Bab 7
Koleksi Perpustakaan ITB-hanya digunakan untuk keperluan pendidikan dan penelitian-dilarang diperjualbelikan
Bab 7
ALTERNATIF PENGAMANAN DAN
KAJIAN RESIKO
Desain Pengamanan Pantai Pulau Karakelang Kabupaten Kepulauan Talaud, Provinsi Sulawesi Utara
1. Pengamanan dengan soft structure ( dengan buffer zone mangrove / coastal forest)
300 m - 1 km
Lumpur
Koleksi Perpustakaan ITB-hanya digunakan untuk keperluan pendidikan dan penelitian-dilarang diperjualbelikan
Gambar 7.2 Jenis pohon bakau yang dijumpai di Indonesia
2. Do Nothing, relokasi
Relokasi
Erosi
Deposisi
Penerapan alternatif pengamanan ini akan menimbulkan permasalahan sosial dan akan
diperlukan lahan luas untuk relokasi penduduk.
3. Adaptasi
Adaptasi
Erosi
Deposisi
Pile
Koleksi Perpustakaan ITB-hanya digunakan untuk keperluan pendidikan dan penelitian-dilarang diperjualbelikan
Penerapan alternatif pengamanan ini memerlukan desain pondasi bangunan di pinggir
pantai berupa pondasi tiang (pile). Alternatif ini tidak meberikan solusi terhadap
perbaikan keadaan dan morfologi pantai padahal masyarakat sekitar sangat memerlukan
areal pantai untuk melakukan kegiatan sehari-hari.
4. Pengamanan hard structure, meliputi :
a) Pengamanan terhadap crosshore transport
1) Revetment
Revetment dapat dibangun sebagai bangunan pantai yang dibuat terutama
untuk mencegah longsor serta melindungi pergeseran garis pantai karena
erosi akibat arus dan gelombang air laut maupun akibat adanya beban
bangunan-bangunan lain yang berada di dekat garis pantai tersebut.
Umumnya revetment merupakan bangunan pantai konstruksi teringan
dibandingkan dengan jenis-jenis bangunan pantai yang lainnya.
Crosshore Transport
Koleksi Perpustakaan ITB-hanya digunakan untuk keperluan pendidikan dan penelitian-dilarang diperjualbelikan
Crosshore Transport Dengan pembuatan revetment pada garis pantai ,
pantai tidak akan tergerus, tetapi tidak ada
penambahan lahan.
2) Seawall
Tembok laut biasanya dibangun untuk melindungi pantai atau tebing dari
hantaman gelombang laut, sehingga tidak terjadi erosi ataupun abrasi.
Tembok laut pada umumnya dipasang di garis pantai dengan struktur pondasi
sampai tanah keras. dan pada kondisi pantai yang curam.
Crosshore Transport
Koleksi Perpustakaan ITB-hanya digunakan untuk keperluan pendidikan dan penelitian-dilarang diperjualbelikan
Crosshore Transport Dengan pembuatan seawall pada garis pantai ,
pantai tidak akan tergerus, tetapi tidak ada
penambahan lahan.
3) Offshore Breakwater
Menghadang gelombang di wilayah perairan sehingga terbentuk perairan
tenang di belakang Breakwater dan biasanya terbentuk tombolo. Agar tidak
mahal, harus terdapat daerah pantai yang cukup landai. Dalam hal ini armor
yang digunakan untuk filter layer adalah bisa berupa kubus beton atau geobag
sedangkan cover layer berupa tetrapod.
Gelombang
Tanpa bangunan pelindung, pantai akan tergerus
Longshore transport
Koleksi Perpustakaan ITB-hanya digunakan untuk keperluan pendidikan dan penelitian-dilarang diperjualbelikan
Gelombang
Koleksi Perpustakaan ITB-hanya digunakan untuk keperluan pendidikan dan penelitian-dilarang diperjualbelikan
Qnetto = Qright - Qleft
groin
Downdrift Updrift
Akresi
Erosi
Gelombang
Gelombang
Koleksi Perpustakaan ITB-hanya digunakan untuk keperluan pendidikan dan penelitian-dilarang diperjualbelikan
Kerusakan Pantai Pulau Karakelang terutama diakibatkan oleh adanya crosshore
transport yang dominan sehingga alternatif struktur pengaman pantai yang diajukan
adalah Offshore Breakwater atau Revetment.
Koleksi Perpustakaan ITB-hanya digunakan untuk keperluan pendidikan dan penelitian-dilarang diperjualbelikan
Tabel 7.1 Perbandingan masing-masing alternatif.
Koleksi Perpustakaan ITB-hanya digunakan untuk keperluan pendidikan dan penelitian-dilarang diperjualbelikan
Dilihat dari cara pekerjaannya, Revetment lebih mudah dalam proses pengerjaan dan
lebih cepat dibandingkan dengan Offshore Breakwater karena Revetment dapat
dikerjakan melalui darat, pekerjaan dapat dilakukan baik pada saat pasang maupun pada
saat surut, sehingga pengerjaan Revetment akan lebih cepat dibandingkan Offshore
Breakwater.
Sedangkan metoda pekerjaan Offshore Breakwater melalui darat dan laut, sehingga
pekerjaannya sangat dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Pada saat air laut pasang,
pekerjaan akan sedikit terganggu karena akan menghalangi alat-alat berat dalam
beroperasi.
Setelah dilakukan berbagai pertimbangan, akhirnya dipilih bangunan pelindung pantai
berupa Revetment untuk lokasi Sawang, Bantane, dan Alo Induk,
Selain lebih ekonomis dari segi pembiayaan, Revetment juga lebih mudah untuk dibangun
serta sama-sama dapat mempertahankan garis pantai dari bahaya abrasi/erosi,
gelombang terdisipasi diantara batuan/kubus, kualitas beton terjaga karena di cetak di
darat dan kemungkinan scour pada kaki struktur lebih kecil karena terdisipasi/terendam.
Namun demikian, ada kekurangan dari pembangunan Revetment ini, yaitu tidak akan
adanya lahan lebih di depan bangunan Revetment, artinya pantai yang terletak di depan
Revetment kemungkinan akan hilang karena terhempas gelombang yang datang karena
pada dasarnya bangunan Revetment tidak mengurangi/mengecilkan energi gelombang
yang datang menuju pantai.
R=BxV
Dimana R adalah Resiko; B = Bahaya; V = Vulnerability atau Kerentanan. Dalam halnya
peta GIS, dibuat berdasarkan overlay kontur kuantifikasi Bahaya (B) dan Vulnerability
(Kerentanan). Dimana rumusan V adalah:
V = PK/KK
Dimana PK = Potensi Kerusakan dan KK = Kapasitas Kesiapan
Potensi Kerusakan (PK) adalah suatu besaran yang menunjukkan suatu potential
kerusakan suatu daerah. Sebagai contoh apabila di daerah tersebut terdapat buffer zone
berupa hutan pantai/pepohonan, maka daerah tersebut mempunyai PK yang rendah
dibanding dengan lokasi tanpa buffer zone. Demikian juga PK suatu tempat umum yang
penting artinya yakni suatu pasar akan lebih besar daripada PK pemukiman/tempat
ibadah.
Contoh KK (Kapasitas Kesiapan) adalah dapat dikuantifikasikan dari Penghasilan per
tahun dari masyarakat, yakni masyarakat dengan penghasilan tinggi/tahun biasanya
mempunyai KK yang rendah dibanding masyarakat dengan penghasilan rendah per
Koleksi Perpustakaan ITB-hanya digunakan untuk keperluan pendidikan dan penelitian-dilarang diperjualbelikan
tahunnya. Dapat pula dilihat dari norma masyarakat, dimana kapasitas kesiapan
masyarakat Aceh dalam menghadapi bencana lebih kecil daripada masyarakat Bantul
Jogja, dimana kalau di Aceh terjadi bencana maka waktu berkabung dan waktu untuk
rekonstruksi lama sekali (bulanan) sedangkan kalau terjadi bencana di Bantul Jogja,
maka masyarakat Jogja bisa langsung bergerak untuk bekerja kembali membangun
desanya dalam waktu singkat sehari/dua hari. Maka KK di daerah Bantul Jogja lebih tinggi
daripada KK di daerah Aceh.
7.4 Bahaya
Bahaya adalah suatu kondisi alam yang tak terhindarkan akan timbul pada suatu areal
pantai. Yang dapat dimasukkan ke dalam kategori hazard adalah:
1. Bahaya gelombang akibat badai
2. Kerusakan pantai akibat ketidakseimbangan pasokan sedimen di areal pantai
3. Tsunami
4. Angin
Dalam halnya kajian resiko di pesisir pantai Pulau Karakelang ini, maka yang akan
digunakan adalah langsung pada kerusakan pantai yang ada di lokasi. Akan dilakukan
Pen-skor-an bahaya seperti tertera di Tabel 7.2 berikut.
Pemberian keriteria serta pemberian skor derajat kerusakan yang dilakukan merupakan
hal yang sangat subjektif dan sangat tergantung pemahaman masing-masing pihak.
Namun dalam masalah yang terjadi di Pantai Pulau Karakelang ini, penulis memberikan
kriteria dan derajat pen-skoran seperti pada Tabel 7.3.
7.5 Vulnerability
Vulnerability atau tingkat kerentanan adalah tingkat kerapuhan dari individu, kelompok
atau komunitas masyarakat yang berada di wilayah yang akan diperkirakan terjadinya
bencana, sehingga Vulnerability assesment atau kajian kerentanan adalah determinasi
dari tingkat kerentanan masyarakat termasuk faktor fisik dan infrastruktur, sosial,
ekonomi, dan faktor lingkungan di sebuah komunitas di area bencana terhadap akibat dari
bencana itu sendiri. Kerentanan juga melingkupi kesiapan dan pemahaman masyarakat
terhadap potensi bencana yang akan terjadi.
PK (Potensi Kerusakan) yang ada di area pesisir Pantai Pulau Karakelang dapat
digolongkan menjadi beberapa hal seperti Tabel 7.3.
Koleksi Perpustakaan ITB-hanya digunakan untuk keperluan pendidikan dan penelitian-dilarang diperjualbelikan
Tabel 7.3 Skor PK (= Potensi Kerusakan) di area pesisir Pantai Pulau Karakelang
No Item Keterangan Skor
1 Pemukiman Nelayan Padat 10
Medium 7.5
Jarang 5
Tidak ada 1
2 Tempat Bersejarah Ada 10
Tidak ada 1
3 Ada buffer zone (pepohonan) Lebat 1
Tidak Lebat 5
Tidak ada 10
4 Sudah ada struktur pengaman Sudah ada 1
pantai
Ada sebagian 5
Tidak ada 10
10
6
5 0 7
3
8
9
2
1
Gambar 7.17 Legenda penomoran lokasi yang akan dikaji resiko kerusakannya
Koleksi Perpustakaan ITB-hanya digunakan untuk keperluan pendidikan dan penelitian-dilarang diperjualbelikan
Tabel 7.4 Perhitungan Resiko Kerusakan Pantai di Pesisir Pulau Karakelang (Sudah
Diurutkan)
kerjaan
Koleksi Perpustakaan ITB-hanya digunakan untuk keperluan pendidikan dan penelitian-dilarang diperjualbelikan
Bab 7 .................................................................................................. 1
ALTERNATIF PENGAMANAN DAN .............................................................. 1
KAJIAN RESIKO ..................................................................................... 1
Desain Pengamanan Pantai Pulau Karakelang Kabupaten Kepulauan Talaud, Provinsi
Sulawesi Utara ....................................................................................... 1
7.1 Alternatif Pengamanan ............................................................... 1
7.2 Penentuan Skala Prioritas ............................................................ 8
7.3 Kajian Resiko Akibat Bahaya Kerusakan Pantai ............................. 10
7.4 Bahaya .................................................................................. 11
7.5 Vulnerability ........................................................................... 11
Gambar 7.1 Ilustrasi penerapan metode pengamanan dengan soft structure. .............. 1
Gambar 7.2 Jenis pohon bakau yang dijumpai di Indonesia .................................. 2
Gambar 7.3 Ilustrasi penerapan metode relokasi. .............................................. 2
Gambar 7.4 lustrasi penerapan metode adaptasi. .............................................. 2
Gambar 7.5 Contoh Revetment.................................................................... 3
Gambar 7.6 Kondisi pantai sebelum ada Revetment. .......................................... 3
Gambar 7.7 Kondisi pantai setelah ada Revetment............................................. 4
Gambar 7.8 Contoh penggunaan Seawall (tembok laut). ...................................... 4
Gambar 7.9 Kondisi pantai sebelum ada Seawall (tembok laut). ............................. 4
Gambar 7.10 Kondisi pantai setelah ada Seawall (tembok laut). ............................. 5
Gambar 7.11 Contoh penggunaan Offshore Breakwater....................................... 5
Gambar 7.12 Kondisi pantai sebelum ada Offshore Breakwater. ............................. 5
Gambar 7.13 Kondisi pantai setelah ada Offshore Breakwater. .............................. 6
Gambar 7.14 Contoh penggunaan Groin. ........................................................ 7
Gambar 7.15 Kondisi pantai sebelum ada Groin. ............................................... 7
Gambar 7.16 Kondisi pantai setelah ada Groin.................................................. 7
Gambar 7.17 Legenda penomoran lokasi yang akan dikaji resiko kerusakannya ........ 12
Koleksi Perpustakaan ITB-hanya digunakan untuk keperluan pendidikan dan penelitian-dilarang diperjualbelikan