Anda di halaman 1dari 10

240 Jurnal Teknik Pengairan, Volume 3, Nomor 2, Desember 2012, hlm 240–249

POLA PENGENDALIAN BANJIR KAWASAN BAMBU KUNING


KOTA JAYAPURA

Elroy Koyari*, Dwi Priyantoro** dan Dian Sisinggih***


*Elroy Koyari, ST, Mahasiswa Program Studi Teknik Pengairan, Program Pasca Sarjana Universitas Brawijaya
**Ir. Dwi Priyantoro, MS., Dosen Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
*** Dian Sisinggih, ST., MT., Ph.D., Dosen Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Abstrak: Masalah yang paling sering muncul di daerah perkotaan akibat pesatnya pertumbuhan ekonomi
dan pembangunan adalah masalah banjir.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menyiapkan pola dan rancangan penanggulangan banjir pada kawasan
Bambu Kuning Kota Jayapura. Faktor penyebab banjir di lokasi studi, diantaranya adalah sistem drainase
eksisting tidak mampu menampung debit limpasan permukaan, hal ini karena dimensi saluran drainase
terlalu kecil yaitu lebar 0,3 m dan tinggi saluran 0,3 m dengan kapasitas tampungan sebesar 355m3,
sedangkan volume banjir limpasan permukaan adalah 5.700 m3, selain itu tidak adanya outlet drainase
dari kolam tampungan sehingga genangan meluap ke jalan raga serta adanya permukiman penduduk
yang dibangun diatas kolam tampungan dengan cara menimbun kolam tampungan dengan tanah
mengakibatkan kapasitas kolam tampungan berkurang dari volume 5.169 m3 menjadi 3.500 m3
Untuk itu diperlukan alternatif upaya penangan banjir di kawasan Bambu Kuning secara komprehensif
meliputi normalisasi saluran dengan cara memperlebar dan memperdalam saluran eksisting, membuat
saluran baru, membuat long storage channel kombinasi parafet dan gorong-gorong, dan melakukan
pengerukan kolam tampungan.

Kata kunci: Debit limpasan permukaan, penanggulangan banjir, normalisasi saluran, long storage chan-
nel.

Kota Jayapura sebagai ibu kota dan pusat pemerin- an dalam hal ini termasuk pengendalian banjir. Pada
tahan dan perekonomian provinsi Papua telah meng- akhirnya program ini bertujuan untuk mendukung
alami perkembangan yang sangat pesat. Perkem- pembangunan kota, terutama guna mendorong ber-
bangan pesat ini ditandai meningkatnya sarana dan kembangnya sektor pariwisata.
prasarana pembangunan yang ada di Kota Jayupura. Permasalahan prasarana lingkungan khususnya
Hal ini tentu saja bukan hanya membawa dampak pengendalian banjir dikarenakan adanya perubahan
yang baik bagi masyarakat Kota Jayapura, tetapi juga fungsi lahan yang tidak dapat dihindari di Kota Jaya-
membawa dampak buruk. Salah satu masalah yang pura, juga adanya kondisi alam setempat serta tingkah
paling sering muncul di daerah perkotaan akibat pe- laku manusia.
satnya pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ada- Tentunya sebelum dilakukan pembangunan pra-
lah masalah banjir. sarana secara fisik, usulan penelitian ini akan menjadi
Maka aspek yang paling penting untuk ditata dan dasar guna perencanaan dan pembangunan dimasa
disempurnakan dalam pembangunan infrastruktur mendatang.
adalah prasarana pengendalian banjir kota. Terdapat
indikasi bahwa tingkat kebutuhan akan prasarana ter- Rumusan Masalah
sebut sudah jauh di atas kapasitas jaringan drainase Adapun masalah-masalah yang bisa dirumuskan
yang ada, terutama untuk kota-kota yang sedang pada penelitian ini adalah:
mengalami proses pembangunan. 1. Bagaimana kondisi sistem pengendalian banjir
Rencana induk atau master plan banjir yang me- eksisting kawasan Bambu Kuning Kota Jaya-
nyeluruh untuk Kota Jayapura belum ditata dan disi- pura?
apkan secara detail. Walaupun begitu di dalam pe- 2. Bagaimana pola pengendalian banjir pada ka-
rencanaan pembangunan propinsi dan kota telah di- wasan Bambu Kuning Kota Jayapura ?
usulkan kepada Program Pembangunan Kota Jaya- 3. Bagaimana rancangan terpilih berdasarkan pola
pura untuk menjadi program prasarana dasar ke-PU- pengendalian banjir pada butir ke-2 di atas?

240
Koyari, dkk., Pola Pengendalian Banjir Kawasan Bambu Kuning Kota Jayapura 241

Tujuan dan Manfaat Penelitian Curah Hujan Rerata Daerah (Average Basin
Tujuan penelitian ini adalah untuk menyiapkan Rainfall)
pola dan rancangan penanggulangan banjir pada ka- Untuk menentukan besarnya curah hujan rerata
wasan Bambu Kuning Kota Jayapura. daerah digunakan cara polygon Theissen dengan
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai dasar memperhatikan sebaran dari n stasiun hujan yang
dalam rencana pengelolaan pengendalian banjir di tidak merata. Cara perhitungannya adalah sebagai
Kawasan Bambu Kuning dan di daerah perkotaan berikut (Sosrodarsono, 1983:27):
dimasa depan, yang merupakan refleksi dari pertum- Rrerata = R1.P1 + R2.P2 + Rn.Pn
buhan kota Jayapura saat ini dan masa yang akan dengan:
datang, serta melaksanakan rencana tersebut dalam R = tinggi curah hujan rata-rata daerah
suatu cara tertentu secara bertahap. (mm)
R1, R2...Rn = tinggi curah hujan pada titik peng-
LANDASAN TEORI amatan (mm)
Untuk keperluan rencana sistem jaringan drai-
nase, data hidrologi yang diperlukan adalah data curah A1 A A
P1  , P2  2 ...Pn  n :
hujan rerata diseluruh daerah pengaliran. Data ini ΣA ΣA ΣA
harus dikumpulkan dengan jangka waktu yang cukup Koefisien Theissen pada titik pengamatan (mm).
panjang dari beberapa stasiun penakar hujan sehing- A1, A2 ... An: luas daerah tiap titik pengamatan (km2)
ga diperoleh hasil perhitungan yang teliti.
Hujan Rancangan
Uji Konsistensi Data Hujan rancangan adalah curah hujan terbesar
Uji konsistensi data dilakukan jika data hujan ti- tahunan yang mungkin terjadi di suatu daerah dengan
dak konsisten karena perubahan atau gangguan ling- kala ulang tertentu. Dalam perencanaan ini, perhi-
kungan disekitar tempat penakar hujan dipasang, tungan hujan rancangan maksimum dipilih cara Log
yang memungkinkan terjadi penyimpangan terhadap Pearson III dengan pertimbangan bahwa cara ini le-
trend semula. Hal tersebut dapat diselidiki dengan bih fleksibel dan dapat dipakai untuk semua sebaran
menggunakan lengkung massa ganda seperti pada data (Pilgrim, 1991:207).
gambar. Langkah-langkah perhitungan hujan rancangan
Apabila terjadi penyimpangan ABC' maka dapat adalah sebagai berikut (Soemarto, 1987: 243):
dikoreksi menjadi garis ABC dengan rumus sebagai 1. Hujan harian maksimum diubah dalam bentuk
berikut (Nemec, 1973:178) logaritma.
tgα 2. Menghitung harga logaritma rata-rata
Hz  .H o 3. Hitung Simpangan Baku (standar deviasi)
tgα o
4. Hitung koefisien kepencengan (Cs)
dengan:
5. Hitung harga logaritma XT
Hz = data hujan terkoreksi (mm)
6. Besarnya curah hujan rancangan adalah antilog
Ho = data hujan pada stasiun pengamatan (mm)
dari log XT.
Tg  = kemiringan garis sebelum penyimpangan
Tg o= kemiringan garis setelah penyimpangan
Debit Banjir Rancangan
a. Debit Akibat Curah Hujan
Untuk menghitung debit air hujan dalam mendi-
mensi saluran drainasi digunakan metode rasional,
karena dapat digunakan untuk perencanaan drainasi
daerah pengaliran yang relatif sempit (Sosrodarsono,
1983:144). Bentuk umum dari persamaan Rasional
(jika daerah pengaliran kurang dari 0,8 km2) adalah
sebagai berikut (Sosrodarsono, 1983:144)
Q = 0,00278.C.I.A

Digunakan metode rasional modifikasi yang me-


rupakan pengembangan dari metode rasional untuk
Gambar 1. Lengkung Massa Ganda intensitas curah hujan yang lebih lama dari waktu
242 Jurnal Teknik Pengairan, Volume 3, Nomor 2, Desember 2012, hlm 240–249

konsentrasi. Metode ini telah dikembangkan sehingga Tc = To + Td


konsep metode rasional ini dapat menghasilkan
hidrograf untuk memperhitungkan koefisien limpasan, dengan:
koefisien tampungan, intensitas hujan dan luas daerah Tc = waktu konsentrasi (jam)
aliran dalam menghitung debit limpasan. Maka rumus To = overland flow time/Waktu aliran air per-
rasional termodifikasi (jika daerah pengaliran lebih mukaan (runoff) untuk mengalir melalui per-
dari 0,8 km) adalah sebagai berikut (Subarkah, 1980: mukaan tanah ke saluran/sungai terdekat.
197): Rumusnya adalah sebagai berikut (Suripin,
2003:82):
Q = 0,00278.Cs. C.I.A
dengan:
2 n 
Q = debit banjir maksimum (m3/det) To    3,28  L   menit
C = koefisien pengaliran  3 S
I = intensitas hujan rerata selama waktu tiba Nilai dari To juga dapat ditentukan dengan meng-
banjir (mm/jam) gunakan gambar di bawah ini, ( Subarkah, 1980; 197).
A = luas daerah pengaliran (ha)
Cs = Koefisien Tampungan

Tabel 1. Pemilihan kala ulang debit banjir rancangan


berdasarkan luas DAS

Sumber: Suripin, 2004: 241

1. Koefisien Tampungan
Apabila daerah bertambah besar maka pengaruh
tampungan dalam pengurangan debit puncak banjir
semakin nyata. Untuk menghitung pengaruh tam-
pungan pada metode rasional modifikasi, maka per-
samaan rasional yang ada (Q = C.I.A) dikalikan de- Gambar 2. Diagram Perkiraan Overland time of flow
ngan koefisien tampungan Cs. Dimana rumus dari nomograph (To)
koefisien tampungan adalah sebagai berikut: Sumber: Subarkah, 1980;198
2Tc
Cs  Td = Drain flow time/Waktu aliran dimana air
2Tc  Td jatuh pada titik awal ke outlet pengamatan.
dengan:
Tc = waktu konsentrasi (jam) Rumus dari Td adalah:
Td = waktu pengaliran/Drain flow time (jam)
Ls
Td  menit
2. Waktu Konsentrasi 60V
Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlu- dengan:
kan air untuk mengalir dari suatu titik terjauh pada n = angka kekasaran manning
suatu DAS hingga titik pengamatan aliran (outlet). S = kemiringan lahan
Waktu konsentrasi terdiri dari dua bagian yaitu waktu L = panjang pengaliran di atas permukaan lahan
yang diperlukan air larian sampai ke sungai terdekat (m)
(To), dan waktu yang diperlukan aliran air sungai L s = panjang pengaliran di dalam saluran/sungai
sampai ke lokasi pengamatan (Td). (m)
Maka, rumus yang digunakan untuk menentukan V = kecepatan aliran rerata (m/dt).
waktu konsentrasi:
Koyari, dkk., Pola Pengendalian Banjir Kawasan Bambu Kuning Kota Jayapura 243

Berdasarkan Gambar 2.24. atau bila dirumuskan 4. Intensitas Hujan


adalah: Intensitas curah hujan (I) menyatakan besarnya
- Untuk permukaan tertutup (paved), V = curah hujan dalam periode tertentu yang dinyatakan
4.918.S0,5 dalam satuan mm/jam. Untuk mendapatkan intensitas
- Untuk permukaan tidak tertutup (unpaved) = hujan selama waktu konsentrasi digunakan rumus
6.196.S0,5 Mononobe (Sosrodarsono, 1983:145):
23
R 24  24 
I  
24  tc 
dengan:
R24 = curah hujan maksimum harian dalam 24 jam
(mm)
I = intensitas hujan (mm/jam)
tc = waktu konsentrasi (jam)

5. Desain Hidrograf
Metode Rasional modifikasi ini diaplikasikan un-
tuk menampilkan hidrograf. Bentuk dari hidrograf
ditunjukkan oleh gambar 2.25. di bawah ini

Gambar 3. Perkiraan kecepatan air (untuk saluran


alami)

3. Koefisien Pengaliran
Koefisien pengaliran adalah perbandingan an-
tara jumlah air yang mengalir di permukaan akibat
hujan (limpasan) pada suatu daerah dengan jumlah
curah hujan yang turun di daerah tersebut. Besarnya
koefisien pengaliran dipengaruhi oleh:
Gambar 4. Desain Hidrograf Metode Rasional
• Kemiringan daerah aliran
Modifikasi
• Struktur geologi tanah
• Jenis permukaan tanah Untuk daerah tangkapan dimana waktu terjadi-
• Klimatologi
nya banjir puncak (Te) lebih besar daripada waktu
konsentrasi, maka hidrograf ditunjukkan pada Gam-
Untuk menentukan harga koefisien pengaliran bar 2.26 Situasi ini pada umumnya terjadi ketika debit
adalah (Subarkah, 1980:5 1): rerata outlet pada daerah tangkapan tersebut kurang
n dari 50% dari debit inflow.
 A .C
i 1
i i
Cm  n

A i 1
i

dengan:
Cm = koefisien pengaliran rata-rata
Ai = luas masing-masing tata guna lahan
Ci = koefisien pengaliran masing-masing tata gu-
na lahan
n = banyaknya jenis penggunaan tanah dalam
suatu pengaliran
Gambar 5. Desain Hidrograf bila Te > Tc
244 Jurnal Teknik Pengairan, Volume 3, Nomor 2, Desember 2012, hlm 240–249

Debit puncak Qp’ didapatkan dari: • Kebenaran antara hasil pengamatan dengan mo-
Qp’ = Cs’.C.Ie.A del distribusi yang diharapkan atau yang diper-
oleh secara teoritis,
dengan: • Kebenaran hipotesa (diterima/ditolak).
2Te
Cs  A. Analisa Hidrolika
2Te  td
Besar kapasitas saluran drainasi dihitung ber-
Te = waktu banjir puncak/durasi terjadinya adinya
dasarkan kondisi steady flow menggunakan rumus
genangan (jam). Ditentukan dari data peng-
Manning (Chow, 1989)
amatan lapangan tentang lama terjadinya ge-
nangan. Q  V.A
Ie = curah hujan rerata yang terjadi pada waktu V  1 n .R 2 3 .S1 2
banjir puncak (mm/jam). dengan:
Q = debit air (m3/dt)
Untuk Curah Hujan Rancangan dihitung agihan V = kecepatan aliran (m/dt)
Log Pearson Tipe III A = luas penampang basah (m2)
Persamaan umum untuk estimasi curah hujan n = koefisien kekasaran Manning
rancangan (design rainfall) untuk semua agihan, ada- R = jari-jari hidrolis (m)
lah sebagai berikut S = Kemiringan dasar saluran
X T  X  K.S x
dengan: Rumus ini merupakan bentuk yang sederhana
XT = curah hujan rancangan untuk periode ulang namun memberikan hasil yang tepat, sehingga peng-
pada T tahun (mm) gunaan rumus ini sangat luas dalam aliran seragam
X = rerata dari curah hujan (mm) untuk perhitungan dimensi saluran.
S = standar deviasi
K = faktor frekuensi yang merupakan fungsi dari Tabel 2. Nilai Koefisien Kekasaran Manning
periode ulang (return periode) dan tipe dis-
tribusi frekuensi.

Agihan Loz Pearson Tipe III


Bentuk distribusi Log Pearson Tipe III merupa-
kan hasil trasformasi dari distribusi Pearson Tipe III
dengan menggantikan variat menjadi nilai logaritmik.
Persamaan fungsi kerapatan peluang sama dengan
distribusi Pearson Tipe III.

Standart deviasi dihitung dengan rumus:


12
Σ(Log X  Log X) 2 
σ (Log X)   
 n 1  Sumber: Ven Te Chow, 1985

Koefisien kepencengan (skewness coefisien)


METODOLOGI PENELITIAN
CS 

nΣ logX  logX 3
Data-data yang diperlukan dalam penyelesaian

n  1n  2 S.logX  studi ini adalah
a) Data hidroklimatologi
Uji Kesesuaian Distribusi b) Data-data daerah genangan banjir meliputi da-
Untuk mengetahui suatu kebenaran hipotesa dis- erah rawan bajir, lama dan luas genangan, tinggi
tribusi frekuensi, maka dilakukan pemeriksaan uji ke- genangan dan penyebab banjir
sesuaian distribusi, dalam hal ini kami memakai dua c) Data teknis saluran drainase eksisting
metode uji yaitu uji Smirnov Kolmogorov dan uji Chi- d) Peta-peta dengan skala terbesar yang ada
Square. Dengan pemeriksaan uji ini akan diketahui e) Titik-titik referensi
beberapa hal, seperti: f) Kajian-kajian maupun data geologi/mekanika ta-
nah terdahulu
Koyari, dkk., Pola Pengendalian Banjir Kawasan Bambu Kuning Kota Jayapura 245

g) Hasil pengukuran topografi terdahulu a. Merencanakan bangunan pengendali banjir


h) Data pendukung lain. berdasarkan rekomendasi yang telah dise-
tujui baik jenis bangunan (saluran, retard-
Pengolahan Data ing basin, pompa, pintu air dan lain-lain),
Setelah data-data primer dan sekunder telah di- bahan bangunan (pasangan batu kali, beton
peroleh, maka dapat dilakukan pengolahan data ber- bertulang, beton cyclop dll) untuk pengen-
dasarkan data-data yang telah tersedia. Adapun ta- dalian banjir maupun penempatan dari ba-
hapan pengolahan data pada studi ini adalah sebagai ngunan tersebut
berikut: b. Menyusun pola operasi dari bangunan pe-
1. Tahap kegiatan analisa pendahuluan dalam bi- ngendali banjir agar secara efektif mampu
dang Hidrologi analisa penyaringan data (data menanggulangi banjir
screening), analisa curah hujan rencana (de- 4. Tahap penggambaran hasil detail desain bangu-
sign rainfall) dan debit banjir rencana (design nan pengendalian banjir alternatif terpilih.
Flood). Dalam tahap ini dilakukan kegiatan
sebagai berikut: HASIL DAN KESIMPULAN
a. Uji konsistensi data hujan Evaluasi kapasitas saluran eksisting
b. Analisa curah hujan rancangan (design Evaluasi kapasitas saluran selengkapnya dapat
rainfall) untuk berbagai kala ulang meliputi dilihat pada tabel berikut ini:
kala ulang (return periode) 1,01 th, 2 th, 5
th, 10 th, dan 25 th.. Tabel 3. Evaluasi kapasitas saluran eksisting
c. Analisa tata guna lahan pada Daerah Peng-
aliran Sungai (DPS) untuk memperoleh pa-
rameter-parameter koefisien limpasan air
hujan (runoff).
d. Analisa debit banjir rancangan (design
flood) untuk berbagai kala ulang meliputi
kala ulang (return periode) 1,01 th, 2 th, 5
th, 10 th, dan 25 th.
e. Analisa kapasitas saluran drainase eksis-
ting.
2. Tahap penyusunan pola pengendalian banjir,
yang meliputi kegiatan meliputi kegitan penyu-
sunan alternatif-alternatif penanggulangan banjir
dan analisa efektifitas dan efisiensi dari alterna-
tif-alternatif tersebut.
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
a. Menyusun alternatif-alternatif bangunan pe-
ngendalian banjir meliputi kemungkinan
pembuatan bangunan retarding basin (kolam
penampung sementara), penambahan pom-
pa dan lain-lain. Evaluasi Volume Genangan di Lapangan
b. Menganalisa fenomena hidrolika, efektifitas Tinggi genangan yang sering terjadi di lokasi studi
dan efisiensi bangunan pengendalian banjir antara 30–50 cm di atas permukaan jalan raya se-
tersebut dalam pencegahan banjir dan ge- panjang 250 m. Sehingga volume genangan yang ada
nangan pada daerah yang biasanya terge- dapat dihitung dan termasuk kala ulang berapa tahun
nang dan juga pada outletnya debit yang menyebabkan genangan tersebut.
c. Menyusun rekomendasi berdasarkan ana-
lisa fenomena hidraulika, efeisiensi dan Rekapitulasi Debit Limpasan
efektifitas bangunan pengendali banjir. Dari Tabel 5 rekapitulasi analisa debit limpasan
3. Tahap kegiatan perencanaan di lapangan dapat diketahui bahwa dengan volume
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah genangan di lapangan sebesar 30.075 m3 (tinggi
sebagai berikut: genangan diatas permukaan jalan 0,3 m) termasuk
246 Jurnal Teknik Pengairan, Volume 3, Nomor 2, Desember 2012, hlm 240–249

Tabel 4. Evaluasi Volume Genangan di Lapangan Evaluasi Volume Kolam Tampungan


Diketahui debit banjir (Q10th) : 3,82 m3/dt
Waktu konsentrasi (Tic) : 3 jam
Waktu (Td) : 20 menit
Kapasitas gorong-gorong maksimum : 1,9 m3/dt

Maka volume yang akan ditampung adalah sebagai


berikut

Gambar 6. Sket gambar genangan di atas permukaan


jalan

Tabel 5. Rekapitulasi analisa debit limpasan di lapangan

Volume kolam tampungan eksisting adalah 5169


m dengan luas area 1723 m2 dan kedalaman rerata
3

3m. Sehingga untuk menampung volume genangan


10.944 m3 diperlukan pengerukan kolam tampungan
sedalam 3–4 m. Sedangkan rencana pengerukan ko-
lam tampungan hanya sedalam 2m atau menambah
volume tampungan menjadi 8.615 m3, hal ini karena
keterbatasan lahan (dumping area) untuk menam-
pung volume galian tanah. Sehingga masih ada lim-
pasan volume genangan 2.329 m3 atau setara Q11h
yang nantinya akan ditampung di long storage chan-
nel dan dialirkan melalui gorong-gorong ke saluran
sisi kiri.

Evaluasi Kapasitas Gorong-gorong


Perhitungan evaluasi kapasitas gorong-gorong adalah
debit limpasan dengan kala ulang 5 tahun sebesar sebagai berikut
2,73 m3/dt. Berdasarkan Tipologi Kota dan Luas Da- Diketahui:
erah tangkapan Air, maka kala ulang untuk perenca- Lebar gorong-gorong (B) : 0,5 m
naan drainase di kawasan Bambu Kuning kota Jaya- Tinggi gorong-gorong (D) : 0,5 m
pura adalah 2–5 th. Namun untuk faktor keamanan Tinggi air maksimum (H) : 1,2 m
maka kala ulang yang diambil untuk perencanaan Koefisien konstraksi (H) : 0,8
saluran maupun bangunan adalah 10 th.
Koyari, dkk., Pola Pengendalian Banjir Kawasan Bambu Kuning Kota Jayapura 247

Syarat aliran tenggelam H > 1,2D - 1,2 x 0,5 = 0,6m Tabel 7. Reduksi Banjir Kawasan Bambu Kuning
1,2m > 0,6m (aliran tenggelam)

Q  CBH 2g(H  CD)


 0,8  0,5 1,2 (2  9,81(1,2  0,8  0,5))0,5
 1,902 m 3 /dt
Jadi kapasitas gorong-gorong yang direncanakan
(1,902 m3/dt) memenuhi atau mampu mengalirkan
debit yang akan dibuang dari kolam tampungan se-
besar 1,9 m3/dt. Rencana Anggaran Biaya
Rencana Anggaran Biaya (RAB) untuk masing-
Pola penanganan Drainase Bambu Kuning masing alternatif adalah sebagai berikut:
Alternatif yang setidaknya dapat dilakukan ada-
lah melalui proses pengkajian terhadap kondisi saluran Tabel 8. Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya
drainase terkait dengan aspek teknis, sosial ekonomi,
finansial dan lingkungan. Adapun arahan penanganan
setara umum genangan di kawasan Bambu Kuning
dapat dilihat pada tabel 3.
Dari hasil analisa tersebut dapat diambil kesim-
Sumber: Hasil perhitungan
pulan bahwa untuk memperoleh hasil penanganan
atau pengendalian banjir di kawasan Bambu Kuning
Kota Jayapura yang optimal adalah dengan meng- Skala Prioritas
gabungkan semua alternatif penanganannya itu mulai Skala prioritas dalam studi ini dimaksudkan untuk
dari menormalisasi saluran yang ada, inovasi desain memperoleh hasil yang memuaskan dalam pengertian
long storage channel dengan kombinasi parafet dan tepat waktu dan tepat guna. Pendekatan penetapan
gorong-gorong, serta apabila memungkinkan disertai skala prioritas masing-masing alternatif dipandang
kegiatan pengerukan kolam tampungan dan mener- sebagai satu kesatuan sistem dengan pendekatan
tibkan bangunan di atasnya. Skor melalui penilaian indikator. Skala prioritas ini
dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 6. Pola penanganan drainase Bambu Kuning
Tabel 9. Evaluasi ranking prioritas

Pencapaian Reduksi Genangan


Dari hasil evaluasi pola pengendalian banjir ka-
wasan Bambu Kuning, maka hasil pencapaian re-
duksi genangan dapat dilihat pada Tabel 7 di bawah
ini.
248 Jurnal Teknik Pengairan, Volume 3, Nomor 2, Desember 2012, hlm 240–249

Dari hasil evaluasi dalam tabel tersebut di atas 3. Kegiatan III : Pengerukan kolam tampungan
dapat diketahui skala atau rangking prioritas tiap-tiap serta penertiban bangunan di atas
alternatif dan pengelompokan urutan pelaksanaannya kolam
sebagaimana disajikan dalam tabel berikut ini:
Pemilihan Alternatif
Tabel 10. Alternatif penanganan banjir Pemilihan alternatif dilakukan berdasarkan pe-
nilaian rangking skor masing-masing alternatif pe-
nanganan adalah sebagai berikut:

Dari hasil rangking prioritas alternatif usulan pe-


kerjaan diketahui urutan alternatif penanganan banjir
yang pertama adalah pembuatan Long Storage Dari hasil rangking prioritas alternatif usulan pe-
Channel, namun dalam hal pemilihan alternatif pe- kerjaan diketahui urutan alternatif penanganan banjir
nanganan banjir kawasan tidak bisa hanya 1 (satu) yang pertama adalah pembuatan Long Storage
alternatif yang dipilih/dilaksanakan karena pengen- Channel. Namun untuk pelaksanaan pekerjaan kons-
dalian banjir genangan kawasan Bambu Kuning me- truksinya dapat dibagi menjadi 2 (dua) tahapan yaitu:
rupakan satu kesatuan sistem. Sehingga untuk men-
dapatkan hasil yang optimal adalah dengan cara kom- Tabel 10. Tahap pelaksanaan pekerjaan pengendalian
binasi dari beberapa alternatif penanganan tersebut. banjir kawasan Bambu Kuning

KESIMPULAN
Sistem Pengendalian Banjir Eksisting
1. Sistem drainase eksisting tidak mampu menam-
pung debit limpasan permukaan, hal ini karena
dimensi saluran drainase terlalu kecil yaitu lebar
0,3 m dan tinggi saluran 0,3 m dengan kapasitas
tampungan sebesar 355 m3, sedangkan volume
banjir limpasan permukaan adalah 5.700m3.
2. Tidak adanya outlet drainase dari kolam tam-
pungan sehingga genangan meluap ke jalan raya.
3. Kapasitas kolam tampungan berkurang dari vo-
lume 5.169 m3 menjadi 3.500 m3 akibat adanya
permukiman penduduk yang dibangun diatas ko-
lam tampungan dengan cara menimbun kolam
tampungan dengan tanah.
DAFTAR PUSTAKA
Penanganan Genangan Asdak, C. 2001. Hidrologi dan Pengelolaan DAS. Yog-
Jenis kegiatan penanganan atau pengendalian yakarta: Gajah Mada University Press.
Chow, V.T. 1997. Hidrologi Saluran Terbuka. Jakarta: Er-
banjir di kawasan Bambu Kuning kota Jayapura ada-
langga.
lah sebagai berikut: Ghosh, S.N. 1986. Flood Control and Drainage Engi-
1. Alternatif I : Normalisasi saluran, dengan ca- neering. Bombay New Delhi: Oxford & IBH Publish-
ra memperlebar dan memperda- ing.
lam saluran eksisting disertai Harto, B.S. 1993. Analisis Hidrologi. Jakarta: Penerbit Gra-
pembuatan saluran baru ke out- media.
let sungai Anafre Legono, D. 1988. Catatan Kuliah Teknik Sungai. Yogya-
2. Alternatif II : Membuat long storage channel karta: Universitas Gajahmada
kombinasi parafet dan gorong- Loebis, J. 1984. Banjir Rencana untuk Bangunan Air.
gorong Jakarta: Yayasan Badan Penerbit Pekerjaan Umum.
Koyari, dkk., Pola Pengendalian Banjir Kawasan Bambu Kuning Kota Jayapura 249

Priyantoro, D. 2006. Materi Bimbingan Teknis Sinergitas Sosrodarsono, S., dan K. Takeda. 1980. Hidrologi untuk
Manajemen SDA. Malang Teknik Pengairan Universi- Pengairan. Jakarta PT. Pradnya Paramita.
tas Brawijaya. Sosrodarsono, S., dan M. Tominaga, 1985. Perbaikan dan
Raju, R.K.G. 1986. Aliran Melalui Saluran Terbuka. Ja- Pengaturan Sungai. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.
karta: Erlangga. Suprijanto, H. 2005. Diktat Kuliah Morfologi Sungai. Ma-
Soemarto, C.D. 1987. Hidrologi Teknik. Surabaya: Usaha lang: Teknik Pengairan Universitas Brawijaya.
Nasional. Sutanto., dan Kamarwan, S. 2006. Pedoman Drainase Ja-
Soewarno. 1991. Hidrologi – Pengukuran dan Pengolah- lan Raya. Jakarta: UI-Press.
an Data Aliran Sungai. Bandung: Nova. Wesli. 2008. Drainase Perkotaan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Soewarno. 1995. Hidrologi – Aplokasi Mode, Statistik Kodoatie, R., dan Sjarief, R. 2010. Tata Ruang Air. Yogya-
untuk Analisa Data Jilid I. Bandung: Nova. karta: Andi.

Anda mungkin juga menyukai