Anda di halaman 1dari 10

DANDELION

Nyx city terlalu ramai bahkan dising hari sekalipun. Diantha hanya duduk berteduh disamping halte bus
sembari memakan eskrim yang ia beli tadi. Sekitar satu bulan dari sekarang lebih tepat nyasebelum
memasuki musim panas. Ia sangat menantikan mmusim panas kali ini sebab? Ya kakak laki laki nya akan
menetap di Nyx city setelah pergi menempuh Pendidikan di luar kota. Tak lama ponselnya berdering , ia
cekatan merogoh saku dan mengangkat panggilan tersebut tanpa melihat nickname nya pun ia tahu itu
pasti Melvta , gadis berambut ikal teman dekat Diantha

“ya? Mengapa kau menelpon ku?” Tanya Diantha sembari membuang stik eskrim dengan sembarangan

“Tha kau segeralah dating ke Taman Kota!!! Kau akan memenemukan hal yang menakjubkan !!!” Seru
Melvta di telpon berbunyi nyaring sekali

“Ahh kau ini, aku sedang menuju rumahku Melvta, lagipula untuk apa aku kesana? Disiang hari seperti
ini?” Diantha beranjak saat melihat bus dari kejauhan

“Kau akan melewatkan pertunjuakan bunga Dandelion yang seputih salju Tha, cepatlah kemari aku tidak
yakin mereka akan bertahan lama” Nada bicara Melvta membuat penasaran

“Apa? Kau tidak bercanda kan ? Dandelion mekar sekarang ?” ia menaiki bus itu

“Untuk apa aku berbohong?”

“Baiklah aku akan segera menuju kesana- Pak ke Taman Kota ya” Sambungnya

“Ya ya ya suda kuduga kau akan datang . sudah ya ku matikan telponnya”

Sudah lama diantha tak melihat dandelion. Sebab ia lebih sering menghabiskan waktu berkutat dengan
buku-buku di perpustakaan. Tak sampai 15 menit bus berhenti di halte Taman Kota. Sepertinya kabar
dandelion mekar telah tersebar diseluruh kota. Nyatanya banyak para wisatawan berswafoto di
hamparan dandelion yang terlihat putih bak salju itu.

Setibanya di pemberhentian bus Diantha celingak celinguk mencari Melvta. Tak jauh dari halte terlihat
gadis seumuran Diantha melambaikan tangannya. Yang tak lain ialah Melvta

“Hey, kau terlalu cepat datang kemari Melv “ Sapa Diantha

“Tentu saja , aku ini calon informan” Lihat? Hidung nya memanjang saat ia mengatakan hal tersebut

“ Sudah sudah mari kita lihat dandelion itu, sebelum mereka layu dimalam hari “ Sambungnya

Mereka bersenang senang sembari berswafoto , tak lupa mengunggahnya di media social. Semakin sore
semakin banyak wisatawan berkunjung ke taman kota. Sebab hari semaki sore mereka berdua
memutuskan untuk pulang kerumah masing-masiing

“Diantha pulang bunda” ucapnya sembari melepas sepatu miliknya

“Eh? Tumben pulangnya sore. Apakah ada jadwal les sekarang?” Mikalia,ibu Diantha yang teerlihat
mengenakan celemek bisa ditebak dia habis dari dapur.

“Ah tidak bund, tadi bunga dandelion mekar aku dan Melvta melihatnya sebentar”

“Oh begitu ya , ah iya ada kabar dari kakak dan ayahmu. Mereka akan pulang Bersama suratnya ada
dikamarmu. Setelah mandi janngan lupa turun, kita makan Bersama ya” pungkas mikalia

“baik bunda” sahut diantha , ia teramat senang 2 jagoanny akn Kembali Bersama

Tanpa babibu Diantha menuju kamarnya, melihat sepucuk surat yang tergeletak diatas nakas dia
menyambarnya secepat kilat dan lekas membacanya, singkatnya Deranz kakak laki lakinya dan sang
ayah Karl akan pulang lebih cepat dari kabar yang lalu. Diantha berjingkrak riang sampai ibunya
memarahinya
Keesokan harinya dia terpaku melihat pengumuman disekolah. Tak hanya diantha seluruh murid juga
berkumpul di depan papan pengumuman DIBERITAKAN UNTUK SELURUH SISWA ! UJIAN AKAN
DILAKSANAKAN 2 MINGGU LAGI. DIMOHON KERJA SAMANYA DALAM MENGIKUTI UJIAN KALI INI!!!!

Para murid gaduh dengan pemikiran mereka sendiri banyak tidak terima dengan pengumuman
mendadak ini, namun banyak juga yang masa bodoh dengan pengumuman ujian ini bagi mereka belajar
ataupun tidak hasilnya sama saja. Pemikiran yang kolot, sebab inilah mereka tidak maju. Tidak percaya?
Lihat saja saat ujian besok mereka akan seperti cacing kepanasan mencari contekan kesana kemari .

‘ini terlalu mendadak, mana sempat mempelajari semua maple dalam 2 minggu? sudahlah lebih baik
aku belajar mandiri’

……..

“Lihatlah kau terlalu rajin” perkataanya setengah berbisik di telinga Diantha yang otomatis membuatnya
kaget

“Aishhh!!!! Eustas!“

“ Maaf maaf , kau tenggelam dalam bacaanmu ,jadiii aku iseng saja. Apakah kau tidak minus? “

“kau sendiri? Mengapa kemari ? lebih anehjika murid sepertimu berada diperpustakaan” sinis Diantha

“sshhh…. Aku sedang bermain petak umpet, btw kau sudah melihat artikel terbaru? Tentang dandelion
merah yang tidak akan layu saat malam hari dan bahkan pertumbuhannya sangat cepat bila terkena
angin” putus eustas

“hah? Lalu, bukankah dandelion memang penyebarannya cepat? Untuk masalah dandelion yang
bewarna merah dan tidak layu di malam hari mungkin itu karena gen langka ? aku tidak terlalu menyukai
IPA” komentar Diantha mensnggapi artikel yang dibacakan oleh eustas

“bukan itu ah sudah lah aku lrlah berbicara dengan mu” lalu eustas dengan santai meninggalkan diantha
sendirian
Satu minggu sebelum kepulangan sang kakak dan ayahnya

“Diantha jangan lepas maskermu ya nak. Ibu khawatir tentang penyakit ini” pesan ibu Diantha

“Tenanag saja bund, aku akan memakai masker selalu!” jawab Diantha meyakinkan ibunya

Ya dikota ini wabah aneh mulai menyebar, belum diketahui apa jenis virus maupun jenisnya. Dilihat
gejala yang dialami pasien pun cukup aneh jika dinalar dengan akal sehat. Kau tahu? Kulit mereka akan
dipenuhi guratan ungu seperti akar pada tumbuhan. Gejala awalnya hanya batuk biasa namun lama
kelamaan batuk disertai darah dan…. Petal bunga dandelion, bahkan sudah merenggut korban jiwa yang
bisa dibilang cukup tinggi angka kematiannya. Lebih anehnya tubuh korban akan ditumbuhi bunga.
Dalam waktu seminggu 3 kota besar termasuk Kota Nyx telah terdampak wabah ini. Pemerintah
menganjurkan untuk memakai masker. Selagi peneliti mencari obat untuk penyembuhan DANDELION
DISEASE atau PULCHRA MORSE

Bagi diantha dia hanya khawatir terhadap kakak dan ayahnya yang berada di luar kota. Lagipula
sebentar lagi dia akan melaksanakan ujian. Dia harus fokus untuk ujian kali ini. Bila dihitung hitung ujian
kali ini akan bentrokan dengan kedatangan sang 2 hero kesayangannya. Kondisi disekolah diantha saat
ini pun berbeda banyak murid yang terjangkit penyakit aneh yang disebut dengan DANDELION DISEASE
atau PULCHRA MORSE itu

“diantha! Kau datang lebih cepaat hari ini. Bagaimana persiapanmu untuk ujian besok?” sudah
dipastikan itu adalah Melvta.

“Ya, melv …. Kau tidak memakai masker?” tanya diantha saat melihat melvta dengan riangnya tanpa
memakai masker.

“ Hah? Masker? Ayolah itu tidak berbahaya. Tanpa kita memakai masker pun kita akan tetap sehat.”
Ujar melvta duduk disamping Diantha

“ ya terserah kau saja”


………

“untuk tugas kelompok tadi kau kerumahku saja Tha.” Ajak melvta

“Em boleh, aku akan memberi tahu ibuku lewat chat.”

Setelah memberi tahu ibunya diantha langsung melesat kerumah melvta. Tidak diduga setelah sampai di
rumah temannya itu, satu keluarga melvta tidak ada yg memakai masker. Aku jadi mengerti mengapa
melvta tidak memakai masker, sepertinya keluarga melvta tidak percaya dengan penyakit ini.

“lepas saja maskermu Tha, kita akan makan siang dahulu”

“em, baiklah. Terimakasih “ ia merasa tidak enak dengan ibu melvta yang telah menyiapkan makanan.
Sebenarnya diantha cukup was-was saat melepas maskernya.

……….

Setelah mengerjakan tugas kelompok dari rumah melvta, diantha nerasa tenggorokannya gatal entah
mengapa tiba tiba. Padahal tadi pagi ia baik baik saja,

‘ini hanya gejala batuk, aku akan meminta mungkin obat kepada ibu nanti’ batin diantha.

Sesampainya dirumah diantha segera meminta obat pada ibunya. Sempat khawatir tetapi kekhawatiran
itu langsung ditepis oleh diantha. Ia selalu mengatakan baik baik saja. Semoga saja dia begitu. Namun
pagi harinya badannya terasa lemas untuk membuka mata saja susah, apalagi untuk bangun. Alhasil dia
tidak berangkat sekolah. Hari berikutnya batuk diantha semakin parah, guratan ungu mulai muncul di
tangannya. Dia tidak mengatakan hal tersebut pada ibunya, ia selalu memakai lengan Panjang. Sampai
kakak dan ayahnya pulang diantha telah berbaring di rumah sakit.

“hey adik, hey… katanya kau akan memberi kakak kejutan? Apakah ini kejutan yang kau maksud? “ tanya
sang kakak disamping diantha.
“hallo putri ayah, apakah kau tidak bosan terpejam terus ?” sapa ayah diantha memegang tangan
diantha yang telah dipenuhi guratan ungu.

“Maaf mengganggu tetapi ada sesuatu yang harus saya sampaikan, putri anda akan diisolasi. Kita akan
membatasi kunjungan pihak keluarga maksimal 20 menit perhari.” Ujar dokter

Sudah 10 hari diantha diisolasi, satu ruangan diisi oleh dua pasien. Teman satu ruangannya ini
tampaknya sangat pendiam, tidak ada kunjungan,tidak ada yang menengok, hanya… sekali itu pun
sangat sebentar. Kau tidak salah Namanya Izakiel.

“hey, aku diantha. Siapa namamu?” tanya diantha, untuk berbicara pun rasanya susah.

“Kiel” hanya satu kata, diantha tahu susah rasanya untuk berbicara dikondisi seperti ini.

“oh, kelihatannya kau menempati ruangan ini lebih lama dariku”

“ ya asal kau tau, aku adalah pasien pertama di rumah sakit ini. Orang pertama yang terjangkit penyakit
dliuar nalar ini. Dan perlakuan gila dirumah sakit ini” ucap nya menghadap jendela yang tertutup
puluhan ribu petal dandelion berterbangan.

“ha? Maksudmu? Jangan membuatku bingung dengan kata katamu” jawab diantha

“kau akan segera tahu, cepat atau lambat kau akan menjadi bagian ‘5.000.000 orang’ yang akan di
korbankan, aku juga akan termasuk. Jangan kaget”

“weird” diantha berfikir penyakit ini akan membuat Sebagian saraf otak konslet seperti orang satu
kamarnya ini.

Saat malam tiba batuk diantha semakin parah, juga kiel tak kalah hebat. Dari ruangan lain pun
terdengaar suara batuk pasien lain yang bersahutan, tidak ada dokter yang berjaga ataupun member
pertolongan saat ini. Mungkin ini yang disebut perlakuan gila yang disebutkan oleh kiel.

“kiel, yang kau maksud 5 juta orang korban kemarin adalah… misi pemusnahan umat manusia? Yang
dilakukan 10 tahun sekali?.” Tanya diantha ragu ragu
“darimana kau tahu misi pemusnahan manusia? Dan… aku akan menjawab pertanyaanmu tadi, YA ini
perlakuan gila yang kumaksud,”

“sebetulnya… aku mendengar kakakku dan ayahku berbicara tentang pemusnahan umat manusia,
kupikir itu hanya candaan. Tetapi bisa jadi…. Aku tidak menyangka ini benar benar terjadi”

“aku pernah mendengar, penyakit ini seperti bom. Akan meledak jika kita menginginkannya.
Mengumpulkan semuanya dan menghabisinya disaat bersamaan.” Pandangan kiel seperti tidak ada
harapan

“kau tau? Kakakku seorang peneliti yang jenius”

……………..

“kita harus segera meneliti semua bagian dari bunga dandelion ini.” Ujar deranz, ya kakak diantha.

“baik professor,” ujar beberapa orang dengan pakaian putih dan masker yang lengkap

“halo ayah? Ya benar ternyata kecurigaan kita benar para ‘pemegang kendali’ adalah dalangnya.
Sekarang aku akan meneliti bagian bunga yang kemungkinan dimutasi oleh para brengsek itu. Ya
mungkin semacam vaksin.”

“professor, persiapan sudah siap “

“baik mari kita selamatkan nyawa orang, termasuk adikku.” Ucap deranz dengan eksprsi dingin

Sementara itu diantha yang tetap terbaring dan merasakan imun tubuhnya semakin menurun. Namun ia
tetap mengajak teman sekamarnya berbicara, walau terkadang mereka berkomunikasi menggunakan
tulisan. Seperti orang bisu. Sudah sebulan mereka menjai teman sekamar, bisa dilihat perkembangan
yang terjadi hanyalah dipenyakit mereka yang kian memburuk. Lebam di tubuh kiel sudah tak terhitung
jumlahnya. Dan guratan demi guratan menyebar ke selueh tubuh mereka berdua.
Sebulan itulah kakak diantha mati matian membuat vaksin untuk menyembuhkan wabah yang disebut
Dandelion Disease. Berkali kali gagal, namun dia tidak menyerah. Demi… demi adiknya. Dia terlalu sibuk
berkutat dengan penelitian yang yang buat, lupa makan,jam tidur berantakan, hanya demi sebuah hasil
yang dapat menghidupkan ah lebih tepatnya memperpanjang hidup seseorang. Setidaknya ¼ orang
dapat ia selamatkan. Karena hampir 4 juta orang sudah terjangkit wabah ini. Setidaknya deranz
berharap ia bisa menyembuhkan ¼ nya. Namun disaat ia sudah hampir berhasil salah satu alasannya
untuk membuat obat ini telah tiada.

Ya, diantha mati. Tidak ada yang mengetahui kapan tepatnya bahkan kiel teman sekamrnya tidak
mengetahui bila diantha telah tiada. Ia piker diantha hanya tidur, sebab salah satu gejala penyakit ini
lebih sering tidur. Pemakaman diantha hanya dihadiri keluarga terdekat saja. Ibu dan ayahnya Nampak
tak terkejut mereka sudah memperkirakan hal ini terjadi cepat atau lambat.

“maaf ibu, ayah.. aku tidak dapat menyelamatkan diantha. Ini salahku tidak segera membuat vaksin
lebih cepat. “ ucap deranz dengan mata pandanya.

“ tidak. Ini memang takdir tuhan deranz. Jangan pernah menyalajkan dirimu atas kematian orang lain.”
Hibur karl walau hatinya hancur melihat anak keduanya terbaring di tanah.

“aku akan menyempurnakan vaksin yang ku buat. Agar tidak ada lagi korban seperti diantha”

………..

Satu tahun telah berlalu,

“Saya ucapkan selamat bagi warga Kota Nyx yang selamat dari wabah dandelion tahun lalu. Berkat
professor Deranz kita bisa terlepas dari keterpurukan satu tahun terakhir. Mari kita muali bangun kota
kita yang tercinta ini, kota nyx pasti bisa bangkit dan jaya Kembali!!!!!.” Sambutan wali kota diberi
tepukan meriah oleh warga kota nyx.

Mata Hazel itu berkilat mengingat kilasan masa lalu. Tentang gadis yang masuk ke dalam ‘area terlarang’
dalam hidupnya.

“Ku yakin kau tersenyum disana. Jujur aku merindukanmu diantha”

TAMAT

KARYA: RINDA ARISTA

INSTGRAM: RIN_RIN_137

Anda mungkin juga menyukai