Anda di halaman 1dari 17

areas has increased considerably caused by the number of migrants who came to

region. Most of these people are non-permanent migrants of which the exact num
is never known. If prior to the 1970s the population were clustered in the fe
regions, the population distribution has now changed to following the distribu
of tourist industry.
Tourist industry may stimulate the people of the rural areas to utilize the pres
existing economic opportunities. Development both in physical and non-phys
aspects in the rural areas is followed by the improvement of transport facilities. Th
close relationshave positively influenced the slight demographic structural differe
between urban and rural.

Pendahuluan
Propinsi Bali yang luasnya 5.632,86 ditandai dengan diresmikannya
km , terdiri dari delapan kabupaten dan Bali Beach di Sanur pada tahun
satu kotamadia Denpasar, 51 kecamatan Hotel ini merupakan hotel be
dan 612 desa/ kelurahan. Propinsi Bali internasional pertama di Bali. A
di samping merupakan daerah pertanian hotel yang representati
yang subur, juga merupakan daerah mengakibatkan perkemba
pariwisata yang penting di Indonesia. kepariwisataan menjadi semakin
Sejak Perang Dunia II, Puiau Bali teiah Dalam jangka waktu sepuluh ta
dikunjungi oleh wisatawan asing, tetapi Bali bermunculan hotel-hote
arus wisatawan tidak terlalu besar cukup bagus. Bersamaan denga
sehingga dampak terhadap sosiai pemerintah Bali mulai mengiden
budaya tidak besar puia. dan mengembangkan kawasan
Perhatian yang besar terhadap yang potensial, yang diserta
pengembangan kepariwisataan di Bali dengan pembenahan terhadap
dimulai sejak tahun 1960-an yang dan prasarana perhubungan di B

Prof. Ida Bagoes Mantra, PhD. adalah staf peneliti pada Pusat Penelitian Kependu
Universitas Gadjah Mada dan staf pengajar pada Fakultas Geografi UGM.

52
ini sejak sepuluh tahun yang lalu Pelabuhan penyeberangan Ke
dibangun botel-hotel bertaraf (Jawa) - Gilimanuk (Bali
internasional maupun tempat-tempat ditingkatkan fasilitasnya sehing
penginapan yang merupakan melayani penyeberangan selama
perkampungan wisatawan. Dengan cara Di samping itu, Pelabuhan Laut
ini, interaksi secara langsung antara Bai sering dirapati kapal-kapal ni
penduduk setempat dengan wisatawan wisatawan asing.
hanya terjadi pada waktu-waktu tertentu Dengan peningkatan prasar
saja. jumlah wisatawan asing dan
Kebijaksanaan semacam ini negeri yang datang ke Bali mak
mengakibatkan masyarakat Bali yang makin meningkat Menurut cata
berada di pedalaman hanya merupakan DIPARDA Bali (1986), jumlah wis
objek kunjungan wisatawan dan bukan asing yang masuk ke Bali selam
objek domisili. Asumsinya, dengan 1980-1986 sebanyak 1.273 268
semakin kecilnya interaksi penduduk Jumlah penumpang yang masuk
lokal dengan wisatawan, semakin kecil pada periode yang sama melewa
pula dampak negatif yang terjadi. Selain udara, dan laut sebagai berikut:
itu, dengan dipusatkannya aktivitas
wisatawan di daerah bagian selatan lewat darat = 6.018.455 orang (6
Pulau Bali, kelestarian terhadap lewat udara = 3-352.029 orang (3
kebudayaan Bali akan tetap lewat laut = 51.220 orang (0
berlangsung.
Jumlah = 9.421.704 orang (1
Dalam perkembangan selanjutnya,
hal ini ternyata tidak dapat berlangsung
Kebanyakan migran masuk t
seperti yang diharapkan. Hotel-hotel
merupakan migran sirkuler yan
dan tempat penginapan banyak atas wisatawan asing dan wis
bermunculan di sepanjang Pantai Bali, dalam negeri.
seperti Candi Dasa, Legian, Kerobokan, Jenis pariwisata di Bali
dan Lovina. Di daerah pedalaman pun Pariwisata Budaya, pariwisa
terjadi perkembanganyang sangat pesat, menitikberatkan pada perkem
mencakup dua komponen pokok, yaitu misalnya tari-tarian, ukir-ukir
sebagai berikut. kain dengan corak tradisiona
1. Komponen manusia sebagai dapat memenuhi kebutuhan
pendukung dan penggerak beberapa desa muncul perku
organisasi yaitu manusia yang pada perkumpulan kesenian, yang se
hakikatnya mempunyai persepsi kalau dibutuhkan dapat me
sikap dan perilaku tertentu kesenian itu kepada para wisata
berkaitan dengan organisasi Dengan memperhatikan hal
tersebut. di atas, dapatlah dikatakan
2. Komponen sosial budaya yang
pembangunan industri pariw
pembangunan organisasinya terdiri
Bali, tidak hanya mempunyai
dari komponen ideal (awig-awig
pada desa-desa pusat wisata
banjar), komponen kependudukan
Sanur, Kuta, dan Nusa Dua, te
yang ditempati oleh sejumlah
personal dan komponen peralatan. pada desa-desa kunjunga
Ciri-ciri tersebut di atas melahirkan penunjang. Komponen-kom
kehidupan kemasyarakatan yang lingkungan yang terkena dampa
bersifat sosio-religius dan kehidupan komponen fisik, biotis, sosial, e
keagamaan yang dijabarkan dalam budaya, dan kesehatan masyara
pelaksanaan kehidupan sehari-hari. Dalam makalah ini ditinjau
Dengan memperhatikan ciri-ciri pembangunan industri pariw
banjar dan desa di Bali dan mengingat Propinsi Bali terhadap v
pula sifat pariwisata di Bali adalah kependudukan. Variabel terseb
pariwisata budaya, maka objek wisata di lain meliputi jumlah dan per
Bali berpusat di pedesaan. Wisatawan penduduk, pertumbuhan pe
manca negara maupun domestik datang mobilitas penduduk, dan
ke desa. Sebagai konsekuensi logis dari penduduk.
jenis pariwisata ini, maka pengembang-
Perubahan Struktur Pendudu
an industri pariwisata ini tidak hanya di
pusat-pusat domisili wisata, tetapi di Perubahan struktur pendud
desa-desa kunjungan dan desa-desa akan disoroti ini adalah perubah
penunjang. dasa warsa terakhir yaitu tah

54
perdagangan. Pertumbuhan penduduk dan Kecamatan Denpasar S
meningkat karena tingginya migran sebesar 5,39 persen. Kecam
masuk yang menuju ke wilayah ini, kecamatan lain di Kabupaten B
misalnya, Kecamatan Kuta dan yang letaknya jauh dari pusat par
Kecamatan Denpasar Selatan di misalnya Mengui, Abiansema
Kabupaten Badung. Di Kecamatan Kuta
TABEL l.
JUMLAH DAN LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK DIBEBERAPA KECAMATAN
DI KABUPATEN BADUNG DAN KODIA DENPASAR, 1980-1990

Kecamatan/Kabupaten Jumlah Penduduk Laju pertumbuh


dan Kodia 1980 1990 penduduk 1980-
KAB. BADUNG
Kuta 81887 101589 2,18
Mengwi 76676 84612 0,99
Abian Semal 60942 65888 0,66
Petang 23532 23351 -0,08
KODIA DENPASAR
Denpasar Selatan 56835 95829 536
Denpasar Timur 91996 118883 2,60
Denpasar Barat 112432 173732 4,45
JUMLAH 504300 663084 2,78
Rumus Laju Pertumbuhan Penduduk adalah:

Pt = Po (1 + r)' di mana.
Po = jumlah penduduk per tahun n dasar
r = rata-rata tingkat pertumbuban penduduk per tahun
t = selisih antara tahun dasar dengan tahun proyeksi
Pt = jumlah penduduk pada tahun t

Sumber: Kantor Statistik Propinsi Bali (1982, 1991)


penduduk Indonesia pada periode pariwisata budaya. Pembe
tahun 1980-1990 sebesar 1,97 persen. Di pembenahan tersebut menye
antara 8 kabupaten di Bali, laju desa-desa yang pada tahun 1980
pertumbuhan penduduk Kabupaten pedesaan (rural), pada tahu
Badung tertinggi yaitu 2,78 persen bersifat perkotaan (urban).
disusul oleh Kabupaten Buleleng (1,04 Kota-kota di Bali juga berk
persen) dan Gianyar (0,96 persen; Tabel dengan pesat. Fasilitas-fasilitas
2.). Dari Tabel 2. ini jelas terlihat bahwa shopping center, super marke
di kabupaten yang mempunyai kawasan telepon, dan lain-lain terda
industri pariwisata seperti Badung dan kota-kota dan di pusat-pusat
Gianyar laju pertumbuban penduduk¬ pariwisata. Fasilitas transpo
nya per tahun lebih tinggi dibandingkan darat, laut, maupun udara di

TABEL 2.
RATA-RATA LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK PER TAHUN
MENURUT KABUPATEN DAN DESA-KOTA TAHUN 1980-1990 (PERSEN)

Kabupaten Kota Desa Kota +


Jembrana 5,30 -0,05 0,6
Tabanan 10,59 -0,94 0,1
Badung 8,50 -1,99 2,7
Gianyar 11,16 0,14 0,9
Klungkung 8,66 -2,29 0,1
Bangli 3,91 0,60 0,8
Karangasem 7,03 -0,53 0,8
Buleleng 2,94 0,58 1,0
Bali 7,29 -0,30 1,1
Sumber: BPS (1991).

56
Kepadatan penduduk untuk d
Gianyar mempunyai laju pertumbuhan
wisata Kuta pada tahun 1980 d
penduduk tertinggi (11,16 persen) terlihat dalam Tabel 3.
disusul oleh Kabupaten Tabanan (10,59
Dari Tabel 3- dapat disim
persen), Klungkung (8,66 persen), dan
bahwa kepadatan penduduk
Badung (8,50 persen). Kabupaten
kawasan wisata Kuta pada tah
Buleleng mempunyai laju pertumbuhan
tinggi (melebihi kepadatan pe
penduduk kota terendah yaitu 2,94 Pulau Bali), besarnya 493 ora
persen.
Penduduk Desa Tuban sanga
Apabila dilihat angka laju (3200 orang/km2) dan mening
pertumbuhan penduduk per kecamatan
persen dibandingkan denga
di Propinsi Bali, terlihat bahwa tingkat
kepadatan penduduk tahun 19
pertumbuhan penduduk di kecamatan-
Kuta walaupun kepadatan pe
kecamatan Kuta, Denpasar Selatan,
nya di bawab Desa Tuban
Denpasar Timur, Sukawati, Negara, menunjukkan angka di atas 1
Tabanan, Kubu, Sukasada, dan Buleleng
meningkat sebesar 26,9
berlasar antara 1,43-5,36 persen.

TABEL 3.
KEPADATAN PENDUDUK DESA-DESAWISATA KUTA, 1980 DAN 1990

Desa Kepadatan penduduk (org/km2) Peningkata


1980 1990
Kerobokan 800 897 12,
Kutan 1061 1347 26,9
Tuban 1947 3200 64,6
Jimbaran 482 585 21,4
Benoa 398 518 30,2
Sumber: Kantor Statistik Propinsi Bali (1991).
Propinsi Bali, 1991). . sangat jarang, tetapi dewas
Desa Ubud merupakan daerah kepadatan penduduknya men
tujuan wisata sejak lama Para wisatawan lebih-lebih di kawasan wisata Nus
tidak hanya berkunjung ke objek wisata Sejalan dengan meningkatny
ini, juga banyak yang menginap atau pertumbuhan penduduk di perk
tinggal di bomestay atau tempat tinggal Bali, maka persentase penduduk
penduduk. Secara geografis, letak bermukim di perkotaan juga meni
wilayah Desa Ubud sangat strategis. Pada tahun 1971 persentase pen
Desa ini diapit oleh desa-desa yang yang bermukim di perkotaan sebe
terkenal sebagai desa kerajinan dan seni persen; pada tahun 1980 dan
di Bali. Desa Peliatan terkenal dengan masing-masing menjadi 14,7 perse
seniman-seniman tarinya, Desa Mas 26,4 persen. Jadi terjadi pening
terkenal dengan produksi patung kayu sebesar 4,9 persen antara tahun
hitam dengan motif tradisional, dan dan 1980 dan 11,7 persen antara
Desa Tegallalang merupakan tempat 1980 dan 1990. Pada tahun
seniman-seniman patung kontemporer persentase tertinggi dari pendudu
yang memproduksi patung naturalis bermukim di Kabupaten Badung
seperti pohon-pohon dan buah-buahan. persen) diikuti oleh Kabup
Desa Ubud sendiri terkenal sebagai Kelungkung (33,0 persen)
pusat perkembangan seni lukis di Bali Kabupaten Buleleng (21,7 pe
(Mantra dan Kutanegara, 1990). (Tabel 4.).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan Peningkatan proporsi pend
bahwa peta persebaran penduduk di yang bermukim di perko
Pulau Bali sejak tahun 1980 mengalami disebabkan adanya pusat-
perubahan. Sebelum tahun 1980, pola pertumbuhan yang baru {g
persebaran penduduk mengikuti pola center), terutama pusat-pusat in
pertanian. Daerah-daerah yang pariwisata. Di samping itu, beb
mempunyai potensi pertanian yang baik desa yang pada tahun 1980 ber
mempunyai kepadatan penduduk yang desa, pada tahun 1990 ber
tinggi. Sebagai contob, daerah Bali statusnya menjadi kota. Prose
Selatan merupakan dataran aluvial yang disebut dengan reklasifikasi.

58
Buleleng 117.295 21,7 422.804 78,2 540.099
Bali 734.237 26,4 2.043.119 73,6 2.777.356
Sumber: BPS (1991).

Mobilitas Penduduk permanen yang masuk se


didapatkan jumlah migran net
Di muka telah disebutkan bahwa
negatif. Hal ini merupakan sala
meningkatnya tingkat pertumbuhan
faktor rendahnya laju pertum
penduduk di kawasan wisata Bali
penduduk dap tahun di propi
disebabkan tingginya jumlah migran
terutama untuk pedesaan (Tabe
masuk ke kawasan ini. Mereka umumnya
Sejalan dengan peningkatan a
berasal dan Jawa, Lombok, bahkan ada
industri pariwisata di Bali,
yang berasal dari Pulau Timor. Di
migran masuk meningkat denga
samping bekerja pada industri
dan lebih cepat daripada penin
pariwisata itu sendiri, ada juga yang
migran keluar. Kalau pada tahu
bekerja pada sektor-sektor lain,
jumlah migran keluar hampir
misalnya pemanduwisata, perdagangan,
jumlah migran masuk, tetapi pad
usaha di bidang angkutan, dan buruh.
1990 jumlah migran keluar hany
Mereka terdiri dari migran permanen
jumlah migran masuk sehingga
yang menetap di Bali dan migran
migran netonya telah menurun
nonpermanen. Data migran permanen
pada tahun 1985 jumlah migra
dapat dmionitor karena para migran
negatif 4 persen dari jumlah pen
harus mengajukan permohonan resmi
maka pada tahun 1990 migra
untuk tinggal menetap pada Pemda
menjadi negatif sebesar 3,8
setempat, tetapi tidak untuk migran
(Tabel 5.).
nonpermanen sehingga jumlah mereka
Umumnya migran yang kelu
sulit untuk dimonitor.
Propinsi Bali terdiri dar
Untuk Propinsi Bali, jumlah migran
transmigran dan hanya sebagia
permanen keluar lebib besar
terdiri dari migran spontanyang m
dibandingkan dengan jumlah migran
pekerjaan di luar Bali. D
Sumber: BPS, 1975; 1983; 1987; dan 1992.

meningkatnya pasaran kerja di Propinsi samping migran perm


Bali dan meningkatnya tingkat ekonomi diperkirakan jumlah migran mas
rumah tangga penduduk, maka dalam besar daripada migran keiuar.
dasawarsa terakhir ini jumlah nonpermanen yang masuk ke
transmigran yang keiuar Propinsi Bali samping berdampak positi
menurun. Pada Pelita III jumlah berdampak negatif.
transmigran yang diberangkatkan Dari hasil pemantauan d
berjumlah 56.351 orang (atau 13 223 pariwisata di Nusa Dua, Jimbar
KK), pada Pelita IV menurun menjadi Kedonganan, para pekerja
22.893 orang (6.892 KK), dan pada Pelita umumnya berasal dari Jawa Tirnu
V (hingga tahun 1991) jumlah Barat, dan Lombok. Umumnya
transmigran yang diberangkatkan berasal dari keiuarga petani
sebesar 8.180 orang (2.387 KK); bahkan ada yang berasal dari k
(Departemen Transmigrasi Propinsi tani yang tidak memiliki lahan pe
Bali, 1991). Pembangunan kawasan wi
Di samping migran masuk yang beberapa tempat di Bali b
menetap, terdapat pula migran masuk membutuhkan tenaga ker
yang tidak berniat menetap di Bali. kebutuhan ini tidak dapat dicuku
Mereka terdiri dari pekcrja bangunan, tenaga kerja lokal di Bali. Um
pedagang keliling, dan pekerja-pekerja tenaga kerja lokal kurang be
sektor informal. Jumlah mereka tidak untuk mengerjakan peke
dapat diketahui karena kedatangannya pekerjaan kasar seperti mengga
ke Bali tidali melapor pada pemerintah membuat lubang fondasi, dan la
setempat. Namun demikian, dari hasil Tersedianya prasarana tra
observasi didapat bahwa jumlah mereka yang lancar dan kcberadaan kaw
lebih banyak dibandingkan dengan famili di daerah tujuan merupak
jumlah yang menetap. faktor eksternal yang mera
Apabila migran nonpermanen ikut penduduk melakukan mobi
diperhitungkan sebagai migran masuk di kawasan pariwisata Bali. Kead

60
Tenaga kerja dari luar Propinsi Bali, wisata akan berpengaruh te
terutama yang berasal dari Pulau Jawa, komposisi penduduk di k
tidak hanya bekerja pada proyek-proyek tersebut; sebagai contoh berv
pariwisata, tetapi juga bekerja pada kelompok etnis, umur, pekerja
sektor-sektor lain misalnya sektor pendidikan.
informal sebagai pedagang keliling, Kelompok Etnis
pedagang kaki lima, dan buruh di sektor
pertanian, bahkan mereka sudah Migran yang datang ke Bali
menyusup ke daerah-daerah pedesaan. ke kawasan wisata datang dar
Banyak buruh pemetik padi, pekerja penjuru tanah air. Dengan d
bangunan dijumpai di pedesaan di Bali, penghuni di wilayah tersebut te
bahkan penjual bakso pun sudah bermacam-macam kelompok
banyak terdapat di sana. kawasan wisata Sanur, Kuta, d
Hadirnya pekerja-pekerja migran Dua, etnis Jawa merupakan k
pedesaan di Bali karena banyak dari etnis yang dominan. Budaya da
mereka tidak tertampung di kota lalu mereka berbeda-beda sehi
meluber ke pedesaan. Di samping itu, kawasan wisata terjadi perca
banyak tenaga kerja di pedesaan bekerja antara budaya satu dengan y
di kota atau di proyek-proyek (termasuk budaya lokal) dan ke
pembangunan, dan kekurangan tenaga sering menimbulkan konflik
kerja di pedesaan diisi oleh pekerja- antara kelompok suku yang berm
pekerja migran. wilayah tersebut.
Suatu fcnomena mobilitas penduduk Timbul pertanyaan, sejau
yang menarik adalah terjadinya budaya Bali dapat bertahan
mobilitas penduduk lokal dari kawasan adanya gempuran budaya dari l
wisata menuju ke daerah pedalaman di datang bersama dengan arus
Kabupaten Tabanan dan Buleleng. Menurut teori difusi, terpe
Lahan-lahan mereka dibeli oleh para tidaknya budaya lokal oleh bud
investor dengan harga yang tinggi. Pada sangat tergantung pada k
tahun 1990 di kawasan pariwisata tidaknya benteng budaya se
Kedonganan dan Jimbaran, harga 1 m2 Suatu hal yang menggemhirak
potensial, juga kebanyakan terdiri dari basil penelitian mengenai dampak
laki-laki. Jadi pada masa konstruksi budaya industri pariwisam di Ubu
perbandingan jenis kelamin (seks-rasio) dilakukan oleh Mantra dan Kuta
besarnya lebih dari 100. (1990).
Pada waktu pascakonstruksi,
Kualitas Penduduk
sebagian buruh-buruh bangunan
pulang ke desa asal karena kontrak Dengan meningkatnya pend
mereka sudah selesai. Pada saat itu penduduk, pendidikan, dan kes
berdatangan pula migran-migran baru masyaraliat, maka kualitas pen
dengan kualitas lebih baik, yang akan pun meningkat pula. Menur
bekerja pada proyek pariwisata tersebut Kependudukan No. 10 Tahun
atau pada sektor-sektor tertentu. Tidak pasal 1, ayat 4, pengertian k
hanyamigran laki-laki yangmasuk, tempi penduduk ialab kondisi pen
juga migran perempuan sehingga rasio dalam aspek fisik dan nonfisik
jenis kelamin mendekati 100 bahkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang
knrang dari 100. Esa, yang merupakan dasar
mengembangkan kemampua
Pekerjaan
menikmati kehidupan sebagai m
Pembangunan industri pariwisata di yang berbudaya, berkepribadia
suatu wilayah memungkinkan terjadinya layak. Indikator kualitas fisik
mobilitas penduduk vertikal bagi sebagai berikut:
penduduk setempat yang masih 1. status gizi (nutritionalstatu
bertempat tinggal di wilayah tersebut. 2. status kesehatan (health stat
Sebelum dibangun industri pariwisam di 3. kebugaran jasmani (bodily
suatu wilayah, misalnya di Nusa Dua, dan
sebagian besar penduduknya bekerja 4. kesegaran jasmani (p
pada sektor pertanian dan nelayan. fitness).
Setelah dibangun kawasan pariwisam di Kualitas nonfisik (KNF) a
daerah ini, maka sebagian besar ciri-ciri kualitas yang bersifat ba
penduduk bekerja pada sektor Dimensi-dimensi KNF yang
nonpertanian. dikembangkan adalah sebagai be

62
diterjemahkan dengan Indeks Mutu
PQLI tertinggi (84,86), disu
Hidup (IMH). Variabel yang digunakan Kabupaten Badung (83,67), Ka
untuk mengukurnya adalah Angka
Jembrana (76,85), dan Ka
Kematian Bayi (Infant Mortality Rate = Klungkung (75,30). Kab
1MR), Usia Harapan Hidup setelah kabupaten lain nilainya di ba
berumur 1 tahun (el), dan persentase (Tabel 6).
melek huruf dari penduduk dewasa Sebagai perbandingan, pad
berumur 15 tahun (LIT). Tujuan dari 1985 nilai PQLI untuk Indonesia
pengukuran ini ialah untuk mengukur 71. Propinsi-propinsi dengan n
sejauh mana basil pembangunan yang di atas 80 adalah DKI Jakarta
telah mampu memenuhi kebutuhan Daerah Istimewa Yogyakar
dasar manusia dari segi kualitas fisik sedangkan propinsi dengan n
kehidupan. Nilai skor PQLI biasanya terendah adalah Nusa Tengga
berkisar antara 0-100. sebesar 51.

TABEL 6.
INDEKS MUTUHIDUP MENURUT KEBUPATEN, PROPINSI BALI TAHUN 1985 DAN

Kabupaten 1985 1987


Jembrana 72,00 76,85
Tabanan 79,47 84,86
Badung 77,02 83,67
Gianyar 60,52 65,95
Klungkung 68,09 75,30
Baugli 52,97 59,27
Karangasem 56,05 62,89
Buleleug 58,65 66,48
Sumber: Bappeda Tingkat IBali, 1989.
masyarakat cukup'banyak satu di digunakan adalah Angka Fertilitas
antaranya adalah aktivitas untuk
(Total Fertility Rate)**. Biro
Statistik telah membuat perkiraanA
mempertahankan kelangsungan hidup
anak (child survival). Program ini dapat Fertilitas Total untuk masing-m
menurunkan dengan cepat angka propinsi berdasarkan data hasil S
kematian bayi* dan meningkatnya angka Penduduk 1980, 1990, dan S
harapan hidup waktu lahir. (intercensal survey) tahun 1985
Padatahun 1990 angka kematian bayi tiga periode, yaitu 1976 ,
Propinsi Bali sebesar 41 orang tiap 1000 1981-1984, dan 1986-1989 se
kelahiran. Angka ini menunjukkan terlihat dalam Tabel 8.
kematian urutan ketiga terendah di Dari Tabel 8. terlihat bahw
antara 27 propinsi di Indonesia. Urutan
seluruh propinsi terjadi penu
pertama terendah adalah DKI Jakarta
Angka Fertilitas Total. Untuk pe
sebesar 41 (label 7). Sebaliknya, angka tahun 1986-1989 Angka Fertilitas
kematian bayi tertinggi (145) terdapat di Propinsi Balisebesar 2275, berarti
Propinsi Nusa Tenggara Barat. 1000 wanita yang telah meng-akh
Angka kematian bayi di perkotaan suburnya melahirkan 2275 anak la
lebih rendah dibandingkan dengan di dan wanita. Angka ini terendah ke
pedesaan. Pada tahun 1990 di Propinsi seluruh propinsi Indonesia se
Bali angka kematian bayi di perkotaan Daerah Istimewa Yogyakarta se
sebesar 31 sedangkan di pedesaan 2082.
sebesar 55. Sebagai perbandinganangka Kalau persyaratan untuk meng
kematian bayi di Indonesia untuk masa trans isidemografi dibutuhka

* Angka Kematian Bayi ialah jumlah kematian bayi (kematiaan sebelum berumu
tahun) pada tahun tertentu tiap 1000 kelahiran hidup (live birth).
** Angka FertilitasTotal adalah jumlah anak lahir bidup yang dilahirkan oleh 1000w
hingga akhir masa reproduksinya (umur 15-49 tahun) dengan asumsi; 1. tida
wanita yang meninggal sebelum mengakhiri masa reproduksinya; 2. angka kel
menurut umur tidak berubah dalam periode waktu tertentu.

64
DKIJakarta 80 38 7,17 18
Jawa Barat 131 89 3,79 60
Jawa Teugah 94 63 3,92 42
DI Yogyakarta 58 41 3,41 39 .
Jawa Timur 97 62 438 40
Bali 90 49 5,90 27
Nusa Tenggara Barat 188 145 236 112
Nusa Tenggara Timur 126 74 5,18 43
Timor Timur - 82 4,29* 53
Kalimantan Barat 117 80 3,37 55
Kalimantan Tengah 100 56 5,63 31
Kalimantan Selatan 122 91 2,89 68
Kalimantan Timur 99 56 534 32
Sulawesi Utara 93 63 3,82 43
Sulawesi Tengah 129 89 3,64 61
Sulawesi Selatan 108 69 438 44
Sulawesi Tenggara 112 76 3,80 52
Maluku 123 75 4,83 46
IrianJaya 107 79 2,99 58
Indonesia 107 69 4,29 45

* Diasumsikan tingkat penurunan kematian bayi setiap tahun sama dengan


nasional: 4,29 persen
Sumber: Kasto (1992),
DKI Jakarta 3980 3250 2326 1
Jawa Barat 5070 4305 3468 2
Jawa Tengah 4370 3820 3049 2
DI Yogyakarta 3415 2930 2082 1
Jawa Timur 3555 3200 2456 1
BaK 3970 3090 2275 1
Nusa Tenggara Barat 6490 5735 4975 4
Nusa Tenggara Timur 5540 5120 4608 3
Tunor Timur - - 5279
Kalimantan Barat 5520 4980 4437 3
Kalimantan Tengah 5870 4765 4829 2
Kalimantan Selatan 4595 3740 3238 2
Kalimantan Timur 4985 4160 3275 2
Sulawesi Utara 4905 35S5 2687 1
Sulawesi Tengah 5908 4855 3853 2
Sulawesi Selatan 4875 4125 3538 2
Sulawesi Tenggara 5820 5660 4908 4
Maluku 6155 5610 4593 3
Irian Jaya 5350 4835 4701 3
Indonesia 4680 4055 3326 2

Sumber: BPS., Tabel 2. (tidak dipublikasikan).

66
Jawa Tirnur, dan Sulawesi Utara. prasarana transport dan ko
menyebabkan hubungan d
Kesimpulan
semakin erat. Keeratan hubu
Pembangunan sektor pariwisata, menyebabkan rendahnya pe
sektor kesehatan masyarakat, dan struktur demografi antara desa
keluarga berencana mengubah struktur Di bidang kependudukan
demografi penduduk Pulau Bali baik di masuk dengan jumlah
perkotaan maupun di pedesaan. Kalau menimbulkan masalah sos
sebelum tahun 1970-an penduduk migran tersebut umumnya te
mengelompok pada daerah-daerah yang migran nonpermanen, datan
mempunyai potensi pertanian yang untuk mendapatkan peker
tinggi, tetapi sekarang juga samping bekerja sebaga
mengelompok pada pusat-pusat bangunan, mereka juga beke
aktivitas pariwisata. Jadi dewasa ini sektor informal di ko
ketimpangan persebaran penduduk di Sehubungan dengan jumlah
pedesaan-pedesaan Bali sudah mulai yang besar, kota-kota dan pu
menyusut. pariwisata tidak mampu me
Aktivitas industri pariwisata tidak seluruh migran yang masuk,
hanya terdapat di pusat-pusat kegiatan meluber ke desa-desa yan
wisata, tetapi juga di pedesaan menimbulkan masalah-masal
mengingat kekhasan budaya Bali Umumnya para migran engga
umumnya terdapat di pedesaan. ke daerah asal walaupun kon
Walaupun desa-desa di Bali dibagi mereka telah selesai. Pendap
menjadi tiga kelompok, yaitu desa mereka peroleh di Bali dalam
domisili, desa kunjungan, dan desa waktu yang sama jaub leb
penunjang, tetapi aktivitasnya saling dibandingkan dengan di daera
menunjang dan saling menguntungkan.
-- -- -- --
Survei Penduduk Antar Sensus
1985. Jakarta. Sensus Penduduk 1990", Po

----
2(3): 18.
. 1991.PendudukIudonesia:basil
Sensus Penduduk 1990. Jakarta. Mabogunje.M.L. 1970. ÿS
approach to a theory of rura
. 1992. PendudukIndonesia: basil migration", Geography Anal
Sensus Penduduk 1990. Jakarta 1-18.
Diparda TK IBali dan Kantor Statistik Mantra dan Kutanegara. 1980. "D
Propinsi Bali. 1987. Data industri pariwisata ter
kepariwisataan propinsi daerab kehidupan sosial budaya di
TK IBali 1986. Denpasar: Diparda Populasi, 1(2): 73-90.
TKI Bali.

68

Anda mungkin juga menyukai