Anda di halaman 1dari 11

TUGAS

NASKAH DRAMA

NAMA : JEHAN RAHMAN


KELAS : 8.1

MADRASAH TSANAWIYAH 1 KOTA SAWAHLUNTO


2022
Naskah Drama Musikal
“ Awas Corona “

Casting
Ibu
Elsa
Ana

Konsep
Konsep dalam drama musikal yang berjudul Awas Corona adalah pencerdasan sekaligus
sosialisasi terkait Corona Virus Disaster 2019 (Covid-19). Melihat kondisi Pandemi Covid-19
yang masih ada di masyarakat, namun masih banyak yang tidak melakukan perilaku preventif
atau pencegahan maka dari itu dalam drama musikal ini mengemas secara lebih ringan dan
menarik.
Sinopsis
Virus corona atau covid 19 telah melanda dunia khususnya di Indonesia. Ada beberapa orang
yang percaya dengan virus ini ada juga yang tidak percaya. Suatu hari Elsa pergi ke taman untuk
bermain dan Elsa menjumpai temannya yang bernama Ana mereka membahas tentang virus
corona. Dari perbincangan itu ternyata Elsa belum tahu tentang virus yang ganas itu. Lalu di
dalam rumah diperlihatkan Elsa dengan Ibunya, Elsa bercerita tentang virus corona tetapi ibunya
tidak percaya jika virus itu benar-benar ada. Dikemudian hari Ibu Elsa sakit dan dirawat dirumah
sakit, rumah sakit menyatakan bahwa Ibu Elsa terkena virus corona dan harus di isolasi dirumah
sakit, dari kejadian ini ibu Elsa sangat menyesal karena tidak mempercayai putrinya dan tidak
percaya jika virus itu ada. Hari-hari telah berlalu akhirnya Ibu Elsa dinyatakan negatif covid dan
sudah bisa pulang kerumah, suasana kala itu sangat bahagua sekali karena mereka dapat
berkumpul bersama-sama lagi.
Babak 1

Di pagi yang cerah Elsa keluar rumah untuk bermain di taman, lalu datanglah satu temannya,
kemudian dia berbicara tentang Covid-19.
Sembari berjalan mendekati Ana, Elsa menyapa
Elsa : “Selamat pagi Ana” (Menyapa dengan ceria sambil tersenyum melambaikan tangan)
Ana : “Pagi Elsa” (sambil membalas lambaian tangan dan tersenyum)
Elsa : “Apakah kamu sedang sakit? Mengapa kamu menggunakan masker?” (Bertanya penuh
selidik)
Ana : “Kau tidak tahu? Di Indonesia sudah ada yang terkena virus corona!” (Memberitahu
dengan serius)
Elsa : “hah corona? Virus apa itu?” (Terkejut dengan penuh kebingungan)
Ana : “ibumu tidak memberitahu mu?”
Elsa : “ tidak. Memangnya apa itu covid?” (Bertanya-tanya)
Ana : “datang tiba tiba
datang tak diundang
Sesaat membuat resah
Namanya virus corona
Jangan panik berlebihan
Tetaplah berfikir positif
Doa dan usaha
Tetap waspada
Cegah virus corona
Cegah virus jaga stamina
Pola hidup bersih dan sehat
Cegah virus corona
Cegah virus jaga stamina
Cuci tanganmu
Sebelum menyentuh mata hidung dan mulut
Jagalah jarak mu
Hindari kerumunan dan pakailah maskermu
Sekarang kamu sudah tahu kan apa itu corona?” (Menunjuk kearah Elsa)
Elsa : “wahh Ana terimakasih aku jadi tahu apa itu corona” (Berterimakasih dengan mata
berbinar)
Ana : “Sama-sama Elsa, setelah ini jangan lupa praktekkan 3M ya!” (Tersenyum)
Elsa : “3M? apalagi itu Ana” (dengan raut wajah bingung dan mengangkat kedua tangannya)
Ana : “haduhhh… (menepuk jidat)
Akan slalu ku ingat
Akan aku lakukan
Pesan dari ibuku
Demi kesehatanku
Akan slalu ku ingat lakukan 3M

Mengenakan masker bila brpergian


Mencuci tangan dengan air mengalir
Menjaga jarak saat ku berbicara
Agar aku sehahat
Sehat sekeluarga La
la la la
Nahh makin paham kan gimana mencegah corona?” (Nada sedikit tegas sambil menujuk
kearah Elsa)
Elsa : “terimakasih banyak Ana, aku jadi makin paham dehh” (tersenyum lebar sambil
menutupkan dua tangan di depan dada �)
Ana : “sama sama elsa, kalau gitu aku pulang dulu yan anti di cari ibuku.” (Membalas senyuman
dengan tangan menunjuk arah jalan kerumah Ana)
Elsa : “oke Ana, hati-hati! Aku juga mau pulang deh takut tertular corona” (melambaikan kedua
tangan)

Babak 2
Selepas bertemu Ana, Elsa bercerita dengan ibunya tentang corona dan bagaimana
mencegahnya.
Ibu : “tumben jam segini sudah pulang main?” (Meletakkan buku majalah dan menengok kearah
Elsa dengan keheranan)
Elsa : “takut kena corona” (raut wajah ketakutan dan bergidik)
Ibu : “apa itu corona” (wajah kebingungan dan menatap tajam kearah Elsa)
Elsa : “ibu tidak tahu? (Mengerutkan dahi penuh tanda tanya)
datang tiba tiba
datang tak diundang
Sesaat membuat resah
Namanya virus corona
Jangan panik berlebihan
Tetaplah berfikir positif
Doa dan usaha
Tetap waspada
Cegah virus corona
Cegah virus jaga stamina
Pola hidup bersih dan sehat
Cegah virus corona
Cegah virus jaga stamina
Cuci tanganmu
Sebelum menyentuh mata hidung dan mulut
Jagalah jarak mu
Hindari kerumunan dan pakailah maskermu
Ibu sudah tahu kan!” (Nada sedikit tinggi dengan senyuman)
Ibu : “hahahaha, virus apa itu, ibu tidak percaya” (ibu berdiri dan berjalan kea rah Elsa dengan
tertawa dan nada menyepelekan)
Elsa : “ibu! Ini sungguhan, corona benar benar ada!” (Memegang tangan ibu sambil meyakinkan
dengan nada tegas)
Ibu : “anak kecil berbicara omong kosong! Hahahahaa” (Sambil meledek dan meninggalkan Elsa
di ruang keluarga)
Elsa : “ibu benar benar ya! Elsa kasih tahu yang benar kok malah meledek!” (Mengikuti ibu
kearah dapur dengan kesal)
Ibu : “lagian di sekitar kita belum ada tuh yang kena corona, ibu belum lihat sendiri jadi ibu
tidak percaya.” (sambil menyepelekan dan membelakangi Elsa)
Elsa : “terserah ibu! Tapi kaluar keluar rumah ingat ini!” (Sedikit marah sambil menunjuk
kearah ibu)
Akan slalu ku ingat
Akan aku lakukan
Pesan dari ibuku
Demi kesehatanku
Akan slalu ku ingat lakukan 3M

Mengenakan masker bila brpergian


Mencuci tangan dengan air mengalir
Menjaga jarak saat ku berbicara
Agar aku sehahat
Sehat sekeluarga La
la la la
Ibu : “Apalagi itu! Ibu masih belum percaya kalau corona itu ada” (kembali kearah ruang
keluarga dengan wajah bingung)
Elsa : “terserah ibu, yang penting aku sudah memberi tahu!” (Mendengus kesal dan masuk ke
kamar)

Meskipun Elsa sudah memberi tahu ibunya, ibunya teteap tidak percaya kalua corona itu nyata
adanya. Ibunya pun masih keluar tanpa menggunakan masker, tidak sering mencuci tangan, dan
tidak menjaga jarak Ketika berada di kerumunan.

Babak 3
Seminggu kemudian, Ibu nya Elsa dirawat di rumah sakit dan di isolasi karena terkena corona,
Elsa pun merasa sedih karena ibunya tidak mau percaya denga napa yang dikatakannya.
Kemudian Elsa memberitahu Ana.

Handphone berdering
Ana : “hai Elsa, aku dengar ibu mu terkena corona” (di teras rumah dengan wajah sedih)
Elsa : “Iya Ana, padahal aku sudah memberitahu ibuku apaitu covid dan bagaimana
mencegahnya, tapi ibu tidak percaya” (wajah sedih dan tatapan kosong menghadap
langit langit kamar)
Ana : “ooh begitu, yasudah kamu jaga diri baik baik ya, selama isolasi mandiri minum vitamin
dan makan makanan bergizi” (menenangkan Elsa)
Elsa : “iya Ana, terimakasih. Sudah dulu kalua begitu aku ingin menelepon ibuku”
(mengakhiri pembicaraan dengan wajah sedih)
Ana : “oke Elsa” Tutt. Tut.. (Membalas ucapan Elsa dan sedikit terdian)

Kemudian Elsa menelepon ibunya yang sedang dirawat di rumah sakit. Scene berpindah di
rumah sakit tempat ibu dirawat.

Ibu : “aku tahu ini semua salahku


Aku tahu ini sudah terjadi
Mau bilang apa ibu pun tak sanggup
Air mata pun tak lagi mau menetes (nada repvblik – sandiwara cinta)
Elsa maafkan ibu ya nak, ibu sekarang tahu kalau corona benar benar ada” (menitikkan
airmata sambil berbaring di rumah sakit)
Elsa : “Ibu cepat sembuh ya, jangan lupa makan dan minum obatnya” (menangis dan berkata
sambil sesenggukan)
Ibu : “lain kali ibu tidak menyepelekan omongan anak anak” (raut wajah meyesal)
Elsa : “sudah ibu tidah apa apa. Cepat sembuh ya bu, biar kita bisa Bersama lagi”
(menguatkan ibu dengan wajah bersedih)
Ibu : “iya Elsa” (sambil mengangguk dan terdiam)

Setelah 2 minggu di rawat, ibu Elsa sudah di perbolehkan untuk pulang dan mereka Bersama
Kembali. Elsa memeluk ibunya karena rindu sudah lama tidak bertemu
~End~
“Capek Deh”
Daftar Pemain:
Dian
Dion
Doni
Dino
Di suatu siang yang sangat terik, ada 4 orang pemuda yang berkumpul di saung di tengah-
tengah sawah. Keempat pemuda tersebut tampak kepanasan dan sesekali mereka
mengipaskan tangannya ke wajahnya.
Dian : Panasnya. Nggak ada angin mampir lagi. Siang bolong begini kita enaknya ngapain ya?
(mengusap keringat di dahi dan lehernya)
Dino : Baru tau aku kalau siang itu bolong. Emang bolongnya itu di sebelah mana?
Dion : Iya, lagian siang bolong itu juga aneh. Lah kalau siang ada bolongnya, malam ada
bolongnya juga nggak?
Dino : Betul itu, malam bolong juga nggak pernah dengar aku. Dari mana sih kamu dapat kata-
kata itu, Dian?
Dian : Nggak tau juga (sambil cengengesan). Pokoknya, kata siang bolong itu sering aja
terdengar di telingaku. Ya udah, aku ikut-ikutan aja. Kali aja bisa bikin gaul gitu.
Doni : Oalah, modal ikut-ikutan gitu mana bisa bikin gaul. Kalau emang bisa, harusnya aku udah
gaul dong, kerjaanku ikutin emak ke pasar melulu tiap hari.
Dino : Wihhh anak emak, anak yang baik.
Dion : Ya, kalau modal ikut-ikutan juga bisa bikin gaul, mending kamu ikut bapak saya saja.
Dian : Ikut ke mana memangnya?
Doni : Iya, kepo juga nih. Ikut bapak kamu ke mana?
Dion : Kan gini, kemarin itu bapak ngajakin aku ke mana gitu, aku nggak mau. Nah, buat
gantinya, gimana kalau kamu yang ikut. Aku yang bilang sama bapak deh.
Dian : Lah, kau ini. Nyuruh ngikut bapakmu tapi nggak tahu mau diajak ke mana. Gimana sih.
Doni : Ya udahlah, Dion kalian dengerin. Pasti bakal bikin bingung lah dia.
Dino : (Menepuk jidat) Baru inget kalau sebaiknya omongannya si Dion nggak dianggep biar
nggak puyeng.
Dian : Astaga, bener juga. Ya sudahlah, masak gara-gara aku ngomong siang bolong gitu kalian
malah jadi ribut.
Dino : GR aja kamu itu. Kita dari tadi ini cuma ngobrol. Bukan ribut. Nggak ada perkelahian
juga.
Dian : Iya, maksud aku, ya sudah jangan dibahas lagi ini.
Doni : Lah kan memang dewan perwakilan kita mau membahas Rancangan Undang-Undang
nanti
Dion : Loh iya ta? Rancangan Undang-Undang yang mana? Undang-Undang soal pengucapan
siang bolong?
Doni : Aduh kau ini (menjitak kepala Dion). Nggak ada hubungannya kali, dewan sama siang
bolong. Lagian ngapain juga mereka bahas ginian
Dian : Eh tapi nggak salah loh, yang namanya dewan perwakilan itu kan wakilnya kita. Jadi ya
wajar dong kalau mereka juga bahas apa yang kita bahas.
Dino : Hmm bener banget (sambil mengacungkan jempol).
Doni : Sudahlah kalian ini. Matahari udah mulai lengser tuh, aku tinggal dulu ya.
Dino : Mau kemana?
Doni : Males ngomong sama kalian, selalu nggak ada ujungnya.
Dian : Lah, kita di tengah sawah, ya pantes ajalah kalau nggak ada ujungnya.
Dion : Bener banget tuh.
Doni : Ya sudahlah, pokoknya intinya aku mau pergi dulu.
Dino : Lah mau pergi, kamu ini kayak nggak betah aja ada di dunia. Kita baru usia 20an bro,
masak udah pengen koid aja.
Doni : Maksud aku, aku pulang dulu gitu.
Dian : Nah, ini nih. Harus dikoreksi nih. Kata-kata yang nggak bener gini. Kalau memang mau
pulang ya bilang mau pulang dong. Jangan bilang mau pergi. Entar dikira udah nggak demen
hidup kamu.
Doni : Ah terserah kau sajalah. Aku pulang dulu. Takut dicariin emak.
Dion : Ya sudah kalau begitu, kita juga pulang aja teman-teman. Nggak ada Doni nggak seru

Akhirnya, keempat pemuda itupun kembali ke rumahnya masing-masing.


“Masih Muda”
Daftar Pemain:
Suami
Istri
Pak Ahmad
Pak Anang
Bu Indah
Kia
Pada suatu sore, sepasang suami istri yang telah berusia lanjut dan berkulit keriput duduk
santai di depan rumahnya. Mereka hanya berdua, karena semua anaknya telah
meninggalkannya untuk bekerja di kota.
Suami : Mami, please buatin papi teh atau kopi dong, sekalian sama singkong rebusnya kalau
masih ada ya.
Istri : Alah kamu ini, panggil mami segala. Tidak usahlah kebanyakan gaya. Kita sudah punya
cucu dan menjadi kakek nenek. Malu.
Suami : Baiklah kalau begitu. Nek, bisa tolong buatkan kopi?
Istri : Astaga, sekarang kamu memanggil aku nenek. Memangnya aku sudah setua itu apa?
Suami : Bagaimana to? Tadi dipanggil mami tidak mau, sekarang dipanggil nenek malah marah.
Terus maunya dipanggil apa?
Secara tidak sengaja, ada tetangga sebelah rumah yang bernama Pak Ahmad mendengar
perdebatan kecil kakek dan nenek tersebut. Pak Ahmad yang seusia dengan anak kakek dan
nenek itu pun ikut menimpali.
Pak Ahmad : Pak Anang dan Bu Anang selalu seperti ini ya. Bertengkar saja, bertingkah seperti
anak muda yang masih pacaran saja.
Suami : Begitulah, Nak Ahmad. Maunya memang seperti itu biar awet muda. Tetapi apa daya,
kondisi kulit memang tidak bisa membohongi usia.
Istri : Memang kenapa kulitnya, Pak?
Suami : Lah, kau tidak lihat apa. Ini kulitmu sudah kendur begitu (sambil menunjuk tangan
istrinya)
Istri : Ih Bapak ini, kenapa jadi tangan Ibu yang dijadikan contoh.
Pak Ahmad : Kalau kulitnya sudah kendur begitu, sudah bisa disebut tua ya, Pak Anang? (sambil
menahan senyum)
Istri : Begitu memang tingkahnya, Nak Ahmad. Berlagak muda saja. Padahal ya kalau
mengangkat kursi kentutnya juga ikutan keluar.
Suami : Lah Ibu ini, kok malah menjelekkan Bapak di depan Nak Ahmad.
Istri : Bapak duluan yang mulai.
Obrolan mereka berhenti karena tiba-tiba anak sepasang suami istri tersebut datang, yaitu
Pak Anang. Pak Anang datang bersama istrinya yang bernama Bu Indah serta anaknya yang
bernama Kia. Mereka datang sambil membawa oleh-oleh.
Pak Anang, Bu Indah dan Kia : Assalamualaikum
Suami, Istri dan Pak Ahmad : Waalaikumsalam
Istri : Ya Allah, cucuku datang. Sini, Nak, Kia, sama nenek.
Pak Ahmad : Mengunjungi orang tua lagi kamu, Nang?
Pak Anang : Iya nih, Kia kangen sama kakek dan neneknya katanya.
Suami : Bagus ya, sudah berapa tahun kau tidak kemari menjenguk orang tuamu ini, Anang.
Kia : Kakek ini bagaimana. Baru 3 minggu yang lalu kami kemari. Kakek sudah pikun ya?
Istri : Biarkan saja, Kia, kakekmu memang sudah pikun. Bahkan, dia kadang lupa kalau sudah
makan 5 kali dalam sehari.
Pak Anang : Wah, kalau sebanyak itu makannya, bisa-bisa bapak berubah jadi gendut kayak
pemain sumo.
Bu Indah : Ya, kalau badan bapak seperti itu kasihan ibu. Nanti ibu jatuh begitu disenggol sedikit
saja.
Istri : Kamu ini. Jangan salah. Begini-begini ibu masih sanggup melawan badan bapakmu yang
sudah kayak apa tadi? Pemain sumo? Tenaga ibu masih banyak kayak anak muda.
Pak Ahmad : (menggeleng-gelengkan kepala) Suami istri renta ini sebenarnya sama saja. Sama-
sama tidak mau mengalah dan sama-sama merasa masih muda. Padahal lihat saja kulitnya.

Anda mungkin juga menyukai