Anda di halaman 1dari 4

Nama Kelompok :

 Aji Marsono
 Fajar Wibianto
 Restiono Arif

Periode Pemerintahan Dinasti Umayyah di Damaskus

Sempat terjadi kekosongan pemerintahan kekhalifahan Islam setelah wafatnya salah


satu khulafaur rasyidin, yaitu Ali bin Abi Thalib. Para petinggi pemerintahan di
Madinah kemudian mengangkat Hasan bin Ali, yang merupakan keturunan dari Ali
bin Abi Thalib, sebagai khalifah yang baru. Namun Hasan bin Ali merasa tidak siap
untuk mengelola pemerintahan, sehingga ia menyerahkan jabatan itu kepada
Muawiyah bin Abu Sofyan. Tujuan lain dari penyerahan kekuasaan itu adalah untuk
mendamaikan dan mempersatukan seluruh golongan umat Muslim yang sempat
terpecah-pecah.
Dengan naiknya Muawiyah bin Abu Sofyan, maka dimulailah periode Dinasti
Umayyah pada masa pemerintahan kekhalifahan Islam. Berbeda dengan beberapa
masa kekhalifahan sebelumnya, Dinasti Umayyah kembali menyerukan misi
perluasan wilayah. Langkah pertama yang diambil oleh Khalifah Umayyah dalam
upaya perluasannya tersebut adalah dengan menguasai wilayah Tunisia. Kemudian
berlanjut ke wilayah timur dengan menguasai Kota Kabul di Afghanistan. Beberapa
sumber menyebutkan pasukan Dinasti Umayyah sempat beberapa kali melakukan
serangan ke wilayah Konstantinopel.
Pada masa kekuasaan Abdul Malik bin Marwan (685 M–705 M), misi ekspansi Dinasti
Umayyah masih tetap dilakukan. Pada periode ini, pasukan Dinasti Umayyah berhasil
menyeberangi Sungai Oxus untuk menguasai wilayah Bukhara, Khwarezmia,
Ferghana, dan Samarkand. Bahkan perjalanan penguasaan wilayah oleh pasukan
Dinasti Umayyah itu dapat diteruskan hingga ke beberapa wilayah di kawasan India
bagian barat. Para masa pemerintahan Abdul Malik bin Marwan, bahasa Arab
dijadikan sebagai bahasa resmi negara.
Kekuasaan Dinasti Umayyah kemudian beralih kepada Al-Walid bin Abdul Malik,
yang merupakan putra dari penguasa sebelumnya. Al-Walid bin Abdul Malik
memegang kekuasaan tertinggi selama 10 tahun, yaitu sejak tahun 705 M sampai 715
M. Pada periode ini, kesejahteraan dan kebutuhan rakyat sangat diperhatikan oleh
pemerintah. Ketika itu banyak dibangun rumah sakit, lembaga pendidikan, dan
pengembangan berbagai karya seni Islam.
Secara umum, masa pemerintahan Al-Walid bin Abdul Malik dikenal sebagai masa
kemakmuran dan ketertiban bagi rakyatnya. Pada periode ini pun Dinasti Umayyah
berhasil melancarkan ekspedisi militer besar ke wilayah barat. Pada 711, ekspansi
militer ini berhasil menaklukkan wilayah Algeria dan Maroko. Salah seorang jenderal
paling ternama Dinasti Umayah, yakni Tariq bin Ziyad, berhasil memimpin
pasukannya untuk menyeberangi Selat Gibraltar menuju daratan Eropa.
Setelah berhasil mendarat di wilayah Andalusia, pasukan Dinasti Umayyah pimpinan
Tariq bin Ziyad memfokuskan perhatiannya pada Kota Cordoba sebagai pusat
Kerajaan Spanyol. Setelah Cordoba berhasil dikuasai, beberapa kota lain di Spanyol
dapat dikuasai, seperti Toldeo dan Sevilla. Beberapa sumber menyebut, keberhasil
pasukan Dinasti Umayyah dalam menaklukan Spanyol sedikit banyaknya disebabkan
oleh dukungan masyarakat lokal yang merasa tertindas oleh pemerintaha Kerajaan
Spanyol.
Pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Azis, Dinasti Umayyah kembali berusaha
melebarkan kekuasaannya di Eropa Barat. Pasukan Dinasti Umayyah berusaha
menyeberangi Pegunungan Pyrenia demi mencapai wilayah Prancis. Beberapa kota di
wilayah Prancis sempat menerima serangan dari pasukan Dinasti Umayyah, di
antaranya Poitiers, Bordeaux, dan Tours.
Namun pada pertempuran di Kota Tours, pemimpin pasukan Dinasti Umayyah gugur,
akibatnya daya serang pasukan mulai menurun. Oleh karena itu pasukan Dinasti
Umayyah pun ditarik mundur untuk kembali ke wilayah Spanyol.
Setelah menguasai sebagian besar wilayah Andalusia, daerah kekuasaan Dinasti
Umayyah di wilayah Eropa Barat telah benar-benar berkembang pesat. Wilayah
Dinasti Umayyah ketika itu meliputi, Kirgistan, Uzbekistan, Turkmenistan, Pakistan,
Afghanistan, Persia, Irak, Arab, Palestina, Syria, Afrika Utara, Spanyol, dan beberapa
wilayah di Asia Kecil.
Setelah pemerintaha Umar bin Abdul Azis, tampuk kepemimpinan Dinasti Umayyah
berlanjut kepada Yazid bin Abdul Malik, yang berkuasa sejak tahun 720 M sampai 724
M. Pada periode ini, Dinasti Umayyah mendapat berbagai cobaan politik yang cukup
mempengaruhi kemajuan yang telah dicapai oleh beberapa penguasa sebelumnya.
Banyak masyarakat yang tidak senang dengan pemerintaha Yazid bin Abdul Malik
karena merasa lebih mementingkan kemewahan dibandingkan kesejahteraan rakyat.
Beberapa kelompok yang anti terhadap Dinasti Umayyah mulai mendapat dukungan
dari sejumlah masyarakat. Konflik bermunculan di kalangan masyarakat yang
menjurus kepada perang saudara di wilayah kekuasaan Dinasti Umayyah.
Pemerintahan Dinasti Umayyah kemudian digantikan oleh Hisyam bin Abdul Malik,
setelah Yazid bin Abdul Malik meninggal akibat penyakit tuberkolusis. Beberapa
pendapat mengatakan, Hisyam bin Abdul Malik adalah pemimpin yang cakap dan
dapat memimpin Dinasti Umayyah dengan baik. Namun pada periode kekuasaanya
ini, kelompok-kelompok yang bertentangan dengan Dinasti Umayyah sudah terlanjur
berkembang pesat, oleh karena itu hingga akhir masa pemerintahannya, ia tidak
sanggup mengatasi banyaknya pemberontakan itu.
Pemimpin terakhir yang menjabat pada pemerintahan Dinasti Umayyah adalah
Marwan bin Muhammad. Pada 750, pusat kekuasaan Dinasti Umayyah di Damaskus
berhasil digulingkan oleh pemberontakan yang dilakukan pasukan Dinasti Abbasiyah.
Dengan demikian pemerintahan Dinasti Umayyah di jazirah Arab dan kawasan timur
dapat dinyatakan berakhir.
Daulah Umayyah di Andalusia ( 756 m- 1031 m )
Kekuasaan Bani Umayyah di Damaskus berakhir pada tahun 750 M, kekhalifahan pindah ke
tangan Bani Abbasiyah. Namun, salah satu penerus Bani Umayyah yang bernama
Abdurrahman ad-Dakhil dapat meloloskan diri pada tahun 755 M. Ia dapat lolos dari kejaran
pasukan Bani Abbasiyah dan masuk ke Andalusia (Spanyol). Di Spanyol sebagian besar umat
Islam di sana masih setia dengan Bani Umayyah. Ia kemudian mendirikan pemerintahan
sendiri dan mengangkat dirinya sebagai amir (pemimpin) dengan pusat kekuasaan di
Cordoba.
Adapun amir-amir Bani Umayyah yang memerintah di Andalusia (Spanyol) sebagai berikut:
a. Abdurrahman ad-Dakhil (Abdurrahman I), tahun 756-788 M.
b. Hisyam bin Abdurrahman (Hisyam I), tahun 788-796 M.
c. Al-Hakam bin Hisyam (al-Hakam I) , tahun 796-822 M.
d. Abdurrahman al-Ausat (Abdurrahman II) , tahun 822-852 M.
e. Muhammad bin Abdurrahman (Muhammad I) , tahun 852-886 M.
f. Munzir bin Muhammad, tahun 886-888 M.
g. Abdullah bin Muhammad, tahun 888-912 M.
h. Abdurrahman an-Nasir (Abdurrahman III) , tahun 912-961 M.
i. Hakam al-Muntasir (al-Hakam II) , tahun 961-976 M.
j. Hisyam II, tahun 976-1009 M.
k. Muhammad II, tahun 1009-1010 M.
l. Sulaiman, tahun 1013-1016 M.
m. Abdurrahman IV, tahun 1016-1018 M.
n. Abdurrahman V, tahun 1018-1023 M.
o. Muhammad III, tahun 1023-1025 M.
p. Hisyam III, tahun 1027-1031 M.

Pada masa pemerintahan Daulah Umayyah di Andalusia (Spanyol), Cordoba menjadi pusat
berkembangnya ilmu pengetahuan. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan terjadi pada
masa pemerintahan amir yang ke-8 yakni Abdurrahman an-Nasir dan amir yang ke-9 yakni
Hakam al-Muntasir.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan kebudayaan di Kota Cordoba ditandai dengan adanya
Universitas Cordoba. Universitas ini memiliki perpustakaan dengan koleksi buku mencapai
400.000 judul. Pada masa kejayaannya Cordoba memiliki 491 masjid dan 900 pemandian
umum. Karena air di kota ini tidak layak minum, pemerintah memiiki inisiatif untuk
membangun instalasi air minum dari pegunungan sepanjang 80 km.
Tumbuh kembangnya ilmu pengetahuan di Cordoba membuat berbagai inisiatif dan inovasi
dalam rangka membuat kehidupan lebih sejahtera dan nyaman. Didirikannya masjid-masjid
yang megah dan indah menunjukkan bahwa pada saat itu kesadaran untuk meningkatkan
ketakwaan dan keimanan juga sangat tinggi.
Daulah Umayyah di Damaskus dan Andalusia memperlihatkan kemajuan Islam di jaman
dahulu, sampai saat ini Islam terus berkembang, sebagai seorang muslim, kita harus
meneruskan kemajuan tersebut dengan berusaha mengerjakan hal-hal yang bermanfaat dan
sesuai dengan petunjuk agama Islam.

Pendirian Umayah di Andalusia


Andalusia adalah nama bagi semenanjung Iberia pada zaman kejayaan umayah.
Andalusia berasal dari vandal yang berarti negri bangsa vandal, karena semenanjung Iberia
pernah dikuasai oleh bangsa vandal sebelum terusir oleh bangsa ghotia Barat (abad v M).
Umat islam mulai menaklukan semenanjung Iberia pada zaman Khalifah al-walid ibn Abd al-
Malik (86-96 H/705-715).
Penaklukan semenanjung Iberia diawali dengan undangan salah satu raja ghotia barat
(Kristen) untuk membantunya melawan raja lainnya. Khalifah mengirim 500 orang pasukan
yang dipipin oleh tarif ibnu malik pada tahun 91 H/710 M dan mendarat disuatu tempat yang
kemudian diberi nama tarifa. Ekspedisi ini dianggap berhasil dan tarif kembali ke afrika utara
dengan utara dengan membawa banyak harta rampasan. Pada tahun 92 H/711 M, ibn Nushair
(gubernur afrika utara pada waktu itu) mengirim pasukan sebanyak 7000 orang dibawaah
pimpinan tariq ibn ziyad. Akhirnya tariq ibn ziyad berhasil menguasai hampir seluruh kota
yang ada di semenanjung Iberia atas bantuan musa ibn nusyair. Akhirnya, musa ibn nusyair
mendeklarasikan semenanjung Iberia sebagai bagian dari kekuasaan umayah yang berpusat di
damaskus. Ketika daulah umayah di damaskus dihancurkan oleh bani abbas, abd al-Rahman
ibn mu’awiyah berhasil meloloskan diri dan menginjakan kakinya di Andalusia pada tahun
132 H/750 M. ia diberi gelar al-dakhil, karena beliau adalah pangeran dinasti umayah
pertama yang menginjakan kakinya bdisemenanjung Iberia. Beliau berhasil menyingkirkan
yusuf ibn abd al-rahman al-fihri yang menyatakan diri tunduk kepada dinasti bani abbas pada
tahun 138 H/756 M. abd al-rahman al-dakhil memproklamirkan bahwa Andalusia lepas dari
kekuasaan dinasti Bani Abbas dan ia memakai gelar amir (buakn khalifah).
Selama 32 tahun berkuasa, Abd al-Rahman al-Dakhil berhasil mengatasi berbagai
ancaman, baik dari dalam maupun dari luar . karena ketangguhannya, kemudian ia diberi
gelar rajawali Quraisy. Karena kekuasaan dinasti bani abbas speninggal al-mutawakil (247
H/861M) semakin merosot, Abd al-rahman al-dakhil memproklamirkan diri sebagai khalifah
dan memakai gelar amir almu’minin.
Sejak pertana kali menginjakkan kaki ditanah Andalusia hingga jatuhnya kerajaan
Islam terakhir disana, Islam memainkan peranan yang sangat yang dilalui umat Islam di
Andalusia dapat dibagi menjadi enam periode:
Andalusia, sebuah negeri yang meninggalkan jejak begitu besar di sepanjang sejarah
umat Islam pada awal perkembangan Islam di dunia Eropa. Tentu hal ini menyita banyak
perhatian besar dari berbagai khalayak umat Islam. Dikatakan demikian, karena penguasaan
Islam terhadap semenanjung Iberia lebih khusus Andalusia, telah menunjukkan bahwa Islam
telah tersebar ke negara Eropa.
Mulai dari tahapan awal proses masuknya Islam, dimana wilayah Spanyol diduduki
oleh khalifah-khalifah dalam setiap dinasti-dinasti yang didirikan dalam setiap periodenya.
Tentu, hal ini banyak memiliki peranan yang sangat penting dan besar dalam perkembangan
umat Islam. Dimana pada akhirnya Islam pernah berjaya di Spanyol dan berkuasa selama
tujuh setengah abad. Suatu masa kekuasaan dalam waktu yang sangat lama untuk
mengembangkan Islam.
Namun, di balik usaha keras umat Islam mempertahankan kejayaan pada masa sekian
abad itu, umat Islam menghadapi kesulitan yang amat berat. Dimana pada suatu ketika, umat
Islam diterpa serangan-serangan penguasa Kristen yang sampai-sampai umat Islam tidak
kuasa menahan serangan-serangan penguasa Kristen yang semakin kuat itu. Sehingga pada
akhirnya Islam menyerahkan kekuasaannya dan semenjak itu berakhirlah kekuasaan Islam di
Spanyol.
Demikianlah Islam di Andalusia, walaupun pada akhirnya berakhir dengan kekalahan,
namun islam muncul sebagai suatu kekuatan budaya dan sekaligus menghasilkan cabang-
cabang kebudayaan dalam segala ragam dan jenisnya. Banyak sekali kontribusi Islam bagi
kebangunan peradaban dan kebudayaan baru Barat. Sumbangan Islam itu telah menjadi
dasar kemajuan Barat terutama dalam bidang-bidang politik, ekonomi, sains dan teknologi,
astronomi, filsafat, kedokteran, sastra, sejarah dan hukum

Anda mungkin juga menyukai