Anda di halaman 1dari 3

Mengenal Umar Bin Khattab sebagai Sahabat Nabi yang Dijamin Masuk Surga

Adintaka Galih Sinara.15/384809/TK/43471.Departemen Teknik Nuklir Teknik Fisika.


Jurusan Teknik Fisika. Universitas Gadjah Mada

Bulaksumur, Caturtunggal, Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa


Yogyakarta 55281 Indonesia adintakaglhsin@gmail.com

Surga memanglah tidak gratis dan mudah. Surga merupakan tempat bagi orang
orang pilihan Allah yang dimana mereka beriman kepada Allah. Surga pun memiliki
banyak pintu dimana dari tiap manusia memasuki pintu tersebut dengan amalan
spesialnya masing masing. Selain itu adapula orang yang telah dijamin masuk surga
sebelum dirinya dihisab. Orang orang tersebut adalah pilihan Allah yang mana mereka
memiliki keistimewaaan sehingga diberikan penghormatan berupa jaminan masuk surga.
Orang orang tersebut yaitu 10 sahabat nabi yang terdiri dari Abu Bakar ash-shiddiq
ra,Umar Bin Khatab ra, Usman Bin Affan ra, Ali Bin Abi Thalib ra,Talhah Bin Abdullah
ra, Zubair bin Awaam, Sa’ad bin Abi Waqqas, Sa’id Bin Zaid, Abdurrahman Bin Auf,
Abu Ubaidillah Bin jarrah. Masing masing dari mereka memiliki keistimewaan tersendiri
sehingga mereka diantarkan kepada singgasana berupa jaminan masuk surga.

Umar bin khattab, siapakah gerangan yang tidak mengenal sosoknya? Sebagai umat
muslim pasti mengenal umar bin khattab. Masuknya umar ke agama islam yang mana
sebelum ia masuk islam terkenal sebagai seseorang yang keras namun setelah islam
mendarah daging pada dirinya sifatnya menjadi halus, tegas, dan bijaksana. ia berasal dari
kabilah yang sama dengan Rasulullah SAW dan masih satu kakek yakni Ka’ab bin Luai.
Umar masuk Islam setelah bertemu dengan adiknya Fatimah daan suami adiknya Said
bin Zaid pada tahun keenam kenabian dan sebelum Umar telah ada 39 orang lelaki dan
26 wanita yang masuk Islam. Di kaumnya Umar dikenal sebagai seorang yang pandai
berdiskusi, berdialog, memecahkan permasalahan serta bertempramen kasar. Setelah
Umar masuk Islam, da’wah kemudian dilakukan secara terang-terangan, begitupun di saat
hijrah, Umar adalah segelintir orang yang berhijrah dengan terang-terangan. Ia sengaja
berangkat pada siang hari dan melewati gerombolan Quraisy. Ketika melewati mereka,
Umar berkata, ”Aku akan meninggalkan Mekah dan menuju Madinah. Siapa yang ingin
menjadikan ibunya kehilangan putranya atau ingin anaknya menjadi yatim, silakan
menghadang aku di belakang lembah ini!” Mendengar perkataan Umar tak seorangpun
yang berani membuntuti apalagi mencegah Umar. Selain menjadi pribadi yang berani
umar bin khattab juga seorang khalifah yang sangat hidup sederhana. Hal ini bisa
dibuktikan ketika beliau menjabat sebagai khalifah. Umar tidak pernah tinggal di sebuah
istana, rumah mentereng atau pun gedung yang tinggi, tapi beliau tinggal di sebuah
bangunan sederhana dekat masjid, dan lebih sering berada di masjid. bahkan beliau lebih
sering tidur di atas pelepah kurma daripada kasur yang empuk. Bahkan ketika bertemu
dengan raja romawi, sang raja heran terhadap umar yang mana dia seorang khalifah
namun tidak tinggal di istana megah beserta dengan kemewahannya.

Umar juga dikenal sebagai pemimpin yang adil. Hal ini dirasakan oleh seorang
kakek Yahudi, yang rumahnya berda di dekat mesjid. Pada saat itu Gubernur Mesir `Amr
bin `Ash akan melakukan pelebaran Mesjid, dan rumah orang Yahudi tersebut harus
dibongkar. Dengan kebijakan ganti rugi `Amr bin `Ash merayu orang yahudi tersebut
untuk pindah, namun dia enggan. Namun `Amr bin `Ash bersikeras untuk membongkar
rumah tersebut. Maka orang Yahudi tersebut mendatangi Khalifah Umar dan
menceritakan apa yang terjadi kepada dirinya.

Maka Umar mengambil sebuah tulang dan membuat garis dengan pedang di atas
tulang tersebut dan menyuruh orang Yahudi tersebut untuk membawa dan
menyerahkannya kepada `Amr bin `Ash. Dengan penuh keheranan orang Yahudi tersebut
pulang ke Mesir dan menghadap kepada `Amr bin `Ash sambil menyerahkan tulang yang
diberikan oleh Umar bin Khattab. Ketika `Amr bin `Ash menerima tulang tersebut
pucatlah wajah beliau dan menyuruh para pengawalnya untuk menghentikan
pembongkaran. Dengan penuh keheranan orang Yahudi tersebut bertanya kepada `Amr
bin `Ash tentang apa yang terjadi. Maka `Amr menjawab bahwa Umar telah
mengingatkan aku sebagai seorang pemimpin yang harus berlaku adil terhadap rakyatnya.
Maka kagumlah orang Yahudi tersebut maka ia masuk Islam dan merelaka rumahnya
untuk dibongkar.

Umar juga seorang yang memiliki rasa cinta yang tinggi terhadap Allah, Rasulullah saw,
dan agama Islam. Kecintaan terhadap Allah SWT dan agama Islam beliau buktikan
dengan menginfakkan setengah harta beliau untuk da`wah Rasulullah saw. Dan yang
paling mengharukan rasa cinta beliau adalah bagaimana ia tidak menerima kematian
Rasulullah saw; sampai ia menghalangi persiapan penguburan dan mengancam orang
yang berkata Rasulullah telah meninggal maka ia akan menemui ajalnya. Para sahabat
pun merasa kebingungan dengan keadaan seperti ini. Hal ini sampai ke telinga Abu Bakar,
maka beliau berkata `Barang siapa yang menyembah Muhammad, sungguh dia telah
meninggal; tapi barang siapa yang menyembah Allah SWT, maka Dia itu hidup
selamanya takkan pernah mati`; kemudian beliau membaca surat Ali-imran ayat
144. Mendengar itu Umar tersadar dan menangis mengungkapkan rasa kesedihannya.

Sifat sifat umar yang budi pekerti tersebut mengantarkannya pada keistimewaan
jaminan masuk surga. Bagaimana dengan kita yang memiliki banyak dosa? Apakah tidak
malu dengan sahabat umar yang mana beliau sebelum masuk islam sangat keras namun
disaat masuk islam sifatnya berubah 180 derajat. Untuk itu patutlah sebagai umat yang
jauh dengan masa rasullulah kita ikuti setiap risalah nabi dan mengikuti apa yang
dicontohkan oleh sahabat. Dengan begitu setidaknya kita diringankan siksa di kubur dan
akhirat kelak.

Anda mungkin juga menyukai