Anda di halaman 1dari 16

INDUTRIALISASI: KONSEP, UNSUR, DAMPAK DAN

PERMASALAHAN DI DUNIA INDUSTRI (SOSIAL, PSIKOLOGI,


HUKUM, EKONOMI, DAN DEMOKRASI)

disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Praktik Pekerjaan Sosial bagi
dalam Bidang Industri

Dosen:

Drs. Suhendar, MP

Disusun Oleh:

Kelompok Satu

Kelas B Industri

1. Zhomah 16.04.057
2. Bhram Putra Astanto 16.04.060
3. Jurita Setiyani 16.04.274
4. Rizkiawan Budiarto 16.04.314

PROGRAM PENDIDIKAN DIPLOMA IV PEKERJAAN SOSIAL

SEKOLAH TINGGI KESEJAHTERAAN SOSIAL

BANDUNG

2018

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Latar belakang lahirnya industrialisasi adalah adanya revolusi. Dimulai dari
sejarah revolusi industri, Revolusi Industri adalah perubahan teknologi, sosial
ekonomi dan budaya pada akhir abad ke 18 dan awal abad ke 19 di Inggris dengan
perkenalan mesin uap (dengan menggunakan batu bara sebagai bahan bakar) dan
ditenagai oleh mesin (terutama dalam produksi tekstil). Efek budayanya menyebar
ke seluruh Eropa Barat dan Amerika Utara, kemudian mempengaruhi seluruh dunia.
Efek dari perubahan ini di masyarakat Neolitikum ketika pertanian mulai dilakukan
dan membentuk peradaban, menggantikan kehidupan nomadik, sangat besar dan
seringkali dibandingkan dengan revolusi kebudayaan masa itu. Istilah “Revolusi
Industri” diperkenalkan oleh Friedrich Engels dan Louis-Auguste Blanqui
dipertengahan abad ke 19.
Pada saat sekarang ini, negara Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan
pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya
pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat,
bangsa dan negara untuk mewujudkan tujuan nasional sebagaimana diamanatkan
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, Alinea ke 4, yaitu melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial.
Tujuan negara tersebut, pada hakekatnya adalah untuk mewujudkan suatu
masyarakat yang adil dan makmur yang merata, materiil dan spiritual berdasarkan
Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam wadah Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, bersatu dan berkedaulatan rakyat dalam
suasana perikehidupan bangsa yang aman, tenteram, tertib dan dinamis dalam
lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai.

2
Guna mewujudkan cita-cita luhur bangsa Indonesia tersebut di atas, pemerintah
telah berupaya melakukan berbagai kegiatan, termasuk salah satu diantaranya adalah
mendorong laju perekonomian nasional. Pertumbuhan laju industri merupakan
andalan pemerintah dalam upaya meningkatkan perekonomian di Indonesia.
Perekonomian di Indonesia tidak akan berkembang tanpa dukungan dari peningkatan
perindustrian sebagai salah satu sektor perekonomian yang sangan dominan di
zaman sekarang.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep industrialisasi?
2. Bagaimana unsur industrialisasi?
3. Bagaimana dampak industrialisasi?
4. Bagaimana permasalahan di dunia industri?
5. Bagaimana revolusi industri 4.0 ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui konsep industrialisasi.
2. Untuk mengetahui unsur industrialisasi.
3. Untuk mengetahui dampak industrialisasi.
4. Untuk mengetahui permasalahan di dunia industri.
5. Untuk mengetahui revolusi industri 4.0.

3
BAB II

ISI

2.1 Konsep Industrialisasi


Dalam sejarah pembangunan eknomi, konsep industrialisasi berawal dari
revolusi pertamam pada pertengahan abad ke-18 yang terjadi di Inggris, dengan
penemuan metode baru untuk pemintalan, penenunan kapas, serta peningkatan faktor
produksi yang digunakan.
Industrialisasi suatu proses interaksi antara perkembangan teknologi, inovasi,
spesialisasi dan perdagangan dunia untuk meningkatkan pendapatan masyarakat
dengan mendorong perubahan struktur ekonomi.
Selain itu, industrialisasi merupakan salah satu strategi jangka panjang untuk
menjamin pertumbuhan ekonomi. Hanya beberapa Negara dengan penduduk sedikit
dan kekayaan alam melimpah, seperti Kuwait dan Libya (negara penghasil minyak)
ingin mencapai pendapatan yang tinggi tanpa industrialisasi.
Setelah perang dunia II juga banyak bermunculan perkemebangan teknologi
yang baru, misalnya produksi dengan skala besar dengan konsep assembling, listrik,
penemuan bahan-bahan sintetik, kendaraan bermotor, revolusi teknologi komunikasi,
sampai pada penggunaan robot. Semua perubahan yang terjadi ini juga ikut memacu
proses industrialisasi dunia karena perkembangan ini mengubah pola produksi
industri dan meningkatkan kapasitas (volume) perdagangan dunia.
Industrialisasi adalah sistem produksi yang muncul dari pengembangan yang
mantap penelitian dan penggunaan pengetahuan ilmiah. Ia dilandasi oleh pembagian
tenaga kerja dan spesialisasi, menggunakan alat-alat bantu mekanik, kimiawi, mesin,
dan organisasi serta intelektual dalam produksi.
Industrialisasi dalam arti sempit menggambarkan penggunaan secara luas
sumber-sumber tenaga non-hayati, dalam rangka produksi barang atau jasa.
Meskipun definisi ini terasa sangat membatasi industrialisasi tidak hanya terdapat
pada pabrik atau manufaktur, tapi juga bisa meliputi pertanian karena pertanian tidak
bisa lepas dari mekanisasi (pemakaian sumber tenaga non-hayati) demikian pula
halnya dengan transportasi dan komunikasi.
4
Industrialisasi merupakan proses peralihan dari satu bentuk masyarakat tertentu,
menuju masyarakat industrial modern. Wield (1983:80) mengemukakan tiga jenis
definisi untuk memahami industrialisasi antara lain:
1. Residual, industri berarti semua hal yang bukan pertanian.
2. Sektoral, yang mengatakan bahwa industri adalah energi, pertambangan, dan
usaha manufaktur.
3. Bersifat mikro dan makro, yaitu sebagai proses produksi, dan yang lebih luas
lagi sebagai proses sosial industrialisasi

Proses industrialisasi bisa dipahami melalui konsep pembangunan, karena


arti pembangunan dan industrialisasi seringkali dianggap sama. Konsep
pembangunan bersifat dinamik, karena konsep itu bisa berubah menurut lingkupnya.
Apabila pembangunan itu dihubungkan pada setiap usaha pembangunan dunia, maka
pembangunan akan merupakan usaha pembangunan dunia. Industrialisasi sebagai
proses dan pembangunan industri berada pada satu jalur kegiatan, yaitu pada
hakekatnya berfungsi meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan rakyat.
Industrialisasi tidaklah terlepas dari upaya peningkatan mutu sumber daya manusia,
dan pemanfaatan sumber daya alam.

2.2 Unsur Industrialisasi


Industrialisasi pada suatu masyarakat berarti pergantian teknik produksi dari cara
yang masih tradisional ke cara modern, yang terkandung dalam revolusi industri.
Dalam hal ini terjadi proses transformasi, yaitu suatu perubahan masyarakat dalam
segala segi kehidupannya.

a. Masyarakat yang melakukan proses produksi dengan menggunakan mesin;


b. Berskala besar;
c. Pembagian kerja teknis yang relatif kompleks; dan
d. Menggunakan tenaga kerja yang keterampilannya bermacam-macam.

5
2.3 Dampak Industri

Dampak positif dari industri adalah :

1. Terbukanya lapangan kerja


2. Mengurangi pengangguran
3. Terpenuhinya berbagai kebutuhan masyarakat
4. Pendapatan/kesejahteraan masyarakat meningkat
5. Meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar industri
6. Bisa menghasilkan banyak barang untuk kebutuhan manusia
7. Menghemat devisa negara
8. Mendorong untuk berfikir maju bagi masyarakat
9. Terbukanya usaha-usaha lain di luar bidang industri
10. Penundaan usia nikah

Dampak negatif dari industri :

1) Terjadi pencemaran lingkungan


2) Adanya polusi udara dari asap industri
3) Adanya pencemaran air dari limbah pabrik
4) Banyaknya sumber daya alam yang rusak karena industri
5) Banyaknya lahan pertanian yang hilang karena digunakan untuk industri
6) Konsumerisme
7) Hilangnya kepribadian masyarakat
8) terjadinya peralihan mata pencaharian
9) Terjadinya urbanisasi di kota-kota
10) Terjadinya permukiman kumuh di kota-kota

2.4 Permasalahan Industrialisasi

Indonesia sebagai negara yang banyak mengalami berbagai masalah industri seperti
lokasi industri yang berada di tengah pemukiman, menggeser lahan pertanian,
pencemaran lingkungan, dan pemutusan hubungan kerja, menyebabkan keberadaan

6
industri harus dikaji kembali jangan sampai masalah tersebut terus berlanjut, sehingga
bukan keuntungan yang diperoleh melainkan kerugian bagi negara, pengusaha dan
masyarakat. Karena itu, penanganan yang serius dari berbagai pihak perlu dilakukan
terutama dari pemerintah sendiri seperti amdal yang jelas, pengawasan yang terus
dilakukan, dan lokasi tidak menganggu lahan pertanian yang produktif, terutama lokasi
di pinggiran kota. Di samping itu, perlu juga meningkatkan dan melindungi industri
rakyat dalam bentuk industri kecil dan kerajinan sebagai warisan budaya bangsa, agar
jangan sampai diakui menjadi milik bangsa lain. Begitu pula produk industri
diprioritaskan untuk memenuhi ehidupan masyarakat banyak sebelum dilakukan ekspor,
sehingga tidak semata-mata keuntungan yang dicari melainkan keuntungan dan
kebutuhan masyarakat.

Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang sangat sulit keluar dari berbagai
masalah yang berhubungan dengan industri, di satu sisi industri memberikan masukan
bagi pendapatan negara dan banyak menyerap tenaga kerja, di sisi lain nampaknya
belum bisa mengatasi pencemaran atau kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh
industri, berarti terdapat dua sisi yang saling bertentangan, kita tinggal melihat sisi mana
yang paling dominan, apakah lebih banyak keuntungan atau lebih banyak hal yang
merugikan

Industri di Indonesia sangat beragam sekali, banyak industri yang menggunakan bahan
baku yang di impor dari negara lain, sehingga membuat industri tersebut menjadi
bergantung terhadap negara tersebut. Permasalahan industri tak sampai di situ saja,
banyak juga yang menyangkut hal lain, seperti lokasi industri yang tidak sesuai dengan
penempatanya, banyaknya industri yang di relokasi ke negara lainn akibat ekonomi
biaya tinggi bagi pegusaha, banyaknya hasil industri negara lain yang masuk ke
indonesia dengan harga yang sangat murah, dan sebagainya. Degan demikian, perlu
kiranya kita turut memikirkan dan menanggapi keberadaan industri di dalam negeri
sendiri untuk dapat menunjang kehidupan masyarakat dan perekonomian negara, untuk
itu diperlukan suatu kebijakan pemerintah secara menyeluruh mengenai industri ini yang
ditunjang oleh karyawan dan masyarakat sendiri.

7
Masalah dalam industri manufaktur nasional:
1. Kelemahan struktural
 Basis ekspor & pasar masih sempitè walaupun Indonesia mempunyai banyak
sumber daya alam & TK, tapi produk & pasarnya masih terkonsentrasi:
1. Terbatas pada empat produk (kayu lapis, pakaian jadi, tekstil & alas kaki)
2. Pasar tekstil & pakaian jadi terbatas pada beberapa negara: USA,
Kanada, Turki & Norwegia, USA, Jepang & Singapura mengimpor 50% dari
total ekspor tekstil pakaian jadi dari Indonesia.
3. Produk penyumbang 80% dari ekspor manufaktur indonesia masih
mudah terpengaruh oleh perubahan permintaan produk di pasar terbatas
4. Banyak produk manufaktur terpilih padat karya mengalami
penurunan harga muncul pesaing baru seperti cina & vietman
5. Produk manufaktur tradisional menurun daya saingnya sbg akibat
factor internal seperti tuntutan kenaikan upah

 Ketergantungan impor sangat tinggi


Tahun 1990, Indonesia menarik banyak PMA untuk industri berteknologi
tinggi seperti kimia, elektronik, otomotif, dsb, tapi masih proses penggabungan,
pengepakan dan assembling dengan hasil:
1. Nilai impor bahan baku, komponen & input perantara masih tinggi
diatas 45%
2. Industri padat karya seperti tekstil, pakaian jadi & kulit bergantung
kepada impor bahan baku, komponen & input perantara masih tinggi.
3. PMA sector manufaktur masih bergantung kepada suplai bahan baku
& komponen dari LN
4. Peralihan teknologi (teknikal, manajemen, pemasaran,
pengembangan organisasi dan keterkaitan eksternal) dari PMA masih
terbatas
5. Pengembangan produk dengan merek sendiri dan pembangunan jaringan

8
pemasaran masih terbatas

 Tidak ada industri berteknologi menengah


1. Kontribusi industri berteknologi menengah (logam, karet, plastik, semen) thd
pembangunan sektor industri manufaktur menurun tahun 1985 -1997.
2. Kontribusi produk padat modal (material dari plastik, karet, pupuk, kertas, besi &
baja) thd ekspor menurun 1985 –1 997
3. Produksi produk dg teknologi rendah berkembang pesat.
 Konsentrasi regional
Industri menengah dan besar terkonsentrasi di Jawa.
2. Kelemahan organisasi
 Industri kecil & menengah masih terbelakangèproduktivtas rendahèJumlah Tk
masih banyak (padat Karya)
 Konsentrasi Pasar
 Kapasitas menyerap & mengembangkan teknologi masih lemah
 SDM yang lemah
2.5 Revolusi Industri 4.0

Revolusi industri 4.0 dalah Prof Klaus Schwab, Ekonom terkenal dunia asal
Jerman, Pendiri dan Ketua Eksekutif World Economic Forum (WEF) yang mengenalkan
konsep Revolusi Industri 4.0. Dalam bukunya yang berjudul “The Fourth Industrial
Revolution”, Prof Schawab (2017) menjelaskan revolusi industri 4.0 telah mengubah
hidup dan kerja manusia secara fundamental. Berbeda dengan revolusi industri
sebelumnya, revolusi industri generasi ke-4 ini memiliki skala, ruang lingkup dan
kompleksitas yang lebih luas. Kemajuan teknologi baru yang mengintegrasikan dunia
fisik, digital dan biologis telah mempengaruhi semua disiplin ilmu, ekonomi, industri
dan pemerintah. Bidang-bidang yang mengalami terobosoan berkat kemajuan teknologi
baru diantaranya (1) robot kecerdasan buatan (artificial intelligence robotic), (2)
teknologi nano, (3) bioteknologi, dan (4) teknologi komputer kuantum, (5) blockchain
(seperti bitcoin), (6) teknologi berbasis internet, dan (7) printer 3D.

9
Revolusi industri 4.0 merupakan fase keempat dari perjalanan sejarah revolusi
industri yang dimulai pada abad ke -18. Menurut Prof Schwab, dunia mengalami empat
revolusi industri. Revolusi industri 1.0 ditandai dengan penemuan mesin uap untuk
mendukung mesin produksi, kereta api dan kapal layar. Berbagai peralatan kerja yang
semula bergantung pada tenaga manusia dan hewan kemudian digantikan dengan tenaga
mesin uap. Dampaknya, produksi dapat dilipatgandakan dan didistribusikan ke berbagai
wilayah secara lebih masif. Namun demikian, revolusi industri ini juga menimbulkan
dampak negatif dalam bentuk pengangguran masal.
Ditemukannya enerji listrik dan konsep pembagian tenaga kerja untuk
menghasilkan produksi dalam jumlah besar pada awal abad 19 telah menandai lahirnya
revolusi industri 2.0. Enerji listrik mendorong para imuwan untuk menemukan berbagai
teknologi lainnya seperti lampu, mesin telegraf, dan teknologi ban berjalan. Puncaknya,
diperoleh efesiensi produksi hingga 300 persen.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat pada awal
abad 20 telah melahirkan teknologi informasi dan proses produksi yang dikendalikan
secara otomatis. Mesin industri tidak lagi dikendalikan oleh tenaga manusia tetapi
menggunakan Programmable Logic Controller (PLC) atau sistem otomatisasi berbasis
komputer. Dampaknya, biaya produksi menjadi semakin murah. Teknologi informasi
juga semakin maju diantaranya teknologi kamera yang terintegrasi dengan mobile phone
dan semakin berkembangnya industri kreatif di dunia musik dengan ditemukannya
musik digital.
Revolusi industri mengalami puncaknya saat ini dengan lahirnya teknologi
digital yang berdampak masif terhadap hidup manusia di seluruh dunia. Revolusi
industri terkini atau generasi keempat mendorong sistem otomatisasi di dalam semua
proses aktivitas. Teknologi internet yang semakin masif tidak hanya menghubungkan
jutaan manusia di seluruh dunia tetapi juga telah menjadi basis bagi transaksi
perdagangan dan transportasi secara online. Munculnya bisnis transportasi online seperti
Gojek, Uber dan Grab menunjukkan integrasi aktivitas manusia dengan teknologi
informasi dan ekonomi menjadi semakin meningkat. Berkembangnya teknologi
autonomous vehicle (mobil tanpa supir), drone, aplikasi media sosial, bioteknologi dan

10
nanoteknologi semakin menegaskan bahwa dunia dan kehidupan manusia telah berubah
secara fundamental.

2.5.1 Tantangan
Revolusi industri generasi empat tidak hanya menyediakan peluang, tetapi juga
tantangan bagi generasi milineal. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai
pemicu revolusi indutri juga diikuti dengan implikasi lain seperti pengangguran,
kompetisi manusia vs mesin, dan tuntutan kompetensi yang semakin tinggi.
Menurut Prof Dwikorita Karnawati (2017), revolusi industri 4.0 dalam lima
tahun mendatang akan menghapus 35 persen jenis pekerjaan. Dan bahkan pada 10 tahun
yang akan datang jenis pekerjaan yang akan hilang bertambah menjadi 75 persen. Hal
ini disebabkan pekerjaan yang diperankan oleh manusia setahap demi setahap digantikan
dengan teknologi digitalisasi program. Dampaknya, proses produksi menjadi lebih cepat
dikerjakan dan lebih mudah didistribusikan secara masif dengan keterlibatan manusia
yang minim. Di Amerika Serikat, misalnya, dengan berkembangnya sistem online
perbankan telah memudahkan proses transaksi layanan perbankan. Akibatnya, 48.000
teller bank harus menghadapi pemutusan hubungan kerja karena alasan efisiensi.

2.5.2 Era Disrupsi


Seperti yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo, revolusi industri 4.0 telah
mendorong inovasi-inovasi teknologi yang memberikan dampak disrupsi atau perubahan
fundamental terhadap kehidupan masyarakat. Perubahan-perubahan tak terduga menjadi
fenomena yang akan sering muncul pada era revolusi indutsri 4.0.
Kita menyaksikan pertarungan antara taksi konvensional versus taksi online atau
ojek pangkalan vs ojek online. Publik tidak pernah menduga sebelumnya bahwa
ojek/taksi yang populer dimanfaatkan masyarakat untuk kepentingan mobilitas manusia
berhasil ditingkatkan kemanfaatannya dengan sistem aplikasi berbasis internet.
Dampaknya, publik menjadi lebih mudah untuk mendapatkan layanan transportasi dan
bahkan dengan harga yang sangat terjangkau.
Yang lebih tidak terduga, layanan ojek online tidak sebatas sebagai alat
transportasi alternatif tetapi juga merambah hingga bisnis layanan antar (online delivery
11
order). Dengan kata lain, teknologi online telah membawa perubahan yang besar
terhadap peradaban manusia dan ekonomi.
Menurut Prof Rhenald Kasali (2017), disrupsi tidak hanya bermakna fenomena
perubahan hari ini (today change) tetapi juga mencerminkan makna fenomena
perubahan hari esok (the future change). Prof Clayton M. Christensen, ahli administrasi
bisnis dari Harvard Business School, menjelaskan bahwa era disrupsi telah mengganggu
atau merusak pasar-pasar yang telah ada sebelumnya tetapi juga mendorong
pengembangan produk atau layanan yang tidak terduga pasar sebelunya, menciptakan
konsumen yang beragam dan berdampak terhadap harga yang semakin murah (sumber:
https://id.wikipedia.org/wiki/Inovasi_disruptif). Dengan demikian, era disrupsi akan
terus melahirkan perubahan-perubahan yang signifikan untuk merespon tuntutan dan
kebutuhan konsumen di masa yang akan datang.
Perubahan di era disrupsi menurut Prof Kasali (2017) pada hakikatnya tidak
hanya berada pada perubahan cara atau strategi tetapi juga pada pada aspek fundamental
bisnis. Domain era disrupsi merambah dari mulai struktur biaya, budaya hingga pada
ideologi industri. Implikasinya, pengelolaan bisnis tidak lagi berpusat pada kepemilikan
individual, tetapi menjadi pembagian peran atau kolaborasi atau gotong royong. Di
dalam dunia perguruan tinggi, fenomena disrupsi ini dapat kita lihat dari berkembangnya
riset-riset kolaborasi antar peneliti dari berbagai disiplin ilmu dan perguruan tinggi.
Riset tidak lagi berorientasi pada penyelesaian masalah (problem solving) tetapi
didorong untuk menemukan potensi masalah maupun potensi nilai ekonomi yang dapat
membantu masyarakat untuk mengantisipasi berbagai masalah sosial ekonomi dan
politik di masa depan.

12
BAB III

CONTOH KASUS DAN SOLUSI

3.1 Contoh Kasus


Liputan6.com, Jakarta (20 Maret 2018) - Persediaan garam menipis
dalam beberapa waktu terakhir membuat industry pangan harus memutar
otak agar bisa tetap beroperasi. Namun demikian, ada juga industry pangan
yang terpaksa berhenti sementara karena sudah kehabisan garam sebagai
bahan baku produksinya.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh
Indonesia (GAPMMI) Adhi S Lukman mengatakan, pada pekan lalu
sejumlah industri sudah berhenti beroperasi. Hal ini karena tidak lagi
memiliki stok garam.
"Yang jelas sektornya saja saya bisa sampaikan, sektor biskuit dan snack
yang sudah berhenti minggu lalu," ujar dia di Kantor Kementerian
Perindustrian (Kemenperin), Jakarta, Selasa (20/3/2018).
Selain itu, lanjut dia, ada juga perusahaan hampir menghentikan
produksinya. Agar kegiatan produksi bisa terus berjalan, industri tersebut
terpaksa meminjam garam dari industri atau unit industri yang memiliki stok
berlebih.
"Yang hampir berhenti bumbu masak dan mi instan itu yang sudah kritis
sampai berhenti. Dengan keputusan ini mereka melakukan saling pinjam stok
sementara. Karena beberapa grup ada pabrik di beberapa kota. Terpaksa
pinjam stok," kata dia.
Menurut Adhi, langkah sejumlah industri untuk meminjam garam ini juga
guna agar pekerjanya bisa terus bekerja. Dengan demikian, tidak ada pekerja
yang terpaksa dirumahkan akibat operasional pabrik terhenti.

13
"Mau tidak mau antar unit, ini saling suplai agar tidak dirumahkan. Kalau
dirumahkan yang pusing manajer lokal. Dengan ketidakpastian ini mereka
akhirnya saling pinjam, sambil nunggu kapalnya kapan masuk," ungkap dia.
Namun dia bersyukur pemerintah segera mengeluarkan kebijakan untuk
menyelesaikan permasalahan ini. Dengan demikian, industri bisa kembali
operasi secara normal.
"Tapi sudah ada kepastian suplai. Tadinya enggak ada kepastian suplai,
karena dari industri pengolah garam mereka bilang enggak bisa suplai sama
sekali," kata dia.
3.2 Solusi
1. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2018
Pemerintah melakukan kebijakan dengan megimpor garam dari
luar. Awalnya kebijakan ini masih pro dan kontra terkait kebijakan
mengimpor garam. Namum Presiden Joko Widodo menekan peraturan
pemerintah (PP) Nomor 9 Tahun 2018 tentang cara pengendalian impor
komoditas Perikanan dan Komoditas Pengaraman sebagai Bahan Baku
dan Bahan Penolong Industri pada Tanggal 15 Maret 2018.
Melalui PP tersebut, kewenangan mengeluarkan rekomendasi
impor garam dari yang aemula ada pada Kementrian Kelautan dan
Perikanan (KKP) dialihkan ke Kementrian Perindustrian. Namun
Presiden Jokowi menginggatkan kepada Mentri Perindustrian agar
garam industri yang diimpor tidak bocor ke pasar sehingga
mengganggu penjualan petani garam.
2. Inovasi Tunnel di daerah Tegal
Budidaya garam yang dilakukan dengan model tertutup (Tunnel),
dengan garam tidak dijemur secara langsung. Caranya adalah
memasukkan air atau menandon dan ditutup dengan plastik geothermal.
Air yang dimasukkan di lahan berukuran 3 x 8 meter persegi. Dengan
cara ini budiaya garam kini tidak lagi bergantung dengan garam.

14
BAB IV

KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
Industrialisasi sebagai proses dan pembangunan industri berada pada satu jalur
kegiatan, yaitu pada hakekatnya berfungsi meningkatkan kualitas hidup dan
kesejahteraan rakyat. Industrialisasi tidaklah terlepas dari upaya peningkatan mutu
sumber daya manusia, dan pemanfaatan sumber daya alam.
Industrialisasi pada suatu masyarakat berarti pergantian teknik produksi dari cara
yang masih tradisional ke cara modern, yang terkandung dalam revolusi industri.
Industrialisasi memiliki beberapa dampak didalamnya yaitu dampak positif dan
dampak negatif. Pembangunan dan perubahan yang terjadi didalam indutrialisasi
membawa berbagai permasalahan yang tidak dapat dihindarkan dikerenakan
berbagai faktor seperti, permasalahan lokasi, kerugian negara, kerusakan lingkungan,
kebutuhan bahan industri yang bertambah menyebabkan impor bahan dari luar, dan
lain-lain.
Perkembangan industrialisasi terdapat Revolusi 4.0 yang merupakan industri 4.0
fase keempat dari perjalanan sejarah revolusi industri yang dimulai pada abad ke -18.
Fase ini membawa perubahan hidup dan kerja manusia secara fundamental.

15
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Hanifaturrizqi. 2015. “Industrialisasi di Indonesia”.

http://hanifaturrizqiamalia.blogspot.com/2015/04/industrialisasi-diindonesia.html

Deny, Septisn. 2018.”Pelaku Industri Terpakasa Pinjam Garam agar bisa Beroperasi”.
Jakarta: Liputan6.com.
Glorya, Candy. 2011. “Indutrialisasi”.

https://candygloria.wordpress.com/2011/03/30/industrialisasi/

Kamil, Gurniawan. “Industri dengan berbagai masalah yang dihadapi di saat

sekarang ini”.

Kurniawan, Yusuf. 2013. “Industrialisasi”.

http://darealekonomi.blogspot.com/2015/03/industrialisasi.html

Rosyadi, Slamet. “Revolusi Industri 4.0 : Peluang Dan Tantangan Bagi Alumni
Universitas Terbuka “.

16

Anda mungkin juga menyukai