Anda di halaman 1dari 13

1

A. CRUSHING (Peremukan/Pemecahan)
Crushing adalah proses reduksi/pengecilan ukuran dari bahan galian/bijih yang
langsung dari tambang dan berukuran besar-besar (diameter sekitar 110cm) menjadi
ukuran 20-25cm bahkan bisa mencapai 2,5cm.
Crushing bagian dari kominusi ini memiliki 3 tahap, yaitu primary crushing,
secondary crushing, dan fine crushing (grinding).
a. Primary Crushing
Merupakan tahap penghancuran yang pertama, dimana umpan berupa
bongkahan besar yang berukuran +/- 84x60 inchi dan produknya berukuran 4 inchi.
Beberapa alat yang digunakan dalam proses primary crushing ini adalah :
 Jaw Crusher
Alat ini mempunyai 2 jaw, yang satu dapat digerakkan (swing jaw) dan
yang lainnya tidak dapat bergerak (fixed jaw). Beberapa bagian dari Jaw
Crusher ini adalah :
 Setting Block, bagian dari jaw crusher untuk mengatur agar ukuran
lubang sesuai dengan yang dikehendaki.
 Toggle, bagian dari jaw crusher yang befungsi untuk mengubah
gerakan naik turun menjadi gerakan maju mundur.
 Pitman, berfungsi untuk mengubah gerakan berputar maju mundur
menjadi naik turun.
 Swing Jaw, bagian dari jaw crusher yang dapat bergerak akibat dari
gerakan atau dorongan toggle.
 Fixed Jaw, bagian dari jaw crusher yang tidak bergerak/diam.
 Mouth, bagian dari mulut jaw crusher yang berfungsi sebagai lubang
penerima umpan.
 Throat, bagian paling bawah yang berfungsi sebagai lubang
pengeluaran.
 Gate, adalah jarak mendatar pada mouth.
 Set, adalah jarak mendatar pada throat.
 Closed Setting, jarak antara fixed jaw dengan swing jaw pada saat
swing jaw ekstrim ke depan.
 Open Setting, jarak antara fixed jaw dengan swing jaw pada saat swing
jaw ekstrim ke belakang.
 Throw, selisih pelemparan antara fixed jaw dan swing jaw.
1
2

Skematika Jaw Crusher:


Bagian utama dari Jaw crusher adalah dua plat baja yang dapat
membuka dan menutup seperti rahang. Salah satu plat dari jaw ini tidak begerak,
atau selalu diam, dan disebut fixjaw. Sedangkan yang satunya selalu bergerak maju
mundur dan disebut sebagai moving jaw. Gerakan mundur maju fix jaw ditimbulkan
oleh mekanisme putaran sumbu eksentrik atau eccentric rotation. Jaw yang bergerak
akan memberi gaya tekan, kompresi kepada bijih yang masuk dalam rongga remuk,
rongga di antara dua plat atau jaw. Bijih yang masuk rongga remuk akan segera
mendapat gaya tekan atau kompresi dari yang bergerak. Bijih yang remuk akan turun
hingga mendapat tekanan baru. Bijih yang remuk secara leluasa akan bebas turun di
antara dua kompresi. Pada jaw crusher, peremukan bijih hanya terjadi oleh alat,
yaitu saat jaw bergerak memberi tekanan. Mekanisme peremukan ini disebut
arrested crushing.
Ukuran dan distribusi bijih hasil peremukan tergantung pada pengaturan mulut
pengeluaran atau setting, yaitu open side setting, bukaan maksimum dari mulut.
Bukaan diatur dengan merubah posisi toggle di belakang alat. Pengaturan Bukaan
maksimum atau open side setting dan bukaan minimum atau close side setting akan
menentukan ukuran terbesar dan distribusi dari bijih yang keluar dari rongga jaw.
Produk peremukan biasanya akan berukuran 85 persen dari bukaan maksimum atau
open side setting. Sedangkan ukuran terbesar yang dapat masuk ke dalam rongga jaw
adalah 85 persen dari gape.

Gambar 1. Skematika Jaw Crusher

2
3

Ukuran produk hasil peremukan yang menggunakan Jaw Crusher dapat


ditentukan dengan Memakai lembar kerja yang disiapkan di bawah. Masukkan data
yang diperlukan, kemudian tekan update. Ukuran produk dinyatakan dengan P.80.
Arti notasi P adalah untuk produk dan 80 menyatakan depalan puluh persen dari berat
produk berukuran lebih kecil dari ukuran P.80. Misal P.80 = 92.0 mm, artinya delapan
puluh persen berat dari produk jaw crusher berukuran kurang dari 92,0 mm.

Faktor-faktor yang mempengaruhi efisisensi jaw crusher :


o Lebar lubang bukaan
o Variasi dari throw
o Kecepatan
o Ukuran umpan
o Reduction ratio (RR)
Reduction ratio yang baik pada primary crushing adalah 4-7,
sedangkan untuk secondary crushing 14-20 dan fine crushing adalah 50-100.

b. Secondary Crushing (Tahap kedua)


Dapat memecah material yang berukuran 150mm menjadi 12.5-25.4mm. Pada
tahapan ini kadang masih di jumpai ukuran partikel 75mm sehingga perlu di lakukan
cushing tahap ketiga. Alat peremuk yang digunakan adalah Cone Crusher, Hammer
Mill dan Rolls.
 Cone Crusher
Cone crusher merupakan alat peremuk yang biasa digunakan untuk tahap
secondary crushing. Alat ini merupakan modifikasi dari gyratory crusher. Sumbu
tegak ditunjang di bawah kepala remuk atau mantle atau cone. Alat ini mempunyai
kelebihan, yaitu ketika bijih atau umpan yang masuk terlalu keras, maka bowl secara
otomatis akan bergerak ke arah luar.
Ukuran cone crusher dinyatakan dengan diameter mulut tempat masuknya
umpan, sekitar dua kali gape. Sedangkan ukuran gyratory crusher dinyatakan dengan
gape dikali diameter mantle.

3
4

Gambar 4. Cone Crusher

Gambar 5. Skematika Cone Crusher


Tipe Cone crusher
 Standard Cone crusher
memiliki rongga remuk bertangga dan membesar ke arah umpan
masuk. Hal ini memungkinkan umpan yang dapat diremuk menjadi relative
besar.
 Short Head Crusher
mempunyai rongga remuk lebih sempit dan mulut tempat umpan
masuk yang relative lebih sempit juga.
Ukuran produk hasil peremukan dengan menggunakan cone crusher
akan ditentukam oleh besar nilai open side setting yang dipakai. Setting pada cone
crusher diatur dengan menurun naikkan bowl, sedangkan pada gyratory crusher
dengan menurun naikkan sumbu tegak.
 Hammer Mill
Hammer mill dipakai dalam secondary crusher untuk memperkecil
produk dari primary crushing dengan ukuran umpan yang diperbolehkan

4
5

adalah kurang dari satu inchi. Alat ini merupakan alat yang berbeda cara
penghancurannya dibandingkan dengan alat secondary crushing lainnya.
Pada hammer mill, proses penghancurannya menggunakan shearing
stress, sedangkan pada secondary crushing lainnya menggunakan compressive
stress.

Gambar 6. Hammer Mill


 Roll Crusher
Alat ini terdiri dari dua silinder baja dan masing-masing dihubungkan
pada as (poros) sendiri-sendiri. Silinder ini hanya satu saja yang berputar dan
lainnya diam, tapi karena adanya material yang masuk dan pengaruh silinder
lainnya, maka silinder ini ikut berputar juga. Putaran masing-masing silinder
tersebut berlawanan arah sehingga material yang ada di atas roll akan terjepit
dan hancur.
Bentuk dari roll crusher ada 2 macam, yaitu:
o Rigid Roll
Alat ini porosnya tidak dilengkapi dengan pegas, sehingga
kemungkinan patah pada poros sangat besar. Roll yang berputar hanya 1
saja, tapi ada juga yang keduanya berputar.
o Spring Roll
Alat ini dilengkapi dengan pegas, sehingga kemungkinan porosnya
patah sangat kecil. Dengan adanya pegas maka roll dapat mundur dengan
sendirinya bila ada material yang sangat keras, sehingga tidak dapat
dihancurkan dan material tersebut akan jatuh.

5
6

Gambar 7. Roll Crusher


Hancurnya material pada roll crushing dibedakan menjadi:
o Choke Crushing
Penghancuran material tidak hanya dilakukan oleh permukaan roll,
tetapi juga oleh sesama material itu sendiri.
o Free Crushing, yaitu material yang masuk langsung dihancurkan oleh roll.

c. Fine crushing (Tahap lanjutan)


Fine crushing merupakan peremukan tahap lanjut dari secondary crushing,
alat yang digunakan adalah Rolls, Dry Ball Mills, Disc Mills dan Ring Mills. Umpan
yang biasanya digunakan kurang dari 25,4 mm.untuk memperkecil material hasil
penambangan yang umumnya masih berukuran bongkah digunakan alat peremuk.
Material hasil dari peremukan kemudian dilakukan pengayakan atau screening yang
akan menghasilkan dua macam produk yaitu produk yang lolos ayakan yang disebut
undersize yang merupakan produk yang akan diolah lebih lanjut atau sebagai produk
akhir, dan material yang tidak lolos ayakan yang disebut oversize yang merupakan
produk yang harus dilakukan peremukan lagi.

Gambar 8. Dry Ball Mill

6
7

Gambar 9. Ring Mill

Gambar 10. Disc Mill

7
8

A. GRINDING (Penggerusan)
Operasi penggerusan merupakan tahap akhir dari operasi pengecilan ukuran
bijih, atau kominusi. Pada tahap ini bijih dikecilkan ukurannya sampai pada ukuran
pemisahan. Mekanisme pengecilannya melibatkan gaya-gaya seperti:
 Compression, gaya tekan. Peremukan dilakukan dengan memberi gaya tekan
pada bijih. Peremukannya dilakukan diantara dua permukaan plat. Gaya
diberikan oleh satu atau kedua permukaan plat. Pada kompresi, energi yang
diguakan hanya pada sebagian lokasi, bekerja pada sebagian tempat. Terjadi
ketika energi yang digunakan hanya cukup untuk membebani daerah yang kecil
dan menimbulkan titik awal peremukan.
 Impact, gaya banting. Peremukan terjadi akibat adanya gaya impact yang bekerja
pada bijih. Bijih yang dibanting pada benda keras atau benda keras yang
memukul bijih. Gaya impact adalah gaya compression yang bekerja dengan
kecepatan sangat tinggi. Dengan gaya impact, energi yang digunakan berlebihan,
bekerja pada seluruh bagian. Terjadi ketika energi yang digunakan berlebih dari
yang dibutuhkan untuk peremukan. Banyak daerah yang menerima beban
berlebih.
 Attrition atau abrasion. Peremukan atau pengecilan ukuran akibat adanya gaya
abrasi atau kikisan. Peremukan dengan abrasi, gaya hanya bekerja pada daerah
yang sempit (dipermukaan) atau terlokalisasi. Terjadi ketika energi yang
digunakan cukup kecil, tidak cukup untuk memecah/meremuk bijih.
 Shear, potong. Pengecilan ukuran dengan cara pemotongan, seperti dengan
gergaji. Cara ini jarang dilakukan untuk bijih.
Bijih mempunyai ukuran optimum yang ekonomis agar dapat dipisah secara
mekanik dengan memanfaatkan sifat-sifat fisiknya. Ukuran optimumnya tergantung
pada ukuran liberasi dari mineral berharga atau gangue dan ukuran pemisahan yang
diperlukan pada proses berikutnya.
Bijih yang kurang tergerus, akan menghasilkan bijih berukuran kasar dan
mineral berharga tidak terbebaskan dari ikatannya dengan gangue. Hasil konsentrasi
tidak optimum, yang direpresentasikan oleh recovery yang rendah atau kadar yang
rendah. Kurang tergerusnya bijih dapat dilihat dari pemakaian energi yang rendah.
Sebaliknya bila bijih tergerus berlebihan, maka penggerusan akan menghasilkan
ukuran bijih yang terlalu halus. Hal ini dapat menghasilkan bijih dengan liberasi yang
tinggi. Hasil pemisahan dapat meningkatkan kadar mineral berharga dalam

8
9

konsentrat, namun ukuran yang terlalu halus dapat menurunkan recovery. Bijih yang
tergerus berlebihan menyebabkan pemakaian energi yang besar.

Operasi penggerusan, grinding dapat dilakukan secara kering atau basah.


Beberapa kriteria yang digunakan untuk penentuan grinding dilakukan secara kering
atau basah adalah:

1. Pengolahan berikutnya dilakukan secara basah atau kering. Pengolahan


mineral/bijih pada umumnya dilakukan secara basah. Pada umumnya operasi
konsentrasi atau pemisahan mineral dilakukan dengan cara basah. Namun
penggerusan klingker untuk menghasilkan semen selalu cara kering.
2. Penggerusan cara basah memerlukan energi lebih kecil dibanding cara kering.
3. Klasifikasi/sizing lebih mudah dan memerlukan ruang yang lebih kecil
dibandingkan cara kering.
4. Lingkungan pada penggerusan cara basah relatife lebih bersih dan tidak
memerlukan peralatan untuk menangkap debu.
5. Penggerusan cara kering mensyaratkan bijih yang betul-betul kering. Sehingga
memerlukan operasi pengeringan terlebih dahulu.
6. Pada penggerusan cara basah, konsumsi media gerus dan bahan pelapis
relative lebih banyak, karena terjadi korosi.

Peralatan Penggerus

Penggerusan dilakukan dalam alat yang disebut penggerus atau Tumbling Mill
berbentuk tabung silinder yang berputar pada sumbu harisontalnya. Di dalam tabung
silinder terdapat media gerus, atau grinding media, bijih yang akan digerus dan air,
untuk operasi cara basah.

9
10

Gambar 11. Ball Mill

Penggerusan cara basah menggunakan air sebagai campuran bijih, membentuk


persen solid tertentu. Persen solid menyatakan perbandingan dalam berat antara berat
padatan, atau bijih terhadap berat pulp, atau slurry, atau campuran padatan dan air.

Tipe Alat Penggerus

Berdasarkan pada media gerusnya, grinding media, alat penggerus dapat dibedakan:

1. Ball Mill, menggunakan media gerus berbentuk bola yang terbuat dari baja.
Diameter media gerus bervariasi mulai dari 25 sampai 150 centimeter. Panjang
mill, L dan diameternya , D, relative sama, L = D. Berdasarkan cara pengeluaran
produknya, atau discharge, ball mill dibedakan menjadi overflow mill dan grate
discharge mill.

 Pada overflow mill, produk hasil penggerusan keluar dengan sendirinya pada
ujung satunya, ujung pengeluaran.
 Sedangkan pada grate discharge mill, produk keluar melalui saringan yang
dipasang pada ujung pengeluaran. Produk dapat keluar dengan bebas,
permukaan dalam mill rendah, lebih rendah dari overflow. Hal ini dapat
menghindari terjadinya overgrinding.

10
11

Gambar 12. Skematika Ball Mill

Air yang digunakan pada ball mill akan membentuk kekentalan tertentu,
sehingga pulp dapat melekat dan meyelimuti bola dan liner. Pulp harus relative encer
agar pulp dapat bergerak dengan leluasa di dalam mill. Ball mill biasanya beroperasi
dengan 70 – 80 persen solid, padatan.

2. Rod Mill, menggunakan media gerus berbentuk batang selindern yang panjangnya
hampir sama dengan panjang mill. Media gerus biasanya terbuat dari baja dan
disusun sejajar dalam mill. Dimensi Panjang, L jauh lebih besar daripada
diameter, D, L > D, biasanya panjang mill 1,5 sampai 2,5 kali diameternya.

Rod mill diklasifikasikan berdasarkan cara mengeluarkan produknya.

 Overflow mill, umpan masuk dari salah satu ujung mill, dan keluar dari ujung
lainnya secara overflow. Overflow mill paling banyak digunakan pada
penggerusan cara basah.

Gambar 13. Skematika Rod Mill, Overflow Mill

11
12

 Centre peripheral discharge mill, umpan masuk pada kedua ujung mill, dan
produk keluar dari bagian tengan shell. Penggerusan dapat dengan cara basah
maupun cara kering. Mill ini menghasilkan produk yang relative kasar.

Gambar 14. Skematika Rod Mill, Centre Peripheral Discharge Mill

 End peripheral discharge mill, umpan masuk pada salah satu ujung mill, dan
produk keluar dari ujung yang lainnya melalui shell. Mill ini biasanya
digunakan untuk penggerusan cara kering.

Gambar 15. Skematika Rod Mill, End Peripheral Discharge Mill

Pada cara basah air berfungsi sebagai alat transportasi untuk membawa bijih
yang sudah berukuran halus ke tempat yang sesuai dengan ukurannya. Bijih yang
sudah halus akan terdorong air ke arah pengeluaran. Rod mill umumnya beroperasi
dengan 30 – 35 persen solid, padatan.

12
13

3. Pebble Mill, media gerus menggunakan batuan yang sangat keras. Mill ini memiliki
Dimensi panjang mill, L relative sama dengan diameter mill, L = D

4. Autogeneous Mill, media gerus menggunakan bijih itu sendiri. Dimensi panjang
mill, L relative lebih kecil daripada diameter mill-nya, L < D. Pada mill ini bijih
akan menggerus bijih. Penggerusan dilakukan terhadap bijih yang datang dari
tambang atau bisa dari keluaran operasi peremukan tahap pertama. Penggerusan
dapat dengan cara basah atau kering, dan mekanisme penggerusannya sama dengan
ball mill. Autogeneous Mill, dapat dilakukan dengan atau dalam ball mill, cascade
mill atau aerofall mill. Cascade mill berupa mill yang memiliki diameter 3 sampai
empat kali panjang mill. Sedangkan aerofall seperti cascade, namun pada liner
dipasang sekat yang dapat membawa bijih ke tempat yang lebih tinggi.

 Autogeneous seluruhnya, bijih dari tambang dapat masuk langsung ke dalam


mill. Seluruh muatan mill adalah bijih dari tambang dan saling gerus.
 Autogeneous sebagian, muatan mill berupa bongkah-bongkah besar bijih
dicampur dengan bijih yang telah diremuk dengan alat lain. Pada mill ini
bongkah-bongkah besar bertindak sebagai media gerus.
 Semi Autogeneous, bijih dari tambang dicampur dengan media gerus, bola baja
pejal. Jadi isi mill adalah bijih dari tambang langsung masuk mill dan tercampur
dengan media gerus yang sudah ada dalam mill.

5. Tube Mill, media gerus menggunakan bola baja. Dimensi panjang mill, L biasanya
jauh lebih besar dari diameternya, L > D. Mill terbagi dalam beberapa
kompartemen. Bisa dua, tiga atau bahkan bisa empat kompartemen.

13

Anda mungkin juga menyukai