Anda di halaman 1dari 11

A.

Dialog Pada Fase Pengkajian


Narasi
Pada tanggal 10 November 2018 di pukul 07:00 WIB remaja laki-laki berusia 16 tahun
dilarikan ke UGD Rumah Sakit Cinta Kasih dengan keluhan fraktur tulang tibia sebelah kanan
dan langsung mendapatkan tindakan. Diketahui bahwa luka yang didapat An. Romli Suteja
adalah luka fraktur akibat tawuran 2 hari yang lalu, dan sebelumnya telah melakukan terapi
pijat fraktur namun luka bertambah parah. Pasien dalam kondisi sadar yang baik, sedikit pucat,
dan terlihat kesakitan. Setelah diukur tanda-tanda vitalnya didapatkan data TD: 100/70 mmHg,
DN: 70 x/menit, RR: 16 x/menit, dan Suhu: 36.5℃. Kemudian, pada pukul 08:00 WIB setelah
pasien mendapatkan tindakan di UGD, pasien langsung masuk ke ruang rawat inap Melati
Atas.

TANGGAL 10 NOVEMBER 2018 PUKUL 07:00


SCENE 1
P: “Selamat pagi, perkenalkan nama saya Perawat Vidia Eka, saya senang di panggil Perawat
Vidia, dan saya yang akan merawat adik. Apa benar ini adik yang bernama Romli Suteja?
Adik senang dipanggil apa?”
K: “Romli ajadah”
P: “Oke saya panggil Adik Romli ya”

SCENE 2
P: “Bagaimana perasaan Adik Romli hari ini?”
K: “Saya juga nggak tau Sus”
P: “Hmm, mungkin ada yang ingin Adik Romli ceritakan kepada saya?”
K: “Nggak tau Sus, saya aja nggak paham saya kenapa. Nanti aja Sus ceritanya.”
P: “Baiklah kalau Adik Romli belum ingin bercerit. Nanti saya akan datang lagi ya, mungkin
pada saat itu Adik sudah siap bercerita pada saya, saya permisi dulu ya”.

SCENE 3
Jam 10:00 WIB
P: “Hallo Adik Romli?” (melamun)
K: (diam)
P: “Adik Romli?”
K: “Iya, Sus?”
P: “Adik Romli tidak apa-apa? Kelihatnya Adik sedang murung dan memikirkan sesuatu, apakah
ada yang ingin diceritakan?”
K: (diam, melihat ke depan)
P: (mengambil kursi) “saya duduk disini ya Dik? (diam menunggu beberapa saat) Baiklah kalau
belum siap, nanti saya 10 menit lagi kesini ya? Saya permisi dulu ya Dik Romli?”
(membalikan badan, berjalan)
K: “Suster Vi”
P: (balik badan) “Iya Adik?”
K: “Saya mau cerita deh Sus, siapa tau saya dapat merasa lega.”
P: “Jadi adik sudah siap bercerita? Bagus, baik silahkan bercerita saya duduk disini ya?
Bolehkan Dik?”
K: “Suster Vidia, saya menyesel Sus ikut tawuran, padahal sedikit lagi saya akan UN nanti
bagaimana kalau nilai saya jelek? Kalau saya nggak lulus? Dan, kalau saya ngulang lagi satu
tahun? Wah Suster saya pasti malu sekali! Saya ngerasa nyesel banget sus” (sambil
menangis).
P: (mengusap bahu pasien) “Nah sekarang sadarkan atas semua perbuatan kamu? Sekarang saya
tanya ya, untungnya kamu ikut tawuran itu apa?”
K: “Biar keren Sus, lagian juga temen saya ngajakin saya dan ini pertama kali juga saya ikut
tawuran Sus, tadinya saya sempat menolak tapi saya takut nanti saya dijauhkan”
P: “Lalu setelah ikut tawuran apakah kamu sudah merasa keren?”
K: “Nggak Sus malah menyesal, sudah kaki patah, keren nggak, bonyok iya.”
P: “Nah tuh kamu sudah sadar sendiri. Manfaat tawuran itu nggak sebanyak kerugiannya Dik.
Coba deh kalo kamu nggak tawuran, kamu pasti keren banget, nilai juga bagus, lulus UN,
masuk kuliah, cewek-cewek pasti banyak yang deketin kamu, keren bukan?”
K: “Iya juga sis Sus, suster benar.”
P: “Sudah, sudah terjadi, sudah lewat. Sekarang yang harus kamu lakukan adalah jangan
dilakukan lagi, berteman boleh dengan siapa saja tetapi jangan mengikuti arus yang hanya
membawa keburukan bagi kamu. Kamu juga sudah besar, sudah seharusya dapat memilih
yang mana yang baik dan yang bukan. Kasihan juga orang tua kamu, mereka pasti sedih. Jadi
jangan diulangi lagi ya?”
K: “Iya Sus, saya nggak akan mengulainya lagi. Saya berjanji.”
P: “Bagus, Romli anak baik. Lalu bagaimana perasaannya setelah bercerita dengan saya?”
K: “Sudah sedikit lega sih sus, terima kasih ya Suster.”

SCENE 4
I: “Assalamualaikum (memasuki ruangan dan membuka tirai), dek Romli, ini Ibu. Eh, ada
Suster?”
P: “Waalaikumsalam Ibu, iya Bu perkenalkan nama saya Suster Vidia (menganggukan kepala),
saya adalah salah satu suster yang bertugas di ruangan ini Bu. Maaf bu, kalau boleh tau nama
ibu siapa?”
I: “Saya Ibu Rodie, Sus, dan ini kakaknya Romli, eh dimana ya kakaknya? Romlah? Rom?”
R: “Iya Bu, iyaa. Sabar dong Ibu ini bawaannya berat.”
I: “Nah, ini Romlah sus, kakaknya Romli. Romlah, ini suster Vidia, dia salah satu perawat di
ruangan ini, nanti dia yang akan merawat adik kamu.”
R: “Hallo Suster? Tolong rawat adik saya ya Sus, kalau dia bandel nggak mau dengerin, Suster
bilang saya Sus nanti biar saya cubit.”
P: (tersenyum) “Baik kak, siap. Oh iya bu, saya ingin membicarakan sesuatu kepada Ibu, apakah
Ibu mempunyai waktu luang saat ini?”
I: “Oh ada Sus, ada. Mau membicarakan apa ya Sus?”
P: “Baik kalau bisa, mari Bu, Ibu bisa ikut dengan saya dulu ke meja di sebelah sana. Mari Bu.”

SCENE 5
P: “Baik Ibu, kita mulai ya.”
I: (mengangguk)
P: “Sebelumnya saya ingin bertanya, bagaimana perasaan Ibu setelah melihat keadaan Romli
saat ini?”
I: “Saya sedih sus, saya takut anak saya makin bandel. Saya aja masih bersyukur anak saya
hanya patah tulang, coba kalau yang lebih parah atau sampai meninggal, hancur sudah hidup
saya, gagal menjadi ibu yang baik” (mulai sedih).
P: “Saya paham perasaan ibu, ibu jangan terlalu sedih ya bu, ibu juga harus semangat agar Romli
semangat untuk sembuh. Romli itu anak yang baik kok bu, hanya saja dia berada di
lingkungan pertemanan yang kurang baik, faktor teman-temannya yang membuat seperti ini.”
I: “Saya sudah melarang dia sus untuk bergaul dengan anak-anak itu, tapi tetap saja sus.”
P: “Iya ibu, namanya juga masih remaja, masih mencari jati dirinya, jadi suka ikut-ikutan. Nah
sekarang biarlah sudah lewat kejadian itu bu, yang penting sekarang adalah kesembuhan
Romli dan tentunya mudah-mudahan dia dapat berubah menjadi lebih baik setelah belajar dari
pengalaman tawuran kemarin.”
I: (mengangguk) “Suster benar, tolong rawat Romli dengan baik ya suster, saya akan mendukung
100% perawatan agar Romli sembuh. Oh iya sus, saya juga takut membuat Romli tambah
parah karena saya salah memposisikan dia, kemarin saya sudah salah karena saya membawa
dia ke tukang urut.”
P: “Bagus ibu, ibu memang ibu yang penyabar. Dan tenang saja bu, saya akan mengajarkan ibu
bagaima cara ambulasi atau memposisikan romli dengan tepat.”
I: “Wah yang benar sus? Tolong ajarkan saya sus”
P: “Baik bu, tentu akan saya ajarkan dengan senang hati. Apakah besok ibu mempunya waktu?
Kalau ada, besok pagi mari saya ajarkan cara memposisikan romli dengan baik, bagaimana bu
apakah ibu bersedia?”
I: “Bersedia sus, sangat bersedia.”
P: “Baiklah kalau begitu, besok pagi pukul 09:00 kita akan bertemu lagi ya ibu, waktu latihannya
selama 15 menit, berarti pukul 09:15 sudah akan selesai, bagaimana bu? Apakah ibu
bersedia?”
I: “Iya sus baik, kalau saya ajak Romlah juga bagaimana sus?”
P: “Oh tentu saja boleh, diajak saja ibu, jadi nanti ia juga dapat membantu dalam memposisikan
romli”.
I: “Alhamdulillah, terima kasih ya sus”
P: “Iya sama-sama ibu, baiklah kalau begitu saya pamit undur diri dulu ya, sampai ketemu besok
ibu”
I: “Iya suster, saya ke kamar romli dulu ya”
P: “Iya bu mari, silahkan”
TANGGAL 11 NOVEMBER PUKUL 09:00
SCENE 1
P: “Assalamualaikum, selamat pagi Dik Romli dan Ibu Rodie.”
Semua: “Waalaikmsalam, pagi juga Suster Vidia!”
P: “Bagaimana tidurnya semalam Di?”
R: “Tidurnya nyenyak Sus, alhamdulillah.”
P: “Alhamdulillah kalau begitu. Ibu Rodie, sesuai janji kita kemarin maka hari ini akan kita
lakukan latihan mobilisasi Adik Romli, apakah Ibu sudah siap?”
I: “Sudah Sus, sekarang juga sudah jam 09:00 WIB, mari kita mulai Sus.”
P: “Baiklah mari kita mulai ya Bu. Adik Romli kita latihan mobilisasi dulu ya, kita latihan
miring kanan, miring kiri, dan duduk dulu ya, pertama akan saya contohkan terlebih dahulu,
selanjutnya Ibu yang akan mencoba ya.”
I: “Baik Sus.”
P: “Adik Romli kita latihan miring kanan dulu ya, adik Romli bisa geser ke kiri dulu sedikit lalu
miring ke kanan, mari saya bantu.”
K: “(melakukan geser dan miring kanan)”
P: “Ya bagus, bagaimana ibu? Apakah dapat dimengeri?”
I: “Sudah Sus, untuk miring ke kanan Romli bisa geser dulu ke kiri baru miring ke kanan”
P: “Iya Bu benar sekali. Mari Bu silahkan dicoba.”
I: “Ayo Dek, Ibu coba ya. Nanti kalau sakit Adek bilang ke Ibu ya.”
K: “Engga Bu, nggak sakit kok.”
I: “Yuk Dik, geser dulu badannya ke kiri dulu. Nah bagus Dek, lalu adik miring ke arah kanan
ya. Asik, Ibu bisa!”
P: “Nah kalau miring kiri tinggal kebalikannya saja Ibu. Geser dulu badannya ke kanan lalu
badannya miring ke arah kiri.”
I: “Lanjut ya Dik, sekarang geser dulu badannya ke kanan. Nah bagus Dek, lalu adik miring ke
arah kiri ya. Asik, bagus-bagus.”
P: “Nah miring kiri dan kanannya sudah bisa ya Bu? Selanjutnya mari kita bantu Adik Romli
untuk posisi duduk. Pertama-tama kita berdiri dengan posisi kaki kanan dan kiri terpisah, kaki
yang paling depan adalah kaki yang terkuat ya Bu, hal itu berfungsi untuk menjadi tumpuan
berat badan kita saat membangunkan tubuh Adiknya. Selanjutnya, kita selipkan tangan tangan
kanan kita sampai di bawah ketiak Adik Romli dan lingkarkan jari kita di ketiaknya. Lalu kita
bangunkan secara perlahan-lahan. Bagaimana Bu, apakah dapat dimengerti?”
I: “Iya Sus mengerti, saya mau coba dong Sus.”
P: “Mari Bu silahkan.”
I: “(mencoba mempraktikan) Seperti inikan Sus? Benarkan ya Sus?”
P: “Wah benar, bagus sekali Ibu! Ibu hebat ya langsung dapat belajar dengan baik.”
I: “(senyum-senyum malu tapi bangga)”
P: “Nah, kalau mau kembali tiduran lakukan hal yang sama dan turunkan secara perlahan.”
I: “Siap Sus saya mengerti. Wah terima kasih ya Sus.”
P: “Lalu bagaimana perasaan Ibu sekarang? Apakah masih merasa takut?”
I: “Alhamdulillah sudah tidak Sus, saya sudah tidak takut lagi dan merasa lebih tenang.
(menghela napas) Sangat membantu sekali Sus, terima kasih banyak ya Sus!”
P: “Iya Bu, sama-sama. Dan untuk besok kita akan melakukan latihan menggunakan kruk ya Bu
untuk Adik Romli, mudah-mudahan besok kondisinya sudah semakin pulih, bagaimana Bu?”
I: “Kruk? Yang alat bantu berjalan ya Bu? Wah boleh tuh Sus, Adik Romli mau ya?”
K: “Mau Ibu, mau! Romli mau bisa berjalan lagi, benar ya Sus, Suster mau mengajarkan saya?”
P: “Iya benar, jadi Adik maukan?”
K: “Iya mau Sus, mau! Besok jam berapa ya Sus?”
P: “Untuk latihannya besok pagi akan dilakukan jam 09:00 WIB dan selama 15 menit.
Tempatnya akan dilakukan disini saja ya atau Adik Romli mau di ruang rehabilitasi?”
K: “Disini saja Sus.”
P: “Baik kalau begitu, sampai bertemu besok ya. Saya permisi dulu ya Ibu dan Adik. Jangan lupa
istirahat dan sering-sering miring kanan dan kiri. Mari Bu.”
I: “Iya suster, terima kasih ya.”

SCENE 2
I: “Nak, ada temen kamu nih yang mau jenguk, Lala dan Lulu. Mari Lala dan Lulu silahkan
masuk (sambil memberi Lala dan Lulu masuk). Ibu tinggal dulu ya biar kalian bisa ngobrol-
ngobrol.”
T1 & T2: “Baik, Ibu. Terimakasih ya Bu”
T1: “Hai Romli, bisa juga lu sakit ya. Gimana sih katanya jagoan? Gagal keren deh haha.”
K: “Bawel deh kalian.”
T2: “Gimana rasanya tawuran? Mau nyoba lagi nggak?”
K: “Ngga deh, nyesel gue. Gamau lagi gue ikut-ikutan anak tongkrongan, sesat semua.”
T1: “Terus gimana temen-temen lu yang lain? Selamat?”
K: “Sedenger gue sih selamat tapi nggak tau deh.”
T2: “Mereka semua udah jenguk lu?”
K: “Belum sih, baru kalian doang”
T1: “Ya iyalah, baik kan kita? Makanya Romli kalau kita bilangin tuh denger. Coba kalau lu
denger omongan kita nggak bakal deh lu begini!”
K: “Iya, iya. Kan gue udah bilang gue udah nyesel La.”
T2: “Lu boleh main sama mereka Rom, tapi harus tau batesannya jangan ikut-ikutan doang.
Mana bentar lagi UN.”
K: “Iya iya. Oiya besok gue mau belajar pake kruk nih, doain ya. Biar gua bisa jalan lagi terus
bisa ikut UN deh”
T2: “Oh iya? Semangat ya Romli. Kita dukung lu terus kok”
T1: “Iya Rom, nanti kalau butuh bantuan kita, tinggal panggil kita aja ya, kita selalu ada kok buat
lu”
K: “Ya ampun, jangan gitu-gitu amat dong jadi tersipu malu nih gue.”
T1: “Yeh, dasar alay! (sambil tertawa).”
T2: “Yaudah kalau begitu kita pamit dulu ya, mau ada bimbel nih.”
K: “Oke deh, semangat bimbelnya. By the way makasih ya udah jenguk gue.”
I: “Loh, kalian udah pulang?”
T1: “Iya tante, kami pamit dulu ya”
I: “Hati-hati ya kalian.”
T2&T2: “Iya tante, Assalamualaikum”
I: “Waalaikumsalam”

TANGGAL 11 NOVEMBER PUKUL 09:00


SCENE 1
P: “Assalamualaikum, selamat pagi adek. Gimana tidurnya semalam? Nyenyak atau tidak?”.
K: “Pagi, sus. Ya gitu deh sus. Tidur sih, tapi seperti tidak tidur”
I: “Semalem Romli tidur nya kebangun terus. Tidurnya tidak terlalu nyenyak sepertinya, sus”
P: “Loh kenapa? Kakinya masih terasa ngilu kah?”
K: “Iya ngilu sus, tapi hilang timbul gitu ngilunya makanya saya kebangun terus. Pukul 3 pagi
baru bisa benar-benar tidur”
P: “Apa sekarang masih terasa ngilunya?”
K: “Sedikit ngilu, sus. Makanya saya gamau gerakin kaki terlalu sering agar ngilunya tidak
terlalu terasa”
P: “Oh seperti itu. Adek kan sudah 3 hari ya dirawat disini. Dan sudah mulai bisa untuk berlatih
berjalan menggunakan kruk. Apakah adek mau?”
K: “Tunggu sus, kalau boleh tahu memangnya tujuan latihan pakai kruk ini untuk apa?”
P: “Latihan ini sangat penting dilakukan agar adek bisa berjalan walaupun kaki kakak sedang
sakit dan juga adek dapat menggunakan kruk dengan tepat tanpa ada kesulitan.”
K: “Tapi nanti kaki saya makin nyeri dong sus kalau dipakai jalan”
P: “Memang akan terasa nyeri saat dilatih untuk berjalan. Namun jika tidak dilatih, nyeri yang
adek rasakan akan lebih lama karena kakinya tidak dibiasakan untuk bergerak. Apa adek
nyaman jika merasakan sakit dalam waktu yang lama?”
K: “Tidak nyaman, sus.”
R: “Benar kata susternya, dek. Semalam saja kamu ngeluh kesakitan terus. Udah kamu ikuti
saran dari susternya”
K: “Ya iya kak, tapi aku gatahan sama rasa nyerinya”
I: “Ya makanya itu dilatih supaya kamu bisa nahan nyerinya juga. Kamu mau terus dengan
kondisi seperti itu?”
K: “Ngga bu. Yaudah sus, saya bersedia.”
P: “Baiklah,untuk latihan berjalan menggunakan kruk ini membutuhkan waktu sekitar 30 menit,
yaitu dari pukul 08.30 sampai pukul 09.00. Kita akan berlatih disini, di kamar inap adek.
Adek tidak keberatan kan?”
K: “Iya tidak apa-apa sus”
P: “Kalau begitu, saya persiapkan alatnya terlebih dahulu ya dek.”
SCENE 2
Perawat mulai menyiapkan alatnya.
P: “Baik, sebelum kita mulai latihan, apakah ada yang ingin kakak tanyakan?”
K: “Itu apa sus namanya?”
P: “Adek belum pernah melihat alat ini sebelumnya?”
K: “Pernah sus. Tapi saya gatau itu apa”
R : “Apakah itu alat yang namanya kruk, sus?”
P: “Iya betul. Ini namanya kruk. dek romli tahu tidak apa fungsi dari kruk?”
K : “Alat bantu untu berjalan kan, sus?
P: “Iya betul. Lalu menurut adek, kruk itu diletakan di kaki yang sehat atau yang sakit?”
K: “Hm, saya gatau sus”
P : “Nah jadi begini dek, kruk itu diletakkan di sebelah kaki yang sakit agar kruk itu seolah-olah
menjadi pengganti dari kaki adek yang sakit.”
K: “Oh begitu sus. Baik saya paham”
P: “Jadi sekarang kita mulai saja ya dek. Apakah adek sudah siap?”
K: “Iya siap, sus”
P: “Kalau begitu saya bantu agar adek bisa dalam posisi duduk”

SCENE 3
Perawat membantu pasien untuk bangun
P: “Iya bagus dek, pelan-pelan.”
P: “Nah sekarang jika kakak ingin bangun dari posisi duduk, adek harus meletakkan kruknya
terlebih dahulu di sebelah kaki yang sakit, setelah itu baru adek mulai berdiri pelan-pelan
dengan tumpuan beban di kaki yang tidak sakit. Apakah adek sudah mengerti?”
K: (menganggukan kepala)
P: “Kalau sudah mengerti, sekarang kita praktikan saja yah dek.”

SCENE 4
Pasien mempraktikan berdiri dengan bantuan kruk
P:”Nah iya seperti itu dek. adek hebat yah sudah dapat berdiri dengan bantuan kruk.”
K: “Jadi seperti ini rasanya menggunakan kruk?”
R: “Memang rasanya bagaimana dek?”
K: “Ternyata ribet juga kalau bangun harus pakai kruk”
P: “Adek merasa ribet karena kakak belum terbiasa, nanti kalau sudah terbiasa juga akan nyaman
ko kak. Terlebih lagi alat ini akan sangat membantu adek untuk berjalan”

SCENE 5
Romli berusaha untuk membuat posisi berdirinya nyaman menggunakan kruk walaupun baru
pertama kali.
P: “Bagaimana dek apakah berdirinya sudah nyaman?”
K: “Sudah sih sus, tapi bagaimana caranya saya berjalan ya?”
P: “Pertama-tama sebelum adek melangkahkan kaki, gerakkan kruknya terlebih dahulu kedepan,
kemudian diikuti dengan kaki yang sakit secara bersamaan. Apakah sudah cukup jelas dek?”
K:”Iya jelas, sus”
P: “Nah setelah itu baru kemudian sekarang dilanjutkan dengan kaki yang tidak sakitnya
melangkah mengikuti kaki sakit yang tadi sudah melangkah terlebih dahulu. Apa adek
mengerti dengan penjelasan saya?”
K: (diam memperhatikan suster)
P: “Adek mau langsung mulai mempraktikan? Ayo kita praktik bersama dek.”

SCENE 6
Pasien mulai mempraktikkan berjalan menggunakan kruk
P: “Iya seperti itu, bagus sekali dek. iya pintar sekali, pelan-pelan ya dek.”
K: “Saya duduk dulu ya sus. Kaki saya terasa ngilu lagi”
P: “Yasudah istirahatkan dulu agar ngilunya sedikit reda”
I: “Kira-kira berapa lama anak saya bisa pulih dengan latihan berjalan ini, sus?”
P: “Latihan menggunakan kruk tidak bisa menyembuhkan, bu. Tetapi latihan ini bertujuan agar
anak ibu dapat berjalan walaupun kakinya sedang sakit”
I: “Apakah tidak ada alat bantu lain selain dengan kruk?”
P: “Untuk kasus patah tulang hanya bisa menggunakan kruk, ibu”
I: “Oh begitu ya sus. Baiklah. Silahkan dilanjutkan kembali latihannya”
P: “Bagaimana dek? Sudah siap untuk latihan kembali?”

K: “Iya sudah, sus”


P: “Ya sudah mari kita mulai latihannya ya dek”
SCENE 7
Pasien berusaha memperlancar jalannya menggunakan kruk.
P: “Latihannya sudah cukup adek. Bagaimana perasaannya setelah berlatih menggunakan kruk?”
K: “Seneng sih sus bisa berjalan meskipun sedikit-sedikit.”
P: “Apakah adek sudah nyaman dalam menggunakan kruknya?”
K: “ belum begitu nyaman, sus. Karna ini pertama kalinya saya menggunakan kruk”
P: “Yasudah coba ayo dek tolong praktikan kembali cara berjalan menggunakan kruknya.”
P: “Iya ayo terus adek, kesini kembali lagi ke tempat tidur.”
K: (masih berusaha berjalan dengan kruk)
P: “Wah hebat sekali yah, saya lihat perkembangannya sangat cepat. Sekarang adek bisa duduk
kembali yah.”
K: “Iya sus, tapi saya masih kaku. Kadang suka salah menggerakan kruknya”

P: “Gapapa dek namanya juga penyesuaian diri, kalau begitu kita akhiri sesi latihan kali ini ya
kak?”
K: “Iya sus, terima kasih ya sus sudah mengajari saya”
P: “Iya dek sama-sama, untuk pertemuan berikutnya saya akan melatih adek bagaimana cara
menaiki dan menuruni tangga menggunakan kruk dengan tepat dan aman. kita mulai dari pukul
08.30 sampai 09.00 jadi memerlukan sekitar 30 menit ya. latihannya di ruang rehabilitasi, karena
disana terdapat replika anak tangga sehingga pada saat berlatih keamanan adek tetap terjaga.
Apakah adek bersedia?”
K: “Siap sus”

Anda mungkin juga menyukai