Kaysan: Ayah
Anugrah: support system
Muzaki: Pembuli 2
Warsito: Pembuli 1
Cholil: Guru
Liya: dokter
Ibu: Neila
Rut: saudara kembar
Dwi: Pembuli 5
Aisha: pembuli 3
Kholija: Pembuli 4 (teman palsu)
Afni: pemeran utama
~Look at Me~
[Latar: Rumah Afni, Prop: Hp, sapu, surat rumah sakit, Tokoh: Afni, Mama, Kholija]
Minggu 14 September 2023. Afni baru saja selesai dari pengecekan rutin rumah sakit.
Afni: “Akhirnya hari ini selesai juga setelah sekian lama besok aku bakal masuk sekolah lagi.”
Afni: “ini baru selesai ada urusan soalnya tadi, kenapa Mah?”
mama: “cepat pulang, kerjaan rumah banyak tuh, hari ini Mama pulang telat lagi banyak kerjaan
di kantor.”
mama : “udah nggak usah pikirin Kakak kamu cepat aja pulang”
setelah sampai di rumahnya Afni mengganti baju terlebih dahulu dan meletakkan surat dari
rumah sakit tadi ke lacinya setelah itu beres rumah yang disuruh mamanya tadi.
Afni: “yah. seperti Biasa kerjaan aku ya tiap hari harus kayak gini kalau nggak disuruh beres-
beres Mana mungkin”. ( sambil menyapu rumah)
setelah selesai beres-beres Afni pun beristirahat di kamarnya, sambil membuka hp-nya untuk
memberitahu temannya kalau besok dia bakal sekolah lagi.
(di panggilan)
Afni: “kholijah, ada kabar baik Besok aku masuk sekolah jadi kamu nggak akan duduk sendiri
lagi deh.”
Afni: “kamu enggak senang ya aku masuk lagi setelah sekian lama aku izin?”
kholijah: “senang-senang”
waktu menunjukkan pukul 06.23 dan kakak pulang dan mengetuk pintu kamar Afni.
Rut: “Afni Afni buka pintunya lagian ngapain sih, pakai kunci-kunci pintu segala.”
Afni membuka kamarnya dan memberitahu kalau dia ketiduran dan lupa kalau dia menggunci
kamar.
Rut: “ngapain coba tidur sampai jam segini, Kayak habis ngapain aja.”
Afni: “Iya tadi Afni habis beres-beres rumah terus ketiduran, nggak tahu kalau uda jam segini.”
Ayah: “tadi mau dibeliin Afni cuman nggak ada jadi ayah nggak beliin.”
Rut, mama, Ayah dan Afni pun duduk di meja makan sambil berbincang-bincang sedikit.
Ayah: “bagus deh, belajar yang rajin, kan udah lama Kamu nggak sekolah, jadi serius jangan
main-main.”
Mama: “iya, benar kata ayah, Biar kayak kakakmu ranking terus.”
Afni: “Ya udah deh kalau gitu Afni ke kamar dulu mau beres-beres barang buat besok.”
[Latar:sekolah (kelas), Prop: kertas nilai, Tokoh: Afni, kholija, dwi, aisha, GURU]
Pagi pun tiba Afni pun bersiap-siap berangkat ke sekolah karena jarak ke sekolah dan rumah
Afni dekat, dia pun Memilih Untuk jalan kaki, Sesampainya di sekolah ternyata di kelas sudah
ada kholijah dan teman-teman yang lainnya, dan Afni pun duduk di samping kholijah.
Afni: “kholijah akhirnya kita ketemu lagi, aku kangen banget tahu, gimana kabarmu, baik kan?”
Kholija: “Baik kok, Iya aku juga kangen banget, selama ini aku sendiri tapi untung masih ada
yang lain Jadi aku main sama mereka.”
Aisha: Iya nihh, sekalian bolos mapel abis ini aja,, eh btw yang disampingmu ini siapa yak?
Kholija: ehh... Dwi sama Aisha, ini Afni, yang lama ga masuk itu loh.
Dwi: Ohh... yang libur berkedok sakit itu ya? Saking lamanya sampai lupa kamu ada. Jadi
kenapa masuk lagi? Bosan di rumah?
Aisha: Iya dehh iyaa, Ayo kholija kita ke kantin aja, Afni tinggalin aja kan dia lagi “sakit”, nanti
nular lohh~
Kholija pun berdiri dan ikut bersama Dwi dan Aisha, Afni yang terkejut dan berusaha menahan
Kholija.
Afni: Kok kamu ikut mereka sih, Kholija? Kamu tahu kan mereka gak bener?
Kholija: Sorry ya Afni, masih lebih enak temenan sama mereka daripada sama kamu, lagian
kamu juga sakit terus.
Afni hanya terdiam. Dia sadar bahwa Kholija bukanlah teman yang dia ketahui lagi. Setelah
Kholija dkk. Pergi, Afni pun mulai merasa ingin menangis, tapi dia menahannya. Sementara itu,
Anugrah hanya melihat kejadian itu dari kejauhan. Dia ingin sekali berbuat sesuatu, tapi dia
merasa tidak bisa.
Karena kejadian tadi, Afni menjadi merasa lesu dalam bersekolah dan tidak semangat.
Namun, sayangnya, pada hari itu ada ulangan dadakan dan Afni sama sekali tidak siap. Dia
mendapat nilai yang rendah.
[Latar: rumah Afni, Prop: kertas nilai bagus dan jelek, Tokoh: Afni, Ayah, Mama, Rut]
Sepulang Sekolah
Saat makan malam bersama keluarga, Afni masih merasa lesu karena kejadian di sekolah tadi.
Ayah: Kenapa lemas kali Afni? Masih ada yang sakit kah?
Mama: Daripada itu, mama denger dari tetangga tadi ada ulangan ya? Kalian dapat berapa aja
nilainya?
Rut: Oiya mah! Ini nilai Rut! (kasih kertas nilai bagus)
Ayah: Nanti ayah belikan sesuatu ya, kamu bilang aja mau apa. Kalau Afni gimana ulangannya?
Afni: (dengan gugup/menunduk) ini Yah... (mengasih kertas nilai jelek, ayah ambil)
Mama: (rebut kertas dari Ayah) Demi tuhan, nilai macem apa ini Afnii!? Kamu belajar ga sih di
sekolah?
Afni: Tapi kan, mah, yah, Afni baru hari pertama masuk, jadi ga bisa belajar banyak. Terus tadi
ada...
Afni: ...Ga jadi Mah, Yah. Afni ke kamar dulu. (beranjak ke kamar)
Esok harinya di sekolah. Hari ini adalah hari pengumpulan sebuah tugas yang sangat sulit. Afni
cukup percaya diri kepada nilainya karena dia sudah mengerjakan tugasnya sebaik mungkin. Dia
berharap tidak mengecewakan orang tuanya lagi dengan nilai tugas ini.
Muzaki: Aku mau ngerjain pun gak ngerti maksudnya apa To. Mana kita udah tenggat sebulan,
kena marah pak Cholil lah kita ini!
Warsito: (menunjuk ke Afni yg sedang duduk) Eh, aman kitaa Zaki.
Afni pun mengambil bukunya Kembali dengan sedih, dan Kembali ke kursinya. Sekarang karena
jawabannya sudah tersebar, mendapat nilai yang bagus pun tidak ada gunanya.
Afni: (menangis)
Anugrah: (baru datang dari luar) Eh, Afni kenapa kamu nangis?
Afni: Ga ada...
Anugrah: Pasti kelakuannya Warsito sama Muzaki ini. Aku laporin aja ke pak Cholil ya.
Afni hanya terdiam. Tiba-tiba, seluruh gang pembuli datang ke Afni dan mengelilinginya.
Seluruh geng pembuli mendorong-dorong Afni ke tembok dan memaki-makinya. Afni yang
masih belum sepenuhnya sembuh, mulai batuk-batuk tapi para pembuli tidak kunjung berhenti.
Anugrah: (datang sama guru) Itu tuh pak! Afni lagi dikeroyok.
Guru: Heh, Udah-udah kalian berhenti! (melerai)
Geng pembuli dimarahi oleh pak Guru Cholil karena perbuatannya. Setelah keluar dari ruang
guru...
Dwi: Udah-udah, pada akhirnya kita semua juga kan yang salah... aku agak merasa bersalah
sama Afni.
Kholija: Sama...
Muzaki: yaudah, nanti kita jenguk Afni aja buat minta maaf ya.
[Latar: rumah sakit, Prop: alat2 dokter, tokoh: dokter, ayah, mama]
Di rumah sakit, Ayah dan mama menunggu dengan risau kondisi Afni.
Dokter: Maaf pak, Bu... Anak anda dalam kondisi kritis. Penyakitnya yang telah mereda jadi
kambuh lagi akibat stress berat dan kelelahan fisik.
Ayah: Astagfirullah... jadi bagaimana dok? Apa Afni masih bisa diselamatkan?
Dokter: kecil harapannya pak... tapi kami akan melakukan terapi terakhir, walaupun kemngkinan
selamatnya sangat kecil.
Pada akhirnya, nyawa Afni tak bisa terselamatkan. Penyakitnya sudah terlalu parah dan
memakan nyawanya.
Di sekolah, geng pembuli mendengar berita mengenai meninggalnya Afni. Mereka pun
termenung dengan lesu.
Warsito: Udah kamu pun sama aja Zaki. Kita semua salah di sini.
Anugrah: (tiba-tiba datang menghampiri geng pembuli) Kalian tahu, kan? Kalian baru aja
ngebunuh orang?
Anugrah: Udah-udah, yang penting kalian menyesal. Makanya jangan pernah membuli orang,
efeknya bisa parah.
Anugrah: Daripada termenung, mending kalian ikut program anti-bullying. Supaya yang kayak
gini ga akan terulang lagi.
(anugrah mengajak geng pembuli) Anugrah pun mengajak geng pembuli itu untuk beralih ke
jalan yang benar. Sejak saat itu, pembulian di sekolah itu menurun drastis karena adanya bantuan
dari Warsito dkk. Yang sudah bertobat.
~Tamat~