TUGibuat sebagai syarat untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah Pengolahan
Oleh :
Kelas A
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
2017
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Emas merupakan jenis dari logam mulia yang dimana logam mulia adalah logam
yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan dapat dijadikan perhiasan. Di Indonesia
sudah banyak perusahaan mineral yang mengolah bijih emas menjadi emas murni.
Untuk itu makalah ini dibuat agar dapat lebih memahami lagi tentang pengolahan bijih
emas.
Seperti yang kita ketahui didunia ini terdapat berbagai mineral-mineral yang
berharga yang memiliki nilai ekonomis, salah satunya adalah emas (Au). Emas adalah
unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol au (bahasa latin: 'aurum') dan
nomor atom 79. Sebuah logam transisi (trivalen dan univalen) yang lembek, mengkilap,
kuning, berat, "malleable", dan "ductile". Emas tidak bereaksi dengan zat kimia lainnya
tapi terserang oleh klorin, fluorin dan aqua regia. Logam ini banyak terdapat di nugget
emas atau serbuk di bebatuan dan di deposit alluvial dan salah satu logam coinage.
Kode isonya adalah xau. Emas melebur dalam bentuk cair pada suhu sekitar 1000
derajat celcius. Emas dipakai untuk membuat perhiasan, instrumen-instrumen saintifik,
lempengan elektrode, pelapis gigi dan emas lantakan.
Kebanyakan emas terdapat dalam urat-urat kuarsa yang terbentuk melalui proses
hidrotermal; dan sering bersama-sama pirit dan mineral-mineral sulfida yang lain,
telurid perak-emas, skhelit dan turmalin. Bila urat-urat mengandung emas melapuk,
maka emas-emas akan terpisah dan kemudian mengendap sebagai deposit alluvial, atau
terangkut oleh aliran air dan mengendap di suatu tempat sebagai deposit letakan (placer
deposit), bersama pasir, dan atau kerikil-kerakal. Karena hal inilah diperlukan adanya
beberapa cara untuk memisahkan emas dari mineral-mineral lain yang melekat
dengannya agar akhirnya emas memiliki nilai jual yang lebih tinggi.
Dalam makalah ini penulis akan membahas cara pengolahan bijih emas yang
dilakukan oleh PT Freeport Indonesia.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Emas
Emas merupakan mineral emas yang amat biasa ditemukan di alam. Mineral emas
yang menempati urutan kedua dalam keberadaannya di alam adalah electrum. Minerl-
mineral pembawa emas lainnya sangat jarang dan langka. Mineral-mineral pembawa
emas antara lain: Emas urai (Au), Elektrum (Au,Ag), kuproaurid Au,Cu), porpesit (Au,
Pd), rodit (Au, Rh), emas iridium (Au, Ir), platinum (Au, Pd), emas bismutan Au, Bi),
amlgam (Au2Hg3), maldonit (Au2Bi), aurikuprit (AuCu3), roskovit (Cu, Pd)3Au2,
kalaveit (AuTe2) krenerit (Au, Ag)Te2, monbrayit (Au, Sb)2Te3, petsit (Ag3AuTe2)
mutamanit (Ag, Au)Te, silvanit (Au, Ag)Te4, kostovit (AuCuTe4), nagyagit
(Pb5Au(Te,Sb)4S5-8), uyterbogardtit (Ag3AuSb2), aurostibnit (AuSb2), fisceserit
(Ag3AuSe3).
Emas pada dasarnya adalah logam emas walaupun biasanya mengandung perak
yang bervariasi sampai sebesar 18% dan kadang-kadang mengandung sedikit tembaga
atau besi. Oleh karena itu warna emas urai bervariasi dari kuning emas, kuning muda
sampai keperak-perakan sampai berwarna merah orange. Berat jenis emas urai
bervariasi dari 19,3 (emas murni) sampai 15,6 bergantung pada kandungan peraknya.
Bila berat jenisnya 17,6 maka kandungan peraknya sebesr 9% dan bila beat jenisnya
16,9 kandungan peraknya 13,2%. Sementara itu, elektrum adalah variasi emas yang
mengandung perak diatas 18%. Dengan kandungan perak yang lebih tinggi lagi maka
warna elektrum bevariasi dari kuning pucat sampai warna perak kekuningan.
Selanjutnya berat jenis elektrum bervariasi sekitar 15,5-12,5. Bila kandungan emas dan
perak berbanding 1:1 berarti kandungan peraknya sebesar 36%, dan bila
perbandingannya 21/2:1 berarti kandungan peraknya 18%.
Mineral induk emas berasosiasi dengan kebanyakan mineral yang biasa
membentuk batuan. Bila ada sulfida, yaitu mineral yang mengandung sulfur/belerang
(S), emas biasanya berasosiasi dengan sulfida. Pirit merupakan mineral induk yang
paling biasa untuk emas. Emas ditemukan dalam pirit sebagai emas urai dan elektrum
dalam berbagai bentuk dan ukuran yang bergantung pada kadar emas dalam bijih dan
karakteristik lainnya. Selain itu emas juga ditemukan dalam arsenopirit dan kalkopirit.
Mineral sulfida berpotensi juga menjadi mineral induk bagi emas.
Bila mineral sulfida tidak terdapat dalm batuan, maka emas berasosiasi dengan oksida
besi (magnetit dan oksida besi sekunder), silikat dan karbonat, material berkarbon serta
pasir dan krikil (endapan plaser). Berikut mineral induk emas berupa sulfida pirit
(FeS2), arsenopirit (FeAsS), kalkopirit (CuFeS2), kalkosit (Cu2S), kovelit (CuS), pirhoit
(FeS2), Glen (PbS), Sfalerit (ZnS), armonit (Sb2S3).
Dari sudut pandang pengolahan/metalurgi ada tiga variasi distribusi emas dalam
bijih. Pertama, emas didiostribusikan dalam retakan-retakan atau diberi batas antara
butiran-butiran mineral yang sama (misalnya retyakan dalam butiran mineral pirit atau
dibatasi antara dua butiran mineral (pirit). Kedua, emas didistribusikan sepanjang batas
diantara butiran-butiran dua mineral yang berbeda ( misalnya dibatas butiran pirit dan
arsenopirit atau dibatas antara butiran mineral kalkopirit dan butiran mineral silikat).
Dan yang ketiga emas terselubung dalam mineral induk (misal, emas terbungkus ketat
dalam mineral pirit). Potensi endapan emas terdapat di hampir setiap daerah di
Indonesia, seperti di Pulau Sumatera, Kepulauan Riau, Pulau Kalimantan, Pulau Jawa,
Pulau Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua.
Goresan : Kuning
Kilap : Metalik
Kekerasan : 2,5 – 3
Keterdapatan :
BAB 3
b) Peremukan Sekunder
Tahap ini merupakan tahap setelah peremukan primer, bijih emas direduksi
lagi hingga diameter ekuivalennya menjadi sekitar 15-35 mm. Umpan yang
dimasukkan kedalam unit berukuran dibawah 0,5 m. Tahap peremukan sekunder
menggunakan dua jenis crusher seperti cone crusher atau impact crusher. Pada
peremukan sekunder sirkuit unitnya adalah gabungan tertutup dan terbuka.
Cone Crusher Impact Crusher
c) Peremukan Tersier
Peremukan tersier merupakan peremukan material hingga ukuran 7-15 mm
dengan menggunakan dua atau lebih tipe crusher. Apabila menggunakan cone
crusher untuk peremukan sekunder dan tersier, maka menggunakan spesifikasi
cone head yang berbeda. Pada peremukan tersier sirkuit unitnya adalah gabungan
tertutup dan terbuka. Pada sirkuit tertutup, produk hasil peremukan ditampung di
pengayak. Sehingga, material yang ukurannya belum memasuki kualifikasi akan
dikembalikan ke proses sebelumnya.
Alat yang banyak digunakan dalam peremukan tersier adalah ball mill. Ball
mill alat penggilingan bijih emas yang telah dikecilkan dari batuan yang sangat
besar. Ballmill merupakan suatu penggiling. dengan bola-bola besi dengan ukuran
tertentu. Bijih emas yang diperoleh dimasukan kemudian digiling sampai halus
sehingga emas terlepas dari tanah.
Ball Mill
2. Screening
Screening merupakan proses pemisahan butiran dan serpihan emas yang
sudah mulai terliberasi dari sebagian besar proses kominusi. Bijih emas yang telah
digerus akan diayak. Proses pengayakan didasarkan pada perbedaan massa jenis.
Emas memiliki massa jenis lebih besar dari tanah sehingga pada proses
pengayakan emas berada dibagian bawah maka tanah berada dibagian atas dapat
dengan mudah dibuang.
BAB 4
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
1. Emas (Au) merupakan salah satu mineral yang memiliki nilai ekonomis tinggi,
dan biasanya emas ditemukan di urat-urat pyrit sehinggi harus dilakukan proses
pemisahan emas dari mineral lainnya.
2. PT Freeport Indonesia menerapkan dua teknik penambangan yaitu, open pit
atau tambang terbuka di Grasberg dan tambang bawah tanah di Deep Ore Zone
(DOZ).
3. Proses pengolahan bijih emas di PT Freeport Indonesia meliputi :
a. Crushing
b. Milling
c. Screening
d. Gravity concentration (Knelson)
e. Flotation
f. Dewatering
g. Market / Refinery
4.2 Saran
Dengan dibuatnya makalah ini, semoga mahasiswa lebih mendalami
lagi mengenai pengolahan bijih emas (Au) di PT Freeport Indonesia dan
semakin memahami apa itu emas. Terlebih lagi menambah wawasan
mahasiswa, terutama penulis mengenai bagaimana cara mengolah emas
agar menjadi mineral yang memiliki nilai ekonomis tinggi.