Riqbal STEMIK LP
Riqbal STEMIK LP
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penanganan yang salah dan kurang cepat serta cermat adalah salah satu
penyebab kematian.
menderita infark miokard setiap tahunnya dan lebih dari 600 orang
iskemia.
B. Anatomi Fisiologi
Jantung berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak di dalam dada,
batas kanannya tepat pada sternum kanan dan apeksnya pada ruang
intercostalis kelima kiri pada linea mid clavicular. Batas atas jantung terdapat
pembuluh darah besar (aorta, truncus pulmonalis, dll); bagian bawah terdapat
diafragma; batas belakang terdapat aorta descendens, oesophagus, dan
1. Atrium Kanan
Atrium kanan berada pada bagian kanan jantung dan terletak sebagian
sendiri)
pada bagian depan pangkal aorta dan arteria pulmonalis. Pada sisi kiri
kanan.
2. Ventrikel Kanan
ventrikel. Katup ini, seperti katup jantung lain, terbentuk dari selapis tipis
trikuspidalis terdiri dari tiga daun katup. Basis setiap daun katup melekat
pada tepi lubang. Tepi bebas setiap daun katup melekat pada chordae
tendineae (tali jaringan ikat tipis) pada penonjolan kecil jaringan otot yang
semilunaris.
3. Atrium Kiri
Atrium kiri adalah ruang berdinding tipis yang terletak pada bagian
berlakang jantung. Dua vena pulmonalis memasuki atrium kiri pada tiap
penonjolan runcing kecil dari atrium, terletak pada sisi kiri pangkal aorta.
4. Ventrikel Kiri
Ventrikel kiri adalah ruang berdinding tebal pada bagian kiri dan
memiliki dua daun katup mendapat nama yang sama dengan topi (mitre
membuka dari ujung atas ventrikel ke dalam aorta dan dikelilingi oleh
5. Myocardium
Myocardium tersusun dari serat – serat otot jantung, yang bersifat lurik
dan saling berhubungan satu sama lain oleh cabang – cabang muscular.
Serat mulai berkontraksi pada embrio sebelum saraf mencapainya, dan
6. Endocardium
katup pada kedua sisinya. Terdiri dari selapis sel endotel, di bawahnya
7. Pericardium
bersentuhan dan saling meluncur satu sama lain dengan bantuan cairan
yang ada normal sekitar 20 ml. Pada dasar jantung (tempat pembuluh
darah besar, limfatik, dan saraf memasuki jantung) kedua lapisan terus
pericardium di atasnya.
8. Arteria Coronaria
dinding jantung. Arteri ini keluar dari aorta tepat di atas katup aorta dan
berjalan ke bawah masing – masing pada permukaan sisi kanan dan kiri
C. Pengertian
jantung secara permanen akibat insufisiensi aliran darah koroner oleh proses
EKG. STEMI adalah cermin dari pembuluh darah koroner tertentu yang
D. ETIOLOGI
1. Faktor penyebab :
Aterosklerosis.
Spasme
Arteritis
Faktor sirkulasi :
Hipotensi
Stenosos aurta
Insufisiensi
Faktor darah :
Anemia
Hipoksemia
Polisitemia
Aktifitas berlebihan
Emosi
Hypertiroidisme
Kerusakan miocard
Hypertropimiocard
Hypertensi diastolic
2. Faktor predisposisi :
hereditas
Mayor :
Hyperlipidemia
Hipertensi
Merokok
Diabetes
Obesitas
Minor:
Inaktifitas fisik
kompetitif).
E. PATOFISIOLOGI
terjadi jika trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi injury
mengalami fisur, ruptur atau ulserasi dan jika kondisi lokal atau sistemik
plak koroner cenderung mengalami ruptur jika mempunyai fibrous cap yang
tipis dan inti kaya lipid (lipid rich core). Pada STEMI gambaran patologis
klasik terdiri dari fibrin rich red trombus, yang dipercaya menjadi dasar
glikoprotein IIb/IIIa.
yang larut (integrin) seperti faktor von Willebrand (vWF) dan fibrinogen,
menjadi fibrin. Arteri koroner yang terlibat kemudian akan mengalami oklusi
oleh trombus yang terdiri agregat trombosit dan fibrin. Pada kondisi yang
2006)
F. MANIFESTASI KLINIS
Nyeri dada penderita infark miokard serupa dengan nyeri angina tetapi
lebih intensif dan berlangsung lama serta tidak sepenuhnya hilang dengan
dingin dan lemas. Pasien terus menerus mengubah posisinya di tempat tidur.
Hal ini dilakukan untuk menemukan posisi yang dapat mengurangi rasa sakit,
namun tidak berhasil. Kulit terlihat pucat dan berkeringat, serta ektremitas
jantung. Penemuan suara jantung tambahan (S3 dan S4), penurunan intensitas
suara friction rub perikard, umumnya pada pasien infark miokard transmural
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
2. Elektrokardiogram (EKG)
jantung, besarnya jantung, dan kondisi otot jantung, kondisi otot jantung
dengan bebean)
Exercise testing merupakan salah satu tes yang paling sering dilakukan
Selain itu tes treadmill juga dapat dipakai untuk mengukur kapasitas
4. Echocardiography (Ekokardiografi)
ultra untuk mengamati struktur jantung dan pembuluh darah, juga dapat
5. Angiografi korener
Merupakan cara dengan menggunakan sinar X dan kontras yang
8. Radionuclear Medicine
H. PENATALAKSANAAN
1. Medis
2. Farmakologi
kurang dari 70%, maka aliran darah melalui arteri tersebut masih cukup
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
dada yang di alami pasien, sifat nyeri dada pada pasien STEMI merupakan
STEMI, seperti aktivitas fisik berat, stress, emosi, atau penyakit medis lain
yang
tapi variasi sirkadian di laporkan dapat terjadi pada pagi hari dalam beberapa
Pada pemeriksaan fisik di dapati pasien gelisah dan tidak bisa istirahat.
substernal > 30 menit dan banyak keringat di curigai kuat adanya STEMI.
kedua. Dapat ditemukan murmur midsistolik atau late sistolik apikal yang
EKG adanya elevasi ST kurang lebih 2mm, minimal pada dua sadapan
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan irama jantung strokevolume, pre load
(Herdman, 2012).
C. INTERVENSI :
Nyeri akut
Hasil
- Laporan secara verbal mengalami nyeri, dengan § Bantu pasien dan keluarga untuk mencari
- Posisi untuk menahan nyeri · Mampu mengontrol nyeri § Kontrol lingkungan yang dapat
- Tingkah laku berhati-hati (tahu penyebab nyeri, mempengaruhi nyeri seperti suhu
- Gangguan tidur (mata sayu, mampu menggunakan ruangan, pencahayaan dan kebisingan
tampak capek, sulit atau tehnik nonfarmakologi § Kurangi faktor presipitasi nyeri
gerakan kacau, untuk mengurangi nyeri, § Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
- Terfokus pada diri sendiri · Melaporkan bahwa nyeri § Ajarkan tentang teknik non farmakologi:
- Tingkah laku distraksi, frekuensi dan tanda nyeri) § Berikan informasi tentang nyeri seperti
contoh : jalan-jalan, · Menyatakan rasa nyaman penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
pupil)
- Perubahan autonomic
kaku)
nafas panjang/berkeluh
kesah)
Hasil
b/d gangguan irama jantung,· Cardiac Pump v Evaluasi adanya nyeri dada
stroke volume, pre load dan effectiveness v Catat adanya disritmia jantung
afterload, kontraktilitas · Circulation Status v Catat adanya tanda dan gejala penurunan
- Kelelahan teratasi dengan kriteriav Atur periode latihan dan istirahat untuk
- Nafas pendek/ sesak nafas perifer, dan tidak ada § Auskultasi TD pada kedua lengan dan
- Batuk, bunyi jantung v Tidak ada penurunan § Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama,
- Kecemasan v AGD dalam batas normal § Monitor jumlah, bunyi dan irama jantung
kulit
peningkatan sistolik)
sign
pemberian oksigen
stress
§ Kelola pemberian obat anti aritmia,
jantung
Intoleransi aktifitas
suplai dan kebutuhan v Konservasi eneergi v Kaji adanya faktor yang menyebabkan
adanya kelelahan atau aktivitas dengan Kriteria v Monitor pasien akan adanya kelelahan
· Adanya dyspneu atau v Berpartisipasi dalam aktivitasv Monitor respon kardivaskuler terhadap
iskemia tepat.
yang disukai
beraktivitas
aktif beraktivitas
v Bantu pasien untuk mengembangkan
spiritual
Hasil
sakit kepala ketika v Vital Sign Status · Auskultasi suara nafas, catat adanya
Iritabilitas paru paru dan bebas dari kesimetrisan, penggunaan otot tambahan,
pernafasan intercostal
kebingungan
v Mendemonstrasikan batuk · Monitor suara nafas, seperti dengkur
sianosis
efektif dan suara nafas · Monitor pola nafas : bradipena,
warna kulit
yang bersih, tidak ada takipenia, kussmaul, hiperventilasi,
abnormal (pucat,
sianosis dan dyspneu cheyne stokes, biot
kehitaman)
(mampu mengeluarkan · Auskultasi suara nafas, catat area
Hipoksemia
sputum, mampu bernafas penurunan / tidak adanya ventilasi dan
hiperkarbia
dengan mudah, tidak ada suara tambahan
AGD abnormal
pursed lips) · Monitor TTV, AGD, elektrolit dan ststus
pH arteri abnormal
v Tanda tanda vital dalam mental
frekuensi dan
rentang normal · Observasi sianosis khususnya membran
kedalaman nafas
v AGD dalam batas normal mukosa
abnormal
v Status neurologis dalam · Jelaskan pada pasien dan keluarga
Inhalasi)
Irmalita, 1996. Infark Miokard. Dalam: Rilantono, L.I., Baraas, F., Karo Karo, S., Roebiono,
P.S., ed., Buku Ajar Kardiologi. Jakarta: FK UI, 173-174.
Antman, E.M., Braunwald, E., 2005. ST-Segment Elevation Myocardial Infarction. In:
Kasper, D.L., Fauci, A.S., Longo, D.L., Braunwald, E., Hauser, S.L., Jameson, J. L., eds.
Harrison’s Principles of Internal Medicine. 16 th ed. USA: McGraw-Hill 1449-1450
Alwi Idrus, 2006. Infark Miokard Akut Dengan Elevasi ST. Dalam: Sudoyo AW, Setiohadi
Bambang, Alwi Idrus, Simadibrata MK, Setiati Siti, 2006. Ilmu penyakit dalam: Edisi ke 4.
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta, 1615-
1625.
Smeltzer. C.S & Bare.B (2006). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Jakarta : EGC.