Anda di halaman 1dari 4

A.

Sejarah Pendirian BWI


Kelahiran Badan Wakaf Indonesia (BWI) merupakan perwujudan amanat yang
digariskan dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang wakaf. Kehadiran
BWI, sebagaimana dijelaskan dalam pasal 47, adalah untuk memajukan dan
mengembangkan perwakafan di Indonesia. Untuk kali pertama, Keanggotaan BWI
diangkat oleh Presiden Republik Indonesia, sesuai dengan Keputusan Presiden (Kepres)
No. 75/M tahun 2007, yang ditetapkan di Jakarta, 13 Juli 2007. Jadi, BWI adalah
lembaga independen untuk mengembangkan perwakafan di Indonesia yang dalam
melaksanakan tugasnya bersifat bebas dari pengaruh kekuasaan manapun, serta
bertanggung jawab kepada masyarakat.1
Pembentukan Badan Wakaf Indonesia ini bukan untuk mengambil alih aset-aset
wakaf yang telah dikelola oleh nazhir yang sudah ada. Namun, BWI dibentuk untuk
membina nazhir agar aset wakaf yang ada dikelola dengan lebih baik, dan lebih produktif
sehingga bisa memberikan manfaat yang lebih besar kepada masyarakat, baik dalam
bentuk pelayanan sosial, pemberdayaaan ekonomi, maupun pembangunan infrastruktur
publik.2
BWI berkedudukan di ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia dan dapat
membentuk perwakilan di Provinsi dan/atau Kabupaten/Kota sesuai dengan kebutuhan.
Dalam kepengurusan, BWI terdiri atas Badan Pelaksana dan Dewan Pertimbangan,
masing-masing dipimpin oleh oleh satu orang Ketua dan dua orang Wakil Ketua yang
dipilih dari dan oleh para anggota. Badan pelaksana merupakan unsur pelaksana tugas,
sedangkan Dewan Pertimbangan adalah unsure pengawas pelaksanaan tugas BWI.
Jumlah anggota Badan Wakaf Indonesia terdiri dari paling sedikit 20 (dua puluh) orang
dan paling banyak 30 (tiga puluh) orang yang berasal dari unsur masyarakat. (Pasal 51-
53, UU No.41/2004).
Keanggotaan Badan Wakaf Indonesia diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.
Keanggotaan Perwakilan Badan Wakaf Indonesia di daerah diangkat dan diberhentikan
oleh Badan Wakaf Indonesia. Keanggotaan Badan Wakaf Indonesia diangkat untuk masa
jabatan selama 3 (tiga) tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa

1
Profil Badan Wakaf Indonesia (BWI), 2004, hal.1
2
Muhammad Aziz, Peran Badan Wakaf Indonesia dalam Mengembangkan Prospek Wakaf Uang di
Indonesa, (volume 1, No.2, Maret 2017), hal.197
jabatan. Untuk pertama kali, pengangkatan keanggotaan Badan Wakaf Indonesia
diusulkan kepada Presiden oleh Menteri. Pengusulan pengangkatan keanggotaan Badan
Wakaf Indonesia kepada Presiden untuk selanjutnya dilaksanakan oleh Badan Wakaf
Indonesia. (Pasal 55, 56, 57, UU No.41/2004).3
Struktur kepengurusan BWI terdiri atas Dewan Pertimbangan dan Badan
Pelaksana. Masing-masing dipimpin oleh seorang ketua yang dipilih dari dan oleh para
anggota. Badan Pelaksana merupakan unsur pelaksana tugas, sedangkan Dewan
Pertimbangan adalah unsur pengawas.4

B. Tugas dan wewenang BWI


Seperti yang telah tercantum dalam Pasal 49 UU No.41 Tahun 2004 tentang
Wakaf, bahwasannya Badan Wakaf Indonesia (BWI) mempunyai tugas dan wewenang,
antara lain:5
1. Melakukan pembinaan terhadap Nazhir dalam mengelola dan mengembangkan
harta benda wakaf;
2. Melakukan pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf berskala nasional
dan internasional;
3. Memberikan persetujuan dan/atau izin atas perubahan peruntukan dan status harta
benda wakaf;
4. Memberhentikan dan mengganti nazhir;
5. Memberikan persetujuan atas penukaran harta benda wakaf;
6. Memberikan saran dan pertimbangan kepada pemerintah dalam penyusunan
kebijakan dibidang perwakafan.

Kemudian, melalui Peraturan BWI Nomor 1 Tahun 2007 tentang Organisasi


danTata Kerja Badan Wakaf Indonesia, BWI menjabarkan tugas dan wewenangnya: 6
a. Melakukan pembinaan terhadap nazhir dalam mengelola dan mengembangkan
harta benda wakaf.

3
Profil Badan Wakaf Indonesia, loc. cit.
4
Muhammad Aziz, loc. Cit.
5
Pasal 49 angka (1) Undang-Undang No.41 Tahun 2004 tentang Wakaf
6
Muhammad Aziz, Op. Cit., hal.199
b. Membuat pedoman pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf.
c. Melakukan pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf berskala nasional
dan internasional serta harta benda wakaf terlantar.
d. Memberikan pertimbangan, persetujuan, dan/atau izin atas perubahan peruntukan
dan status harta benda wakaf.
e. Memberikan pertimbangan dan/ atau persetujuan atas penukaran harta benda
wakaf.
f. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Pemerintah dalam penyusunan
kebijakan di bidang perwakafan.
g. Menerima, melakukan penilaian, menerbitkan tanda bukti pendaftaran nazhir, dan
mengangkat kembali nazhir yang telah habis masa baktinya.
h. Memberhentikan dan mengganti nazhir bila dipandang perlu.
i. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Menteri Agama dalam menunjuk
Lembaga Keuangan Syariah Penerima Wakaf Uang (LKS-PWU).
j. Menerima pendaftaran Akta Ikrar Wakaf (AIW) benda bergerak selain uang dari
Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW).

Dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut daiatas, BWI dapat bekerja sama


dengan instansi Pemerintah baik Pusat maupun Daerah, organisasi masyarakat, para ahli,
badan internasional, dan pihak lain yang dipandang perlu.7
Dengan demikian, BWI mempunyai fungsi sangat strategis dalam membantu
meningkatkan produktifitas harta benda wakaf, baik dalam pembinaan, pembiayaan
maupun pengawasan terhadap para nazhir untuk dapat melakukan pengelolaan wakaf
secara professional dan produktif. Dari segi pembinaan, BWI harus mengadakan minimal
satu kali pembinaan nazhir dalam setahun. Bentuk pembinaan terhadap nazhir dapat
berupa penyiapan penyuluh penerangan wakaf dan bisa menjadi fasilitator terhadap
masuknya dana-dana wakaf dalam pengembangan dan pemberdayaan wakaf. Tujuan
pembinaan nazhir ini adalah untuk meningkatkan profesionalitas nazhir dalam

7
Pasal 49 angka (2) Undang-Undang No.41 Tahun 2004 tentang Wakaf
pengelolaan harta wakaf, sehingga wakaf akan benar-benar memberikan manfaat yang
maksimal terhadap kesejahteraan umat.8

C. Visi dan Misi BWI


Untuk mewujudkan peran BWI dalam mengembangkan perwakafan di Indonesia,
BWI memiliki visi “terbentuknya lembaga independen yang dipercaya masyarakat,
mempunyai kemampuan dan integritas untuk mengembangkan perwakafan nasional dan
internasional”. Adapun Misi BWI adalah “menjadikan BWI sebagai lembaga professional
yang mampu mewujudkan potensi dan manfaat ekonomi harta benda wakaf untuk
kepentingan ibadah dan pemberdayaan masyarakat”.9
Adapun strategi untuk merealisasikan Visi dan Misi Badan Wakaf Indonesia
adalah sebagai berikut:10
1. Meningkatkan kompetensi dan jaringan Badan wakaf Indonesia, baik nasional
maupun internasional.
2. Membuat peraturan dan kebijakan di bidang perwakafan.
3. Meningkatkan kesadaran dan kemauan masyarakat untuk berwakaf.
4. Meningkatkan profesionalitas dan keamanahan nazhir dalam pengelolaan dan
pengembangan harta wakaf.
5. Mengkoordinasi dan membina seluruh nazhir wakaf.
6. Menertibkan pengadministrasian harta benda wakaf.
7. Mengawasi dan melindungi harta benda wakaf.
8. Menghimpun, mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf yang berskala
nasional dan internasional.
Untuk merealisasikan visi, misi dan strategi tersebut, BWI mempunyai 5 divisi,
yakni Divisi Pembinaan Nazhir, Divisi Pengelolaan dan Pemberdayaan Wakaf, Divisi
Kelembagaan, Divisi Hubungan Masyarakat, dan Divisi Peneltian dan Pengembangan
Wakaf.11

8
Mustafa Edwin Nasution, Peran Badan Wakaf Indonesia (BWI) dalam Pengembangan Wakaf Indonesia,
(Volume 1, No.01, Desember 2018), hal.4
9
Ibid, hal.6
10
Profil Badan Wakaf Indonesia, Op. Cit., hal.4
11
Ibid, hal.5

Anda mungkin juga menyukai