Anda di halaman 1dari 10

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS BESIQ
JLN.SASIN NANER RT. IV KAMPUNG BESIQ KECAMATAN DAMAI KODE POS
75577

KEPUTUSAN
KEPALA PUSKESMAS BESIQ
NOMOR:

TENTANG
KEBIJAKAN PENUNJANGPELAYANAN KLINIS PUSKESMAS BESIQ
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA PUSKESMAS BESIQ,

Menimbang : a. bahwa pelayanan penunjang klinis Puskesmas dilaksanakan


berdasarkan kebutuhan pasien;
b. bahwa pelayanan penunjang klinis Puskesmas perlu
memperhatikan mutu dan keselamatan pasien;
c. bahwa untuk menjamin pelayanan penunjang klinis
dilaksanakan sesuai kebutuhan pasien, bermutu, dan
memperhatikan keselamatan pasien, maka perlu disusun
kebijakan penunjang pelayanan klinis di Puskesmas BESIQ;
d. bahwa untuk menunjang pelayanan klinis dibutuhkan jenis –
jenis pemeriksaan laboratorium;
e. bahwa untuk menunjang pelayanan klinis diperlukan
permintaan pemeriksaan, penerimaan, pengambilan dan
penyimpanan spesimen;
f. bahwa untuk menunjang pelayanan klinis dibutuhkan
pelayanan 24 jam terhadap pelayanan laboratorium dan obat;
g. bahwa untuk menunjang pelayanan klinis perlu ditetapkan
waktu penyampaian laporan hasil pemeriksaan laboratorium
termasuk untuk pasien urgen / cito;
h. bahwa untuk menunjang pelayanan klinis perlu disediakan
reagensia essensial dan bahan lain yang dibutuhkan serta
batas buffer stock untuk melakukan pemesanan;
i. bahwa untuk menunjang diperlukan nilai rujukan hasil
pemeriksaan laboratorium;
j. bahwa untuk menunjang pelayanan klinis diperlukan
pengendalian mutu laboratorium serta pemantapan mutu
eksternal (PME);
k. bahwa untuk menunjang pelayanan klinis diperlukan
inventarisasi, penanganan, pengendalian, penyimpanan,
pembuangan limbah dan bahan berbahaya;
l. bahwa untuk menunjang pelayanan klinis perlu ditetapkan
penanggung jawab pelayanan dan penyediaan obat yang
menjamin ketersediaan obat;
m. bahwa untuk menunjang pelayanan klinis perlu dibentuk tim
formularium obat;
n. bahwa untuk menunjang pelayanan klinis ditetapkan syarat –
syarat petugas yang berhak memberi resep dan menyediakan
obat serta diberikan kewenangan menyediakan obat yang
belum memenuhi persyaratan;
o. bahwa untuk menunjang pelayanan klinis ditetapkan langkah –
langkah peresepan, pemesanan dan pengelolaan obat
termasuk psikotropika dan narkotika;
p. bahwa untuk menunjang pelayanan klinis penggunaan obat
yang dibawa sendiri oleh pasien / keluarga harus dipantau;
q. bahwa untuk menunjang pelayanan klinis diperlukan
penanganan obat kadaluarsa / rusak sesuai dengan peraturan
yang berlaku;
r. bahwa untuk menunjang pelayanan klinis ditetapkan
penanggung jawab tindak lanjut pelaporan efek samping obat;
s. bahwa untuk menunjang pelayanan klinis perlu disediakan obat
– obat emergency di unit kerja;
t. bahwa untuk menunjang pelayanan klinis diperlukan
standarisasi, kode klasifikasi diagnosis enterminologi;
u. bahwa untuk menunjang pelayanan klinis perlu ditetapkan yang
dapat melakukan akses terhadap rekam medis;
v. bahwa untuk menunjang pelayanan klinis diperlukan metode
identifikasi, sistem pengkodean, penyimpanan dan
dokumentasi isi rekam medik;
w. bahwa untuk menunjang pelayanan klinis perlu dilakukan
pemantauan, pemeliharaan, perbaikan sarana peralatan;
x. bahwa untuk menunjang pelayanan klinis perlu ditetapkan
penanggung jawab pengelolaan keamanan lingkungan petugas
pemantau serta penanggung jawab pengelolaan peralatan;
y. bahwa untuk menunjang pelayanan klinis diperlukan
keterlibatan petugas pemberi layananan klinis dalam
peningkatan mutu klinis
z. bahwa untuk menunjang pelayanan klinis perlu diberikan
kewenangan jika tidak tersedia tenaga kesehatan yang
memenuhi persyaratan;
Mengingat : 1. Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika
(Lembaran Negara RI Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan
Lembaran Negara RI Nomor 3671);
2. Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung;
3. Undang – Undang No 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik;
4. Undang – Undang No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
(Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomor 143, Tambahan
Lembaran Negara RI Nomor 5062);
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
6. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009
tentang Pemeriksaan Laboratorium Yang Tersedia Publik;
7. PeraturanMenteriKesehatanRepublik Indonesia Nomor 75
tahun 2014, tentangPuskesmas;
8. PeraturanMenteriKesehatanRepublik Indonesia Nomor 46
tahun 2015, tentangAkreditasiFasilitasKesehatan Tingkat
Pertama;
9. KeputusanMenteriKesehatanRepublik Indonesia Nomor
1457/MENKES/SK/X/2003 tentangStandarPelayanan Minimal
BidangKesehatan di Kabupaten/Kota;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.43 Tahun
2013 tentang Cara Penyelenggaraan Laboratorium Klinik Yang
Baik;
11. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 37 Tahun 2012
tentang Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan
Masyarakat;
12. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
374/MENKES/PER/III/2010 tentang Pengendalian Vektor;
13. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 30 Tahun 2014 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas;
14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Penggolongan Psikotropika;
15. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 55 Tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Pekerjaan Perekam Medis;
16. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis;
17. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang
Kesehatan Lingkungan;
18. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun;
19. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741 Tahun 2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal bidang Kesehatan di Kabupaten /
Kota;
20. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 161/MENKES/PER/I/2010
tentang Registrasi Tenaga Kesehatan;
21. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 33 Tahun 2015 tentang
Menetapkan : Pedoman Pensiunan Perencanaan Kebutuhan Sumber Daya
Manusia Kesehatan;
22. R.Gandasoebrata, Penuntun Laboratorium Klinik, Cetakan
Kesebelas, P.T. Dian Rakyat, 2004.
Kesatu :

MEMUTUSKAN

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS BESIQ TENTANG


Kedua :
KEBIJAKAN PENUNJANG PELAYANAN KLINIS PUSKESMAS
BESIQ

Kebijakan penunjang pelayananklinis di Puskesmas BESIQ


sebagaimana tercantum dalam Lampiran merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari surat keputusan ini.

Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan


ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan
diadakan perbaikan/perubahan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : BESIQ
Pada Tanggal : 2018

KEPALA PUSKESMAS BESIQ,

SUSI
LAMPIRAN : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS
BESIQ

NOMOR : SK/ /AK/PKM-BSQ/2017


TENTANG : KEBIJAKAN PENUNJANG PELAYANAN
KLINIS PUSKESMAS BESIQ

A. PELAYANAN LABORATORIUM:
1. Jenis-jenis pelayanan laboratorium yang disediakan di Puskesmas meliputi;
NO SPESIMEN JENIS PEMERIKSAAN
1 Darah  Hematologi :
 Hb Sahli
 Golongan Darah
 Kimia Darah :
 Gula darah
 Cholesterol
 Asam urat
 Serologi :
 Widal
 HIV
 Malaria
2 Urine  Urine lengkap
 Tes Kehamilan
4 Sputum BTA (Basil Tahan Asam)

2. Pemeriksaan laboratorium dilakukan oleh petugas yang kompetens, yaitu:


analis kesehatan dan petugas dengan minimal lulusan Sekolah Analis
Kesehatan dan telah mendapat pelatihan tentang Laboratorium
3. Hasil pemeriksaan harus diinterpertasi oleh petugas yang terlatih
4. Pemeriksaan laboratorium untuk tiap-tiap jenis pemeriksaan harus dipandu
dengan prosedur mulai dari permintaan pemeriksaan, penerimaan spesimen,
pengambilan dan penyimapanan spesimen, pemeriksaan sampai penyerahan
hasil
5. Jika ada permintaan pemeriksaan di luar jam kerja maka petugas datang
diluar jam kerja atau 24 Jam
6. Petugas pemeriksa laboratorium wajib menggunakan APD
7. Bahan-bahan berbahaya beracun harus disimpan secara aman menurut
ketentuan yang berlaku
8. Limbah laboratorium sebagai akibat pemeriksaan laboratorium harus dikelola
sebagai limbah infeksius
9. Reagensia harus tersedia sesuai dengan jenis pemeriksaan yang disediakan
10. Reagensia harus disimpan dengan pelabelan yang jelas dan pada tempat
dan suhu sesuai dengan ketentuan yang berlaku
11. Ketersediaan reagen wajib dievaluasi paling lambat setiap bulan sekali
12. Hasil pemeriksaan laboratorium harus diserahkan sesuai dengan waktu yang
telah ditetapkan sebagai berikut:

WAKTU
NO JENIS PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN
1 Pemeriksaan darah (Hematoliogi, 1 Jam
Serologi,Malaria,Widal)
2 Pemeriksaan urine 30 Menit
3 Pemeriksaan Kimia Darah (Gula 15 Menit
Darah, Asam urat, dan Cholesterol)
4 Pemeriksaan Sputum 1 Jam
5 Pemeriksaan Tes Kehamilan 15 Menit
6 Pemeriksaan Golongan Darah 15 Menit
7 Pemeriksaan Feses (Tinja) 30 Menit
Sumber :www.Spritia.or.id
13. Laporan hasil pemeriksaan laboratorium harus dilengkapi dengan nilai normal
14. Hasil pemeriksaan laboratorium kritis harus disampaikan segera kepada
tenaga kesehatan yang meminta dalam batas waktu paling lambat satu jam
setelah hasil diperoleh dengan acuan sebagai berikut:

NO PEMERIKSAAN KURANG LEBIH DARI


DARI
1 Hemoglobin < 8 g/dl 21 g/dl
2 Hematokrit <21 % >65%
3 Trombosit < 100.000/ul >1.000.000/ul
4 Leukosit <4000/ul >10.000/ul
5 Cholesterol total - HI
6 Asam urat - HI
7 Glukosa <60 mg/dl >500 mg/dl
Sumber : adult and Children, Pre analytic Considerationa,Roche Diagnostics

15. Harus dilakukan kendali mutu pelayanan laboratorium dengan pemantapan


mutu internal dan pemantaban mutu eksternal
16. Program peningkatan mutu pelayanan laboratorium harus disusun dan
merupakan bagian tidak terpisahkan dari program peningkatan mutu
puskesmas dan keselamatan pasien
17. Risiko dalam pelayanan lobaratorium harus diidentifikasi dan ditindak lanjuti
18. Jenis pemeriksaan laboratorium beresiko tinggi
No. Jenis Pemeriksaan KET
1. Pemeriksaan Sputum/BTA
2. Pemeriksaan HIV

19. Rentang nilai yang menjadi rujukan hasil pemeriksaan laboratorium


No. Jenis Pemeriksaan Jenis kelamin Nilai rujukan
1. Glukosa :
Puasa 70-110 mg/dl
Sewaktu 90-200 mg/dl
2. Kolesterol < 200 mg/dl
3. Asam urat Perempuan 2,4-5,7 mg/dl
Laki-laki 3,4-7,0 mg/dl
4. Hemoglobin Perempuan 12-16 g%
Laki-laki 14-18 g%
5. Malaria Negative
6. Protein urin Negative
7. Plano test Positif
8. Widal Negative

B. PENGELOLAAN OBAT:
1. Obat harus tersedia di puskesmas sesuai dengan formularium puskesmas
2. Obat harus tersedia dalam seminggu dan 24 jam
3. Yang berhak menulis resep adalah Dokter dan Dokter Gigi
4. Yang berhak menyiapkan obat adalah Apoteker dan Asisten Apoteker
5. Pelatihan bagi petugas yang diberi wewenang menyediakan obat tetapi
belum sesuai persyaratan
6. Yang berhak terlibat dalam proses peresepan, pemesanan dan pengelolaan
obat adalah Apoteker Penanggung Jawab dan Asisten Apoteker.
7. Ketersedian obat wajib dievaluasi paling lambat tiap tiga bulan sekali
8. Obat kadaluwarsa tidak boleh diberikan pada pasien
9. Pemberian Obat narkotika dan psikotropika , diatur sebagai berikut:
a. Peresepan obat narkotika dan psikotropikan hanya boleh dilakukan oleh
Dokter dan Dokter Gigi
b. Penyimpanan obat narkotika dan psikotropika harus dilakukan dalam
lemari Khusus yang berkunci dua dan dipegang oleh dua orang yang
berbeda
10. jika ada obat yang dibawa oleh pasien, maka obat harus diidentifikasi dan
ditindaklanjuti sesuai dengan instruksi dokter
11. Penyediaan obat dilakukan oleh tanga farmasi atau tenaga tehnis
kefarmasian dengan memperhatikan higiene dan kebersihan
12. Penyimpanan obat dilakukan sesuai dengan ketentuan penyimpanan tiap-tiap
obat
13. Penyampaian obat pada pasien harus disertai label yang berisi minimal:
nama pasien, tanggal lahir, nomor rekam medis, aturan pakai, cara
pemakaian, waktu menggunakan obat.
14. Dalam pemberian obat harus memperhatikan ada tidaknya riwayat alergi,
interaksi obat, dan efek samping obat
15. Efek samping obat harus dilaporkan dan ditindak lanjuti, dan dicatat dalam
rekam medis
16. Jika terjadi kesalahan dalam pemberian obat maka harus dilaporkan dan
ditindak lanjuti
17. Penanganan Obat Kadaluarsa dilakukan sesuai bentuk sediaan dan
golongan obat.
18. Obat-obat emergensi harus tersedia di tempat pelayanan untuk mengatasi
jika terjadi kedaruratan dalam pelayanan kesehatan
19. Obat emergensi harus disegel, dimonitor penggunaannya, dan segera diganti
jika digunakan dan disegel kembali oleh petugas farmasi

C. PENGELOLAAN INFORMASI DAN REKAM MEDIS


1. Kode klasifikasi diagnosis menggunakan ICD X
2. Kode klasifikasi tindakan menggunakan ICD IX/CM
3. Singkatan yang boleh digunakan dalam pelayanan di puskesmas sebagai
mana pada lampiran
4. Petugas puskesmas yang boleh mengakses rekam medis adalah:
a. Penanggung Jawab Rekam Medis
b. Petugas Rekam Medis
c. Pembantu Petugas Rekam Medis
d. Dokter setempat bila memerlukan data pasien
5. Jika ada mahasiswa atau peneliti yang membutuhkan akses terhadap rekam
medis harus mendapat persetujuan dari Kepala Puskesmas, sesuai prosedur
yang berlaku dan wajib menjaga kerahasiaan.
6. Rekam medis pasien diidentifikasi dengan cara penomoran sebagai berikut:
a. Alphabet
b. Numeral
7. Rekam medis disimpan dalam rak tersusun rapi sesuai dengan Alphabet dan
Numeral
8. Masa retensi rekam medis adalah 5 Tahun
9. Isi rekam medis mencakup: Nama, KK, Umur, Alamat, Nomor RM, Tempat
Tanggal Lahir, Nomor Handphone
10. Kelengkapan isi rekam medis harus dievaluasi dan ditindak lanjuti
D. MANAJEMEN LINGKUNGAN
1. Kondisi fisik bangunan dan lingkungan puskesmas wajib dipantau secara
rutin
2. Prasarana puskesmas, yang meliputi air, linstrik, gas harus dipantau secara
periodik, dipelihara, dan diperbaiki dan dipastikan berfungsi
3. Hasil pemantauan, pemeliharaan, dan perbaikan harus didokumentasikan
4. Bahan dan limbah berbahaya harus diidentifikasi, disimpan dengan benar,
dimonitor penyimpanan dan penggunaannya, dan ditindak lanjuti
5. Harus disusun program menjamin lingkungan puskesmas yang aman
meliputi: perencanaan, pelaksanaan, pendidikan dan pelatihan, pemantauan
dan evaluasi
6. Harus disusun program pemeliharaan peralatan, meliputi perencanaan,
pelaksanaaan, monitoring, evaluasi dan tindak lanjut
7. Peralatan yang perlu dikalibrasi harus dikalibrasi tepat waktu
8. Peralatan steril harus disterilkan dengan prosedur yang benar

E. PENGELOLAAN PERALATAN
1. memisahkan alat yang bersih dan alat yang kotor, alat yang memerlukan
sterilisasi, alat yang membutuhkan perawatan lebih lanjut (tidak siap pakai),
serta alat alat yang membutuhkan persyaratan khusus untuk peletakannya
sesuai prosedur.
2. mengatur jika ada bantuan peralatan sesuai prosedur yang dibuat.

F. MANAJEMEN SDM YANG BEKERJA DALAM PELAYANAN KLINIS


1. Pola ketenagaan sdm klinis harus disusun berdasar analisis kebutuhan sdm
2. Kredensial harus dilakukan untuk setiap tenaga klinis
3. Tenaga klinis yang bekerja di puskesmas harus mempunyai surat ijin yang
berlaku
4. Evaluasi kinerja tenaga klinis harus dilakukan secara berkala paling lambat
satu tahun sekali
5. Peluang untuk melakukan pendidikan dan pelatihan harus diinformasikan
kepada tenaga klinis
6. Tiap tenaga klinis harus mempunyai uraian tugas dengan kejelasan
kewenangan klini untuk masing-masing petugas
7. Pelaksanaan uraian tugas dan wewenangan setiap tenaga klinis harus
dievaluasi dan ditindak lanjuti
KEPALA PUSKESMAS BESIQ

MUHAMMAD SYUKUR

Anda mungkin juga menyukai