Nek Halimah 2
Nek Halimah 2
Nim : 11731073
Pada saat itu aku duduk di kursi dan selalu memikirkan siapa yang akan ku
jadikan narasumber untuk memenuhi tugas kuliahku dikarenakan setiap hari nya
aku bekerja dan sambil kuliah jadi sedikit waktu ku untuk mencari seseorang itu
bila jauh dari tempat tinggalku,karena yang ku tahu hanya hari rabu saja waktu
senggangku dan kebetulan kuliah sedang tidak ada tetapi waktu bekerjaku tetap
seperti biasanya dan hari rabu sangat tepat untuk mewancarai seseorang itu. Pada
hari selasa malam saat aku pulang bekerja dan tiba sampai dirumah aku istirahat
sejenak sembari memikirkannya yang ku tahu daerah tempat tinggalku rata-rata
perumahan semua dan mebuatku bingung saat itu. Namun ada sesorang datang
ternyata abang ku kemudian aku bertanya pada nya. Lalu ia memberi tahu padaku
ternyata tidak jauh dari tempat tinggalnya dan masih satu kampung juga dengan
ku. Ia seorang nenek yang tua yang tinggal bersama anak nya.
Dulu nya ia hidup berkecukupan mempunyai sawah padi sendiri dan juga
mempunyai tanah kavlingan yang di warisi oleh ibunya. Setelah suaminya
meninggal lambat laun kehidupan nya tidak sama seperti dulu. Tanah yang ada
sudah di jual oleh nya untuk keperluan nya nanti, anak nya juga ada yang menikah
ada juga melanjutkan sekolah. Pada saat anak lelaki nya melanjutkan kuliah
semua keperluan nya di bantu oleh paman nya. Namun tidak sampai selesai ia
kuliah pada saat itu karena tidak ada biaya dari ibu nya akhir nya ia berhenti
kuliah.
Pada waktu yang sekarang ini ia tidak mampu bekerja seperti dulu lagi dan
tidak punya apa apa untuk kebutuhanya ia hanya mengharapkan anak-anak nya
saja. Anak laki-laki nya itu bernama supardi di panggil didik dulu nya menderita
sakit jiwa selama 5 tahun dan di rawat di rumah sakit jiwa sungai bangkong.
Namun sekarang tidak lagi sakit jiwa lagi tetapi ia menderita sakit ayan. Nenek
halimah hanya bergantung pada anak nya saja. Untuk makan sehari-hari dan
keperluan nya biasa nya ia di kasi sembako oleh anak nya pada setiap minggu nya
selain itu biasa nya di kasi uang rp.50.000 saja dari anak perempuan yang pertama
menikah namaya kak ati. Kadang abangku juga biasa kasi uang pada nya jika ada
rejeki banyak kadang makanan juga.
Setiap harinya ia terus menyuruh didk untuk bekerja namun jika merasa
sakit si didik tidak akan bekerja. Biasanya didik menyapu di surau yang tidak
jauh dari rumah nya. Ia biasanya di upah rp20.000 saja oleh pengurus masjid dan
juga mengumandangkan adzan pada saat maghrib. Namun upah dengan uang
segitu tidak lah cukup untuk mereka. Sebab didik selalu meminta masakkan mie
instan jika ia ingin makan. Dalam sehari nenek halimah hanya 2 kali sehari saja
makan semua itu pemberian oleh kak ati. Namun anak bungsu yang perempuan
yang sudah menikah ini sudah mempunyai 3 oraang anak dan tinggal
bersebelahan dengan ibu nya. anak nya juga hidup susah jadi ia biasa membantu
ibu nya juga .