Anda di halaman 1dari 15

KL – 4099 Tugas Akhir

Desain Pengamananan Pantai Pulau Karakelang, Kabupaten Kepulauan Talaud,


Provinsi Sulawesi Utara

Bab 7

ALTERNATIF PENGAMANAN DAN


KAJIAN RESIKO

Koleksi Perpustakaan ITB-hanya digunakan untuk keperluan pendidikan dan penelitian-dilarang diperjualbelikan
Bab 7
ALTERNATIF PENGAMANAN DAN
KAJIAN RESIKO
Desain Pengamanan Pantai Pulau Karakelang Kabupaten Kepulauan Talaud, Provinsi Sulawesi Utara

7.1 Alternatif Pengamanan


Dalam menangani permasalahan Pantai Pulau Karakelang, diuraikan beberapa alternatif
pengamanan selain dengan menggunakan struktur keras (hard structure) di bawah ini.
Dari beberapa alternatif ini kemudian akan diuraikan sebab tidak digunakannya alternatif
pengamanan tersebut. Adapun alternatif pengamanannya antara lain:

1. Pengamanan dengan soft structure ( dengan buffer zone mangrove / coastal forest)

300 m - 1 km

Mangrove / Coastal Forest

Lumpur

Sill / Submerged Breakwater

Gambar 7.1 Ilustrasi penerapan metode pengamanan dengan soft structure.

Dalam penerapan alternatif pengamanan ini diperlukan upaya penanaman mangrove


(bakau) pada kawasan sepanjang 300 m - 1 km dari bibir pantai. Kelemahan perlindungan
dengan mangrove ini adalah dibutuhkan waktu yang sangat lama bagi tanaman mangrove
ini untuk tumbuh.
Di antara jenis-jenis pohon bakau yang ada, yang sering di jumpai di daerah tropis
seperti Indonesia adalah:
(1) “White mangrove” (Laguncularia racemosa)
(2) “Red mangrove” (Rhizopora Mangle)
(3) “Black mangrove” (Avicennia germinans)

KL – 4099 Tugas Akhir


Desain Pengamanan Pantai Pulau Karakelang, Kabupaten Kepulauan Talaud, Provinsi Sulawesi Utara 7-1

Koleksi Perpustakaan ITB-hanya digunakan untuk keperluan pendidikan dan penelitian-dilarang diperjualbelikan
Gambar 7.2 Jenis pohon bakau yang dijumpai di Indonesia

2. Do Nothing, relokasi

Relokasi

Erosi
Deposisi

Gambar 7.3 Ilustrasi penerapan metode relokasi.

Penerapan alternatif pengamanan ini akan menimbulkan permasalahan sosial dan akan
diperlukan lahan luas untuk relokasi penduduk.
3. Adaptasi

Adaptasi

Erosi
Deposisi
Pile

Gambar 7.4 lustrasi penerapan metode adaptasi.

KL – 4099 Tugas Akhir


Desain Pengamanan Pantai Pulau Karakelang, Kabupaten Kepulauan Talaud, Provinsi Sulawesi Utara 7-2

Koleksi Perpustakaan ITB-hanya digunakan untuk keperluan pendidikan dan penelitian-dilarang diperjualbelikan
Penerapan alternatif pengamanan ini memerlukan desain pondasi bangunan di pinggir
pantai berupa pondasi tiang (pile). Alternatif ini tidak meberikan solusi terhadap
perbaikan keadaan dan morfologi pantai padahal masyarakat sekitar sangat memerlukan
areal pantai untuk melakukan kegiatan sehari-hari.
4. Pengamanan hard structure, meliputi :
a) Pengamanan terhadap crosshore transport
1) Revetment
Revetment dapat dibangun sebagai bangunan pantai yang dibuat terutama
untuk mencegah longsor serta melindungi pergeseran garis pantai karena
erosi akibat arus dan gelombang air laut maupun akibat adanya beban
bangunan-bangunan lain yang berada di dekat garis pantai tersebut.
Umumnya revetment merupakan bangunan pantai konstruksi teringan
dibandingkan dengan jenis-jenis bangunan pantai yang lainnya.

Gambar 7.5 Contoh Revetment.

Ilustrasi Penggunaan Revetment

Tanpa bangunan pelindung, pantai akan tergerus

Crosshore Transport

Gambar 7.6 Kondisi pantai sebelum ada Revetment.

KL – 4099 Tugas Akhir


Desain Pengamanan Pantai Pulau Karakelang, Kabupaten Kepulauan Talaud, Provinsi Sulawesi Utara 7-3

Koleksi Perpustakaan ITB-hanya digunakan untuk keperluan pendidikan dan penelitian-dilarang diperjualbelikan
Crosshore Transport Dengan pembuatan revetment pada garis pantai ,
pantai tidak akan tergerus, tetapi tidak ada
penambahan lahan.

Gambar 7.7 Kondisi pantai setelah ada Revetment.

2) Seawall
Tembok laut biasanya dibangun untuk melindungi pantai atau tebing dari
hantaman gelombang laut, sehingga tidak terjadi erosi ataupun abrasi.
Tembok laut pada umumnya dipasang di garis pantai dengan struktur pondasi
sampai tanah keras. dan pada kondisi pantai yang curam.

Gambar 7.8 Contoh penggunaan Seawall (tembok laut).


Ilustrasi Penggunaan Seawall (Tembok Laut)

Tanpa bangunan pelindung, pantai akan tergerus

Crosshore Transport

Gambar 7.9 Kondisi pantai sebelum ada Seawall (tembok laut).

KL – 4099 Tugas Akhir


Desain Pengamanan Pantai Pulau Karakelang, Kabupaten Kepulauan Talaud, Provinsi Sulawesi Utara 7-4

Koleksi Perpustakaan ITB-hanya digunakan untuk keperluan pendidikan dan penelitian-dilarang diperjualbelikan
Crosshore Transport Dengan pembuatan seawall pada garis pantai ,
pantai tidak akan tergerus, tetapi tidak ada
penambahan lahan.

Gambar 7.10 Kondisi pantai setelah ada Seawall (tembok laut).

3) Offshore Breakwater
Menghadang gelombang di wilayah perairan sehingga terbentuk perairan
tenang di belakang Breakwater dan biasanya terbentuk tombolo. Agar tidak
mahal, harus terdapat daerah pantai yang cukup landai. Dalam hal ini armor
yang digunakan untuk filter layer adalah bisa berupa kubus beton atau geobag
sedangkan cover layer berupa tetrapod.

Gambar 7.11 Contoh penggunaan Offshore Breakwater.


Ilustrasi Penggunaan Offshore Breakwater

Gelombang
Tanpa bangunan pelindung, pantai akan tergerus

Longshore transport

Gambar 7.12 Kondisi pantai sebelum ada Offshore Breakwater.

KL – 4099 Tugas Akhir


Desain Pengamanan Pantai Pulau Karakelang, Kabupaten Kepulauan Talaud, Provinsi Sulawesi Utara 7-5

Koleksi Perpustakaan ITB-hanya digunakan untuk keperluan pendidikan dan penelitian-dilarang diperjualbelikan
Gelombang

Longshore transport menjadi kecil karena energi


gelombang lemah

(1). Dengan pembuatan offshore breakwater pantai tidak tergerus,


dan ada penambahan lahan karena terbentuknya tombolo

(2). Offshore breakwater dapat melindungi pantai dari serangan


gelombang tegak lurus maupun miring terhadap garis pantai

Gambar 7.13 Kondisi pantai setelah ada Offshore Breakwater.

b) Pengamanan terhadap longshore transport


1) Revetment
2) Seawall
3) Offshore Breakwater
4) Groin.
Groin atau sistem Groin dibangun untuk menstabilkan sebuah bentang pantai,
alami atau pantai yang diisi pasir terhadap erosi yang disebabkan terutama
oleh kehilangan sedimen netto searah pantai.
Groin hanya berfungsi jika transpor sedimen sejajar pantai (longshore
transport) dominan.
Groin merupakan struktur yang sempit, biasanya lurus dan tegak lurus
terhadap pantai awal. Pengaruh Groin tunggal adalah akresi sedimen pada sisi
hulu dan erosi pada sisi hilirnya; pengaruh keduanya mencapai jarak tertentu
dari struktur. Akibatnya, sebuah sistem Groin (satu seri Groin) menghasilkan
pantai berbentuk “gigi gergaji” di antara medan Groin dan perbedaan elevasi
pantai antara sisi hulu dan sisi hilir Groin.

KL – 4099 Tugas Akhir


Desain Pengamanan Pantai Pulau Karakelang, Kabupaten Kepulauan Talaud, Provinsi Sulawesi Utara 7-6

Koleksi Perpustakaan ITB-hanya digunakan untuk keperluan pendidikan dan penelitian-dilarang diperjualbelikan
Qnetto = Qright - Qleft
groin
Downdrift Updrift
Akresi

Garis pantai mula


-mula

Erosi

(a) Akresi Erosi di sekitar groin

Qnet Arah transpor dominan

(b) Seri groin dan bentuk pantai yang dihasilkan

Gambar 7.14 Contoh penggunaan Groin.


Ilustrasi Penggunaan Groin

Tanpa bangunan pelindung, pantai akan tergerus

Gelombang

Lokasi Gelombang Pecah / Breaker Line

Longshore Transport Dominan

Gambar 7.15 Kondisi pantai sebelum ada Groin.

Gelombang

Longshore Transport Dominan Lokasi Gelombang Pecah / Breaker Line

Akresi pada hulu groin Erosi pada hilir groin

Dengan pembuatan groin terjadi akresi pada sisi


hulu groin dan akresi pada sisi hilir groin

Gambar 7.16 Kondisi pantai setelah ada Groin.

KL – 4099 Tugas Akhir


Desain Pengamanan Pantai Pulau Karakelang, Kabupaten Kepulauan Talaud, Provinsi Sulawesi Utara 7-7

Koleksi Perpustakaan ITB-hanya digunakan untuk keperluan pendidikan dan penelitian-dilarang diperjualbelikan
Kerusakan Pantai Pulau Karakelang terutama diakibatkan oleh adanya crosshore
transport yang dominan sehingga alternatif struktur pengaman pantai yang diajukan
adalah Offshore Breakwater atau Revetment.

7.2 Penentuan Skala Prioritas


Dalam penentuan alternatif pengamanan terbaik untuk Pantai Pulau Karakelang,
Kabupaten Kepulauan Talaud, ditentukan beberapa hal yang harus dibandingkan dalam
skala prioritas sebagai berikut (Tabel 7.1).

KL – 4099 Tugas Akhir


Desain Pengamanan Pantai Pulau Karakelang, Kabupaten Kepulauan Talaud, Provinsi Sulawesi Utara 7-8

Koleksi Perpustakaan ITB-hanya digunakan untuk keperluan pendidikan dan penelitian-dilarang diperjualbelikan
Tabel 7.1 Perbandingan masing-masing alternatif.

No Jenis Struktur Keuntungan Kerugian


1. Lahan di depan
revetment akan lenyap
1. Biaya konstruksi murah
dan tidak punya lahan
lebih
1 Revetment
2. Konstruksi mudah 2. Tidak mengurangi
energi gelombang yang di
pantai
3. Metoda melalui darat
1. Lahan di depan seawall
akan lenyap dan tidak
punya lahan lebih
2. Tidak mengurangi
energi gelombang yang di
pantai
1. Mempertahankan garis 3. Pekerjaan hanya pada
2 Seawall
pantai saat pasang surut
4. Harga lebih mahal dari
revetment
5. Struktur harus kokoh
dan tinggi karena
menghadang gelombang
1. Buis beton lebih murah 1. Mutu pengerjaan isian
beton cyclop tidak terjaga
karena dicor di tempat
2. Integritas struktur tidak
teruji
Seawall Buis 3. Gelombang tidak
3
Beton terdisipasi karena struktur
2. Bahan mudah didapat masif, sehingga dalam
jangka waktu lama akan
rusak
4. Kemungkinan scour
lebih tinggi
1. Pekerjaan bisa melalui darat
atau laut
2. Ada tambahan lahan di
pantai karena proses
Offshore
4 terjadinya tombolo atau salient 1. Harga lebih mahal
Breakwater
3. Mematahkan energi
gelombang sebelum mencapai
pantai

KL – 4099 Tugas Akhir


Desain Pengamanan Pantai Pulau Karakelang, Kabupaten Kepulauan Talaud, Provinsi Sulawesi Utara 7-9

Koleksi Perpustakaan ITB-hanya digunakan untuk keperluan pendidikan dan penelitian-dilarang diperjualbelikan
Dilihat dari cara pekerjaannya, Revetment lebih mudah dalam proses pengerjaan dan
lebih cepat dibandingkan dengan Offshore Breakwater karena Revetment dapat
dikerjakan melalui darat, pekerjaan dapat dilakukan baik pada saat pasang maupun pada
saat surut, sehingga pengerjaan Revetment akan lebih cepat dibandingkan Offshore
Breakwater.
Sedangkan metoda pekerjaan Offshore Breakwater melalui darat dan laut, sehingga
pekerjaannya sangat dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Pada saat air laut pasang,
pekerjaan akan sedikit terganggu karena akan menghalangi alat-alat berat dalam
beroperasi.
Setelah dilakukan berbagai pertimbangan, akhirnya dipilih bangunan pelindung pantai
berupa Revetment untuk lokasi Sawang, Bantane, dan Alo Induk,
Selain lebih ekonomis dari segi pembiayaan, Revetment juga lebih mudah untuk dibangun
serta sama-sama dapat mempertahankan garis pantai dari bahaya abrasi/erosi,
gelombang terdisipasi diantara batuan/kubus, kualitas beton terjaga karena di cetak di
darat dan kemungkinan scour pada kaki struktur lebih kecil karena terdisipasi/terendam.
Namun demikian, ada kekurangan dari pembangunan Revetment ini, yaitu tidak akan
adanya lahan lebih di depan bangunan Revetment, artinya pantai yang terletak di depan
Revetment kemungkinan akan hilang karena terhempas gelombang yang datang karena
pada dasarnya bangunan Revetment tidak mengurangi/mengecilkan energi gelombang
yang datang menuju pantai.

7.3 Kajian Resiko Akibat Bahaya Kerusakan Pantai


Resiko adalah suatu besaran yang mengkuantifikasikan seberapa besar kemungkinan
dampak dari kerusakan pantai terhadap lingkungan sekitar. Penentuan prioritas
pengamanan/kebijakan dalam perencanaan anggaran konstruksi pengamanan pantai
dapat didasarkan pada kajian resiko ini. Suatu kajian resiko dapat ditampilkan dalam
bentuk peta GIS (Geographical Information System) dimana di dalam peta tersebut
didapat kontur resiko pada areal pantai atau suatu coastal cell yang ditinjau.
Besaran Resiko adalah:

R=BxV
Dimana R adalah Resiko; B = Bahaya; V = Vulnerability atau Kerentanan. Dalam halnya
peta GIS, dibuat berdasarkan overlay kontur kuantifikasi Bahaya (B) dan Vulnerability
(Kerentanan). Dimana rumusan V adalah:

V = PK/KK
Dimana PK = Potensi Kerusakan dan KK = Kapasitas Kesiapan
Potensi Kerusakan (PK) adalah suatu besaran yang menunjukkan suatu potential
kerusakan suatu daerah. Sebagai contoh apabila di daerah tersebut terdapat buffer zone
berupa hutan pantai/pepohonan, maka daerah tersebut mempunyai PK yang rendah
dibanding dengan lokasi tanpa buffer zone. Demikian juga PK suatu tempat umum yang
penting artinya yakni suatu pasar akan lebih besar daripada PK pemukiman/tempat
ibadah.
Contoh KK (Kapasitas Kesiapan) adalah dapat dikuantifikasikan dari Penghasilan per
tahun dari masyarakat, yakni masyarakat dengan penghasilan tinggi/tahun biasanya
mempunyai KK yang rendah dibanding masyarakat dengan penghasilan rendah per

KL – 4099 Tugas Akhir


Desain Pengamanan Pantai Pulau Karakelang, Kabupaten Kepulauan Talaud, Provinsi Sulawesi Utara 7-10

Koleksi Perpustakaan ITB-hanya digunakan untuk keperluan pendidikan dan penelitian-dilarang diperjualbelikan
tahunnya. Dapat pula dilihat dari norma masyarakat, dimana kapasitas kesiapan
masyarakat Aceh dalam menghadapi bencana lebih kecil daripada masyarakat Bantul
Jogja, dimana kalau di Aceh terjadi bencana maka waktu berkabung dan waktu untuk
rekonstruksi lama sekali (bulanan) sedangkan kalau terjadi bencana di Bantul Jogja,
maka masyarakat Jogja bisa langsung bergerak untuk bekerja kembali membangun
desanya dalam waktu singkat sehari/dua hari. Maka KK di daerah Bantul Jogja lebih tinggi
daripada KK di daerah Aceh.

7.4 Bahaya
Bahaya adalah suatu kondisi alam yang tak terhindarkan akan timbul pada suatu areal
pantai. Yang dapat dimasukkan ke dalam kategori hazard adalah:
1. Bahaya gelombang akibat badai
2. Kerusakan pantai akibat ketidakseimbangan pasokan sedimen di areal pantai
3. Tsunami
4. Angin
Dalam halnya kajian resiko di pesisir pantai Pulau Karakelang ini, maka yang akan
digunakan adalah langsung pada kerusakan pantai yang ada di lokasi. Akan dilakukan
Pen-skor-an bahaya seperti tertera di Tabel 7.2 berikut.

Tabel 7.2 Skor derajat kerusakan pantai


No Derajat Kerusakan Pantai Score
1 Parah 10
2 Medium 7.5
3 Ringan 5
4 Tidak Rusak 1

Pemberian keriteria serta pemberian skor derajat kerusakan yang dilakukan merupakan
hal yang sangat subjektif dan sangat tergantung pemahaman masing-masing pihak.
Namun dalam masalah yang terjadi di Pantai Pulau Karakelang ini, penulis memberikan
kriteria dan derajat pen-skoran seperti pada Tabel 7.3.

7.5 Vulnerability
Vulnerability atau tingkat kerentanan adalah tingkat kerapuhan dari individu, kelompok
atau komunitas masyarakat yang berada di wilayah yang akan diperkirakan terjadinya
bencana, sehingga Vulnerability assesment atau kajian kerentanan adalah determinasi
dari tingkat kerentanan masyarakat termasuk faktor fisik dan infrastruktur, sosial,
ekonomi, dan faktor lingkungan di sebuah komunitas di area bencana terhadap akibat dari
bencana itu sendiri. Kerentanan juga melingkupi kesiapan dan pemahaman masyarakat
terhadap potensi bencana yang akan terjadi.
PK (Potensi Kerusakan) yang ada di area pesisir Pantai Pulau Karakelang dapat
digolongkan menjadi beberapa hal seperti Tabel 7.3.

KL – 4099 Tugas Akhir


Desain Pengamanan Pantai Pulau Karakelang, Kabupaten Kepulauan Talaud, Provinsi Sulawesi Utara 7-11

Koleksi Perpustakaan ITB-hanya digunakan untuk keperluan pendidikan dan penelitian-dilarang diperjualbelikan
Tabel 7.3 Skor PK (= Potensi Kerusakan) di area pesisir Pantai Pulau Karakelang
No Item Keterangan Skor
1 Pemukiman Nelayan Padat 10
Medium 7.5
Jarang 5
Tidak ada 1
2 Tempat Bersejarah Ada 10
Tidak ada 1
3 Ada buffer zone (pepohonan) Lebat 1
Tidak Lebat 5
Tidak ada 10
4 Sudah ada struktur pengaman Sudah ada 1
pantai
Ada sebagian 5
Tidak ada 10

Penilaian terhadap bahaya dan kerentanan (V = PK/CC) akan digambarkan berdasar


legenda lokasi yang dituliskan pada peta citra satelit Google seperti di bawah ini:

10

6
5 0 7
3
8
9

2
1

Gambar 7.17 Legenda penomoran lokasi yang akan dikaji resiko kerusakannya

Resiko kerusakan disajikan pada Tabel 7.4.

KL – 4099 Tugas Akhir


Desain Pengamanan Pantai Pulau Karakelang, Kabupaten Kepulauan Talaud, Provinsi Sulawesi Utara 7-12

Koleksi Perpustakaan ITB-hanya digunakan untuk keperluan pendidikan dan penelitian-dilarang diperjualbelikan
Tabel 7.4 Perhitungan Resiko Kerusakan Pantai di Pesisir Pulau Karakelang (Sudah
Diurutkan)

kerjaan

KL – 4099 Tugas Akhir


Desain Pengamanan Pantai Pulau Karakelang, Kabupaten Kepulauan Talaud, Provinsi Sulawesi Utara 7-13

Koleksi Perpustakaan ITB-hanya digunakan untuk keperluan pendidikan dan penelitian-dilarang diperjualbelikan
Bab 7 .................................................................................................. 1
ALTERNATIF PENGAMANAN DAN .............................................................. 1
KAJIAN RESIKO ..................................................................................... 1
Desain Pengamanan Pantai Pulau Karakelang Kabupaten Kepulauan Talaud, Provinsi
Sulawesi Utara ....................................................................................... 1
7.1 Alternatif Pengamanan ............................................................... 1
7.2 Penentuan Skala Prioritas ............................................................ 8
7.3 Kajian Resiko Akibat Bahaya Kerusakan Pantai ............................. 10
7.4 Bahaya .................................................................................. 11
7.5 Vulnerability ........................................................................... 11

Gambar 7.1 Ilustrasi penerapan metode pengamanan dengan soft structure. .............. 1
Gambar 7.2 Jenis pohon bakau yang dijumpai di Indonesia .................................. 2
Gambar 7.3 Ilustrasi penerapan metode relokasi. .............................................. 2
Gambar 7.4 lustrasi penerapan metode adaptasi. .............................................. 2
Gambar 7.5 Contoh Revetment.................................................................... 3
Gambar 7.6 Kondisi pantai sebelum ada Revetment. .......................................... 3
Gambar 7.7 Kondisi pantai setelah ada Revetment............................................. 4
Gambar 7.8 Contoh penggunaan Seawall (tembok laut). ...................................... 4
Gambar 7.9 Kondisi pantai sebelum ada Seawall (tembok laut). ............................. 4
Gambar 7.10 Kondisi pantai setelah ada Seawall (tembok laut). ............................. 5
Gambar 7.11 Contoh penggunaan Offshore Breakwater....................................... 5
Gambar 7.12 Kondisi pantai sebelum ada Offshore Breakwater. ............................. 5
Gambar 7.13 Kondisi pantai setelah ada Offshore Breakwater. .............................. 6
Gambar 7.14 Contoh penggunaan Groin. ........................................................ 7
Gambar 7.15 Kondisi pantai sebelum ada Groin. ............................................... 7
Gambar 7.16 Kondisi pantai setelah ada Groin.................................................. 7
Gambar 7.17 Legenda penomoran lokasi yang akan dikaji resiko kerusakannya ........ 12

Tabel 7.1 Perbandingan masing-masing alternatif............................................... 9


Tabel 7.2 Skor derajat kerusakan pantai ....................................................... 11
Tabel 7.3 Skor PK (= Potensi Kerusakan) di area pesisir Pantai Pulau Karakelang...... 12
Tabel 7.4 Perhitungan Resiko Kerusakan Pantai di Pesisir Pulau Karakelang (Sudah
Diurutkan) ........................................................................................... 13

KL – 4099 Tugas Akhir


Desain Pengamanan Pantai Pulau Karakelang, Kabupaten Kepulauan Talaud, Provinsi Sulawesi Utara 7-14

Koleksi Perpustakaan ITB-hanya digunakan untuk keperluan pendidikan dan penelitian-dilarang diperjualbelikan

Anda mungkin juga menyukai