Asd23452sdf PDF
Asd23452sdf PDF
Abstrak: Masalah yang paling sering muncul di daerah perkotaan akibat pesatnya pertumbuhan ekonomi
dan pembangunan adalah masalah banjir.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menyiapkan pola dan rancangan penanggulangan banjir pada kawasan
Bambu Kuning Kota Jayapura. Faktor penyebab banjir di lokasi studi, diantaranya adalah sistem drainase
eksisting tidak mampu menampung debit limpasan permukaan, hal ini karena dimensi saluran drainase
terlalu kecil yaitu lebar 0,3 m dan tinggi saluran 0,3 m dengan kapasitas tampungan sebesar 355m3,
sedangkan volume banjir limpasan permukaan adalah 5.700 m3, selain itu tidak adanya outlet drainase
dari kolam tampungan sehingga genangan meluap ke jalan raga serta adanya permukiman penduduk
yang dibangun diatas kolam tampungan dengan cara menimbun kolam tampungan dengan tanah
mengakibatkan kapasitas kolam tampungan berkurang dari volume 5.169 m3 menjadi 3.500 m3
Untuk itu diperlukan alternatif upaya penangan banjir di kawasan Bambu Kuning secara komprehensif
meliputi normalisasi saluran dengan cara memperlebar dan memperdalam saluran eksisting, membuat
saluran baru, membuat long storage channel kombinasi parafet dan gorong-gorong, dan melakukan
pengerukan kolam tampungan.
Kata kunci: Debit limpasan permukaan, penanggulangan banjir, normalisasi saluran, long storage chan-
nel.
Kota Jayapura sebagai ibu kota dan pusat pemerin- an dalam hal ini termasuk pengendalian banjir. Pada
tahan dan perekonomian provinsi Papua telah meng- akhirnya program ini bertujuan untuk mendukung
alami perkembangan yang sangat pesat. Perkem- pembangunan kota, terutama guna mendorong ber-
bangan pesat ini ditandai meningkatnya sarana dan kembangnya sektor pariwisata.
prasarana pembangunan yang ada di Kota Jayupura. Permasalahan prasarana lingkungan khususnya
Hal ini tentu saja bukan hanya membawa dampak pengendalian banjir dikarenakan adanya perubahan
yang baik bagi masyarakat Kota Jayapura, tetapi juga fungsi lahan yang tidak dapat dihindari di Kota Jaya-
membawa dampak buruk. Salah satu masalah yang pura, juga adanya kondisi alam setempat serta tingkah
paling sering muncul di daerah perkotaan akibat pe- laku manusia.
satnya pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ada- Tentunya sebelum dilakukan pembangunan pra-
lah masalah banjir. sarana secara fisik, usulan penelitian ini akan menjadi
Maka aspek yang paling penting untuk ditata dan dasar guna perencanaan dan pembangunan dimasa
disempurnakan dalam pembangunan infrastruktur mendatang.
adalah prasarana pengendalian banjir kota. Terdapat
indikasi bahwa tingkat kebutuhan akan prasarana ter- Rumusan Masalah
sebut sudah jauh di atas kapasitas jaringan drainase Adapun masalah-masalah yang bisa dirumuskan
yang ada, terutama untuk kota-kota yang sedang pada penelitian ini adalah:
mengalami proses pembangunan. 1. Bagaimana kondisi sistem pengendalian banjir
Rencana induk atau master plan banjir yang me- eksisting kawasan Bambu Kuning Kota Jaya-
nyeluruh untuk Kota Jayapura belum ditata dan disi- pura?
apkan secara detail. Walaupun begitu di dalam pe- 2. Bagaimana pola pengendalian banjir pada ka-
rencanaan pembangunan propinsi dan kota telah di- wasan Bambu Kuning Kota Jayapura ?
usulkan kepada Program Pembangunan Kota Jaya- 3. Bagaimana rancangan terpilih berdasarkan pola
pura untuk menjadi program prasarana dasar ke-PU- pengendalian banjir pada butir ke-2 di atas?
240
Koyari, dkk., Pola Pengendalian Banjir Kawasan Bambu Kuning Kota Jayapura 241
Tujuan dan Manfaat Penelitian Curah Hujan Rerata Daerah (Average Basin
Tujuan penelitian ini adalah untuk menyiapkan Rainfall)
pola dan rancangan penanggulangan banjir pada ka- Untuk menentukan besarnya curah hujan rerata
wasan Bambu Kuning Kota Jayapura. daerah digunakan cara polygon Theissen dengan
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai dasar memperhatikan sebaran dari n stasiun hujan yang
dalam rencana pengelolaan pengendalian banjir di tidak merata. Cara perhitungannya adalah sebagai
Kawasan Bambu Kuning dan di daerah perkotaan berikut (Sosrodarsono, 1983:27):
dimasa depan, yang merupakan refleksi dari pertum- Rrerata = R1.P1 + R2.P2 + Rn.Pn
buhan kota Jayapura saat ini dan masa yang akan dengan:
datang, serta melaksanakan rencana tersebut dalam R = tinggi curah hujan rata-rata daerah
suatu cara tertentu secara bertahap. (mm)
R1, R2...Rn = tinggi curah hujan pada titik peng-
LANDASAN TEORI amatan (mm)
Untuk keperluan rencana sistem jaringan drai-
nase, data hidrologi yang diperlukan adalah data curah A1 A A
P1 , P2 2 ...Pn n :
hujan rerata diseluruh daerah pengaliran. Data ini ΣA ΣA ΣA
harus dikumpulkan dengan jangka waktu yang cukup Koefisien Theissen pada titik pengamatan (mm).
panjang dari beberapa stasiun penakar hujan sehing- A1, A2 ... An: luas daerah tiap titik pengamatan (km2)
ga diperoleh hasil perhitungan yang teliti.
Hujan Rancangan
Uji Konsistensi Data Hujan rancangan adalah curah hujan terbesar
Uji konsistensi data dilakukan jika data hujan ti- tahunan yang mungkin terjadi di suatu daerah dengan
dak konsisten karena perubahan atau gangguan ling- kala ulang tertentu. Dalam perencanaan ini, perhi-
kungan disekitar tempat penakar hujan dipasang, tungan hujan rancangan maksimum dipilih cara Log
yang memungkinkan terjadi penyimpangan terhadap Pearson III dengan pertimbangan bahwa cara ini le-
trend semula. Hal tersebut dapat diselidiki dengan bih fleksibel dan dapat dipakai untuk semua sebaran
menggunakan lengkung massa ganda seperti pada data (Pilgrim, 1991:207).
gambar. Langkah-langkah perhitungan hujan rancangan
Apabila terjadi penyimpangan ABC' maka dapat adalah sebagai berikut (Soemarto, 1987: 243):
dikoreksi menjadi garis ABC dengan rumus sebagai 1. Hujan harian maksimum diubah dalam bentuk
berikut (Nemec, 1973:178) logaritma.
tgα 2. Menghitung harga logaritma rata-rata
Hz .H o 3. Hitung Simpangan Baku (standar deviasi)
tgα o
4. Hitung koefisien kepencengan (Cs)
dengan:
5. Hitung harga logaritma XT
Hz = data hujan terkoreksi (mm)
6. Besarnya curah hujan rancangan adalah antilog
Ho = data hujan pada stasiun pengamatan (mm)
dari log XT.
Tg = kemiringan garis sebelum penyimpangan
Tg o= kemiringan garis setelah penyimpangan
Debit Banjir Rancangan
a. Debit Akibat Curah Hujan
Untuk menghitung debit air hujan dalam mendi-
mensi saluran drainasi digunakan metode rasional,
karena dapat digunakan untuk perencanaan drainasi
daerah pengaliran yang relatif sempit (Sosrodarsono,
1983:144). Bentuk umum dari persamaan Rasional
(jika daerah pengaliran kurang dari 0,8 km2) adalah
sebagai berikut (Sosrodarsono, 1983:144)
Q = 0,00278.C.I.A
1. Koefisien Tampungan
Apabila daerah bertambah besar maka pengaruh
tampungan dalam pengurangan debit puncak banjir
semakin nyata. Untuk menghitung pengaruh tam-
pungan pada metode rasional modifikasi, maka per-
samaan rasional yang ada (Q = C.I.A) dikalikan de- Gambar 2. Diagram Perkiraan Overland time of flow
ngan koefisien tampungan Cs. Dimana rumus dari nomograph (To)
koefisien tampungan adalah sebagai berikut: Sumber: Subarkah, 1980;198
2Tc
Cs Td = Drain flow time/Waktu aliran dimana air
2Tc Td jatuh pada titik awal ke outlet pengamatan.
dengan:
Tc = waktu konsentrasi (jam) Rumus dari Td adalah:
Td = waktu pengaliran/Drain flow time (jam)
Ls
Td menit
2. Waktu Konsentrasi 60V
Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlu- dengan:
kan air untuk mengalir dari suatu titik terjauh pada n = angka kekasaran manning
suatu DAS hingga titik pengamatan aliran (outlet). S = kemiringan lahan
Waktu konsentrasi terdiri dari dua bagian yaitu waktu L = panjang pengaliran di atas permukaan lahan
yang diperlukan air larian sampai ke sungai terdekat (m)
(To), dan waktu yang diperlukan aliran air sungai L s = panjang pengaliran di dalam saluran/sungai
sampai ke lokasi pengamatan (Td). (m)
Maka, rumus yang digunakan untuk menentukan V = kecepatan aliran rerata (m/dt).
waktu konsentrasi:
Koyari, dkk., Pola Pengendalian Banjir Kawasan Bambu Kuning Kota Jayapura 243
5. Desain Hidrograf
Metode Rasional modifikasi ini diaplikasikan un-
tuk menampilkan hidrograf. Bentuk dari hidrograf
ditunjukkan oleh gambar 2.25. di bawah ini
3. Koefisien Pengaliran
Koefisien pengaliran adalah perbandingan an-
tara jumlah air yang mengalir di permukaan akibat
hujan (limpasan) pada suatu daerah dengan jumlah
curah hujan yang turun di daerah tersebut. Besarnya
koefisien pengaliran dipengaruhi oleh:
Gambar 4. Desain Hidrograf Metode Rasional
• Kemiringan daerah aliran
Modifikasi
• Struktur geologi tanah
• Jenis permukaan tanah Untuk daerah tangkapan dimana waktu terjadi-
• Klimatologi
nya banjir puncak (Te) lebih besar daripada waktu
konsentrasi, maka hidrograf ditunjukkan pada Gam-
Untuk menentukan harga koefisien pengaliran bar 2.26 Situasi ini pada umumnya terjadi ketika debit
adalah (Subarkah, 1980:5 1): rerata outlet pada daerah tangkapan tersebut kurang
n dari 50% dari debit inflow.
A .C
i 1
i i
Cm n
A i 1
i
dengan:
Cm = koefisien pengaliran rata-rata
Ai = luas masing-masing tata guna lahan
Ci = koefisien pengaliran masing-masing tata gu-
na lahan
n = banyaknya jenis penggunaan tanah dalam
suatu pengaliran
Gambar 5. Desain Hidrograf bila Te > Tc
244 Jurnal Teknik Pengairan, Volume 3, Nomor 2, Desember 2012, hlm 240–249
Debit puncak Qp’ didapatkan dari: • Kebenaran antara hasil pengamatan dengan mo-
Qp’ = Cs’.C.Ie.A del distribusi yang diharapkan atau yang diper-
oleh secara teoritis,
dengan: • Kebenaran hipotesa (diterima/ditolak).
2Te
Cs A. Analisa Hidrolika
2Te td
Besar kapasitas saluran drainasi dihitung ber-
Te = waktu banjir puncak/durasi terjadinya adinya
dasarkan kondisi steady flow menggunakan rumus
genangan (jam). Ditentukan dari data peng-
Manning (Chow, 1989)
amatan lapangan tentang lama terjadinya ge-
nangan. Q V.A
Ie = curah hujan rerata yang terjadi pada waktu V 1 n .R 2 3 .S1 2
banjir puncak (mm/jam). dengan:
Q = debit air (m3/dt)
Untuk Curah Hujan Rancangan dihitung agihan V = kecepatan aliran (m/dt)
Log Pearson Tipe III A = luas penampang basah (m2)
Persamaan umum untuk estimasi curah hujan n = koefisien kekasaran Manning
rancangan (design rainfall) untuk semua agihan, ada- R = jari-jari hidrolis (m)
lah sebagai berikut S = Kemiringan dasar saluran
X T X K.S x
dengan: Rumus ini merupakan bentuk yang sederhana
XT = curah hujan rancangan untuk periode ulang namun memberikan hasil yang tepat, sehingga peng-
pada T tahun (mm) gunaan rumus ini sangat luas dalam aliran seragam
X = rerata dari curah hujan (mm) untuk perhitungan dimensi saluran.
S = standar deviasi
K = faktor frekuensi yang merupakan fungsi dari Tabel 2. Nilai Koefisien Kekasaran Manning
periode ulang (return periode) dan tipe dis-
tribusi frekuensi.
Syarat aliran tenggelam H > 1,2D - 1,2 x 0,5 = 0,6m Tabel 7. Reduksi Banjir Kawasan Bambu Kuning
1,2m > 0,6m (aliran tenggelam)
Dari hasil evaluasi dalam tabel tersebut di atas 3. Kegiatan III : Pengerukan kolam tampungan
dapat diketahui skala atau rangking prioritas tiap-tiap serta penertiban bangunan di atas
alternatif dan pengelompokan urutan pelaksanaannya kolam
sebagaimana disajikan dalam tabel berikut ini:
Pemilihan Alternatif
Tabel 10. Alternatif penanganan banjir Pemilihan alternatif dilakukan berdasarkan pe-
nilaian rangking skor masing-masing alternatif pe-
nanganan adalah sebagai berikut:
KESIMPULAN
Sistem Pengendalian Banjir Eksisting
1. Sistem drainase eksisting tidak mampu menam-
pung debit limpasan permukaan, hal ini karena
dimensi saluran drainase terlalu kecil yaitu lebar
0,3 m dan tinggi saluran 0,3 m dengan kapasitas
tampungan sebesar 355 m3, sedangkan volume
banjir limpasan permukaan adalah 5.700m3.
2. Tidak adanya outlet drainase dari kolam tam-
pungan sehingga genangan meluap ke jalan raya.
3. Kapasitas kolam tampungan berkurang dari vo-
lume 5.169 m3 menjadi 3.500 m3 akibat adanya
permukiman penduduk yang dibangun diatas ko-
lam tampungan dengan cara menimbun kolam
tampungan dengan tanah.
DAFTAR PUSTAKA
Penanganan Genangan Asdak, C. 2001. Hidrologi dan Pengelolaan DAS. Yog-
Jenis kegiatan penanganan atau pengendalian yakarta: Gajah Mada University Press.
Chow, V.T. 1997. Hidrologi Saluran Terbuka. Jakarta: Er-
banjir di kawasan Bambu Kuning kota Jayapura ada-
langga.
lah sebagai berikut: Ghosh, S.N. 1986. Flood Control and Drainage Engi-
1. Alternatif I : Normalisasi saluran, dengan ca- neering. Bombay New Delhi: Oxford & IBH Publish-
ra memperlebar dan memperda- ing.
lam saluran eksisting disertai Harto, B.S. 1993. Analisis Hidrologi. Jakarta: Penerbit Gra-
pembuatan saluran baru ke out- media.
let sungai Anafre Legono, D. 1988. Catatan Kuliah Teknik Sungai. Yogya-
2. Alternatif II : Membuat long storage channel karta: Universitas Gajahmada
kombinasi parafet dan gorong- Loebis, J. 1984. Banjir Rencana untuk Bangunan Air.
gorong Jakarta: Yayasan Badan Penerbit Pekerjaan Umum.
Koyari, dkk., Pola Pengendalian Banjir Kawasan Bambu Kuning Kota Jayapura 249
Priyantoro, D. 2006. Materi Bimbingan Teknis Sinergitas Sosrodarsono, S., dan K. Takeda. 1980. Hidrologi untuk
Manajemen SDA. Malang Teknik Pengairan Universi- Pengairan. Jakarta PT. Pradnya Paramita.
tas Brawijaya. Sosrodarsono, S., dan M. Tominaga, 1985. Perbaikan dan
Raju, R.K.G. 1986. Aliran Melalui Saluran Terbuka. Ja- Pengaturan Sungai. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.
karta: Erlangga. Suprijanto, H. 2005. Diktat Kuliah Morfologi Sungai. Ma-
Soemarto, C.D. 1987. Hidrologi Teknik. Surabaya: Usaha lang: Teknik Pengairan Universitas Brawijaya.
Nasional. Sutanto., dan Kamarwan, S. 2006. Pedoman Drainase Ja-
Soewarno. 1991. Hidrologi – Pengukuran dan Pengolah- lan Raya. Jakarta: UI-Press.
an Data Aliran Sungai. Bandung: Nova. Wesli. 2008. Drainase Perkotaan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Soewarno. 1995. Hidrologi – Aplokasi Mode, Statistik Kodoatie, R., dan Sjarief, R. 2010. Tata Ruang Air. Yogya-
untuk Analisa Data Jilid I. Bandung: Nova. karta: Andi.