140 x 59 14 siswa

JUMLAH 140 siswa 59 siswa

Sumber : Tata Usaha Data Olahan, 2014

Untuk mendapatkan sampel 59 siswa yang terdiri dari 4

kelas dilakukan dengan cara simple random sampling ( sampel


51

random sederhana ) yaitu dengan memberi nomor pada tiap unit

populasi. Kemudian sampel yang di inginkan ditarik secara

random, dengan menggunakan undian biasa.

J. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

1. Teknik pengumpulan data

Menurut Hadari Nawawi (2012 : 100 ), ada enam tekhnik

pengumpulan data dalam suatu penelitian, yaitu :

a. Teknik observasi langsung

b. Teknik observasi tidak langsung

c. Teknik komunikasi langsung

d. Teknik komunikasi tidak langsung

e. Teknik pengukuran

f. Teknik studi dokumenter

Berdasarkan dari jenis – jenis teknik pengumpulan diatas, maka

teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

a. Teknik observasi langsung yaitu dengan cara membuat daftar cek

yang diamati pada saat guru sedang melaksanakan Proses belajar

mengajar di kelas.

b. Teknik komunikasi tidak langsung, yaitu dengan cara menyebarkan

angket kepada siswa yang telah dijadikan sampel.


52

c. Teknik komunikasi langsung, yaitu dengan cara mewawancarai

guru mata pelajaran ekonomi kelas X IPS.

d. Teknik studi dokumenter, yaitu dengan cara mengumpulkan data

yang diperlukan dan yang berhubungan dengan masalah penelitian

misalnya data siswa, nilai dll.

2. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

a. Daftar Cek, yaitu pencatatan data yang dilakukan dengan

menggunakan sebuah daftar yang memuat nama-nama observee

disertai dengan gejala yang akan diamati

b. Angket atau kuesioner, yaitu pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan

tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

c. Wawancara, yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan

memberikan pertanyakan secara lisan kepada guru yang

bersangkutan.

d. Catatan- catatan, yaitu pengumpulan catatan arsip atau literature

yang relevan dengan masalah penelitian untuk mendapatkan data –

data yang berpengaruh pada penelitian.

K. Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas
53

Menurut Sugiyono (2013:267) “Validitas merupakan derajat

ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan daya

yang dapat dilaporkan oleh peneliti.

Dalam pengujian Validitas ini, pada tahap awal peneliti akan

melakukan konsultasi kepada dosen pembimbing, kemudian setelah

mendapat persetujuan, peneliti langsung menyebarkan instrumen

angket kepada 59 (lima puluh sembilan) orang responden. Setelah itu

peneliti melakukan perhitungan dengan menggunakan Scale Reliability

dengan bantuan program SPSS 16 guna mendapatkan validitas

terhadap instrumen.

2. Uji Reliabilitas

Menurut Sugiono (2013: 268) “realibilitas berkenaan dengan

derajat konsistensi dan stabilitas data dan temuan.” Sedangkan Danang

Sunyoto (2011:70) berpendapat reabilitas menunjukkan bahwa sesuatu

instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat

pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang

baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk

memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrumen yang sudah dapat

dipercaya, yang reilabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya

juga. Apabila memang datanya benar sesuai dengan kenyataannya,

maka berapa kalipun diambil, tetap akan sama. Reabilitas

menunjukkan pada tingkat keterandalan sesuatu. Butir koesioner

dikatakan reilabel jika cronbach’s alpha >0,60 dan di katakan tidak


54

reilabel jika cronbach’s alpha < 0,60. Dalam penelitian ini perhitungan

dilakukan dengan perhitungan menggunakan bantuan program

komputer program SPSS 16 (Statistical Product and Service Solution).

L. Rencana Pengolahan Data

1. Analisis data deskriptif

Data yang telah terkumpul dari penyebaran angket diteliti

terlebih dahulu untuk mengetahui keabsahan data dalam mengisi

angket yang dilakukan oleh responden. Kemudian data tersebut diolah

untuk kepentingan analisis. Data tersebut dianalisis dengan cara

perhitungan persentase yang digunakan untuk menghitung persentase

dari setiap item jawaban dari angket yang disebarkan.

Rumus persentase yang digunakan adalah menurut Mardalis

(dalam Arni Safitri, 2011 : 38 – 39) sebagai berikut :

∑X
Persentase = x 100%
N
Keterangan :
∑X = jumlah jawaban responden yang memilih setiap
alternative
N = jumlah responden
Rumus tersebut dapat dikembangkan menjadi :
Jumlah jawaban A
Persentase = x 100%
Jumlah sampel

Jumlah jawaban B
Persentase = x 100%
Jumlah sampel

Jumlah jawaban C
Persentase = x 100%
Jumlah sampel
55

Jumlah jawaban D
Persentase = x 100%
Jumlah sampel

2. Pengolahan data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis

regresi linear sederhana dan dilanjutkan dengan menghitung koefisien

determinasi dari hasil perhitungan analisis linear sederhana.

Menurut Sugiyono (2012: 236) “Analisis regresi dilakukan

bila hubungan dua variabel berupa hubungan klausal atau fungsional.

Untuk menetapkan dua berupa hubungan kausal atau tidak, maka

harus didasarkan pada teori atau konsep-konsep tentang dua variabel

tersebut.” Lebih lanjut lagi Sugiyono menyatakan (2012: 237) “regresi

sederhana didasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausal satu

variabel independen dengan satu variabel dependen”

Adapun persamaan analisis regresi linear sederhana menurut

Sugiyono (2012:188) sebagai berikut:

Y’ = a + b X

Keterangan :

Y’ = variabel dependen (nilai yang diprediksikan)

X = nilai variabel independen

a =konstanta (nilai Y’ apabila X=0)


56

b = koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan)

Perhitungan analisis regresi dalam penelitian ini menggunakan

Statistical Product and Service Solution(SPSS). Penggunaan program

ini dapat mempermudah peneliti dalam mengolah data, selain itu

program ini sudah teruji keakuratan dalam perhitungannya.

3. Uji hipotesis

Berikut ini merupakan hipotesis yang akan diuji pada penelitian

ini.

Hipotesis Nol (Ho)

“Tidak terdapat pengaruh pengelolaan kelas terhadap hasil belajar

siswa pada mata pelajaran ekonomi kelas X IPS di SMA Negeri 8

Pontianak”.

Secara matematikanya dirumuskan bahwa Ho = 0

Hipotesis Alternatif (Ha)

“Terdapat pengaruh pengelolaan kelas terhadap hasil belajar siswa

pada mata pelajaran ekonomi kelas X IPS di SMA Negeri 8

Pontianak”.

Secara matematikanya dirumuskan bahwa Ha ≠ 0

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini meliputi:

a. Uji t

Analisis uji t ditujukan untuk mengetahui seberapa besar

keberartian hubungan antara variabel bebas (X) dengan variabel

(Y) atau dengan kata lain apakah variabel bebas (X) mempunyai
57

pengaruh yang berarti terhadap pengaruh nilai varaibel terikat (Y).

Pengujian hipotesis di dalam penelitian ini dihitung dengan

menggunakan program komputer Statistical Product and Service

Solution (SPSS). Menurut Duwi Priyanto (2008:136), kriteria

pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:

(1) Jika signifikansi -t tabel  t hitung  t tabel, maka Ho diterima.

(2) Jika signifikansi -t hitung  -t tabel atau t hitung > t tabel,

maka Ho ditolak.

b. Koefisien Determinasi (R2)

Besarnya koefisien determinasi R Square (R2) atau kuadrat

R. Angka ini akan diubah ke bentuk persen, yang artinya

persentase sumbangan pengaruh variabel indipenden terhadap

variabel dependen”. Dalam hal ini dihitung dengan menggunakan

program komputer Statistical Product and Service Solution

(SPSS).

Anda mungkin juga menyukai