Anda di halaman 1dari 18

Mata Kuliah : KMB II (system perkemihan dan pencernaan)

Semester : IV
Dosen Pengajar : Ns.Peekie Rondonuwu.,S.Pd.,S.Kep.M.kes

ASKEP TENTANG CA KOLOREKTAL

Disusun oleh :
Kelompok 2
Aprillia Cahyani Wongkar
Thias Dian Suleman
Nur Azmi
Caterina Heatubun
Rini Jacob
Ferdinan mandagi
Dedi Wala

UNIVERSITAS SARIPUTRA INDONESIA TOMOHON

FAKULTAS KEPERAWATAN

2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada tuhan yang maha esa atas berkah dan rahmat-nya
penulis telah berhasil menyusun makalah tentang askep tentang ca kolorektal .Pada
penulisan makalah ini kami menggunakan bahasa sederhana dan mudah dimengerti sehingga
dapat dengan mudah dicerna dan di ambil intisari dari materi pembelajaran sesuai dengan
kebutuhan mahasiswa.

Makalah ini juga di harapkan dapat digunakan oleh mahasiswa keperawatan karena kami
telah berusaha melengkapi materi makalah sesuai dengan kebutuhan materi pembelajaran
yang di sempurnakan.

Demikian kami sangat mengharapkan kritik yang sifatnya membangun demi tercapai
suatu kesempurnaan .

Tomohon,Maret 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................................i


DAFTAR ISI ............................................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................................1
A. Latar Belakang .............................................................................................................................1
B. Tujuan ..........................................................................................................................................1
C. Manfaat ........................................................................................................................................1
BAB II KONSEP DASAR PENYAKIT ..................................................................................................2
A. Pengertian .................................................................................................................................2
B. Etiologi/Penyebab ....................................................................................................................2
C. Manifestasi Klinik/Tanda dan Gejala .......................................................................................5
D. Patofisiologi dan Pathway ........................................................................................................5
E. Pemeriksaan Penunjang............................................................................................................6
F. Penatalaksanaan Medik ............................................................................................................6
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ...................................................................................8
A. Pengkajian ....................................................................................................................................8
B. Diagnosa Keperawatan .................................................................................................................9
C. Perencanaan Keperawatan......................................................................................................... 10
D. Evaluasi ..................................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 15

ii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kolon ( termasuk rectum ) merupakan tempat keganasan tersering dari saluran cerna.
Kanker kolon menyerang individu dua kali lebih besar dibandingkan kanker rectal.
Kanker kolon merupakan penyebab ketiga dari semua kematian akibat kanker di Amerika
Serikat, baik pada pria maupun wanita ( Cancer Facts and Figures, 1991). Ini adalah
penyakit budaya barat.
Diperkirakan bahwa 150.000 kasus baru kanker kolorektal didiagnosis di negara ini
setiap tahunnya. Insidensnya meningkat sesuai dengan usia, kebanyakan pada pasien yang
berusia lebih dari 55 tahun. Kanker ini jarang ditemukan di bawah usia 40 tahun, kecuali
pada orang dengan riwayat kolitis ulseratif atau poliposis familial. Kedua kelamin
terserang sama seringnya, walaupun kanker kolon lebih sering pada wanita, sedangkan
lesi pada rectum lebih sering pada pria.
Distribusi tempat kanker pada bagian – bagian kolon adalah sebagai berikut:

 Asendens : 25 %
 Transversa : 10 %
 Desendens : 15 %
 Sigmoid : 20 %
 Rectum : 30 %
Namun pada tahun – tahun terakhir, diketemukan adanya pergeseran mencolok pada
distribusinya. Insidens kanker pada sigmoid & area rectal telah menurun, sedangkan
insidens pada kolon asendens dan desendens meningkat. Lebih dari 156.000 orang
terdiagnosa setiap tahunnya, kira – kira setengah dari jumlah tersebut meninggal setiap
tahunnya, meskipun sekitar tiga dari empat pasien dapat diselamatkan dengan diagnosis
dini dan tindakan segera. Angka kelangsungan hidup di bawah 5 tahun adalah 40 – 50 %,
terutama karena terlambat dalam diagnosis dan adanya metastase. Kebanyakan orang
asimptomatis dalam jangka waktu yang lama dan mencari bantuan kesehatan hanya bila
mereka menemukan perubahan pada kebiasaan defekasi atau perdarahan rectal. Pada
makalah ini penulis akan membahas mengenai asuhan keperawatan klien dengan
cakolorektal.

B. Tujuan
Tujuan umum
Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan pada penyakit kolorektal
Tujuan khusus
 Untuk mengetahui pengertian dari penyakit kanker kolorektal
 Untuk mengetahui etiologi penyakit kanker kolorektal
 Untuk mengaetahui manifestasi klinis penyakit kanker kolorektal
 Untuk mengetahui penatalaksanaan kanker kolorektal
 Untuk mengetahui pemeriksaan diagnosa penyakit kanker kolorektal
 Untuk mengetahui tentang konsep asuhan keperawatan penyakit kanker kolorektal

C. Manfaat
 Untuk menambah pengetahuan dan wawasan kelompok tentang penyakit kanker
kolorektal
 Untuk menambah pengetahuan dan wawasan pengetahuan bagi semua pembaca
tentang penyakit kanker kolorektal
1
BAB II KONSEP DASAR PENYAKIT

A. Pengertian
Sembilan puluh persen dari kanker kolon dan rektum (kolorektal) terdiri dari
adenorkarsinoma, sedangkan sisanya merupakan limfoma ekstranodal, leiomiosarnoma
dan liposarkoma. Dinegara maju adenokarsinoma kolorektal merupakan penyebab
kematian terbanyak setelah kanker paru pada laki-laki dan kanker payudara pada wanita.
Pengertian dari kanker kolon menurut Brooker adalah bentuk keganasan dari masa
abnormal/neoplasma yang muncul dari jaringan epithelial kolon dan rektal.
Tumbuhnya sel kanker yang ganas di dalam permukaan usus besar atau rektum
(Boyle & Langman)
Pertumbuhan sel yang bersifat ganas yang tumbuh pada kolon dan menginvasi
jaringan sekitarnya. (Tambayong)
Polip adenoma, femilial poliposis dan kolitis ulserosa dikenal sebagai kelompok resiko
besar karena kelainan ini sering mendahului pertumbuhan adenokarsinoma.
Penangulangan dini penyakit ini bermanfaat dalam upaya pencegahan pertumbuhan
adenokarsinoma kolorektal.

B. Etiologi/Penyebab
Saat ini, proses pemulaian kanker kolon hanya sedikit diketahui. Mungkin dasar etiologi
adalah virus, yang memberikan akibat onokogen pada saat ini, dan penelitian sebelumnya
yang memperlihatkan sitomegalovirus dalam jaringan kolon ganas. Kemungkinan lain
mencakup berbagai metabolit protein, yang mencakup agen amonia,fenol yang mudah
menguap atau triptofan,srta senyawa N-nitroso. Karsinogen bisa juga merupakan akibat
cara masak tertentu,terutama ikan dan daging goreng dan panggang. Tetapi, tak ada yang
telah ditentukan dengan baik dalam manusia sebagai karsinogen.Teori pertama
menghubungkan dengan serat diet dan yang kedua dengan lemak diet.
SERAT DIET
Burkitt mendukung hubungan kuat antara inseden kanker kolorektum yang rendah di
Afrika Selatan Bantu dengan diet tinggi kandungan serat, yang menyebabkan waktu
transit yang besar. Burkitt mengusulkan bahwa waktu transit yang cepat mengurangi
waktu karsinogen atau prekursornya berkontak dengan mukosa kolon. Tetapi ada sedikit
bukti bahwa penurunan waktu transit, mengurangi kerja bakteri dalam isi kolon, dan
penelitian populasi dengan insiden kanker kolon yang bervariasi luas memperlihatkan
tidak ada perbedaan dalam waktu transit usus. Penelitian epidemiologi berikutnya bersifat
bertentangan. Sebagai contoh Mendeloff berkesimpulan bahwa diet tinggi serat tampak
menurunkan ferkuensi kanker.
LEMAK DIET
Hubungan antara masukan lemak hewan dan kanker usus besar telah dibuat dalam
beberapa penelitian dan saat ini merupakan hubungan yang paling luas diterima anatara
diet dan kanker. National Academy of Science telah merekobinasikan agar diet penduduk
di Amerika Serikat dimodifikasi untuk mengandun lebih sedikit lemak sebagai cara
pencegahan yang bijaksana. Tetapi penelitian epidemologi tidak memberikan dukungan
tertentu bagi hubungan ini,dan kebanyakan penelitian hubungan cross-sectional (tetapi
tidak semua penelitian kasus kelola)telah memperlihatkan hubugan positif anatara diet
tinggi lemak dan daging, serta peningkatan frekuensi kanker kolon. Lebih lanjut,
2
penelitian terbaik belakangan ini yang menggunakan metode sangat tepat bagi pengukuran
jumlah lemak dan protein dalam diet populasi yang diteliti, gagal memperlihatkan
hubungan yang diperkirakan antara kanker kolon dan konsumsi lemak-protein.
PERUBAHAN DALAM MIKROFLORA KOLON
Hill mendalikan bahwa sifat flora bakteri usus dapat ditentukan dengan diet, dan bahwa
diet juga memberikan subtrat bagi perubahan yang diindikasikan bakteri apapun pada isi
usus normal menjadi karsinogen. Karena orang yang hidup dalam area dengan insiden
kaker kolon yang tinggi mempunyai konsentrasi asam empedu feses yang tinggi-baik
normal maupun didegradasi-maka Hill beranggapan bahwa kapasitas bakteri untuk
mendesaturasi inti asam empedu mungkin merupakan faktor penting dalam
karsinogenesis.
Gula diet
Peningkatan konsumsi gula yang dimurnikan telah terlihat sebagai agen penyebab yang
mungkin dalam sejumlah populasi dengan insiden kanker yang tinggi. Tetapi di
Argentina, tempat insiden kanker kolon relatif tinggi,konsumsi karbohidrat yang
dimurnikan rendah dan hubungan positif antara masukan gula dan kanker kolon tidak
seragam pada dasar keseluruhan dunia.
EPIDEMIOLOGI dan BIOLOGI
Beberapa faktor tampak mempunyai pengaruh bermakna pada insiden keganasan
kolorektum.
1) USIA. Dalam populasi umum, insiden kanker kolon mulai meningkat secara bermakna
setelah usia 40 sampai 45 tahun dan meningkat tiap dasawarsa setelah itu oleh faktor
sekitar dua sampai mencapai puncaknya pada usia 75 tahun. Hal ini bisa benar-benar
akibat kerja materi karsinogenik pada sel kolon dalam peningkatan periode. Resiko
kira-kira sama bagi pria dan wanita diatas usia 40 tahun dan bila kanker kolon muncul
sebelum usia 40 tahun, maka biasanya terjadi bersama sejumlah faktor resiko lain,
terutama familial.
2) POLIP. Walaupun pertanyaan apakah polip premaligna atau tidak bersifat
kontroversial, ada insiden kanker kolon yang lebih tinggi dalam pasien dengan polip.
Tampaknyalogis menganggap pasien polip adenomatosa atau edenoma vilosa beresiko
lebih tinggi bagi kanker kolon, karena lebih banyak bukti mengambarkan bahwa
kebanyakan karsinoma daripada adebarkan bahwa kebanyakan karsinoma daripada
adenormal yang timbul de nova berkembang dari jaringan adenomatosa.
 Poliposis familial, termasuk kedalam penyakit keturunan mengikuti hukum mendel.
Biasanya terjadi pada dekade kedua dan pada generasi berikutnya lebih dini. Bentuk
polip ini biasanya mirip dengan polip adenomotosum bertangkai atau
adenokarsinoma kolon pada umur muda kemungkinan berasal dari pertumbuhan
poliposis. Sebagian dari Poliposis ini asimatik dan sebagian disertai keluhan sakit di
abdomen, diare, sekresi lendir yang meninkat dan pendarahan kecil yang menggangu
penderita. Pada penderita ini dianjurkan kolektomi subtotal pada umur muda yang
bertujuan :1) Mencegah pertumbyhan adenokarsinoma pada umur muda. 2)
Mencegah terjadinya habit bowel : diare, pendarahan kecil, produksi lendir dan
perasaan ingin defeksi.
 Polip adenomatosum. Berukuran kecil kurang dari 1 cm terdiri dari 3 bagian yaitu
puncak, badan dan tangkai. Masing-masing bagian dibangun dari arsitektur kelenjar
3
sedikit sel gobet dilapisi epitel silider dan jaringan ikat stroma. Pada kondisi polip
demikian jarang ditemukan karsinoma. Akan tetapi semakin bertambah ukuran
polip, risiko perubahan epitel mukosa mulai dari derajat atipik sampai anaplasia
semakin tinggi. Pada polip dengan ukuran 1,2 cm atau leih dapat dicurigai
keganasan. Perubahan dimulai di bagian puncuk polip, baik pada epitel pelapis
mukosa maupun pada epitel kelenjar, meluas kebagian badan dan basis tangkai
polip.
 Adenoma vilosum.Terdapat di daerah rektorsigmoid dan biasanya berupa massa
papiler, soliter, tidak bertungkai dan diameter puncak tidak jauh berbeda dengan
ukuran basis polip. Pada kelainan ini lebih sering dibandingkan dengan polip
adenomatosum. Pada lebih kurang 30% adenoma vilosum ditemukan area
karsinoma. Adenoma dengan diameter lebih dari 2cm, risiko menjadi
adenokarsinoma adalah 45%. Biasanya adenoma vilosum memproduksi lendir
mengandung banyak elektrolit, terutama kalium, mengakibatkan kemungkinan
terjadinya hipokalemi.
 Kolitis Ulserosa.Dimulai dengan mikroabses pada kripta mukosa kolon dan
beberapa abses bersatu membentuk ulkus. Pada stadium lanjut timbul pseudopolip
yaitu penonjolan mukosa kolon yang ada di antara ulkus. Perjalanan penyakit yang
sudah lama, berulang-ulang, dan lesi luas disertai adanya pesudopolip merupakan
resiko tinggi terhadap karsinoma . Pada kasus seperti ini harus dipertimbangkan
tindakan kolostomi.Tujuannya adalah mencegah terjadinya karsinoma (preventif)
dan menghindari penyakit yang sering berulang-ulang.Karsinoma yang timbul
sebagai komplikasi kolotis ulserosa sifatnya lebih ganas,cepat tumbuh dan
metastasis.
Tabel.Faktor Predisposisi terhadap Kanker Kolorektal
Riwayat Riwayat Penyakit yang Usia
Keluarga Sebelumnya Berhubungan
Polip juvenilis Kanker kolon atau Kolitis ulserative Diatas 40 tahun
polip
Kanker Kolon Kanker payudara Sindrom
atau Polip atau genetalia granulomatosa
wanita
Sindrom Sindrom Peutz-
poliposis familial Jeghers
Poliposis famalial

Keluarga dengan insiden karsinoma yang tinggi dalam tempat anatomi lain, seperti
endometrium, ovarium dan payudara mempunyai resiko keganasan lebih normal.
Disamping itu, resiko spesifik kanker kolon dalam keluarga pasien kanker kolon,
tiga kali lebih besar daripada populasi normal. Jika anggota keluarga menderita
beberapa kanker kolon, maka mulainya kanker kolon dalam keluarganya muncul 5
sampai 10 tahun lebih dini dibandingkan yang diperkirakan.
Penyakit Penderita dan Kanker Kolon

4
Hampir semua pasien poliposis familial, suatu keadaan dengan cara penurunan
autosom dominan dengan 80% penetrasi, penderita kanker kolon, kecuali bila
dilakukan kolektomi. Kelompok beresiko tinggi lain terdiri dari pasien sindrom
Gardner, tempat polip adenomatosa berkembang di dalam kolon serta disertai
dengan tumor jaringan lunak dan paru. Pasien sindrom Turcot (tumor sistem saraf
pust) atau sindrom Oldfield (kista sebesea yang luas) beresiko tinggi menderita
kanker kolon.Kadang-kadang sindrom Peutzileum dan duodenum. Pasien poliposis
juvenilis juga beresiko tinggi kanker, dan keluarganya lebih mungkin menderita
polip adenomatosa dan kanker kolon.

C. Manifestasi Klinik/Tanda dan Gejala


Gambaran klinis yang menyertai karsinoma kolorektum berhubungan dengan ukuran dan
lokasi tumor-tumor bermassa besar eksofitik lebih lazim timbul dalam kolon kanan
dengan diameternya yang besar dan berisi cairan serta menyebabkan gejala perdarahan,
nyeri abdomen dan penurunan berat badan daripada obstruksi. Nyeri bersifat samar-samar
dan tumpul serta bisa dikelirukan dengan penyakit vasika bilaris atau ulkus peptikum.
Anemia bisa ada, dalam kolon kiri dengan diameternya lebih kecil dan isi setengah padat
atau padat, maka sering tumor bersifat infiltrasi atau anular serta menyebabkan gejala
obstruksi, perubahan buang besar atau pendarahan. Nyeri gas, penurunan kelenjar tinja
dan peningkatan penggunaan laksa merupakan keluhan yang lazim.

D. Patofisiologi dan Pathway


Umumnya kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas
(adenoma) yang stadium awal membentuk polip (sel yang tumbuh sangat cepat).
Pada stadium awal, polip dapat diangkat dengan mudah. Tapi seringkali pada stadium
awal adenoma tidak menampakan gejala apapun sehingga tidak terdeteksi dalam waktu
relatif lama dan pada kondisi tertentu berpotensi menjadi kanker yang dapat terjadi pada
semua bagian dari usus besar (Davey, 2006).
Adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel usus). Dimulai sebagai polip jinak tapi
menjadi ganas, menyusup lalu merusak jaringan normal serta meluas ke dalam struktur
sekitarnya.
Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer dan menyebar ke bagian tubuh yang lain
(paling sering ke hati).
Penyebaran sel kanker :
1. Secara infiltratif langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung
kemih.
2. Pembuluh limfe. Ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon.
3. Penyebaran secara transperitoneal.
4. Penyebaran ke luka jahitan, insisi abdomen atau lokasi drain. (Gale)
Pertumbuhan sel kanker menghasilkan efek sekunder, meliputi :
- Penyumbatan lumen usus dengan obstruksi dan ulserasi pada dinding usus serta
perdarahan.
- Penetrasi kanker dapat menyebabkan perforasi dan abses, serta timbulnya metastase
pada jaringan lain (Gale)
Tumor terjadi ditempat yang berada dalam colon mengikuti kira-kira pada bagian (
Sthrock 1991 a ) :
 25 % pada caecum dan ascending colon
 10 % pada transfersum colon
 15 % pada desending colon
 20 % pada sigmoid colon
 30 % pada rectum

5
Pathway

E. Pemeriksaan Penunjang
DIAGNOSTIK
1. Endoskopi : Sigmoidoskopi maupun kolonoskopi
2. Radiologis : foto dada dan kolon (barium enema). Foto dada dilakukan untuk melihat
apakah metastasis kanker ke paru.
3. Ultrasonografi (USG) digunakan untuk melihat ada tidaknya metastasis ke kelenjar
getah bening di abdomen dan hati.
4. Histopatologi Biopsi digunakan untuk menegakkan diagnosis.
5. Biopsi (aspirasi, eksisi dan jarum) : dilakukan untuk diagnostik banding dan
menggambarkan pengobatan dan dapat dilakukan melalui sum-sum tulang, kulit,
organ, dsb.
6. Scan (MRI, CZ : galium) dan ultrasound : dilakukan untuk diagnostik, identifikasi
metastatik, dan evaluasi respon pada pengobatan.
LABORATORIUM
1. Hb untuk memeriksa kemungkinan perdarahan
2. Jumlah darah lengkap dengan diferensial dan trombosit. Dapat menunjukkan anemia,
perubahan pada sel darah merah dan sel darah putih; trombosit meningkat atau
berkurang.

F. Penatalaksanaan Medik
1. Pembedahan (operasi)
Operasi adalah penanganan yang paling efektif dan cepat untuk tumor yang diketahui
lebih awal dan belum ada metastasis, tapi tidak menjamin semua sel kanker telah
terbuang. Oleh sebab itu dokter bedah biasanya juga menghilangkan sebagian besar
jaringan sehat yang mengelilingi sekitar kanker.
2. Radioterapi
Terapi radiasi menggunakan sinar gelombang partikel berenergi tinggi misalnya sinar
X, atau sinar gamma difokuskan untuk merusak daerah yang ditumbuhi tumor,
merusak genetik, sehingga membunuh kanker.

6
Terapi radiasi merusak sel-sel yang pembelahan dirinya cepat seperti sel kanker, sel
kulit, sel dinding lambung dan usus, sel darah.
Kerusakan sel tubuh menyebabkan lemas, perubahan kulit dan kehilangan nafsu
makan.
3. Chemotherapy
Memakai obat antikanker yang kuat, dapat masuk ke dalam sirkulasi darah sehingga
tepat untuk kanker yang telah menyebar. Obat chemotherapy ini kira-kira 50 jenis.
Biasanya diinjeksi atau dimakan, pada umumnya lebih dari satu macam obat, karena
digabungkan akan memberikan efek yang lebih bagus.
4. Terapi Pengobatan dan Implikasi Keperawatan
 Terapi intravena sesuai indikasi (transfusi darah, dll)
 Obat-obatan antikanker (chemotherapy)
 Suplemen sesuai indikasi
 Antimetik sesuai indikasi
 Analgetik sesuai indikasi
Implikasi keperawatan :
a. Dukungan adaptasi dan kemandirian.
b. Meningkatkan kenyamanan.
c. Mempertahankan fungsi fisiologis optimal.
d. Mencegah komplikasi.
e. Memberikan informasi tentang proses/kondisi penyakit, prognosis dan kebutuhan
pengobatan.
f. Persiapan pasien pra-operasi dan perawatan pasien pasca-operasi
g. Penatalaksanaan diet :
1) Cukup mengkonsumsi serat (sayur-syuran dan buah-buahan). Serat dapat
melancarkan pencernaan dan BAB sehingga berfungsi menghilangkan kotoran
dan zat yang tidak berguna di usus, karena kotoran yang terlalu lama
mengendap di usus akan menjadi racunyang memicu sel kanker.
2) Kacang-kacangan (lima porsi setiap hari)
3) Beritahu klien untuk menghindari makan Makanan yang mengandung lemak
jenuh dan kolesterol tinggi tertentu yang terdapat pada daging hewan.
4) Beritahu klien untuk menghindari makan Makanan yang diawetkan dan
pewarna sintetik karena hal tersebut dapat memicu sel karsinogen.
5) Beritahu klien menghindari minum minuman beralkohol dan rokok yang
berlebihan.

7
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Aktivitas / Istirahat
Pasien dengan kanker kolorektal biasanya merasakan tidak nyaman pada abdomen
dengan keluhan nyeri, perasaan penuh, sehingga perlu dilakukan pengkajian terhadap
pola istirahat dan tidur.

2. Sirkulasi
Gejala : palpitasi, nyeri pada pergerakan kerja. Kebiasaan : perubahan pada tekanan
darah.

3. Integritas ego
Faktor stress (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) & cara mengatasi stress
(misalnya : merokok, minum alkohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan
religius/spiritual)
a. Masalah tentang perubahan dalam penampilan misalnya : alopesia, lesi, cacat,
pembedahan.
b. Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak
merasakan, rasa bersalah, kehilangan.
Tanda : kontrol, depresi, menyangkal, menarik diri, marah.

4. Eliminasi
a. Perubahan fungsi kolon akan mempengaruhi perubahan pada defekasi pasien,
konstipasi dan diare terjadi bergantian.
b. Bagaimana kebiasaan di rumah : frekuensi, komposisi, jumlah, warna, dan cara
pengeluarannya, apakah dengan bantuan alat atau tidak.
c. Apakah keluhan yang menyertainya.
d. Apakah kebiasaan di rumah sakit sama dengan kebiasaan di rumah.
e. Pada pasien dengan kanker kolerektal dapat dilakukan pemeriksaan fisik dengan
observasi :
 Distensi abdomen,
 Massa akibat timbunan feses,
 Masa tumor abdomen,
 Pembesaran hepar akibat matastase, asites,
 Pembesaran kelenjar inguinal,
 Pembesaran kelenjar aksila dan supra klavikula,
 Pengukuran tTB dan BB, Lingkat perut, dan colok dubur.

5. Makanan/ Cairan
a. Gejala : kebiasaan makan pasien di rumah dalam sehari, seberapa banyak dan
komposisi setiap kali makan adakah pantangan terhadap suatu makanan , ada
keluhan anoreksia, mual, perasaan penuh (begah), muntah, nyeri ulu hati sehingga
menyebabkan berat badan menurun.
b. Tanda : perubahan pada kelembaban/turgor kulit; edema.

8
6. Neurosensori
a. Gejala : pusing, skinkope, karena pasien kurang beraktivitas, banyak tidur
sehingga sirkulasi darah ke otak tidak lancar.
b. Nyeri/kenyamanan. Tidak ada nyeri, atau derajat bervariasi misal nyeri berat
(dihubungkan dengan proses penyakit)

7. Pernapasan
a. Apakah pasien merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seorang perokok.
b. Apakah pasien terpajan asbes.

8. Keamanan
a. Gejala : pemajanan pada kimia toksik, karsinogen, pemajanan matahari lama/
berlebihan
b. Tanda : demam, ruam kulit, ulserasi

9. Seksualitas
a. Gejala : Masalah seksual misalnya dampak pada hubungan, perubahan pada
tingkat kepuasan. Multigravida lebih besar dari usia 30 Tahun.
b. Multigravida pasangan seks multipel, aktivitas seksual dini, herpes genital

10. Interaksi sosial


Gejala : ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung.

11. Riwayat perkawinan (berkenaan dengan kepuasan di rumah, dukungan, atau


bantuan). Masalah tentang fungsi/ tanggung jawab peran penyuluhan/
pembelajaran.
a. Gejala : Riwayat kanker pada keluarga misalnya ibu atau bibi dengan kanker
payudara
b. Sisi primer : penyakit primer, tangga ditemukan didiagnosis
c. Penyakit metastatik : sisi tambahan yang terlibat; bial tidak ada, riwayat alamiah
dari primer akan memberikan informasi penting untuk mencari metastatik.

12. Riwayat pengobatan : pengobatan sebelumnya untuk tempat kanker dan


pengobatan yang diberikan.

B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan semua data pengkajian, diagnosa keperawatan utama mencakup :
1. Konstipasi berhubungan dengan lesi obstruksi
2. Nyeri berhubungan dengan kompresi jaringan sekunder akibat obstruksi
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri, proses penyakit, anemia dan
anoreksia
4. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan
anoreksia
5. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah dan dehidrasi
6. Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan dan diagnosis kanker
7. Defisit perawatan diri (personal hygiene) berhubungan dengan intoleransi aktivitas,
nyeri, keletihan

9
8. Kurang pengetahuan mengenai diagnosa, prosedur pembedahan, dan perawatan diri
setelah pulang
9. Interaksi sosial, hambatan berhubungan dengan ketakutan, gangguan harga diri,
isolasi terpeutik
10. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kolostomi
11. Disfungsi seksual/pola seksual, perubahan, berhubungan dengan nyeri, perubahan
citra tubuh, ketakutan (pasien dan/atau pasangan), keletihan

C. Perencanaan Keperawatan
1. Konstipasi berhubungan dengan lesi obstruksi
 Pantau frekuensi dan konsistensi defekasi.
 Instruksikan pasien dalam bantuan eliminasi defekasi yang akan
meningkatkan pola defekasi yang optimal.
 Ajarkan kepada pasien tentang efek diet (misal : cairan, dan serat) pada
eliminasi.
 Instruksikan pasien tentang konskuensi penggunaan laksatif jangka panjang.
 Tekankan penghindaran mengejan selama defekasi untuk mencegah
perubahan tanda vital, skit kepala atau perdarahan.
 Berikan privasi dan keamanan untuk pasien selama eiminasi defekasi.
Kolaborasi :
 Konsultasikan kepada ahli gizi untuk meningkatkan serat dan cairan dalam
diet.
 Minta program dari dokter untuk memberikan bantuan, eliminasi, seperti diet
tinggi serat, pelembut feses, enema dan laksatif.
 Konsultasikan kepada dokter tentang penurunan/peningkatan frekuensi
bisisng usus.
2. Nyeri berhubungan dengan kompresi jaringan sekunder akibat obstruksi
 Kaji skala dan kuantitas nyeri pasien.
 Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat meningkatkan nyeri
dan tawarkan saran koping.
 Ajarkan teknik nonfarmakologi : hipnosis, relaksasi, imajinasi terbimbing,
terapi musik, distraksi, kompres hangat/dingin, dan masase.
 Ciptakan linkungkungan yang kondusif untuk relaksasi dengan meredupkan
lampu, mematikan televisi atau lampu, atur suhu ruangan dan kurangi
kegaduhan.
 Batasi pengunjung dan telpon, apabila diinginkan pasien.
 Kolaborasi dokter pemberian analgesik.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri, proses penyakit, anemia dan
anoreksia
 Kaji toleransi aktivitas pasien
 Ubah dan jadwalkan akifitas untuk memungkinkan periode tirah baring yang
adekuat dalam upaya untuk menurunkan keletihan pasien.
 Berikan terapi komponen darah sesuai resep bila pasien menderita anemia
berat.
 Berikan pedoman untuk tranfusi darah agar keamanan umum dan kebijakan
institusi diikuti.
10
 Pantau respons fisiologis terhadap aktivitas mis., perubahan TD, atau
frekuensi jantung/pernapasan.
 Tingkatkan dan pantau toleransi aktifitas pasca operasi.
 Ajarkan pengaturan aktivitas dan teknik manajemen waktu untuk mencegah
keletihan.
4. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan
anoreksia
 Pantau masukkan makanan setiap hari
 Ukur tinggi dan berat badan dan ketebalan kulit trisep. Pastikan jumlah
penurunan berat badan saat ini.
 Kontrol faktor lingkungan (mis. Bau kuat/tidak sedap atau kebisingan).
Hindar terlalu manis, berlemak, atau makanan pedas.
 Dorong komunikasi terbuka mengenai masalah anoreksia.
Kolaborasi :
 Tinjau ulang pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi mis., jumlah limfosit
total, transferin serum, dan albumin.
 Berikan obat-obatan sesuai indikasi : gol Fenotiazin, gol kortikosteroid,
vitamin (A, D, E, dan B6), Antasid.
 Pasang/pertahankan selang NG atau pemberian makan untuk makanan enteral
atau jalur sentral untuk hiperalimentasi parenteral bila diindikasikan.
5. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah dan dehidrasi
 pantau masukkan dan haluaran dan berat jenis; masukkan semua sumber
haluaran mis., muntah, diare, luka basah. Hitung keseimbangan 24 jam.
 Pantau tanda vital, evaluasi nadi perifer, pengisian kapiler.
 Kaji turgor kulit dan kelembaban membran mukosa. Perhatikan keluhan haus.
 Dorong peningkatan masukkan cairan sampai 3000 ml/hari sesuai dengan
toleransi individu.
 Minimalkan pungsi vena (misalnya kombinasikan memulai IV dengan
pengambilan contoh darah). Dorong pasien untuk mempertimbangkan
penempatan kateter vena sentral.
Kolaborasi :
 Berikan cairan IV sesuai indikasi.
 Berikan terapi antimetik.
 Pantau pemeriksaan laboratorium mis : JDL, elektrolit, albumin serum.
 Berikan transfusi sesuai indikasi : Sel Darah Merah, Trombosit.
 Hindari penggunaan aspirin, iritan labung, atau inhibitor trombosit.
6. Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan dan diagnosis kanker
 Kaji tingkat ansietas pasien : mekanisme koping yang digunakan untuk
menghadapi stress.
 Upaya pendukung : privasi dan latihan relaksasi.
 Luangkan waktu untuk mendengarkan ungkapan, kesedihan, pertanyaan yang
diajukan pasien.
 Pertemuan anggota rohaniawan bila pasien menginginkannya, dengan dokter
apabila pasien mengharapkan diskusi pengobatan atau prognosis dan dengan
ahli terapi enterosomal.

11
 Penderita stoma yang lain dapat diminta untuk berkunjung apabila pasien
mengungkapkan minat untuk berbicara dengan mereka.
 Tingkatkan kenyamanan pasien, perawat harus mengutamakan relaksasi dan
perilaku empati.
 Pertanyaan yang diajukan dijawab dengan jujur.
 Semua tes dan prosedur dijelaskan menggunakan bahasa yang mudah
dipahami pasien.
 Setiap informasi dari dokter harus dijelaskan jika perlu, kadang-kadang
kecemasan berkurang jika pasien mengetahui persiapan fisik yang diperlukan
selama periode praoperasi & mengetahui kemungkinan hasil pascaoperasif.
 Beberapa pasien akan lebih senang jika diperbolehkan melihat hasil
pemeriksaan sementara yang lain lebih memilih untuk tidak mengetahuinya.
 Kebutuhan dan keinginan pasien akan informasi dikaji dan digunakan sebagai
pedoman pengajaran.
7. Defisit perawatan diri (personal hygiene) berhubungan dengan intoleransi
aktivitas, nyeri, keletihan
 Kaji kemampuan klien menggunakan alat bantu.
 Kaji membran mukosa oral dan kebersihan tubuh setiap hari.
 Kaji kondisi kulit saat mandi.
 Pantau adanya perubahan kemampuan fungsi.
 Bantuan perawatan diri : mandi/Hygiene, pantau kebersihan kuku
berdasarkan perawatan diri pasien.
 Ajarkan pasien/keluarga penggunaan metode alternatif untuk mandi dan
hygiene mulut.
 Dukung kemandirian dalam melakukan mandi dan hygiene mulut, bantu
pasien hanya jika diperlukan.
 Libatkan keluarga dalam penentuan rencana.

8. Kurang pengetahuan mengenai diagnosa, prosedur pembedahan, dan perawatan


diri setelah pulang
 Tinjau ulang dengan pasien/orang terdekat pemahaman diagnosa khusus,
alternatif pengobatan dan sifat harapan.
 Tentukan persepsi pasien tentang kanker dan pengobatan kanker, tanyakan
tentang pengalaman pasien sendiri/sebelumnya atau pengalaman orang lain
yang mempunyai (atau pernah mempunyai) kanker.
 Berikan informasi yang jelas dan akurat dalam cara yang nyata tetapi sensitif.
Jawab pertanyaan secara khusus, tetapi tidak memaksakan dengan detil-detil
yang tidak penting.
 Berikan pedoman antisipasi pada pasien/orang terdekat mengenai protokol
pengobatan, lama terapi, hasil yang diharapkan, kemungkinan efek samping.
Bersikap jujur dengan pasien.
 Berikan materi tertulis tentang kanker, pengobatan serta ketersediaan sistem
yang mendukung.
 Tinjau ulang aturan pengobatan khusus dan penggunaan obat yang dijual
bebas.

12
9. Interaksi sosial, hambatan berhubungan dengan ketakutan, gangguan harga diri,
isolasi terpeutik
 Kaji pola interaksi pasien dengan orang lain.
 Tetapkan jadwal interaksi .
 Identifkasi perubahan perilaku yang sfesifik.
 Identifikasi tugas-tugas yang dapat meningkatkan atau memperbaiki interaksi
sosial.
10. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kolostomi
 Kaji dan dokumentasikan respon verbal dan nonverbal pasien tentang tubuh
pasien.
 Dengarkan pasien/keluarga secara aktif dan akui realitas adanya perhatian
terhadap perawatan, kemajuan dan prognosis.
 Bantu pasien dan keluarga untuk mengidentifikasi mekanisme koping dan
kekuatan personal dan pengakuan keterbatasan.
 Berikan perawatan dengan cara yang tidak menghakimi, pelihara privasi dan
martabat klien.

11. Disfungsi seksual/pola seksual, perubahan, berhubungan dengan nyeri, perubahan


citra tubuh, ketakutan (pasien dan/atau pasangan), keletihan
 Diskusikan dengan pasien/orang terdekat sifat seksualitas dan reaksi bila ini
berubah atau terancam. Berikan informasi tentang normalitas masalah-
masalah ini dan bahwa banyak oran menemukan bantuan untuk proses
adaptasi.
 Anjurkan pasien tentang efek samping dari pengobatan kanker yang
diresepkan dan diketahui mempengaruhi seksualitas.
 Berikan waktu tersendiri untuk pasien dirawat. Ketuk pintu dan dapatkan izin
dari pasien/orang terdekat sebelum masuk.

D. Evaluasi
Hasil yang diharapkan
1. Mempertahankan eliminasi usus adekuat
2. Mengalami sedikit nyeri
3. Meningkatkan toleransi aktivitas
4. Mencapai tingkat nutrisi optimal
a. Makan diet rendah residu, tinggi protein dan tinggi kalori
b. Kram abdomen berkurang
5. Keseimbangan cairan tercapai
a. Membatasi masukkan makanan dan cairan oral bila terjadi mual
b. Berkemih sedikitnya 1,5 L/24 jam
6. Mengalami penurunan ansietas
a. Mengungkapkan masalah dan rasa takut dengan bebas
b. Menggunakan tindakan koping untuk menghadapi stres
7. Memerlukan informasi tentang diagnosis, prosedur bedah, dan perawatan diri
setelah pulang
a. Mendiskusikan diagnosa, prosedur bedah, dan perawatan diri pascaoperatif
b. Mendemonstrasikan teknik perawatan ostomi
13
8. Mempertahankan insisi tetap bersih, stoma dan luka perineal
a. Secara bertahap meningkatkan partisipasi dalam perawatan stoma dan kulit
periostomal
9. Menunjukkan keterlibatan sosial : adanya interaksi dengan teman dekat, keluarga,
tetangga, dan anggota kelompok kerja.
10. Mengungkapkan perasaan dan masalah tentang diri sendiri secara verbal
11. Tidak mengalami komplikasi
a. Menggunakan antibiotik oral sesuai resep
b. Bekerjasama dalam protokol pembersihan usus
c. Tidak demam
d. Lingkar abdomen dalam batas normal atau menurun
e. Tidak ada bukti perforasi atau perdarahan
12. Mengungkapkan pemahaman tentang efek kanker dan aturan pengobatan pada
seksualitas dan tindakan memperbaiki/menghadapi masalah.

14
DAFTAR PUSTAKA

Buku ajar bedah / David C. Sabiston ; alih bahasa Petrus Andrianto ; Editor, Devi H.
Ronardy. –Jakarta : EGC, 1994

Buku ajar keperawatan medikal – bedah Brunner & Suddarth / editor, Suzanne C. Smeltzer,
Brenda G. Bare ; alih bahasa, Agung Waluyo ... [et al] ; editor bahasa Indonesia, Monica
Ester ... [et al]. – Ed. 8. – Jakarta : ECG ; 2001

Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan intervensi NIC dan kriteria hasil NOC / Judith M.
Wilkinson ; alih bahasa, Widyawati ... [et al] ; editor edisi bahasa Indonesia, Eny Meiliya,
Monica Ester. – Ed. 7. – Jakarta : EGC, 2006.

Rencana Asuhan Keperawatan; pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian


perawatan pasien / Marilynn E. Doenges, Mary Farnces Moorhouse, Alice C. Geissler ; Alih
Bahasa I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati ; editor edisi Bahasa Indonesia, Monica Ester,
Yasmin Asih. – Ed. 3. – Jakarta : EGC, 2000

15

Anda mungkin juga menyukai