Anda di halaman 1dari 5

Roleplay Komunikasi Terapeutik pada Down Syndrome

Anak penderita Down Syndrome (Omo) : Muhammad Prio Pratomo


Mama Omo : Noor Jami’yah
Papa Omo : Muhammad Abror Sulaiman
Kakaknya Omo : Eka Yulia Riska Nasution
Dokter : Robiatul Islamiah
Perawat (Iven ) : Ivena Roselly May
Perawat (Azmi) : M. Azmi Rahimi

Omo lahir dalam keadaan tidak normal, sejak dari kandungan ia telah
didiagnosa menderita down syndrome. Orang tuanya kurang pengetahuan tentang
anak down syndrome dan hanya melihat bahwa ada perbedaan antara dia dan
kakaknya Caca. Omo lebih menyendiri dan tidak pernah responsif jika di ajak bicara.
Siang itu, mamanya Omo baru pulang kerja. Caca yang sedang asyik membaca
buku, mengetahui orangtuanya pulang, langsung beranjak dan berlari membukakan
pintu.
Mama : “Assalammualaikum ...”
Caca : (berlari lalu membuka pintu) “Mamaaa pulangggg , yeeeeyeyee ....”
Mama : “Hehe, iyaa sayangg. Adik kamu mana ?”
Caca : “Di kamar maa.”
Mama : “Ngapain adik kamu dikamar ? Dia gatau yaa mama udah pulang ?”
Caca : “Hmm, ga tauu maa.” (mengangkat bahunya, Caca pun berjalan ke ruang
tengah, melanjutkan membaca buku)
Mama : (berjalan, menuju kamar Omo)

Mamanya hanya melihat Omo di depan pintu kamarnya. Ternyata Omo punya
keasikan tersendiri. Dimana kedatangan mamanya sama sekali tidak membuatnya
berhenti, malah tetap bermain dengan kesibukannya bermain robot.
Melihat tingkah Omo yang seperti itu, Orang tuanya mempunyai rencana akan
membawa Omo ke rumah sakit yang ada psikiaternya.
Kemudian mamanya menelpon papanya yang sedang berkerja diluar kota.
Mama : “Pah, gimana anak kita Omo suka menyendiri bagaimana kalo besok mama
bawa Omo kerumah sakit ? Kita tanyakan masalah anak kita ini ke Psikiater.”
Papa : “Iya, baiklah ma. Nanti kabarin papa lagi perkembangan Omo”
Keesokan harinya , mama dan Caca mengajak Omo ke rumah sakit.
Mama : “Omo, ayo ikut sama mama dan kakak ya, kita kerumah sakit.”
Omo : (Omo sibuk dengan mainannya)
Caca : “Omo.. Omo ...” (memanggil Omo dengan lembut)
Omo : (memandang Papa dan tersenyum)
Caca : “Kita ke rumah sakit yaa ?”
Omo : (mengangguk)

Sesampainya di rumah sakit, di ruangan Psikiater. Mereka duduk di depan meja


dokter, Omo duduk di tengah – tengah mama dan kakaknya.
Mama : “Dok, ini anak kami namanya Omo.”
Dokter : “Heyy, Omo”
Omo : (melihat dokter dan hanya tersenyum)
Mama : “Begini dok, kami khawatir dengan tingkah anak kami, dia lebih suka
menyendiri.”
Caca : “Iya dok, dia punya keasikan tersendiri. Contohnya saja, pas caca mau main
sama dia, dia asik bermain dengan robotnya di kamar dan tidak mau bicara sama saya.”
Dokter : “Oh begitu bu, dek.”
Omo : (bingung, melihat sekelilingnya, menggaruk kepala)
Mama : “Iya dok, terus jika dia diajak bicara, dia tidak pernah responsif. Sejak dari
kandungan memang saya diberitahu Omo menderita down syndrome, tapi saya tidak tahu
kalau akibatnya akan seperti ini sampai dia besar.”
Dokter : “Ibu tidak perlu khawatir, di rumah sakit ini kami punya terapi penanganan
untuk anak Down Syndrome.”
Mama : “Baiklah dok, kalau itu merupakan penanganannya, kami akan mengikuti
terapi tersebut.”
Dokter : “Baiklah bu. Besok datang saja kerumah sakit ini jam 8 pagi, anak ibu sudah
bisa mengikuti terapi disini.”
Mama : “Iya dok, kalo begitu kami permisi pulang dulu ya dok, terima kasih.”
Dokter : “Iya sama – sama bu.”
Keesokan harinya, Mama mengantar Omo kerumah sakit untuk terapi.
Dokter : “Baiklah bu, ini ruangan terapinya. Omo akan di dampingi oleh Suster Iven
dan Suster Azmi.”
Mama : “Baiklah dok.”
Omo masuk ke ruangan terapi dan Mama pun pergi ketempat kerjanya.
Mama : “ mama tinggal dulu ya Omo. Kamu sama suster dulu mainnya.”
Omo :”(Omo diam).”
Perawat Iven : “Yuk sama suster dulu.”
Omo : “Gak mau sama mama aja.” (Omo menangis)
Mama : “Yaudah sus saya temani Omo terapinya.”
Suster Iven : “Baik bu, kamu namanya siapa dek ?”
Omo : “Nama saya Omo.”
Perawat Iven : “Umurnya berapa ?”
Omo : “Limaaa tauuunnn.”(sambil memainkan , menunjukkan jarinya yang lima)
Perawat Iven : “Kalau sudah besar mau jadi apa ?”
Omo : “Doktelll , hehe...”
Perawat Azmi: “Suster Iven, langsung aja yaa kita lakukan terapi yang pertama bagaimana ?”
Perawat Iven : “Oh iyaa , baiklah suster Azmi.”

Pertama tama, mengajarkan Omo melakukan terapi bicara


Perawat iven : “ Omo kalau suster boleh tau di rumah suka bermain apa ?”
Omo : ( diam menggaruk-menggaruk kepala )
Perawat Iven : “Omo dirumah suka main apa ? “(bicara dengan lembut)
Omo : Main robot
Perawat Iven : Ooo suka main robot. Robot apa Omo ?
Omo : Robot ini (sambil menunjukkan robotnya)
Perawat Iven : Kalau main robot-robot mainnya sama siapa ?
Omo : Sendiri
Perawat Iven : Kalau suster temenin mainnya mau gak
Omo : Boleh
Suster dan omo main robot
Perawat Iven : Senang nggak omo main robot sama suster
Omo : Suka
Perawat iven : Kalau omo suka nanti di rumah kalau kaka ngajak main bareng omo mau
nggak ?
Omo : “ Iya sus”
Perawat Iven : “Omo pinter “ yuk kita ke tempat mama
Perawat Iven : “Ibu tadi saya sudah mengajarkan omo terapi bermain dan dia mulai dapat
berinteraksi dengan orang lain. Jadi ibu kalai di rumah ibu lebih sering-sering bicara atau
berinteraksi dengan omo supaya omo tidak sendirian terus dan kemampuan bicaranya terasah.
Mama :” Baik sus saya mengerti “
Perawat Iven :” Baik bu nanti besok saya akan mengajarkan omo kembali tentang terapi
bicara dan sekaligus mengajarkan motoric kasarnya. Apakah ibu setuju ?
Mama :” Iya sus besok saya datang kembali lagi”

Keesokan harinya mama dan omo dating ke rumah sakit lagi untuk melakukan
terapi motoric kasar dengan menirukan gerakan tangan/ kaki.
Perawat Azmi : Bagaimana bu apakah omo sudah dapat berinteraksi dengan orang lain?
Mama : “ Iya sus omo sudah mulai bicara sedikit-sedikit “
Perawat Azmi : “Bagus sekali kalau begitu. Terus diajak bicara ya ibu omonya kalau
dirumah“
Mama : “ Iya sus
Perawat Azmi : Omo ayo ikuti suster “Ayo, tirukan yaaa, ikuti kakak.” (membentangkan
tangan)
Omo : (gamau, malah mengangkat tangannya keatas kepala)
Perawat Azmi: (membantu, mengambil tangan Omo, ikut membentangkan tangan Omo dan
menurunkannya)
Perawat Iven : “Tirukan ...” (sambil membentangkan tangan)
Omo : (menirukan dan membentangkan tangannya)
Perawat Iven : “Yeee , pinter sekaliii..” (mencubit pipi Omo)
Omo : “Hehehe, makasiiii..”
Perawat Azmi: “Baiklah sus, selanjutnya menirukan gerakan benda.”

Suster Azmi mengambil mangkok dan sendok dan memberikannya kepada


suster Iven.
Perawat Iven : (menggoyang goyangkan sendok di dalam mangkok, memutarnya) “Ayo
tirukann...”
Omo : (kelihatan tertarik, kemudian mengambil sendok tersebut dan menirukan
memutarkan sendok tersebut) “Hehehe ..”
Perawat Iven : “Iyappp, pinterrr..”
Perawat Azmi : ”Ibu terapi yang diajarkan hari ini sudah selesai dan omo sudah bisa
melakukannya nah besok akan dilanjutkan terapi yang sudah diajarkan dan kita akan melihat
perkembangan Omo.”
Mama : “Baiklah sus. Terimakasih banyak sudah mengajarkan terapi kepada Omo.”
Perawat Azmi : “Iya sama-sama bu.”

Penyakit down syndromenya tidak dapat disembuhkan. Dan Omo pun masih
tetap melanjutkan terapinya. Dari terapi-terapi yang telah dijalaninya, Omo sudah bisa
komunikasi dengan orang sekitarnya walaupun tidak lancar seutuhnya.

Anda mungkin juga menyukai