Berikut adalah salah satu contoh naskah drama tentang kesehatan yang bisa anda jadikan
referensi. Tema kesehatan memang pantas untuk selalu diangkat, mengingat banyak orang yang
melepaskan dunia dengan mengalami sakit parah. Hal ini tentu memberikan kita perhatian, sebab
dampak ditinggalkan orang terkasih melalui serangan penyakit. Tentunya memiliki nilai trauma
tersendiri bagi orang terdekat yang ditinggalkan.
Fensa:”Halo.. Assalamu’alaikum..”
Noftavia:”Wa’alaikumsalam.. Dek, bisa pulang ke rumah sekarang?”
Fensa:”Ada apa mbak?”
Noftavia:”Pulang bisa pagi ini juga?”
Fensa:”Ada apa dulu, aku harus berangkat kerja. Kalau alasan tidak masuk tidak jelas bisa
dikeluarkan!”
Noftavia:”Ibu dek, ibu masuik rumah sakit. Diabetesnya ternyata belum sembuh total. Pulang
dulu, tengok ibu. Siapa tahu keadaanya bisa lebih baik.”
Seketika tumpah air mata Fensa medengar sang ibu, yang merupakan pecutnya bekerja dengan
giat. Kini terbaring di rumah sakit, ketakutan itu seketika muncul. Namun fensa berusaha
menepis dengan kuat.
Telepon ditutup segera, Fensa langsung menymbar tas punggungnya ia masukkan sepasang baju
yang mudah diraih. Membawa barang seperlunya, dan bergegas menuju ke halte bus terdekat.
Sepanjang perjalanan, air mata tak bis adibendung seperti air bah banjir Jakarta yang turun dari
wilayah Bogor. Fensa sudah tidak peduli dengan sekeliling yang terus mengamati, sebab dalam
benaknya hanya ada ibu, ibu, dan ibu. Tidak ada yang lain lagi.
Setelah tiga jam perjalanan yang melelahkan dan panjang, akhirnya Fensa sampai di rumah sakit
di kabupaten kota kelahirannya. Ia bergegas memencet nomor kakaknya, Noftavia menanyakan
ruang rawat sang ibu.
Noftavia:”Di ruang manggis, kamar no 4 ya dek. Disini ada dokter yang masih memeriksa ibu..”
Fensa:”Iya kak..”
Sampailah Fensa di kamar sang ibu, di samping ranjang ada dokter dan perawat serta kakanya
tersayang. Sementara di ranjang pesakitan, kini terbaring tubuh malaikat penyemangatnya
selama ini. Kaget Fensa melihat keadaan ibunya, namun sang ibu bukannya terlihat sakit tak
berdaya. Justrus eulas senyum tersungging penuh ikhlas dan penawar rasa khawatir.
Terkejut sudah pasti, namun tetap saja hanya bisa tabah dan berusaha menjalani cobaan ini
dengan selalu berhusnuzdon pada-Nya. Sang dokter meninggalkan ruangan, beserta
perawatanya.
Noftavia:”Tadinya ingin rawat jalan saja agar lebih hemat, tapi dokter tidak mengijinkan.
Kondisi ibu tidak stabil dek, obat infus ini mahalnya luar biasa. Ibu juga tidak mau makan nasi,
hanya mau makan buah. Itupun tidak seberapa jumlahnya.”
Tangisan kini berderai makin deras, Fensa tidak kuasa untuk tidak menahannya. Merasa bersalah,
membiarkan ibunya memperburuk kesehatan yang sudah kurang baik sedari dulu oleh diabetes.
Sang ibu memang gemar minum minuman yang manis, apalagi jika minum minuman instan yang
praktis cara membuatnya. Namun nasi sudah menjadi bubur, berharap ibunya bisa bertahan dan
melalui ini semua adalah jalan yang terbaik.
Fensa:”Soal biaya nanti dipikirkan, sekarang biar ibu sehat dulu.”
Noftavia:”Iya dek, tapi mau dapat uang darimana? Seharusnya kita ikutkan ibu asuransi
kesehatan agar tidak tunggang langgang begini.”
Fensa:”Sudah kak, jangan disesali. Kalau sudah rezeki tidak akan kemana, toh ini ibu kita, ibu
yang baik. Dan selalu beramal dengan sesamanya. Pasti kita diberikan jalan.
Noftavia:”Semoga saja”
Siang ini kedua saudara saling menguatkan satu sama lain, saling berjanji saat ibu sudah sehat
mereka akan memperhatikan hal remeh sekalipun. Tanpa terkecuali perihal minuman yang
dianggap sepele.
Pertanyaan ini hanya dijawab dengan gelengan, Fensa semakin sedih. Wajah dan sekujur tubuh
ibunya terlihat penuh keriput. Karen akulit yang tadinya menggembung karena penumpukan
cairan kini tepah kempis dan meinggalkan bekas. Bekas yang sangat menyakitkan,
mencerminkan penderitaan ibunya yang tidak perbah diungkapkan kepada kedua putrinya.
Setelah seminggu di rumah sakit, akhirnya sang ibu boleh pulang. Namun setelah melakukan
permohonan dengan sangat kepada tim dokter. Sebab keterbatasan biaya, yang membuat
merawat di rumah sakit menjadi amat sangat berat. Keputusan yang diambil sudah bulat, ibu
akan dirawat di rumah oleh Noftavia. Sebab fensa harus ebkerja untuk mencari biaya berobat
sang ibu setiap bulannya. Semakin hari keadaan ibu memang semakin membaik, meskipun sejak
keluar dari rumah sakit. Sang ibu suda tidak pernah lagi berpijak di tanah dengan kedua kakinya.
Kesehatan itu mahal harganya, sakit berat seharusnya tetap dijaga asupan konsumsi hariannya.