Aku adalah pelajar di sebuah desa yang tak jauh dari ibu kota. Keseharianku terisi oleh membaca buku,
belajar, dan tentu saja membantu orang tua, khususnya ibuku. Beberapa kali aku berjualan untuk
mengumpulkan rupiah demi ibuku yang sedang sakit karena tidak ada orang selain aku yang bisa
membantu beliau saat ini. Bapakku pergi merantau ke ibukota dengan janji pulang membawa uang yang
sangat banyak, namun bagiku hal itu hanyalah omong kosong. Nyatanya 6 tahun berlalu bapakku juga tak
kunjung datang.
Hari demi hari aku dan ibuku lewati dengan upaya yang sangat berat. Hidup disebuah desa yang cukup
terpencil membuatku sulit mendapatkan informasi keadaan kota besar kecuali melalui koran.
Sedikit cerita, hari ini aku berada di rumah sakit kecil yang terletak di pojok desa, Rumah Sakit Umum
Antariksa, notabenenya menjadi pusat kesehatan dari masyarakat disini sebagai tempat ibuku berobat.
Ibuku mengidap penyakit tumor kelenjar getah bening stadium 2. Sudah jelas, beliau harus segera di
operasi. Tetapi, dengan kondisi kami yang seperti ini tentu saja sulit untuk mengambil keputusan itu. Ya,
kendalanya adalah di biaya.
“Nak, kalau tidak segera di operasi, stadiumnya akan semakin naik tingkat, dan itu bukan hal yang bagus”
kata dokter Jendra, selalu kuingat namanya karena beliau sangat baik kepada aku dan ibu.
“Iya dok, akan saya usahakan untuk biaya agar ibu bisa segera di operasi” jawabku dengan mantap.
cklek!
ku tutup pintu ruangan ibu, duduk di kursi lorong rumah sakit untuk merenung adalah hal yang paling ku
butuhkan saat ini.
“huft..” aku menghela nafas, dalam waktu yang cukup singkat aku harus mendapatkan uang untuk
menutupi kekurangan biaya operasi ibu.
Artinya: "Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari itu) secara langsung, lalu Kami jadikan mereka
perawan-perawan, yang penuh cinta (dan) sebaya umurnya, untuk golongan kanan,"
“Saya tidak bisa berkata apa-apa lagi, saya begitu kagum, Masyaallah..”
“Nak.. izinkan saya membantu biaya operasi ibumu ya?”
“maaf pak sebelumnya, bukan saya menolak, namun saya rasa saya masih bisa membantu ibu saya dengan
usaha saya sendiri” ujarku dengan sedikit memikirkan kondisi ibuku
“Begini.. kamu tidak usah sungkan, dari awal kamu melantunkan ayat al waqiah.. saya sudah sangat kagum,
hati saya adem.. tenang.., bagaimana kalau kamu menjadi guru ngaji di pondok saya? anggap saja.. bantuan
untuk ibumu ini adalah gaji di depan.. bagaimana?” tawaran bapak itu kepadaku yang menandakan beliau
ingin membantuku secara ikhlas
“Bapak terima kasih banyak bapak, karena bapak, ibu saya bisa segera di operasi, semoga Allah membalas
jasa-jasa bapak kelak di akhirat nanti” ucapku bahagia
Setelah hal tersebut aku berpikir bahwa tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, Allah tidak akan memberi
kita cobaan yang melebihi kemampuan kita, kembali ke kita, menjalani masalah tersebut dengan selalu ingat
kepada Allah atau malah sebaliknya.