Anda di halaman 1dari 6

Tugas Cerpen

Nama : Lalu irfan kurniawan

Kelas : IX. 11

Absen : 17

Menuju Dewasa
Oleh Lalu Irfan Kurniawan

Kriing kriing kriing......

Suara alarm pagiku berbunyi tandaya sudah waktunyasekolah.beranjak


dari ranjang,aku menjalankan runtinitasbiasa sebelum sekoalah,seperti
mandi,sikat gigi menyiapkan tas dan lain ain.namaku ali,umurku 15 tahun
tepatnya kelas 3 smp.berangkat sekolah,tidak lupa aku mencium kedua tangan
orang tua ku.

Hari ini hari senin,haah hari yang paling di benciseluruh siswa karna
harus datang capat dan upacara.sampai di sekolah terlihat tawa para siswa
yang bercanda bersama teman temennya,menceritakan akhir pekan mereka
masing masing ,dan yang berlibur bersama keluarga,atau yang hanya diam di
rumah.sampai di kelas,sudah terlihatteman teman sedang bersiap siap untuk
mengikuti upacara.

“ astaga omaigaaat,aku lupa bawa topiii” terik sinta,salah satu temenku


yang sedikit rempong

“mampuslu,nanti di surruh ke depan sama pak asep”kompor andra yang


hobinya yang menjhili teman teman kelas.

Aku dan yang lain hanya ikut tertawa melihat ke hebohan mereka
berdu.pagi yang cukup terang, mungkin.

Semua siswa bergerombolan menuju lapangan untuk mengikuti


bendera.upacara berjalan seperti biasa,sampai bagian amanat pembina
upacara.
“....ada satu hal lagi yang akan bapak umumka . di negara china lebih
tepapnya kota wuhan sudah di temukan virus mematikan yaitu virus
corona.viru corona ini adalah virus yang menyerang sistem
pernafasan.sebagian besar orag yang terluka COVID 19 akan mengalami gejala
ringan dan sedang,dan akan pulih tanpa penanganan khusus.namun,sebagian
orang yang akan mengalami sakit parahdan meerlukan bantuan medis.”

Bisik bisik terdengar dari para siswa,ada yang percaya dan panik,ada juga
yang meremehkan.aku sendiri bingung akan percaya atau tidak,yang penting
berharap semua akan baik baik saja.

Setelah pak kepala sekolah menjelaskan panjang lebar mengenai virus


Corona itu. Kita semua dikembalikan ke kelas masing-masing. Para wai kelas
masuk kekelas beinaan mereka masing-masing untuk menjelaskan uang situasi
situasi yang cukup genting ini. Menjelaskan apa yang harus kita lakukan,seperti
menjaga jarak,memakai masker,mencuci tangan, dan lain-lain.

Sepulang sekolah,televisi penuh dengan berita vius,apa lagi dngan


adanya pasien pertama yang di temukan di Indonesia. Warga mulai panik fan
takut. Pemerintah berusaha untuk menenangkan warga agar tidak panik.

Seminggu kemudian,sekolah diliburan,kita mulai belajar dari


rumah,semua siswa senang,kapan lagi kita akan libur dua minggu seperti ini.

Seiring berjalannya waktu,sekolah dilakukan dari rumah atau daring


sampai waktu yang tidak di tentukan,pemerintah mulai membuat kebijakan
PPKM( pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakan di Indonesia).

Aku mulai jenuh di rumah,semua kegiatan yang bisa di lakukan sangat


membosankan. Aku mulai nekat keluar dan nongkrong bersama teman-teman.
Mama Papa sudah melarang,tapi yang namanya jiwa anak muda susah
dikendalikan. Sekali mencoba keluar rumah,menjadi dua kali,tiga kali,dan
akhirnya menjadi kebiasaa. Aku sudah tidak percaya akan adanya virus corona.
Buktinya sampai sekarang aku belum terinfeksi.

Aku memang salah,naif,dan egois.


Pada akhrnya,aku yag tidak percaya dengan virus corona ini,terinfeksi.
Awalnya aku tidak mau bercerita kepada orang tuaku,aku selalu mengurung
diri di kamar,tidak lagi keluar nongkrong bersama teman-teman.

Pada suatu malam kepalaku pusing parah,nafasku berat,aku tidak bisa


mencium bau apapun, badanku lemas tdak bisa bergerak. Aku
membatin,membayangkan bahwa ini adalah malam terakhiru di dunia.

Aku pingsan.

Saat membuka mata,aku berada di sebuah bangsal rumah sakit,di


kelilingi gorden pelastik.

Haah ternyata aku masih hidup. Perawat datang dengan APD,baju aneh
seperti astronot,terlihat seperti terbuat dari plastik. Perawat memberitahu
bahwa aku terinferksi virus corona sejak 1 bulan lalu. Isi kepalaku kosong,tidak
tau harus berkata apa.

Menyesal, hanya itu yang bisa mendefiniskan perasaanku saat ini.


Perawat bertanya tentang riwayatku selama satu bulan ini,aku bertemu
siapa,berinteraksi dengan siapa. Aku menjawab dengan jujur. Aku berharap ini
semua hanya mimpi,tapi tidak ini kenyataanya,aku terbaring di ranjang rumah
sakit dengan di kelilingi alat medis yang satupun aku tidak tahu fungsinya.

Mama Papa,di tengah lamunanku,aku beru teringat dengan orang


tuaku,memang aku adalah anak yang durghaka. Aku mencari
handphoneku,tapi tidak dapat aku temukan. Aku mulai panik,dengan kondisi
ini hal hal kecil bisa membuatku panik besar. Aku bertriak memanggil perawat.

Perawat menghampiriku. Aku bertanya mengenai handphone dan orang


tuaku.
Aku tidak tau harus berkata apa lagi,perasaanku kali ini melebihi kata
menyesal. Tidak ada kata kata lagi yang bisa mewakili perasaanku. Mataku
mulai buram,air mataku keluar. Di usia ini aku harus menerima cobaan sebesar
ini. Ya Tuhan,sebesar itukan dosaku sampai harus di hukum seperti ini.

"Mohon maaf baru memberitahu kamu dek. Orang tuamu juga


terinfeksi,dan ayahmu pergi meninggalkan kalian terlebih dahulu. Maaf
sekali,kami sudah berusaba semaksimal mungkin. " jelas perawat saat itu.

"Papaaaaa,,,,maafkan aku,,hiks hiks:("

Tangisku pecah,mataku tidak berhenti mengeluarkan air mata.

"Mungkin karena faktor usia,ayahmu tidak bisa melawan penyakit ini"


sambung perawat tersebut

Tidak ada yang bisa aku lakukan selain menangis,badaku sakit,kepalaku


pusing,nafasku berat. Tidak ada yang bisa aku lakukan selain menangis. Lebih
lagi papa harus di makamkan dengan protokol yang membuatku menangis
tanpa henti.

Mataku berat. Aku pingsan lagi,lemah sekali bukan.

Dua minggu di rawat,aku tidak pernah bertemu mama,kondisiku tidak


ada tanda tanda membaik,malah semakin parah,kata perawat itu semua
karena beban pikiranku. Melihat berita di televisi yang menjelaskan bahwa
pasien virus corona semakin banyak,membuat aku semakin tertekan. Siapa
yang menduga situasi seperti ini,rasanya baru kemarin aku tertawa ria
bersama teman temanku.
Karena semakin banyak pasies,ruanganku di isi oleh tiga orang. Satu
anak muda sepertiku,mungkin sudah SMA,dan anak kecil yang berusia kurang
lebih 4 tahun. Miris melihatnya,anak sekecil itu sudah menerima beban
seberat ini. Aku selalu mengeluh dan berdoa agar semua ini berlalu dengan
cepat. Dengan adanya teman seruangan,aku jadi tidak kesepian. Kami berbagi
cerita,bagaimana kehidupan kami sebelum ini terjadi,bagaiman kami bisa
berakhir di sini,cukup untuk meringankan beban pikiranku.

Tuhan mungkin tidak ingin aku tenang,dosaku terlalu besar untuk hidup
tenang. Perawat datang membawa kabar duka,lagi. Melihat ekspresi
perawat,perasaanku tidak enak.

Benar saja,mamaku....

Aku di tinggal lagi.

Saat itu kondisiku yang mulai membaik tiba tiba menurun drastis.
Bagaimana tidak,sekarang aku sudah menjadi anak yatim piatu. Kurang dari
setengah tahun,tuhan sudah merebut kedua orang tuaku sekaligus. Selama di
sini,aku tidak pernah bertemu dengan mama,hanya btertukar kabar lewat
handphone. Terlintas dipikiranku kenapa tidak aku saja yang meninggal,kenapa
harus mereka. Sekarang aku harus hidup dengan siapa,aku harus mwngeluh
tentang sekolah kepada siapa,aku harus bermanja manja kepada siapa lagi.

Aku menangis tanpa henti,kalau di bilang cemen,semua orang yang akan


di posisiku juga akan seperti ini. Tidak ada usaha yang bisa di lakukan,hanya
menangis,dan menangis. Teman seruanganku berusaha menenangkanku. Kami
berjanji kalau keluar dari sini,kami akan tetap berteman.
Sudah tiga bulan aku di sini,akhirnya sembuh. Teman seruanganku juga
akan pulang besok sore. Aku akhirnya tersadar dan mulai berusaha bersikap
dewasa,berusaha menerima kenyataan yang berat ini.

"Haaah ternyata ini bukan mimpi" gumamku begitu sampai di rumah.


Rumah terasa sangat sunyi,kosong,gelap. Aku masuk kekamar dan menangis
lagi. Kenangan bersama mama papa menyelimuti kepalaku,suara mereka basih
terbayang bayang.

Di usiaku yang sekarang,aku dipaksa utuk menjadi dewasa,di tinggal


kedua orang tua sekaligus. Tidak ada waktu lagi untuk merengek,aku harus
beranjak memulai lembaran baru hidupku. Walaupun aku tinggal dengan
nenek,tetap saja,tidak ada yang senyaman tinggal bersama orang tua.

Dengan ini aku belajar banyak hal dari yang Tuhan berikan kepadaku,aku
tidak lagi bertingkat seperti anak-anak yang banyak memberontak,karena
kejadain ini aku menjadi kepribadan yang lebih baik dari sebelumnya,Terima
kasih Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai