Omo lahir dalam keadaan tidak normal, sejak dari kandungan ia telah
didiagnosa menderita down syndrome. Orang tuanya kurang pengetahuan tentang
anak down syndrome dan hanya melihat bahwa ada perbedaan antara dia dan
kakaknya Caca. Omo lebih menyendiri dan tidak pernah responsif jika di ajak bicara.
Siang itu, mamanya Omo baru pulang kerja. Caca yang sedang asyik membaca
buku, mengetahui orangtuanya pulang, langsung beranjak dan berlari membukakan
pintu.
Mama : “Assalammualaikum ...”
Caca : (berlari lalu membuka pintu) “Mamaaa pulangggg , yeeeeyeyee ....”
Mama : “Hehe, iyaa sayangg. Adik kamu mana ?”
Caca : “Di kamar maa.”
Mama : “Ngapain adik kamu dikamar ? Dia gatau yaa mama udah pulang ?”
Caca : “Hmm, ga tauu maa.” (mengangkat bahunya, Caca pun berjalan ke ruang
tengah, melanjutkan membaca buku)
Mama : (berjalan, menuju kamar Omo)
Mamanya hanya melihat Omo di depan pintu kamarnya. Ternyata Omo punya
keasikan tersendiri. Dimana kedatangan mamanya sama sekali tidak membuatnya
berhenti, malah tetap bermain dengan kesibukannya bermain robot.
Melihat tingkah Omo yang seperti itu, Orang tuanya mempunyai rencana akan
membawa Omo ke rumah sakit yang ada psikiaternya.
Kemudian mamanya menelpon papanya yang sedang berkerja diluar kota.
Mama : “Pah, gimana anak kita Omo suka menyendiri bagaimana kalo besok mama
bawa Omo kerumah sakit ? Kita tanyakan masalah anak kita ini ke Psikiater.”
Papa : “Iya, baiklah ma. Nanti kabarin papa lagi perkembangan Omo”
Keesokan harinya , mama dan Caca mengajak Omo ke rumah sakit.
Mama : “Omo, ayo ikut sama mama dan kakak ya, kita kerumah sakit.”
Omo : (Omo sibuk dengan mainannya)
Caca : “Omo.. Omo ...” (memanggil Omo dengan lembut)
Omo : (memandang Papa dan tersenyum)
Caca : “Kita ke rumah sakit yaa ?”
Omo : (mengangguk)
Keesokan harinya mama dan omo dating ke rumah sakit lagi untuk melakukan
terapi motoric kasar dengan menirukan gerakan tangan/ kaki.
Perawat Azmi : Bagaimana bu apakah omo sudah dapat berinteraksi dengan orang lain?
Mama : “ Iya sus omo sudah mulai bicara sedikit-sedikit “
Perawat Azmi : “Bagus sekali kalau begitu. Terus diajak bicara ya ibu omonya kalau
dirumah“
Mama : “ Iya sus
Perawat Azmi : Omo ayo ikuti suster “Ayo, tirukan yaaa, ikuti kakak.” (membentangkan
tangan)
Omo : (gamau, malah mengangkat tangannya keatas kepala)
Perawat Azmi: (membantu, mengambil tangan Omo, ikut membentangkan tangan Omo dan
menurunkannya)
Perawat Iven : “Tirukan ...” (sambil membentangkan tangan)
Omo : (menirukan dan membentangkan tangannya)
Perawat Iven : “Yeee , pinter sekaliii..” (mencubit pipi Omo)
Omo : “Hehehe, makasiiii..”
Perawat Azmi: “Baiklah sus, selanjutnya menirukan gerakan benda.”
Penyakit down syndromenya tidak dapat disembuhkan. Dan Omo pun masih
tetap melanjutkan terapinya. Dari terapi-terapi yang telah dijalaninya, Omo sudah bisa
komunikasi dengan orang sekitarnya walaupun tidak lancar seutuhnya.