PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada tahun 2010 jumlah remaja usia 10-24 tahun terdapat sekitar 64
juta atau 28,6% dari jumlah penduduk Indonesia. Permasalahan remaja yang
ada saat ini sangat komplek dan menghawatirkan. Hal ini ditunjukkan dengan
masih rendahnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi. Remaja
perempuan dan laki-laki yang mengetahui resiko kehamilan jika melakukan
hubungan seksual sekali masing-masing baru mencapai 49,5% dan 45,5%.
Remaja perempuan dan laki-laki usia 14-19 tahun yang mengaku mempunyai
teman pernah melakukan hubungan seksual pra nikah masing-masing
mencapai 34,7% dan 30,9%. Jumlah orang hidup dengan HIV dan AIDS
sampai dengan bulan september 2008 mencapai 15.136 kasus, 54,3% dari
angka tersebut adalah remaja (BKKBN 2012).
Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan
fisik, emosi dan psikis. Masa remaja yakni antara 10-19 tahun adalah suatu
periode masa pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa
pubertas. Masa remaja adalah periode peralihan dari masa anak ke masa
dewasa (Widyastuti : 2011).
Rasa ingin tahu terhadap masalah seksual pada remaja sangat penting
dalam pembentukan hubungan baru yang lebih matang dengan lawan jenis.
Pada masa remaja informasi tentang masalah seksual sudah seharusnya mulai
diberikan supaya remaja tidak mendapatkan informasi yang salah dari sumber-
sumber yang tidak jelas misalnya, seperti mitos seputar seks, VCD porno,
situs porno di internet, dan lainnya akan membuat pemahaman dan persepsi
anak tentang seks menjadi salah. Pendidikan seks sebenarnya berarti
pendidikan seksualitas yaitu suatu pendidikan seksual dalam arti luas yang
meliputi berbagai aspek yang berkaitan dengan seks, diantaranya aspek
biologis, orientasi, nilai sosiokultur moral serta, perilaku (Notoadmodjo,
2010).
1
2
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:
1. Bagi SMK LKIA Kota Pontianak
Dengan adanya penelitian ini peneliti berharap agar dapat dijadikan
informasi bagi sekolah mengenai pengetahuan remaja putri tentang
pendidikan seksual dan Penyakit Menular Seksual (PMS).
2. Bagi Jurusan Kebidanan Potekkes Kemenkes Pontianak
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan untuk menambah
kepustakaan dan referensi untuk penelitian selanjutnya yang berhubungan
dengan pendidikan seksual dan Penyakit Menular seksual (PMS)
3. Bagi Peneliti
Untuk dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama
menjalani perkuliahan Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Pontianak
serta dapat menambah wawasan tentang Penyakit Menular Seksual (PMS).
E. Keaslian Penelitian
Adapun penelitian serupa tentang pengetahuan tentang penyakit menular
seksual, meliputi :
Tabel 1.4 Keaslian Penelitian
No Peneliti Judul metode Hasil
1 Siti Hubungan Survey Responden jenis kelamin
(2012) pengetahuan analitik perempuan dan mempunyai
remaja tentang dengan pengetahuan yang tinggi yaitu
penyakit pendekatan 140 orang (48,3%)
menular cross Responden jenis kelamin laki-
seksual dengan sectional laki dan mempunyai
jenis kelamin pengetahuan yang tinggi yaitu
dan sumber 74 orang (25,5%)
informasi di Hasil uji statistik diperoleh P=
SMAN 3 0.00 (P>0,05)
Banda Aceh Media massa diperoleh 137
responden (76,7%)
Teman 37 orang (12,8%)
Hasil uji statistik diperoleh
P=0.00 (P<0,05)
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung,
telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan
sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi intensitas
perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan
seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga) dan indera
penglihatan (mata) (Notoatmodjo, 2010).
2. Cara memperoleh pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010) dari berbagai macam cara yang telah
digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah,
dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni :
a. Cara tradisional atau non ilmiah
Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah. Cara-
cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain meliputi:
1) Cara coba salah (trial and error) cara coba salah ini dilakukan
dengan menggunakan kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba
kemungkinan ke empat dan seterusnya sampai masalah tersebut
dapat terpecahkan.
2) Cara kekuasaan atau otoritas pengetahuan diperoleh berdasarkan
pada otoritas atau kekuasaan baik tradisi, otoritas pemerintah,
otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan.
3) Berdasarkan pengalaman pribadi hal ini dilakukan dengan cara
mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.
8
9
b. Cara Modern
Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih populer
disebut metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh
Francis Bacon (1561-1626), kemudian dikembangkan oleh Deovold
Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan penelitian
yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian ilmiah.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan ialah :
a. Pengalaman
Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun
orang lain. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas
pengetahuan seseorang.
b. Tingkat pendidikan
Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan
seseorang. Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi
akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan
seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah.
c. Keyakinan
Biasanya keyakinan diperoleh secara turun-temurun dan tanpa
adanya pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini bisa mempengaruhi
pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu sifatnya positif maupun
negatif.
d. Fasilitas
Fasilitas-fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat
mempengaruhi pengetahuan seseorang, misalnya radio, televisi,
majalah, koran, dan buku.
e. Penghasilan
Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan
seseorang. Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia
akan mampu untuk menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas
sumber informasi.
10
f. Sosial Budaya
Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat
mempengaruhi pengetahuan, persepsi dan sikap seseorang terhadap
sesuatu.
B. Remaja
1. Pengertian
Remaja atau “adolescence” (Inggris) berasal dari bahasa Latin
“adolescere” yang berarti tumbuh kearah kematangan. Kematangan yang
dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga
kematangan sosial dan psikologi (Intan, 2012).
Menurut World Health Organization (WHO) (dalam Sarwono,
2003) mendefinisikan remaja lebih bersifat konseptual, berdasarkan 3
(tiga) kriteria, yaitu : biologis, psikologis, dan sosial ekonomi, dengan
batasan usia antara 10-20 tahun, yang secara lengkap definisi tersebut
berbunyi sebagai berikut :
a. Remaja adalah situasi masa ketika individu berkembang dari saat
pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekunder sampai saat
ia mencapai kematangan seksual.
b. Remaja adalah suatu masa ketika individu mengalami perkembangan
psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.
c. Remaja adalah suatu masa ketika terjadi peralihan dari ketergantungan
sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.
2. Ciri – ciri masa remaja
Masa remaja (10-19) adalah masa yang khusus dan penting, karena
merupakan periode pematangan organ reproduksi manusia. Masa remaja
disebut juga masa pubertas, merupakan masa transisi yang unik ditandai
dengan berbagai perubahan fisik, emosi dan psikis (Saroha, 2009).
Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan
dengan periode sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri remaja menurut Hurlock
(2004), antara lain:
a. Masa remaja sebagai periode yang penting yaitu perubahan-perubahan
yang dialami masa remaja akan memberikan dampak langsung pada
11
D. Kerangka Teori
Kerangka teori adalah diperlukan dalam setiap penelitian untuk
memberikan landasan teoritis bagi peneliti dalam menyelesaikan masalah
dalam proses penelitian.
PROSES
INPUT
(pengetahuan (pendidikan
individu tentang kesehatan)
kesehatan)
Metode :
Internal : OUTPUT
- Penyuluhan
- Pendidikan - Seminar (pengetahuan
- pengalaman - Diskusi kesehatan)
kelompok
Eksternal : - Bermain peran
- informasi Media :
- status
ekonomi - Leaflet
- hubungan - Lembar balik
sosial - Poster
- Budaya - Booklet
- Audio video
BAB III
Gambar 2.1
Modifikasi Kerangka Teori menurut Donabedian (1980)
Dalam Notoatmodjo (2010)
22
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan dasar pemikiran pada penelitian yang
dirumuskan dari fakta-fakta, observasi dan tinjauan pustaka. Uraian dalam
kerangka konsep menjelaskan hubungan dan keterkaitan antar variabel
penelitian (Setiawan, 2010).
Pretest Perlakuan Postest
Pengetahuan Pengetahuan
Hipotesis Penyuluhan
Sebelum Sesudah
Gambar 3.1
Kerangka Konsep Penelitian
B. Hipotesis
Saryono (2011) mengatakan hipotesis penelitian sebagai terjemahan
dari tujuan penelitian ke dalam dugaan yang jelas. Hipotesis merupakan
prediksi hasil penelitian yaitu hubungan yang diharapkan antar variabel.
Berdasarkan kerangka teori dan konsep di atas, maka dapat ditetapkan
hipotesis penelitian yaitu ada perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah
diberikan penyuluhan.
C. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi yang digunakan untuk
memudahkan pemahaman dan pengukuran setiap variabel yang ada dalam
penelitian. Adapun definisi operasional dari penelitian ini adalah :
22
23
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian Pre-Eksperimental Designs dengan
rancangan “One Group Pretest-Postest Design” atau studi intervensi berupa
penyuluhan yang sebelumnya dilakukan pre-test. kemudian dilakukan post-
test setelah dilakukan penyuluhan (Sugiyono, 2009).
Dalam rancangan ini tidak ada kelompok kontrol (pembanding). Tetapi
pada desain penelitian ini dilakukan pretest sehingga peneliti dapat menguji
perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya penyuluhan.
Model rancangan penelitian adalah sebagai berikut :
O1 X O2
24
25
n = 25% x N
3. Teknik sampling
Pengambilan sampel penelitian ini menggunakan teknik probability
sampling, jenis simple random sampling yaitu dengan cara dikocok dari
absen setiap kelas dan diambil 25% perkelas (Sugiyono, 2014).
G. Analisis
Analisis data dilakukan dengan pendekatan kuantitatif, yaitu ingin
mengetahui perbedaan pengetahuan remaja putri sebelum dan sesudah
diberikan penyuluhan pendidikan kesehatan berupa penyuluhan kesehatan
dan teknik analisis data yang digunakan penelitian adalah analisis univariat
dan analisis bivariat yaitu :
28
1. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik vaiabel penelitian (Notoadmodjo, 2010).
Fungsi analisis deskriptif untuk meringkas, mengklarifikasi, dan
menyajikan data sebagai langkah awal dari analisis lebih lanjut. Data
disajikan dalam bentuk persentase, secara matematik hal tersebut ditulis
dengan rumus sebagai berikut:
𝑥
f = 𝑛 𝑥 100%
Keterangan :
f = Frekuensi
X = Jumlah nilai yang diperoleh
n = Sampel
Pada penelitian kali ini analisis univariat digunakan untuk
menggambarkan pengetahuan remaja putri sebelum dan sesudah diberikan
penyuluhan tentang Penyakit Menular Seksual.
2. Analisis Bivariat
Uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji t-test. Untuk
mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan siswi sebelum dan sesudah
diberikan penyuluhan tentang penyakit menular seksual dilakukan uji
hipotesis 2 sampel yang berkorelasi. Teknik statistik t-test merupakan
teknik statistik parametik yang digunakan menguji komparasi data
interval atau rasio (Sugiyono, 2007).
𝑥̅1 − 𝑥̅2
𝑡=
𝑠 2 𝑠2 2 𝑠1 𝑠2
√ 𝑛1 + − 2𝑟 ( )( )
1 𝑛2 √𝑛1 √𝑛2
29
Keterangan :
𝑛 ( 𝑛−1 )
𝑇 − 𝜇𝑇 𝑇− 4
𝑍= =
𝛿𝑇 𝑛 ( 𝑛+1 )( 2𝑛 + 1 )
√
24
H. Jalannya Penelitian
Jalannya penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu :
1. Tahap Persiapan
a. Melakukan survei pendahuluan terhadap remaja putri di SMK LKIA
Pontianak
b. Menyusun instrumen penelitian berupa kuesioner
c. Pengajuan izin penelitian
2. Tahap Pelaksanaan
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 29 Mei 2017. Beberapa hal yang
dilakukan dalam tahap penelitian ini, yaitu :
a. Melakukan perkenalan
b. Melakukan pre test pada responden dengan pengisian kuesioner
c. Melakukan penyuluhan terhadap responden menggunakan media
power point selama 1 jam
d. Melakukan post test pada responden dengan pengisian kuesioner
e. Melakukan pengumpulan data, pengelompokkan data, dan analisis
univariat dan analisis bivariat.
3. Penyusunan Laporan
Selanjutnya dilakukan penyajian hasil analisa data, melakukan
pembahasan hasil penelitian, menarik kesimpulan serta memberikan saran
atau rekomendasi berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh dari hasil
penelitian.
I. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti mengalami keterbatasan pengetahuan
terutama metode penelitian, ini merupakan penelitian yang pertama bagi
peneliti, waktu yang tersedia saat penelitian sangat singkat.
Peneliti menyadari bahwa fasilitas ruangan kelas yang terlalu
sempit sehingga suasana menjadi kurang nyaman. Ruangan kelas
penelitian ini menggunakan ruangan kelas yang jendelanya terbuka
sehingga suara yang ada diluar terdengar jelas didalam membuat suasana
menjadi ribut. Dan pada saat mengerjakan soal siswi masih bertanya
kepada teman sebangkunya.