Anda di halaman 1dari 61

PANCASILA

YANG MENCERDASKAN
Modul Literasi Kritis Untuk Pendidikan Pancasila

Sekolah Tanpa Batas


www.sekolahtanpabatas.or.id
Pancasila
Yang Mencerdaskan

Modul Pembelajaran Literasi Kritis


untuk Pendidikan Pancasila di Bangku Sekolah

Penerbitan Modul ini


didukung oleh Yayasan TIFA
© Sekolah Tanpa Batas
2012 Daftar Isi

PANCASILA YANG MENCERDASKAN


Modul Pembelajaran Literasi Kritis untuk
Pendidikan Pancasila di Bangku Sekolah
Kata Pengantar .......................................................................... iv
Tim Penyusun: Pendahuluan ............................................................................. 1
Bambang Wisudo
Edi Subkhan
Lodi F Paat Bagian Satu: Konsep dan Teori .............................................. 18
Jimmy Ph Paat
Yan Haryanto
Vicharius Dian Jiwa Bab I: Apa itu Pedagogi Kritis? ............................................... 19
Bab II: Literasi dan Literasi Kritis ............................................ 39
Bab III: Belajar Melalui dan Dengan Seni ........................... 51

Sekolah Tanpa Batas


Jalan Kemandoran I no. 97 Bagian Dua: Penerapan Pembelajaran Pancasila
Palmerah Barat – Jakarta Selatan 12210 dengan Perspektif Literasi Kritis ...................................... 58
Tel : 5483918
Fax : 5483918
Website : www.sekolahtanpabatas.or.id Referensi ....................................................................................... 105
Yayasan Tifa Alamat Situs ................................................................................ 107
Jl. Jaya Mandala II No. 14E
Menteng Dalam
South Jakarta, 12870 Indonesia
Tel : (62) 021 829 2776
Fax : (62) 021 837 83648
Website: www.tifafoundation.org

Desain & Tata Letak : aovi | arusbalik.com


kehilangan gaungnya. Bahkan, dari tingkat Sekolah Dasar (SD)
hingga perguruan tinggi, murid dan mahasiswa tidak lagi hafal,
Kata apalagi memiliki pemahaman mendalam mengenai pengertian
Pengantar yang terkandung dalam sila-sila Pancasila.
Secara resmi pengajaran Pancasila masih diberikan di
sekolah-sekolah melalui Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).

P ancasila sebagai ideologi negara sangat rentan bergeser


menjadi ideologi penguasa. Ketika Pancasila menjadi
ideologi penguasa, keberadaannya pun berada di ujung tanduk
Akan tetapi keberadaan mata pelajaran tersebut belum
berhasil menjadikan Pancasila sebagai subjek pembelajaran
yang menarik dan mencerdaskan. Materi pelajaran yang begitu
ketika sang penguasa kehilangan legitimasinya. Itulah yang luas tetapi tidak mendalam memposisikannya sebagai mata
terjadi dengan Pancasila Orde Baru, Pancasila dijadikan doktrin pelajaran hafalan. Pembelajaran tentang Pancasila sebagai
sakral Orde Baru yang sibuk diwacanakan, dikutip, dan dipaksa nilai-nilai tidak relevan dengan lingkungan sosial, bahkan
untuk dihapalkan tetapi tidak diamalkan. Padahal penguatan dalam kehidupan sehari-hari di sekolah. Praktek intoleransi,
nilai-nilai pluralisme, demokrasi, dan keadilan sosial yang diskriminasi, tindakan curang dalam memperoleh nilai,
terkandung dalam Pancasila merupakan sebuah keharusan dan premanisme di sekolah (bullying) seolah-olah tidak ada
untuk memelihara eksistensi masyarakat Indonesia yang relevansinya dengan Pancasila. Tanggung jawab pembelajaran
beragam. Pancasila hanya berada di pundak guru PKn, padahal sebagai
Devaluasi Pancasila itu perlu direspon dengan upaya pembelajaran Pancasila yang mensyaratkan penaman nilai-nilai
serius dan sistematis untuk merevitalisasi Pancasila. Sekolah semestinya menjadi tanggung jawab semua guru. Akibatnya
sebagai agen transformasi sosial perlu mengambil peran pembelajaran Pancasila di sekolah bukan saja tidak relevan
terdepan dalam upaya ini. Masalahnya, ketika wacana Pancasila tetapi juga tidak memiliki efek transformatif, baik di lingkungan
terpinggirkan di panggung masyarakat, pembelajaran Pancasila sekolah maupun di masyarakat, kini maupun di kemudian hari.
di sekolah pun makin terlupakan. Apalagi pendidikan Pancasila Buku modul Pancasila yang Mencerdaskan ini lahir
di sekolah selama ini cenderung membosankan, dogmatis, dan untuk mengawali upaya merevitalisasi pendidikan Pancasila
sama sekali tidak kritis. Guru-guru yang mengajar Pancasila di sekolah-sekolah, khususnya di tingkat pendidikan dasar
pun dalam posisi marginal juga. Tidak heran bila pendidikan Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Pancasila di sekolah maupun di perguruan tinggi dengan cepat Modul ini dirumuskan bertolak dari hasil kajian kebijakan

iv Modul Pembelajaran Literasi Kritis Pancasila Yang Mencerdaskan v


tentang pendidikan Pancasila yang diselenggarakan Sekolah selalu mengaitkan bahan pembelajaran dengan situasi konkret
Tanpa Batas dan Yayasan Tifa—dengan melibatkan berbagai pribadi maupun sosial, diskusi tentang nilai-nilai baik-buruk
pihak, terutama guru-guru. Dalam kajian tersebut dikemukakan serta adil-tidakadil, dan mendorong merealisasikannya dalam
tentang perlunya perombakan menyeluruh untuk merevitalisasi aksi-aksi konkret. Penanaman aspek konatif ini membuat literasi
Pendidikan Pancasila di sekolah formal, baik dari aspek kritis memungkinkan terjadinya transformasi dan membekali
kurikulum, metode pengajaran, maupun dalam pendidikan siswa dengan kemampuan untuk menjadi agen perubahan.
guru. Perubahan sistemik dalam pengajaran di sekolah Guru dalam pembelajaran literasi kritis tidak bertindak
merupakan sebuah keniscayaan, tetapi juga membutuhkan sebagai penceramah tetapi lebih berfungsi sebagai moderator
mobilisasi sumber daya yang besar. yang membimbing siswa untuk mendiskusikan topik secara
Sebagai terobosan untuk mengatasi kemandekan ini, perlu mendalam dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan
diciptakan model pembelajaran Pancasila yang mendorong kritis. Literasi kritis memungkinkan Pancasila menjadi subjek
siswa untuk mempelajari satu subjek secara mendalam dan kritis, yang bisa digunakan untuk guru semua mata pelajaran dan
aktual dan relevan dengan perkembangan kehidupan nyata di pada gilirannya akan mendorong terciptanya sekolah sebagai
masyarakat, tidak hanya menekankan aspek kognitif dan afektif miniatur masyarakat Indonesia yang toleran, plural, adil, dan
tetapi juga memiliki daya mengubah dengan memperhatikan antikekerasan sebagaimana dicita-citakan. Oleh karena itu,
pula aspek konatif (kemauan untuk bertindak). literasi kritis perlu diperkenalkan dan disebarluaskan untuk
Literasi Kritis merupakan sebuah perspektif yang revitalisasi pendidikan Pancasila di sekolah-sekolah.
menawarkan metode pembelajaran secara mendalam, kritis, Harapan kami, buku modul yang diterbitkan oleh Sekolah
mengasyikkan, dan sekaligus memiliki daya transformatif. Tanpa Batas dan Yayasan Tifa ini dapat menjadi awal sebuah
Literasi Kritis menggabungkan seluruh aktivitas pembelajaran gerakan yang besar untuk memperbarui pendidikan Pancasila
dari membaca teks (reading), menyimak (listening), berbicara di sekolah, menjadikan kembali Pancasila sebagai ideologi yang
(speaking), dan menulis (writing). Bahan yang dipergunakan bisa membumi, ideologi yang hidup dalam pergumulan sehari-hari
diambil dari bacaan baik dari buku, cerita pendek, guntingan masyarakat menuju suatu masyarakat yang adil dan sejahtera.
berita, lagu, klip video, atau bahan multimedia lainnya.
Kombinasi antara bahan bacaan dan bahan multimedia, yang Jakarta, 2012
pada dasarnya berlimpah-limpah saat ini, akan menghasilkan Editor
materi pembelajaran yang kuat dan mempesona. Literasi kritis

vi Modul Pembelajaran Literasi Kritis Pancasila Yang Mencerdaskan vii


metode pembelajarannya bermasalah, tidak tepat, atau
membosankan, hingga menjadikan praksis pembelajaran
tidak menarik? Apakah media pembelajarannya kurang
menarik, konvensional, hingga tidak mampu membantu
mengoptimalkan proses belajar? Jawaban dari asumsi-asumsi
Pendahuluan
pertanyaan tersebut dapat kita lihat sekilas dari praksis
pembelajaran pada mata pelajaran Agama dan Pendidikan
Kewarganegaraan di sekolah-sekolah pada umumnya.
Pertama, praksis pembelajaran pendidikan agama dan
Dunia pendidikan dituntut untuk membangun praksis Pancasila di banyak sekolah tidak jauh-jauh dari aktivitas
pendidikan yang dapat membekali murid dengan nilai-nilai menghafal dan memahami materi secara tekstual saja.
dan budaya toleran, anti-kekerasan,keadilan, etika, moralitas, Kurikulum pendidikan agama di sekolah-sekolah juga lebih
dan demokrasi sesuai dengan kharakterisik multikultural yang banyak ditekankan pada pemahaman konseptual saja, termasuk
melekat pada masyarakat Indonesia. Dengan bekal itulah maka tidak banyak yang dikaitkan dengan konteks sosio-kultural di
akan tercipta sikap hidup dan budaya masyarakat yang adil, masyarakat riil. Beberapa nilai-nilai agama yang dibelajarkan
damai, toleran, dan bermoral. melalui praktik nyata di masyarakat juga terlihat lebih banyak
Bukankah selama ini sekolah-sekolah juga sudah yang merupakan ritual-ritual agama saja, belum yang betul-
memberikan materi pelajaran tentang nilai-nilai keadilan, betul menyentuh realitas persoalan nilai-nilai dan budaya
toleransi, saling menghormati, kekeluargaan, keadilan, di masyarakat, sehingga ranah “kebergunaannya” tidak bisa
kemanusiaan, etika, sopan santun dan lainnya? Bukankah banyak diidentifikasi. Di sisi lain, dalam banyak hal ketika hampir
bahkan mulai dari taman kanak-kanak (TK) sampai perguruan semua anak-anak sebenarnya telah mendapatkan pendidikan
tinggi terdapat materi pelajaran Agama, Ilmu Pengetahuan agama di keluarga dan masyarakat tempat ia tinggal, maka
Sosial (IPS), juga Pancasila dan Kewarganegaraan (PKn)? posisi pendidikan agama di sekolah dapat dikatakan sekadar
Adakah yang salah di sekolah? Apakah materi pelajarannya sebagai sekadar formalitas untuk memenuhi tuntutan yang
terlalu ringan atau terlalu berat, terlalu teoretis atau terlalu terdapat di kurikulum saja. Metode pembelajarannya yang
teknis, hingga menjadikan praksis pembelajaran dirasa tidak monoton menjadikan banyak siswa mengikutinya lebih karena
ada manfaatnya dan tidak bermakna oleh para siswa? Apakah merasa sebagai formalitas dan kewajiban pemeluk agama

1 Modul Pembelajaran Literasi Kritis Pancasila Yang Mencerdaskan 2


tertentu saja, bukan karena ketertarikan pada materi dan praktik saja, belum sampai mengasah ranah afektif, apalagi konatif.
pembelajarannya. Padahal sebenarnya pada ranah afektif itulah nilai-nilai, budaya
Kedua, praksis pembelajaran pendidikan Pancasila dan dan ideologi anti-korupsi, anti-kekerasan, toleransi, keadilan dan
kewarganegaraan juga relatif monoton, tidak banyak beranjak lainnya dapat dipelajari secara optimal. Tidak sekadar dipelajari
dari sekadar memahami materi yang diambil dari buku teks sebagai pengetahuan, melainkan dipelajari sebagai betul-betul
pelajaran saja. Materi tentang nilai-nilai, budaya dan ideologi nilai-nilai, budaya dan ideologi yang hidup dan dipraktikkan
Pancasila justru lebih dibahas secara tekstual yang lepas dari secara nyata.
realitas sosial yang terjadi di masyarakathingga membuat Lebih jauh lagi, sampai sekarang pendidikan dan mata
siswa sulit memahami kebergunaan mempelajari Pancasila dan pelajaran Pancasila seakan masih dianggap sebagai alat
kewarganegaraan. Sementara itu pengetahuan dan nilai-niai untuk mendukung pemerintah berkuasa, bukan untuk
kewarganegaraan yang diberikan justru terlihat sangat tidak memberdayakan dan membangun kedaulatan rakyat. Asumsi
relevan dengan tingkat perkembangan dan konteks pergaulan tersebut muncul akibat dari perlakuan penguasa selama Orde
anak didik—terutama pada kurikulum jenjang Sekolah Dasar Baru yang menjadikan Pancasila sebagai alat legitimasi dan
(SD). Mata pelajaran Pancasila dan kewarganegaraan pun banyak pelanggengan kekuasaan (status quo). Hal itu jugalah yang
dipandang sebelah mata, karena dianggap materinya mudah bisa jadi menjadi salah satu penyebab hilangnya penamaan
dipelajari dan juga karena tidak diikutkan dalam Ujian Nasional Pancasila dalam pendidikan nilai-nilai, budaya dan ideologi
(UN)—untuk Sekolah Menengah Atas (SMA). Selain itu, metode Pancasila di sekolah. Sekarang di sekolah disebut sebagai
pembelajarannya yang monoton dan tidak banyak kreativitas Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), sebelumnya secara jelas
serta inovasi menjadikan tidak banyak siswa tertarik. disebut Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn).
Selain mata pelajaran agama dan kewarganegaraan, tentu Sebab lain bisa jadi juga karena Pancasila dimaknai sebagai nilai-
pengetahuan, nilai-nilai dan budaya keadilan, anti-kekerasan, nilai, budaya dan ideologi yang hidup di masyarakat, termasuk
toleransi, keadilan, kebersamaan dan lainnya juga terdapat pada juga di sekolah dan semua mata pelajaran, dan oleh karenanya
mata pelajaran lain. Hanya saja pada kedua mata pelajaran itulah tidak perlu disebut secara spesifik satu matapelajaran Pancasila
nilai-nilai tersebut secara eksplisit tertulis dan dijadikan materi di sekolah.
atau pokok bahasan yang harus dipelajari siswa di sekolah. Selain itu, kalau pendidikan Pancasila ditujukan untuk
Secara teoritik, fakta praksis pembelajaran agama, Pancasila dan membangun karakter manusia yang cakap, susila, beretika,
Kewarganegaraan tersebut sekadar mengasah ranah kognitif bermoral, maka beberapa pihak menyatakan bahwa pendidikan

3 Modul Pembelajaran Literasi Kritis Pancasila Yang Mencerdaskan 4


agama justru akar sosial dan emosionalnya lebih kuat ketimbang dan menjadi salah satu akar dari munculnya praktik korupsi,
pelajaran Pancasila dalam membelajarkan tentang etika, kekerasan dan ketidakadilan sosial. Di titik inilah, tiada kata lain
moralitas dan lainnya. Namun, berangkat dari argumentasi dalam upaya untuk membangun tatanan sosial dan budaya
tersebut, kita juga dapat berkaca dari realitas masalah yang masyarakat yang bersih dari korupsi, kekerasan, intimidasi,
telah disebutkan di depan, bahwa agama dalam beberapa kasus ketidakadilan dan sejenisnya kecuali kembali pada Pancasila.
ditafsirkan dan dijadikan sebagai payung legitimasi bagi praktik Dari perspektif lain, sebenarnya fenomena ketidakadilan,
kekerasan, teror dan intimidasi. Oleh karena itu, satu nilai-nilai kekerasan, korupsi dan lainnya tersebut memang tidak dapat
dasar ideologis yang dapat menjadi acuan dalam memberantas dipandang sepenuhnya sebagai kesalahan dunia pendidikan
praktik korupsi, kekerasan dan menegakkan keadilan sosial di saja. Pada kasus korupsi misalnya, menunjukkan bahwa
Indonesia adalah Pancasila. Ia tidak sekadar ditujukan untuk soal sistem dan kultur birokrasi sangat berpengaruh dalam
membentuk manusia Indonesia yang beretika, bermoral, mendorong atau bahkan menjebak seseorang untuk terlibat
humanis, dan religius, melainkan juga menjadi fondasi untuk dalam praktik korupsi. Bentuk riilnya adalah desain sistem
membangun masyarakat dan bangsa yang berdaulat, adil dan yang permisif terhadap perilaku korupsi. Kekerasan, teror
makmur. dan intimidasi yang terjadi di masyarakat juga menunjukkan
Sejarah lahirnya Pancasila dan perjalanannya sampai bahwa faktor lingkungan pergaulan di masyarakat sangat
sekarang—terlepas dari ia digunakan sebagai alat legitimasi berpengaruh dalam membentuk perilaku dan sikap yang pro-
rezim berkuasa pada masa Orde Lama dan Orde Baru—telah kekerasan tersebut. Hal yang sama juga dapat dilihat dalam
membuktikan dirinya sebagai tali pengikat keutuhan dan masalah keadilan, terlihat jelas bahwa negara dan korporasi
persatuan bangsa, serta fondasi dalam membangun masyarakat perannya sangat besar dalam melahirkan bentuk-bentuk
adil makmur dan demokratis. Hanya saja karena trauma terhadap ketidakadilan secara sistematis. Walaupun begitu bukan berarti
kekuatan represif Orde Baru yang menggunakan Pancasila versi dunia pendidikan tidak dapat berperan dalam mengatasi
rezim penguasa dalam mempertahankan kekuasaannya, maka fenomena tersebut, hanya saja perannya memang tidak secara
sekarang Pancasila tidak banyak lagi diacu sebagai solusi dalam langsung, melainkan melalui jalur mendidik anak-anak bangsa
mengatasi masalah yang terjadi di masyarakat. Masyarakat dan membangun praksis pendidikan yang ditujukan untuk
yang terombang-ambing dalam globalisasi pun kemudian transformasi sosial.
banyak mengambil secara serampangan nilai-nilai, budaya dan Dengan mendidik anak-anak bangsa melalui sistem
ideologi yang sebenarnya justru bertentangan dengan Pancasila persekolahan (pendidikan formal) maupun non-persekolahan,

5 Modul Pembelajaran Literasi Kritis Pancasila Yang Mencerdaskan 6


maka sejak dini seorang anak dapat dibangun pemahamannya pendidikan Pancasila setidaknya terdapat 3 (tiga) cara pandang
mengenai nilai-nilai dasar ideologis: ketuhanan, kemanusiaan, paradigmatik yang harus digunakan.
persatuan, kerakyatan dan keadilan sosial. Selain itu, dengan Pertama, Pancasila harus dilihat ulang tidak sebagai alat
arah dan desain pendidikan yang ditujukan untuk transformasi pemerintah untuk melanggengkan status quo, melainkan untuk
sosial tentu diharapkan dapat secara langsung turut berperan membangun kedaulatan rakyat dan mewujudkan keadilan
dalam membangun tatanan sosial masyarakat yang lebih baik, sosial.
yakni melalui konsep sekolah sebagai pusat kebudayaan dan Kedua, pendidikan tidak dilihat sebagai proses transfer
perubahan sosial. pengetahuan, nilai-nilai dan budaya dominan, melainkan
Berangkat dari asumsi dasar tersebut, maka adalah penting dipahami sebagai proses transformasi sosial.
untuk merevitalisasi pendidikan Pancasila sebagai upaya Ketiga, praksis pembelajarannya tidak sekadar mengetahui
fundamental dalam membangun dan membelajarkan nilai- dan menguasai materi saja, tapi harus sampai pada melakukan
nilai dasar ideologis Pancasila pada anak-anak didik di sekolah. atau mempraktikkan pengetahuan, nilai-nilai, budaya dan
Pertanyaannya adalah: bagaimanakah mestinya Pancasila ideologi tersebut. Aspek konatif ini sering terlupakan dalam
dipandang dan dimaknai dalam konteks Indonesia sekarang penyelenggaraan pendidikan.
ini? Bagaimanakah pendekatan metodologis yang tepat dalam Ketiga ideal konsep dan praksis pendidikan Pancasila
membelajarkan nilai-nilai, budaya dan ideologi Pancasila? tersebut jelas merupakan kebalikan dari konsep dan praksis
Pertanyaan tersebut harus diajukan mengingat tentu kita tidak pendidikan Pancasila sebelumnya. Dengan demikian Pancasila
ingin mengulang kembali praksis pembelajaran pendidikan tidak menjadi alat pelanggengan status quo penguasa,
Pancasila dan kewarganegaraan selama ini yang relatif monoton, melainkan menjadi batu pijakan dan daya dorong transformatif
tekstual, dan tidak banyak berkaitan dengan realitas kehidupan dalam rangka mewujudkan kedaulatan rakyat dan keadilan
yang dihadapi oleh para siswa dalam kesehariannya. sosial; Pancasila bukan milik penguasa, melainkan milik semua
Sebagaimana diungkap sedikit di depan, problem rakyat Indonesia. Di sisi lain pendidikan untuk transformasi sosial
pendidikan Pancasila tidak semata-mata sekadar masalah adalah keniscayaan, tanpa transformasi sosial maka fenomena
metode pembelajaran yang tidak menarik dan justru dan praktik korupsi, kekerasan, teror, intimidasi, ketidakadilan
membosankan, melainkan juga mengenai perspektif dan sejenisnya akan dibiarkan begitu saja. Pendidikan yang
paradigmatik dalam memandang dan memaknai Pancasila dan dimaknai sebagai proses transfer pengetahuan saja relatif tidak
praksis pendidikan. Oleh karena itu, dalam upaya merevitalisasi punya daya dobrak dalam mempertanyakan tata nilai dominan

7 Modul Pembelajaran Literasi Kritis Pancasila Yang Mencerdaskan 8


yang seringkali tidak adil, eksploitatif, dan diskriminatif. Terlebih dengan SD Eksperimennya, selain itu juga terdapat Mansour
ketika praksis pembelajaran hanya untuk sekadar tahu dan Fakih dan kawan-kawan yang membangun gerakan pendidikan
menguasai materi saja, maka hasilnya hanyalah robot-robot partisipatoris dan emansipatoris dalam memberdayakan rakyat,
yang tidak mungkin menjadi subjek utama pelaku perubahan serta H.A.R. Tilaar yang membawa diskursus pedagogi kritis
sosial. dalam lingkaran akademik di kampus melalui karya-karyanya.
Satu gagasan dan perspektif paradigmatik pendidikan Selain itu kita juga dapat melihatnya pada gerakan pendidikan
yang dapat menjadi dasar ideologis bagi praksis pendidikan alternatif yang dibangun oleh para aktivis dengan mengambil
ideal sebagaimana dikemukakan di depan adalah pedagogi inspirasi dari Paulo Freire dan kawan-kawan.
kritis (critical pedagogy) atau yang juga banyak disebut Garis besar dari perspektif paradigmatik pedagogi
sebagai gagasan dan praksis pendidikan pembebasan atau kritis adalah: selalu kritis dalam melihat relasi pengetahuan
pendidikan emansipatoris. Mengapa pedagogi kritis? Tiadakah dan kekuasaan; melihat bahwa pendidikan tidaklah netral
konsep pendidikan lain yang memiliki garis besar perspektif dan sangat politis sebagai arena kontestasi dan negosiasi
paradigmatik dan tujuan ideologisnya untuk transformasi pengetahuan; bahwa problem sosial kemanusiaan seperti
sosial dengan memihak pada upaya perwujudan kedaulatan ketidakadilan, kemiskinan, eksploitasi, diskriminasi adalah
rakyat dan keadilan sosial? Jika kita telaah lebih jauh dalam problem struktural (sistem); mengarahkan praksis pendidikan
perkembangan sejarah gagasan dan gerakan pendidikan, tiada untuk transformasi sosial mewujudkan keadilan, demokrasi,
lain memang perspektif paradigmatik dan praksis pedagogi kedaulatan rakyat, nasionalisme, humanisme dan lainnya.
kritislah yang tepat dan kokoh sebagai dasar ideologis dari Secara lebih lengkap konsepsi dasar pedagogi kritis akan diurai
upaya untuk melakukan revitalisasi pendidikan Pancasila di pada bagian tersendiri di modul ini, namun berkaitan dengan
Indonesia sekarang ini. upaya revitalisasi pendidikan Pancasila dengan menggunakan
Gagasan dasar dan praksis pedagogi kritis dapat kita telusuri perspektif pedagogi kritis yang diajukan di sini, di sini akan
mulai dari pemikiran dan perjuangan Paulo Freire, Ivan Illich, dicoba urai sedikit mengenai bentuk elaborasinya.
Everet Rheimer, yang dilanjutkan oleh Henry Giroux, Michael Pertama, pendidikan Pancasila dapat dipahami dalam
Apple, Peter McLaren, Joe Kincheloe, dan kawan-kawannya. beberapa bentuk, yakni sebagai satu mata pelajaran tersendiri
Di Indonesia kita juga dapat menelusurinya pada gagasan dan sebagaimana yang ada sekarang dengan nama Pendidikan
gerakan pendidikan Tan Malaka dengan Sekolah Rakyatnya, Kewarganegaraan (PKn)—tanpa secara eksplisit ditambahkan
Ki Hadjar Dewantara dengan Taman Siswa, Y.B. Mangunwijaya kata Pancasila di situ; selain itu dipahami sebagai pengetahuan

9 Modul Pembelajaran Literasi Kritis Pancasila Yang Mencerdaskan 10


dan nilai-nilai yang dalam bentuk materi yang dapat dipelajari Ketika teks tersebut dibaca secara kritis maka harus
secara integratif lintas-matapelajaran; dan juga dipahami dikaitkan dengan realitas sosio-kultural dan politik yang
sebagai nilai-nilai ideologis yang beroperasi di kelas, sekolah dan terjadi di sekitar teks yang dibahas tersebut. Caranya adalah
bahkan masyarakat (hidden curriculum). Dengan mendasarkan dengan mempertanyakan substansi teks tersebut apa; nilai-
pada perkembangan intelektual dan identitas sosio-kultural nilai, budaya, pengetahuan dan ideologi apa yang dikandung
anak didik, maka fokus pembelajaran pendidikan Pancasila oleh teks tersebut; kemudian refleksi teks tersebut dengan
pada jenjang Sekolah Dasar (SD) adalah pada nilai-nilai dasar konteks sosio-kultural riil yang terjadi dalam kehidupan siswa
dan budaya Pancasila, anak didik baru mulai dikenalkan dengan dan masyarakat. Bacaan kritis terhadap teks tersebut diarahkan
konsep Kewarganegaraan (civic) pada Sekolah Menengah untuk membuka selubung ideologis, kepentingan politis, dan
Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA), sedangkan praktik-praktik ketidakadilan, diskrimininasi, eksploitasi, represi
di tingkat Perguruan Tinggi (PT) sudah saatnya untuk mengkaji dan lainnya di masyarakat—melalui teks. Lebih jauh lagi, literasi
Pancasila secara lebih mendalam dan kritis dengan analisis kritis tidak cukup dengan pembacaan kritis dan refleksi kritis
filosofi dan ideologinya. saja, melainkan sampai pada pengambilan sikap atau aksi yang
Kedua, salah satu bentuk pendekatan pembelajaran dalam riil.
pedagogi kritis yang diajukan sebagai metodologi pembelajaran Ketiga, upaya untuk membangun mentalitas dan sikap
dan sekaligus cara pandang kritis terhadap pendidikan Pancasila anti-korupsi, cinta damai, toleransi, adil, rendah hati, sopan
adalah dengan literasi kritis (critical literacy). Penjelasan lebih dan lainnya melalui pendidikan Pancasila tidak dapat dicapai
rinci tentang literasi kritis terdapat dalam bahasan tersendiri di ketika praksis pembelajarannya hanya ditujukan untuk sekadar
modul ini, namun sekilas di sini dapat kita kemukakan beberapa memahami dan menguasai materi pelajaran saja. Oleh karena
konsep dasarnya. Literasi kritis adalah strategi menggunakan itu tujuannya harus diarahkan untuk dapat merubah paradigma
teks sebagai materi pembelajaran dengan melihatnya secara berpikir dan sikap hidup, hingga diharapkan menjadi bagian
kritis, teks yang dimaksud tidaklah terbatas pada teks tertulis dari proses transformasi sosial masyarakat ke arah yang lebih
saja, melainkan juga media lain yang dapat dipahami dan baik. Ranah pengambilan sikap atau aksi (action) dalam istilah
dibaca sebagai teks. Dengan demikian tidak terbatas pada pedagogi kritis inilah yang kurang dituju dan dicapai dari
buku teks, teks berita di media massa, cerita pendek,novel dan desain konsep pendidikan nilai pada umumnya. Aksi di sini
sejenisnya, melainkan juga lagu plus klipnya, film, gambar, foto tidak harus dipahami sebagai melakukan gerakan sosial di
dan lainnya. masyarakat, namun minimal adalah: mengambil sikap yang

11 Modul Pembelajaran Literasi Kritis Pancasila Yang Mencerdaskan 12


tegas dan tepat sejak dalam pikiran untuk memperjuangkan kesadaran kritis anak didiknya. Ketiga strategi tersebut sebagai
keadilan, membangun demokrasi kerakyatan, melawan praktik pendekatan utama dalam pedagogi kritis juga menjadi strategi
korupsi dan lainnya. Dengan demikian, Pancasila tidak semata- yang digunakan dalam praksis pembelajaran literasi kritis,
mata hanya dipahami sebagai sebuah mata pelajaran yang karena tujuannya sama, yakni membangun kesadaran kritis,
harus dikuasai dan dinilai melalui tes tertulis, melainkan harus dan oleh karena itu pula literasi kritis juga menjadi bagian dari
dipahami sebagai nilai-nilai dasar ideologis dan budaya yang pedagogi kritis.
hidup. Merujuk pada penjelasan tersebut di depan, upaya
Keempat, pendekatan metodologis yang digunakan dalam revitalisasi pendidikan Pancasila dengan menggunakan
pedagogi kritis terutama adalah dengan dialog, pelibatan perspektif paradigmatik pedagogi kritis dan terutama secara
sosial dan hadap-masalah (problem-posing). Ketiga pendekatan lebih operasional melalui literasi kritis amatlah relevan. Tentu
pembelajaran tersebut sangat sentral sebagai upaya untuk sebagai upaya awal untuk mengenalkan pedagogi kritis pada
membangun kesadaran kritis (critical consciousness) dari anak masyarakat, terutama literasi kritis untuk para guru pendidikan
didik dan masyarakat secara luas. Dialog digunakan sebagai Pancasila dan kewarganegaraan belum dapat mencakup semua
cara untuk menunjukkan bahwa posisi antara guru dan anak jenis dan jenjang pendidikan. Oleh karena itu pada modul ini
didik adalah setara, pengetahuan dan pendapat anak didik difokuskan untuk mengenalkan pendidikan Pancasila dengan
didengar, diapresiasi dan bahkan menjadi titik tolak dari bahan menggunakan pendekatan literasi kritis pada jenjang SD
pembelajaran. Dialog adalah pintu bagi pengembangan dan SMP. Harapannya tentu setelah ini dapat diperluas pada
pengetahuan yang demokratis di kelas. jenjang SMA dan juga perguruan tinggi. Selain itu, karena
Di sisi lain, pelibatan sosial—dengan proyek sosial dan literasi kritis sebagai sebuah pendekatan pembelajaran kritis
sejenisnya—adalah cara untuk membangun sensitivitas sosial relatif belum banyak dipraktikkan di sekolah-sekolah, terutama
dan emosional serta nalar kritis terhadap realitas sosial di untuk membelajarkan nilai-nilai, budaya dan ideologi Pancasila,
masyarakat. Pelibatan sosial juga upaya untuk memutus jarak maka terlebih dulu akan dilaksanakan pelatihan pembelajaran
antara sekolah dan masyarakat, agar anak didik tidak tercerabut menggunakan pendekatan literasi kritis. Di sinilah guru-guru
dari akar sosio-kulturalnya dan paham betul realitas masalah mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) menjadi
yang riil terjadi. Sementara itu konsep problem-posing adalah sasaran utamanya.
pendekatan pembelajaran dengan menggunakan pertanyaan Sebagai sebuah modul, maka konsep dasarnya adalah
sebagai senjata utama dalam membangun pengetahuan dan menjadi acuan model dalam praksis pembelajaran literasi kritis

13 Modul Pembelajaran Literasi Kritis Pancasila Yang Mencerdaskan 14


di kelas. Beberapa jenis teks dan/atau media yang digunakan jadi tidak terpaku pada skenario proses pembelajaran yang
sebagai contoh di sini bervariasi, mulai dari teks berita di media telah dibuat dalam modul ini.
massa, klip dan lirik lagu, cerita pendek, novel, puisi, gambar, Buku ini terdiri dari dua bagian utama. Bagian pertama,
foto, dan film. Berangkat dari beberapa contoh “teks” tersebut, mengupas tentang apakah itu pedagogi kritis, literasi kritis,
kemudian masing-masing diulas mengenai argumentasi dan bagaimana menggunakan seni sebagai bagian yang
mengapa dan apa keuntungannya? Pengetahuan, nilai-nilai, terpisahkan dalam pembelajaran melalui literasi kritis. Bagian
budaya dan ideologi Pancasila manakah yang dikandung kedua, berupa contoh modul dengan menggunakan berbagai
dalam teks tersebut? Bagaimana desain sistem dan proses jenis teks dan media yang beragam, dari puisi, cerita pendek,
pembelajarannya yang disarankan? Bagaimana tindak lanjut video klip sampai film dan novel.
pembelajarannya? Bagaimanakah cara mencari teks-teks Perspektif literasi kritis yang disodorkan dalam modul ini
tersebut yang tepat sebagai bahan pembelajaran? memang merupakan sesuatu hal yang baru yang mungkin saja
Dengan demikian diharapkan guru tidak terpaku pada mengundang resistensi, termasuk dari kalangan siswa sendiri
teks yang diberikan di dalam modul ini, sebaliknya teks-teks yang demikian terbiasa dengan model pendidikan ala bank.
yang digunakan dalam modul ini posisinya sekadar sebagai Pembelajaran model sokratik, di mana guru lebih berfungsi
contoh, dan guru silakan mencari sendiri teks-teks serupa yang sebagai fasilitator yang banyak mengajukan pertanyaan untuk
dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran untuk nilai-nilai, mendorong dialog dan pemikiran mendalam, belum banyak
budaya dan ideologi Pancasila tertentu secara lebih spesifik. Di dikenal di sekolah. Di sini guru diharapkan berani mengadaptasi
sini lebih ditekankan pada guru mencari teks-teks yang sudah dan menegosiasikan materi dalam kurikulum dengan tawaran
ada dan banyak terdapat di sekitar guru, berita di media massa perspektif ini. Keberanian guru untuk mencoba, belajar sambil
banyak bisa dicari dari koran-koran dan majalah, klip dan lirik mengajar, merupakan kunci sukses pembaharuan pembelajaran
lagu bisa banyak didapat dari internet, gambar dan foto juga Pancasila yang ditawarkan dalam modul ini.
demikian, cerita pendek dan novel juga tidak kalah banyaknya
ada di toko-toko buku. Walaupun begitu tidak masalah ketika
guru ingin mencoba berkreasi membuat teks sebagai bahan
pembelajaran secara mandiri. Sementara itu memang dengan
teks-teks tersebut guru dituntut untuk dapat kreatif mendesain
pross-proses pembelajaran dengan pendekatan literasi kritis,

15 Modul Pembelajaran Literasi Kritis Pancasila Yang Mencerdaskan 16


Bagian Satu
Konsep dan Teori
dipertanyakan keberadannya.
Salah satu pendekatan sosiologis yang berkembang
sejak dekade 1980-an adalah apa yang disebut “pedagogi
Bab 1 kritis” (critical pedagogy). Kita dapat mengatakan bahwa
Apa Itu Pedagogi Kritis? pedagogi kritis — sebagai pendekatan pendidikan—adalah
pendekatan yang mencoba melawan pendekatan pendidikan
psikologis, seperti pendekatan behavioristik yang digunakan
oleh kebanyakan guru dalam kegiatan mengajarnya. Pada bab
ini uraian mengenai pedagogikritis sifatnya sekadar sebagai

S emua yang pernah belajar di lembaga pendidikan guru, yang pengantar, oleh karena itu diharapkan para guru dan calon guru
sering disebut sebagai Lembaga Pendidikan Tenaga Keguruan selanjutnya dapat mencari buku-buku sumber acuan tulisan ini
(LPTK), memiliki pengetahuan bersama yang sekaligus menjadi untuk memahami lebih mendalam mengenai pedagogi kritis
ciri mereka, yaitu: Pedagogi atau ilmu-ilmu kependidikan atau sebagai dasar dalam memahami paradigma yang diacu oleh
Studi Kependidikan. Dengan kata lain, tidak satupun tamatan literasi kritis (critical literacy) dalam bahasan selanjutnya.
LPTK yang tidak mengenal Pedagogi.Dalam disiplin ilmu atau Perkembangan pedagogi kritis cukup menggembirakan, ia
bidang kajian tersebutterbentang berbagai ragam pendekatan hadir dalam berbagai jenis gagasan dan praksis pedagogi kritis
teoretis. Namun, jika disederhanakan, kita dapat memilah di ranah ilmu-ilmu kependidikan dan praksis pendidikan. Hal
setidaknya menjadi 3 (tiga), yaitu pedagogi yang berlandaskan ini terlihat salah satunya dengan telah diterbitkannya ratusan,
pada pendekatan psikologis, teknologis, dan sosiologis. bahkan ribuan artikel mengenai Pedagogi Kritis, termasuk yang
Mengamati apa yang terjadi di LPTK, pendekatan berbahasa Indonesia (Mansour Fakih, Roem Toepatimasang,
sosiologis hampir dapat dikatakan tidak tersentuh. Kekosongan dan Toto Rahardjo,2001).
pendekatan sosiologis dapat diamati melalui wacana yang Pendekatan pendidikan ini, dengan demikian, telah menjadi
diproduksi para guru dan calon guru, baik dalam percakapan begitu kompleks. Oleh karena itu, usaha merangkum pedagogi
maupun tulisan-tulisan mereka. Di sisi lain, sebaliknya dapat kritis dalam beberapa halaman adalah suatu kerja yang tidak
dikatakan bahwa para calon guru dan guru begitu didominasi mungkin dan bahkan dapat dikatakan aneh. Kesulitan ini tentu
oleh pendekatan psikologis. Menurut kami dominasi dari tidak mudah dipecahkan. Apa yang kami lakukan ini adalah
pendekatan psikologis tersebut harus ditantang atau minimal mencoba membimbing para pembaca, khususnya para guru

19 Modul Pembelajaran Literasi Kritis Pancasila Yang Mencerdaskan 20


dan calon guru, ke “pintu” pengantar untuk dapat memahami pelabuhan dan sekaligus salah satu kota termiskin di Brazil
konsepsi dasar dari pedagogi kritis saja. Jadi bab ini bukanlah bagian timur laut. Paulo Freire merupakan anak dari keluarga
bab penjelasan pedagogi kritis secara komprehensif tapi kelas menengah. Dia hidup di dalam keluarga yang harmonis
penjelasan pedagogi kritis secara sepintas. Sekalipun begitu, yang dibangun sang ayah, Joacim Temitstocles Freire. Sang
kami mencoba berusaha menjelaskannya dengan bahasa yang ayah bekerja sebagai tentara, dan sang ibu, Edeltrudes Neves
sesederhana mungkin. Bab ini akan diawali dengan penguraian Freire yang tamatan sekolah menengah atas, menjadi ibu rumah
tokoh pedagogi kritis, yaitu Paulo Freire; kedua, perkembangan tangga.
Pedagogi Kritis di Indonesia; dan diakhiri dengan penjelasan Sekalipun datang dari keluarga kelas menengah yang
singkat beberapa konsep penting Pedagogi Kritis. harmonis, tidak berarti hidup Paulo Freire berada dalam
kenyamanan. Keluarga Freire tertimpa persoalan ekonomi yang
Siapa itu Paulo Freire? sangat berat karena pengaruh krisis ekonomi Amerika Serikat
Pembahasan Pedagogi Kritis tidak bisa tidak kita harus tahun 1929. Krisis ekonomi ini membawa Paulo Freire, dari kira-
bersentuhan dengan tokoh utama pedagogi kritis bernama kira usia delapan tahun hingga 17 tahun, jatuh miskin.
Paulo Freire, sekalipun bukan dia yang menciptakan istilah atau Berada dalam kemiskinan membuatnya merasakan apa
nama pedagogi kritis. Namun melalui pemikirannya mengenai yang disebut lapar dan kesengsaraan yang amat sangat.
pendidikan, khususnya melalui buku pertamanya yang berjudul Kemiskinan dan kelaparan tersebut begitu terpatri di benaknya
Pedagogy of the Oppressed (1972), lahir konsep pemikiran dan dan kemudian mempengaruhi kehidupannya, seperti yang
praksis pedagogi kritis. Untuk itu tidak bisa tidak, kita, para dikemukakan Richard Shaull (1970), “(Freire) membuat sumpah,
guru dan calon guru yang berhasrat mengenal pedagogi kritis pada usia 11 tahun, untuk mengabdikan hidupnya pada
harus mengenal dengan cukup baik kehidupan Paulo Freire. perjuangan melawan lapar, sehingga tidak harus ada anak-
Perkenalan kita dengan Freire dapat kita awali dengan melihat anak yang tahu kesengsaraan yang ia pernah alami”. Tentu
sepintas jejak kehidupannya. tidak mudah bagi seorang remaja melakukan sumpah. Namun
karena kesulitan yang dihadapinya begitu berat, maka Paulo
Masa sulit di saat Freire kanak-kanak dan remaja Freire tidak bisa terhindar dari melakukan tindakan tersebut.
Paulo Freire sejak dekade tahun 1970-an hingga sekarang Problem ekonomi yang menimpa keluarga Freire, memaksa
dikenal sebagai ahli pendidikan dan juga filosof pendidikan orangtua Freire membawa keluarganya meninggalkan kota
kelas dunia. Dia lahir tanggal 19 September 1921 di Recife, kota Recife pada tahun 1931. Mereka memilih kota Jaboatão, kota

21 Modul Pembelajaran Literasi Kritis Pancasila Yang Mencerdaskan 22


yang tidak seganas kota Recife untuk melanjutkan perjuangan kawan sekelasnya,melainkan karena dia dianggap mengalami
kelangsungan hidup. Di kota yang baru ini, saat Paulo Freire persoalan belajar. Ia dikelompokkan gurunya sebagai anak yang
berusia 13 tahun, ayahnya meninggal dunia. Kepergian sang “berkelainan mental” (dia disebut “mildmentalretardation”).
ayah untuk selama-lamanya tersebut menyebabkan Paulo Freire Bagaimana dengan pengalamannya di kota Jaboatão?
harus menangguhkan beberapa tahun pendidikannya di sekolah Sebagai anak remaja tentu saja Paulo Freire tidak berdiam diri di
menengah. Baru pada usia 16 tahun, dia kembali melanjutkan rumah. Layaknya seorang remaja, dia bermain, bergaul dengan
pendidikannya di SMA. Pada saat kembali bersekolah tersebut, anak-anak seusianya. Hal yang menarik dicatat di sini, bagi kita
di kelas dia menjadi siswa yang paling tua. Teman-temannya sebagai guru, Freire memiliki pengalaman yang menarik ketika
berusia sebelas atau duabelas tahun. bergaul dengan anak-anak dan remaja dari keluarga miskin,
Usia yang terlalu jauh jaraknya dengan teman-teman terutama dari keluarga buruh. Bagi Freire, pergaulan dengan
sekelasnya tampak mempengaruhi perilakunya di kelas, juga anak-anak kelas bawah tersebut telah mengantar dia masuk
interaksinya dengan gurunya di kelas. Seperti yang dikemukakan ke bahasa dan kultur lain yang berbeda dari yang ia alami
Gadotti (1994): sebelumnya. Pergaulan dengan kelas bawah mengantar dia
untuk:
“Ia takut mengajukan pertanyaan di dalam kelas,
sebab karena usianya lebih tua daripada kawan-kawan “(menolongku) terbiasa dengan berpikir dan
sekelasnya, ia merasa harus mengajukan pertanyaan yang mengekpresikan diri dengan cara yang berbeda. Ini
lebih cerdas dan relevan dibandingkan teman-teman yang merupakan tata bahasa rakyat, bahasa rakyat, dan
lainnya.” sebagai guru rakyat saya harus mengabdikan diriku
untuk memahami bahasa ini dengan sungguh-sungguh”.
Berada di kelas dengan anak-anak yang tidak seusia (Gadotti, 1994)
membuat Paulo Freire tidak dapat berperilaku luwes dan
sewajarnya atau bersikap yang alamiah. Tidak berlebihan jika Belajar dari apa yang dialami dan katakan oleh Freire
dikatakan bahwa Paulo Freiresaat berada di SMA tersebut tersebut, kita sebagai guru diarahkan agar memahami, bukan
merasa tidak “nyaman”. saja bahasa anak didiknya, tetapi juga budaya di mana anak
Sesungguhnya Paulo Freire merasakan ketidaknyamanan di tersebut berada. Melalui pemahaman bahasa dan budaya
sekolah bukan hanya karena usianya yang jauh tua dari kawan- anak, kita, para guru, akan dapat menggunakan bahasanya.

23 Modul Pembelajaran Literasi Kritis Pancasila Yang Mencerdaskan 24


Dengan kata lain, kita akan mampu menggunakan cara berpikir, baik. Pengalaman menunjukkan pada saya, sekali lagi
kebiasaan berpikir anak, yang mungkin berbeda dari cara hubungan antara kelas sosial dan pengetahuan. Ketika
berpikir kita sebagai guru. Dapat dikatakan bahwa guru harus kakak saya mulai bekerja dan menolong kami dalam
menyelami kultur atau kehidupan anak, yang tidak jarang sangat mengatasi masalah ekonomi keluarga, maka saya mulai
berbeda dengan kultur sang guru. Hal ini sangat diperlukan, bisa makan lebih banyak. Saat itu saya di kelas dua atau
karena pemahaman yang baik terhadap bahasa dan kultur anak tiga SMA, dan saya selalu menghadapi masalah. Ketika
didik adalah modal utama bagi guru dalam mendesain konsep saya mulai makan, saya mulai memahami lebih baik apa
dan praksis pembelajaran yang sesuai dengan latar sosial dan yang saya baca.... (Gadotti,1994)
kultural anak didik. Kesesuaian ini juga penting, karena menjadi
faktor yang dapat meningkatkan ketertarikan, pemahaman, Freire kembali mengajak kita, melalui kutipan di atas, untuk
dan kebermaknaan anak didik dalam mempelajari sesuatu. membuka telinga dan mata kita untuk dapat menangkap,
Freire telah menunjukkan kepada kita bahwa guru memahami dengan jelas mengenai anak didik yang berkegiatan
sesungguhnya adalah “penerjemah” kultur atau budaya anak, di kelas atau di sekolah. Jika kita temukan anak didik “tidak
yang bisa jadi adalah kultur yang lain dari kultur yang dimiliki mampu” belajar, itu bukanlah semata-mata karena dia bodoh
oleh sang guru. Di sinilah, untuk mampu menjadi penerjemah atau tidak bermotivasi, seperti biasanya dilontarkan para guru
kultur anak, sang guru harus memiliki “senjata” utama, yaitu yang diselimuti perspektif psikologis behavioristik. Sangat
kepekaan.Bagian uraian pengalaman kehidupan Freire ini saya mungkin “ketidakmampuan” anak didik tersebut berkaitan
tutup dengan pengalamannya tentang hubungan hasratnya dengan kondisi sosial dan ekonomi sang anak. Bagaimana
terhadap pendidikan dan kemiskinan: mungkin anak dapat menyimak apa yang dikemukakan,
diterangkan guru, saat perut anak kosong melompong, belum
Saya sangat ingin belajar, tetapi saya tidak dapat karena diisi sesendok nasi?
kondisi ekonomi kami yang tidak mengizinkan saya untuk Apa yang dialami Paulo Freire di masa sekolahnya tampak
itu. Saya berusaha untuk membaca dan memperhatikan tidak secerah yang kita bayangkan. Dia berangkat ke sekolah
pelajaran di ruang kelas, tetapi saya tidak dapat dengan perut keroncongan dan yang menyedihkan, dia
memahami apapun akibat kelaparanku. Saya tidak bodoh. dinilai sebagai anak berkelainan mental. Apa yang dapat kita
Saya tidak kehilangan minat. Kondisi sosial sayalah yang catat dari uraian singkat kehidupan Paulo Freire adalah: kita
tidak mengizinkan saya mendapatkan pendidikan yang sebagai guru tidak bisa menyampingkan hubungan antara

25 Modul Pembelajaran Literasi Kritis Pancasila Yang Mencerdaskan 26


kelas sosial dan pengetahuan. Atau lebih jauh lagi, kita tidak berdasarkan kata-katanya sendiri, jadi bukan datang dari
dapat mengabaikan hubungan keberhasilan pendidikan atau pengalaman orangtuanya, pengalaman orang dewasa.
keberhasilan persekolahan dengan kelas sosial. Oleh karena itu, ketika Freire masuk ke Sekolah Dasar,
dia tidak saja telah mengenal dan mengetahui abjad, tetapi
Pendidikan dan kerja Freire juga sudah mampu menulis dan mengkopi tulisan. Di tahun
Di atas kita sudah melihat masa kanak-kanak dan remaja pertama pengalaman yang menarik baginya adalah ketika dia
Paulo Freire. Di bagian tersebut kami juga sudah menyentuh bersekolah di SD swasta, walaupun hanya setahun, karena di
persoalan pendidikan yang dialami Paulo Freire secara garis sanalah dia berkenalan dengan apa yang disebut “membuat
besarnya saja. Oleh karena itu, di bagian ini kami akan mencoba kalimat”. Kenikmatannya membuat kalimat bukan karena
mengajak untuk melihat sedikit lebih rinci pendidikan yang sekadar membuat kalimat, tetapi karena sang guru meminta
dilalui oleh Freire. Kita akan memulai membicarakan pendidikan kepadanya menulis dua atau tiga kata. Kemudian berangkat
paulo Freire di paling awal, yaitu di masa sebelum memasuki dari kata-kata itu, dia diminta mengatakan sesuatu berdasarkan
pendidikan formal. kata-kata tersebut.
Seperti diceritakan oleh Gadotti, Paulo Freire bisa membaca Mengapa Freire sangat menyenangi latihan berbahasa
sebelum masuk sekolah formal. Bagaimana dia belajar membaca? semacam itu? Karena tampak apa yang dilakukan sang guru tidak
Paulo Freire belajar membaca di bawah pohon Mangga, di berbeda dengan apa yang ia lakukan di rumahnya bersama sang
halaman rumah tempat dia dilahirkan. Ranting pohon Mangga ayah, belajar membaca dan menulis di bawah pohon Mangga.
menjadi kapurnya dan tanah menjadi papan tulisnya. Di saat belajar membaca sebelum masuk sekolah, Freire telah
Apa yang menjadi bacaannya dan tulisannya? Paulo Freire terbiasa bebas menuliskan pengalaman hidupnya. Dengan kata
tidak belajar membaca seperti anak-anak pada umumnya lain “model” mengajar di sekolah yang disenangi Paulo Freire
yang belajar membaca dan menulis dengan bertumpu pada tersebut adalah “model” mengajarkan bahasa yang mengantar
buku pelajaran membaca yang isinya biasanya dibuat oleh dia terlepas dari belajar bahasa secara abstrak, model belajar
orang dewasa (orang lain). Atau seperti di tempat kita, belajar bahasa yang menjauhkan dia dari “verbalisme”.
membaca melalui buku paket yang disebar ke sekolah- Pada saat berusia 20 tahun, Freire menamatkan pendidikan
sekolah oleh penerbit. Freire belajar membaca berdasarkan menengahnya. Kemudian dia melanjutkan pendidikannya di
pengalamannya. Dan pengalamannya tersebut dibangun Fakultas Hukum, Universitas Recife. Setelah memperoleh sarjana

27 Modul Pembelajaran Literasi Kritis Pancasila Yang Mencerdaskan 28


hukum, dia tidak menceburkan dirinya ke dalam profesi hukum di seluruh dunia. Dan melalui buku tersebut konsep-konsep
sebagai dunia kerjanya. Dia lebih memilih mengajar bahasa “pendidikan terhadap kaum tertindas” memasuki lembaga-
Portugal di sebuah SMA di Brazil sebagai profesinya. lembaga pendidikan calon guru. Di awal dekade 1980-an,
Setelah sekitar satu atau dua tahun menjadi guru bahasa melalui buku tersebut di Amerika Utara, seorang pedagog
Portugis di SMA, dia masuk ke ranah pendidikan orang dewasa. progresif Amerika Utara, Henry Giroux (1983) memunculkan
Dia berkecimpung di dalam pendidikan pemberantasan konsep pendidikan yang disebut sebagai pedagogi kritis (critical
buta huruf untuk orang dewasa. Di ranah inilah Paulo Freire pedagogy).
menghabiskan waktu seumur hidupnya, dan melalui pendidikan
pemberantasan buta huruf untuk orang dewasa inilah, Freire Konsep-konsep dasar Pedagogi Kritis
melahirkan gagasan besar yang sampai sekarang disebut Sebelum kita menguraikan konsep-konsep pedagogi
sebagai gagasan dan praksis “Pendidikan Kaum Tertindas”. kritis, kita perhatikan lebih dahulu pengertian pedagogi kritis.
Keterlibatannya dalam “pendidikan terhadap kaum Pedagogi kritis adalah pendekatan pendidikan yang berusaha
tertindas” akhirnya membuat Freire ditangkap oleh militer menolong murid untuk mempertanyakan dan menantang
yang berhasil kudeta pemerintahan Brazil pada April 1964. pendominasian, dan kepercayaan dan praktik-praktik yang
Penangkapan dilakukan karena keberhasilan Freire dalam mendominasi mereka. Berikut di bawah ini diberikan beberapa
gerakan pendidikan kaum tertindas. Keberhasilan ini dibaca konsep kunci dalam memahami gagasan dasar dan praksis
oleh pemerintahan militer yang sebagai kegiatan subversif pedagogi kritis.
terhadap negara. Akibat tuduhan subversif tersebut, Freire
dikurung selama 70 hari di dalam penjara secara “kejam”. Ia Hegemoni
dikurung dalam ruangan yang sangat sempit, terdiri dari 6 Para ahli pedagogi kritis menghasilkan konsep-konsepnya
tahanan. Ia bahkan pernah dikerangkeng di ruang yang luasnya didasari atas pengamatan mereka di sekolah. Sekolah bagi
hanya 2X3 meter. Selanjutnya dia dibuang dari negerinya. mereka, dengan memperhatikan apa yang dilakukan para guru,
Pembuangan ini tidak membuat dia berhenti memikirkan murid, administrator, hanya menjalankan berbagai nilai yang
pendidikan kaum tertindas. Hasil dari pembuangan tersebut, dimiliki dan dijalankan kelompok tertentu yang mendominasi.
bila dapat dikatakan seperti itu, adalah penerbitan bukunya Mereka tidak lagi mempertanyakan nilai-nilai yang diajarkan di
yang berjudul Pedagogy of the Oppressed (1970). Buku tersebut sekolah. Dengan kata lain, apa yang diajarkan di sekolah diterima
membuatnya menjadi seorang ahli pendidikan yang tersohor sebagai sesuatu yang masuk akal. Artinya apa yang diajarkan

29 Modul Pembelajaran Literasi Kritis Pancasila Yang Mencerdaskan 30


diterima begitu saja, tanpa dipertanyakan kembali, hingga hubungan horizontal untuk guru dan siswa? Kembali menurut
akhirnya menjelma menjadi ideologi yang cukup diyakini tanpa Freire, posisi yang sejajar antara siswa dan guru di sekolah atau
dikritik. di kelas membawa mereka ke sikap saling pengertian antara
Seperti kita ketahui, di masyarakat terdapat berbagai guru dan siswa. Saling pengertian ini adalah unsur afektif utama
kelompok sosial yang berbeda satu sama lain. Realitas dari pendidikan dialogis yang diusung oleh Freire.
menunjukkan bahwa kelompok yang didominasi relatif Makna lain dari konsep dialog yang diusung Freire
menerima begitu saja tanpa perlawanan ide-ide, kepercayaan- adalah adanya pengertian saling berbagi dan saling memberi
kepercayaan yang berasal dari kelompok dominan. Kepercayaan- antara guru dan siswa yang berdialog. Dialog juga berkaitan
kepercayaan, ide-ide atau ideologi kelompok dominan tersebut erat dengan komunikasi. Kedua konsep tersebut tidak saja
disampaikan melalui kurikulum, peraturan-sekolah, buku-buku merupakan konsep penting dalam praksis pendidikan, tetapi
pelajaran, film-film, nyanyian-nyanyian yang diberikan kepada juga menunjukkan bahwa kedua konsep tersebut selalu berjalan
anak murid di sekolah. Pendominasian tanpa perlawanan beriringan. Dialog dan komunikasi tidak bisa terlepas satu
ini disebut hegemoni. Sayangnya realitas sosial mengenai sama lainnya. Dalam pengertian inilah kita dapat memahami
praktik dominasi dan hegemoni ini tidak banyak dipahami dan ketika Freire mengatakan: dalam suasana dialoglah, manusia
disadari, oleh karena itu menjadi wajar jika kelompok-kelompok berkembang.
sosial yang didominasi menerima begitu saja nilai-nilai dan Konsep dialog yang ditekankan para ahli pedagogik kritik
pengetahuan dari kelompok yang mendominasi, karena tidak lain untuk mempertentangkan dengan konsep anti-dialog
memang mereka tidak tahu bahwa yang terjadi adalah praktik dalam praksis pembelajaran dan pendidikan. Hubungan antara
hegemoni yang membuat pengetahuan menjadi beku, tidak guru dan murid dalam pendidikan yang berisi, sarat dengan
berkembang, dan seringkali menutupi praktik diskriminasi, dialog, tentu berbeda dari hubungan antara guru dan murid
ketidakadilan, dan sejenisnya. yang “anti-dialog”. Sayangnya model pendidikan yang anti-
dialog sekarang masih dominan menguasai pola pikir orang-
Dialog orang yang berada di sekolah.
Dialog adalah konsep kunci dalam pedagogi kritis. Bagi Apa ciri pendidikan anti-dialog? Dialog bercirikan di
Freire, dialog adalah suatu relasi horisontal yang penuh antaranya dalam bentuk relasi horizontal, penuh dengan
persahabatan antara dua individu yang dipenuhi cinta, cinta, harapan antar manusia yang berkomunikasi, sedangkan
harapan, kepercayaan diri, dan juga penilaian kritis. Apa makna pendidikan anti-dialog bersifat, antara lain, relasi vertikal, tanpa

31 Modul Pembelajaran Literasi Kritis Pancasila Yang Mencerdaskan 32


cinta, kosong dari nalar kritis. Fakta bahwa praksis pendidikan Lontar Masalah
anti-dialog masih menyelimuti dunia pendidikan sekarang ini, Jika kita perhatikan kegiatan di ruang kelas belajar-
terutama pendidikan formal persekolahan (schooling), Freire mengajar suatu sekolah, dengan cepat dan tanpa kesulitan,
mengajak para guru untuk “melawan” praksis pendidikan kita akan melihat sang guru begitu menguasai kelas. Sang guru
anti-dialog melalui apa yang disebut sebagai gagasan dan bisa dikatakan tidak saja menguasai ruang tetapi juga waktu
praksis “pedagogi komunikatif”, atau “pedagogi dialogis”, yaitu untuk berbicara tak henti-hentinya. Dia sibuk menyampaikan
pedagogi yang didasari atas konsep dialog. pengetahuan yang tertulis di buku ajar tanpa memperhatikan
keinginan murid-muridnya. Pengajaran satu arah ini, yang
Pemerdekaan dalam bahasan sebelumnya dapat disebut sebagai pengajaran
Mendidik, bagi pedagogi kritis, bukan pendidikan laisez- anti-dialogis,masih saja menyelimuti ruang-ruang kelas sekolah
faire yang hanya menekankan pada kebebasan sepenuhnya sampai sekarang. Pedagogi Kritis menyadari bahwa model
pada diri seseorang. Mendidik adalah menawarkan satu arah pengajaran tersebut tidak seharusnya menguasai sekolah-
kepada siswa, arah yang merupakan bagian dari kegiatan sekolah. Lalu apa yang ditawarkan Pedagogi Kritis?
pendidikan, dan bukan satu-satunya arah yang dipaksakan guru. Para ahli pedagogi kritis mengusung pendidikan yang
Dan arah tersebut membentuk seseorang menjadi aktor sosial bertumpu pada pertanyaan-pertanyaan yang dilahirkan secara
yang berfungsi membebaskan diri dan membebaskan orang alamiah oleh guru beserta murid-muridnya, yang dalam konteks
lain dari kungkungan kultur kelas dominan. Dalam pengertian ini disebut sebagai pendidikan yang sarat dengan “lontar-
ini pemerdekaan ini sama sekali tidak bersifat individual, tetapi masalah” (problem posing). Di sini, guru tidak lagi melulu sebagai
sosial; pendidikan tidak ditujukan hanya untuk mencapai penyampai informasi, melainkan, merujuk pada pendapat Ira
prestasi individu, lebih dari itu ditujukan untuk memerdekakan Shor (1992), guru lebih sebagai sebagai “pelontar masalah”
diri individu, kelompok sosial, dan lingkungan dari penindasan, (teacher as problem-poser).
ketidakadilan, diskriminasi, dan sejenisnya. Dalam konteks Sebagai “pelontar masalah”, seorang guru bisa memulai
ini, merujuk pada Freire, pedagogi kritis, melalui pendidikan pelajaran tentang “kebaikan” di awal pelajaran dengan
pemerdekaan, menekankan pendidikan yang berporoskan pertanyaan-pertanyaan, “Apa yang dipahami oleh anak
pada revolusi kultural. mengenai pengertian ‘anak yang baik’?” Setelah memperoleh
jawaban, sang guru dapat melanjukan pertanyaan, “Bagaimana
menjadi anak yang baik?”; “Anak yang baik menurut siapa ?”“Apa

33 Modul Pembelajaran Literasi Kritis Pancasila Yang Mencerdaskan 34


yang dilakukan sekolah terhadap anak yang baik?”; “Apakah Selanjutnya, “bahasa posibilitas” dapat dipahami sebagai
setiap anak yang baik memperoleh perlakuan yang sama dari daya imajinasi dalam melihat kemungkinan-kemungkinan
sekolah?” “Jika tidak, apa sebab?”; “Siapa yang diuntungkan (possibilities) bahwa sebenarnya kita dapat membangun
dengan definisi anak baik yang dibuat dan diajarkan di realitas sosial lain, yang berbeda dari yang sekarang ada,
sekolah?” yang lebih baik, lebih adil, mencerdaskan, memberdayakan,
Dalam kelas guru sebagai seorang “pelontar masalah” dan menyejahterakan. Realitas sosial masyarakat dan praksis
akan mengantar murid-muridnya menjadi “pelontar masalah” pendidikan sekarang yang dikendalikan oleh logika dan hasrat
juga. Paling tidak, kelas sang pelontar masalah akan membawa kapitalisme bukanlah sesuatu yang tak dapat dirubah, selalu
murid-muridnya aktif dan berpikir kritis. Singkat kata, bersama terdapat kemungkinan untuk merubahnya menjadi lebih baik.
guru “pelontar masalah” di dalam kelas akan lahir praksis Jadi, “bahasa kritis” adalah daya kritis dalam mengungkap
pembelajaran dan pendidikan dialogis. realitas sosial dan “bahasa posibilitas” adalah gambaran dan
arah untuk melakukan tindakan (action) riil perubahan atau
Bahasa Kritis dan Bahasa Posibilitas transformasi sosial ke arah yang lebih baik.
Bahasa kritis (language of critique) dan bahasa posibilitas Guru yang “berbahasa kritis” artinya adalah guru yang dapat
(language of possibility) merupakan dua konsep penting memahami realitas sosial dan masyarakat secara kritis, guru
dalam Pedagogi Kritis. Bahkan dapat dikatakan pedagogi kritis yang mempertanyakan kerangka interpretasi yang telah ada
bertujuan mencampur atau mengelaborasi “bahasa kritis” dan dipilih, termasuk penafsiran-penafsiran dan pemahaman
dengan “bahasa posibilitas” dalam praksis pendidikan (Giroux, mengenai pendidikan dan pengajaran. Melalui “bahasa kritis”
1988). Sebagai awal, konsep “bahasa kritis” dapat dipahami guru akan menyadari secara kritis keadaannya dan akan
sebagai daya baca, pemahaman, analisis, dan artikulasi mencapai kesadaran kritis. Bersama kesadaran kritis ini, guru
secara kritis terhadap realitas sosial masyarakat dan praksis akan memperkuat hasrat mengubah keadaan.
pendidikan, hingga dapat melihat praktik-praktik ketidakadilan, Dengan kata lain, kesadaran kritis mengantar guru ke
diskrmininasi, pembodohan dan lainnya di balik realitas sosial. “bahasa posibilitas”, yaitu bahasa yang mengantar guru dan
Dengan kata lain, tidak terjebak pada pandangan dan sikap yang murid-murid berhasrat yang tinggi untuk menjelajahi alternatif-
menerima realitas sosial masyarakat dan praksis pendidikan alternatif atau kemungkinan (posibilitas) baru, selain dari
sebagai kondisi yang baik-baik saja, melainkan bergerak lebih realitas sosial yang ada sekarang ini. Bahasa posibilitas dengan
lanjut dengan melihatnya secara kritis. demikian, mengikuti ungkapan Giroux, adalah bahasa yang

35 Modul Pembelajaran Literasi Kritis Pancasila Yang Mencerdaskan 36


merujuk pada the language of the “not yet”’, yaitu bahasa yang pertanyan kritis tetapi juga sekaligus membawa harapan akan
meminta kita menggunakan imajinasi dan memeliharanya perubahan keadaan, yaitu keadaan yang memperlihatkan jarak
dengan baik untuk memperlihatkan dengan kritis apa yang yang jauh antara apa yang ada dan terjadi di dalam pendidikan
terjadi dan apa yang seharusnya terjadi. (riil) dengan yang seharusnya terjadi (ideal); keadaan yang
Bahasa Kritis biasanya disebut juga “bahasa keputusasaan”, menunjukkan kesenjangan antara mereka yang berlebihan dan
karena itu dia harus ditemankan dengan bahasa posibilitas, mereka yang terkuras, seperti diungkapkan W.S. Rendra dalam
bahasa harapan, bahasa, yang menurut Freire, menerima utopia puisinya “Sajak Sebatang Lisong”:
sebagai mimpi yang mungkin direalisasikan. Disebut “bahasa
keputusasaan” karena melihat realitas sosial sebagai fakta ......
riil yang tak terelakkan dan dirasa sulit untuk dirubah karena dan di dalam udara yang panas kita juga bertanya:
dominasi dan hegemoni yang begitu kuat, sebagaimana yang kita ini dididik untuk memihak yang mana?
kita lihat pada gagasan dan praksis pendidikan liberal dan ilmu-ilmu diajarkan disini
bernuansa kapitalis sekarang ini di Indonesia. Di sisi lain, bahasa akan menjadi alat pembebasan
posibilitas menjadi dasar argumentasi bahwa dominasi dan ataukah alat penindasan?
hegemoni pendidikan liberal dan kapitalis sekarang ini bukanlah ......
hal yang sama sekali tidak bisa dirubah, imajinasi terciptanya
praksis pendidikan yang membebaskan dan transformatif tidak
tertutup realitasinya.
Seperti yang dikemukakan di atas, bab ini hanya bertujuan
hanya mengantar ke “pintu” pemahaman dasar mengenai
pedagogi kritis. Setelah membaca pengantar menuju ke pintu
Pedagogi Kritis ini, para pembaca yang guru dan calon guru
dapat meneruskan perjalanannya untuk memasuki pintu
pedagogi kritis. Untuk mengakhiri uraian saya ini, saya hanya
ingin mengatakan bahwa pedagogi kritis sebagai pendekatan,
seperti yang dirinci di atas, adalah pendekatan pendidikan yang
diharapkan tidak saja menghidupkan kelas dengan pertanyaan-

37 Modul Pembelajaran Literasi Kritis Pancasila Yang Mencerdaskan 38


alamiah memiliki kemampuan bahasa. Beberapa saat setelah
dilahirkan, secara natural ia akan mengamati gerak-gerik ibu
dan ayahnya, mengamati situasi di sekelilingnya. Dengan cara
itu pula secara perlahan ia akan meniru gerakan bibir ibu dan
Bab 2 orang-orang yang berada di dekatnya. Dari bunyi-bunyian
yang tidak jelas, ia kemudian bisa mengucapkan beberapa
Literasi dan Literasi Kritis?
kata dan akhirnya bisa membuat kalimat sederhana. Dengan
mengamati, mendengarkan, mencoba menggerakkan bibir,
hingga mengeluarkan kata-kata. Begitulah seseorang bisa
berbicara. Tidak perlu sebuah usaha khusus yang dilakukan
secara sistematis.
Berbeda dengan kemampuan mendengarkan dan
berbicara, kemampuan membaca dan menulis hanya bisa

B agaimana pedagogi kritis dipraktekkan di dalam kelas?


Literasi kritis (critical literacy) merupakan salah bentuk
penerapan pembelajaran dengan pendekatan pedagogi kritis.
diperoleh dengan mempelajarinya secara khusus. Ini adalah
kharakteristik yang membedakan antara seorang terdidik
dengan yang lainnya—yang “tidak terdidik”. Seseorang baru bisa
Untuk memahami literasi kritis, kita harus memahami dulu apa dikatakan terpelajar atau literate apabila ia menguasai empat
itu literasi. Literasi pada dasarnya adalah kemampuan berbahasa, unsur kemampuan berbahasa sekaligus: menyimak, berbicara,
yang terdiri dari empat unsur utama: mendengarkan atau membaca, dan menulis. Tanpa memiliki kemampuan membaca
menyimak (listening), berbicara (speaking), membaca (reading), dan menulis, seseorang belum dapat disebut sebagai telah
dan menulis (writing). Jadi, secara ringkas literasi kritis adalah memiliki kharakter sebagai seorang terdidik. Setinggi apapun
literasi yang menggunakan perspektif pedagogi kritis. Bagian sekolah yang diikuti atau ijazah yang diperolehnya, apabila ia
ini akan membahas tentang persoalan literasi, konsep literasi tidak memiliki kemampuan menyimak, berbicara, membaca,
kritis, dan bagaimana mempraktekkan literasi kritis di dalam dan menulis secara bersamaan ia bukanlah seorang terdidik.
kelas. Oleh karena itu kemampuan berbahasa atau literasi harus
Kemampuan berbahasa pada dasarnya melekat pada menjadi jantung pembelajaran di sekolah. Di sinilah letak
diri semua orang. Dalam kondisi normal, seorang bayi secara persoalannya. Sekolah tidak menjadikan literasi sebagai hal yang

39 Modul Pembelajaran Literasi Kritis Pancasila Yang Mencerdaskan 40


penting. Murid tidak dilatih secara terus-menerus mempertajam Sebagai jantung pembelajaran di sekolah, literasi bukan
kemampuan berbahasanya, terutama dalam membaca dan hanya menjadi tanggung jawab guru bahasa. Tanggung
menulis. Sehari-hari anak hanya dihadapkan pada latihan soal. jawab utama memang berada di pundak guru bahasa. Akan
Membaca buku bukan menjadi menu sehari-hari di sekolah, tetapi semua guru juga memiliki tanggung jawab bersama
bahkan sekolah-sekolah yang memakai label rintisan berstandar mengembangkan kemampuan literasi murid-muridnya,
nasional. Murid hanya disodori buku-buku pelajaran. Padahal termasuk guru sains, matematika, atau olahraga. Guru hanya
buku pelajaran tidak lain merupakan pengetahuan yang bisa melaksanakan kewajiban itu apabila guru itu sendiri
disimplifikasi, atau disederhanakan, dan dipadatkan. Dalam era sadar bahwa secara terus-menerus ia harus mengembangkan
informasi seperti sekarang, terjadi apa yang disebut ledakan kemampuan membaca dan kemampuan menulisnya. Guru dan
informasi. Akibatnya, makin hari makin banyak dan makin tebal murid sama-sama pembelajar.
buku-buku pelajaran yang harus dibawa anak.
Anak kemudian dijejali informasi dan pengetahuan Kelompok Paedia
sebanyak-banyaknya. Seolah kita tidak peduli bahwa kapasitas Persoalan literasi bukan hanya masalah di Indonesia. Di
otak manusia terbatas. Pendididikan ala bank, dengan Amerika Serikat pun, literasi masih menjadi problem. Masalah
menjejalkan sebanyak-banyaknya pengetahuan pada anak ini yang melatarbelakangi munculnya kelompok pembaharuan
bukanlah pendidikan yang mencerdaskan. Padahal pendidikan pendidikan Paedia yang dipimpin oleh Mortimer Adler pada
seharusnya memberikan kepada pancing kepada murid, bukan 1980-an. (lihat Barzun, 2009)
ikannya. Pancing di sini tidak lain adalah kemampuan untuk Salah satu ciri dari sekolah Paedia adalah menempatkan
mencari dan menyerap pengetahuan. Kemampuan ini sebagian literasi sebagai hal yang utama dalam proses pembelajaran, dari
besar ditentukan oleh kemampuan baca. tingkat SD sampai SMA. Kelompok ini membuat sebuah daftar
Kemampuan baca pada gilirannya mempengaruhi bacaan untuk siswa kelas 1 SD sampai kelas 12 SMA berdasarkan
kemampuan menulis. Tanpa memiliki kemampuan membaca, kelompok umur. Daftar itu mencakup ratusan buku, yang terdiri
seseorang tidak mungkin menguasai kemampuan menulis dari buku fiksi dan nonfiksi. Termasuk dalam daftar bacaan itu
dengan baik. Sama juga dengan kemampuan membaca, adalah buku-buku kumpulan puisi, drama, feature dan biografi,
kemampuan menulis harus diasah terus-menerus. Sekolah serta filsafat.
memiliki tanggung jawab utama dalam mengembangkan Kelompok Paedia membagi pembelajaran dalam tiga
kemampuan ini. kolom (lihat tabel). Pengajaran, ceramah, dan respon terhadap

41 Modul Pembelajaran Literasi Kritis Pancasila Yang Mencerdaskan 42


teks berada pada kolom pertama. Tujuannya adalah menyerap Di sekolah-sekolah kita, bahkan dalam pelajaran bahasa
pengetahuan. Pada kolom kedua, pembelajaran diarahkan pada Indonesia pun literasi bukan menjadi bagian penting dalam
pengembangan keterampilan intelektual dan keterampilan proses pembelajaran. Apalagi untuk bidang sains dan
belajar. Metode yang dipergunakan adalah membaca, menulis, matematika. Terlalu dini anak-anak Indonesia dijuruskan dalam
dan mendengarkan. Sedangkan pada tingkat tertinggi, bidang-bidang studi yang sangat spesifik dan kemudian dipaksa
pembelajaran diarahkan untuk perluasan dan pendalaman memakai kaca mata kuda. Membaca buku tidak pernah disentuh
ide dan nilai-nilai. Metode yang digunakan adalah pertanyaan dalam pembelajaran matematika, fisika, kimia, maupun biologi
sokratik dan diskusi buku atau karya seni. Di Indonesia, metode di tingkat SMA. Padahal di pasar tersedia banyak buku menarik
membaca dan menulis pun belum lazim dipraktekkan, apalagi untuk pembelajaran sains, seperti buku karya Alfred Russel
diskusi-diskusi buku dan pertanyaan-pertanyaan sokratik. Wallace, Kepulauan Nusantara: Sebuah Kisah Perjalanan, Kajian
Manusia dan Alam yang diterbitkan Komunitas Bambu (2009)
Kolom 1 Kolom 2 Kolom 3 dan buku karya Simon Winchester, Krakatoa: Ketika Dunia
PENYERAPAN PENGEMBANGAN PERLUASAN Meledak bisa menjadi bacaan yang sangat mengesankan dan
PENGETAHUAN KETERAMPILAN PEMAHAHAMAN tidak akan dilupakan untuk anak-anak SMA.
INTELEKTUAL- IDE DAN NILAI-NILAI Dengan membaca Krakatoa, anak akan memahami bahwa
KETERAMPILAN
ilmu pengetahuan bukanlah sebuah barang mati yang berdiri
BELAJAR
sendiri. Di sini tidak ada tembok yang memisahkan antara ilmu
Metode Metode Metode alam dan ilmu sosial. Geologi, fisika, biologi, sejarah, politik,
sastra, dan seni berpadu menjadi sebuah karya ilmiah naratif
Pengajaran, Membaca, menulis, Pertanyaan- yang mengagumkan.
ceramah, respon dan mendengarkan pertanyaan sokratik
Mengajari anak membaca buku-buku teks semacam ini
terhadap teks dan dan partisipasi aktif
alat bantu memang memerlukan waktu, tenaga, selain juga kesabaran.
Pemecahan masalah, Diskusi buku dan Pada bab-bab pertama anak perlu diajak membaca bersama-
mengamati, karya Seni sama dan diskusi. Setelah itu anak akan bisa menyelesaikan
memperkirakan bacaannya sendiri. Dan sekali anak lolos membaca buku-buku
Melatih penilaian Aktivitas Artistik
ini, ia akan memiliki kemampuan membaca buku-buku lainnya.
kritis
Kekuatan membaca anak dipastikan akan luar biasa apabila

43 Modul Pembelajaran Literasi Kritis Pancasila Yang Mencerdaskan 44


proses ini dilakukan berulang kali. Di sinilah hakikat pendidikan tujuan memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang
“memberikan kail, bukan pancingnya”. kekuasaan, ketidaksamaan atau kesenjangan, dan ketidakadilan
dalam relasi manusia. Literasi kritis cukup populer dipergunakan
Literasi Kritis sebagai pendekatan pembelajaran bahasa seperti di Australia
Bagaimanapun literasi saja tidak mencukupi. Membangun dan Kanada akan tetapi literasi kritis di sini telah mengalami de-
pemahaman kritis penggunaan bahasa secara kritis tanpa ideologisasi dengan menanggalkan asumsi tentang terjadinya
memperhatikan nilai-nilai sosial akan menghadapkan risiko penyelahgunaan kekuasaan sebagai penyebab ketidakadilan.
memberikan alat yang ampuh yang justru bisa dipergunakan Teks dalam literasi kritis didefinisikan sebagai sebuah
untuk melawan keadilan sosial (Doziers, Johnson, dan Rogers, kendaraan bagi individu-individu untuk berkomunikasi satu
2006). sama lain dengan menggunakan kode-kode dan konvensi-
Literasi, sebagaimana dikemukakan Gramsci, merupakan konvensi yang diterima suatu masyarakat. Oleh karena itu lagu,
pedang bermata dua. Ia dapat dipergunakan untuk dialog, gambar, film, internet, dan sebagainya juga dipandang
pemberdayaan diri sendiri atau pemberdayaan sosial. Sebaliknya sebagai teks.
ia dapat pula menjadi alat untuk melanggengkan represi Literasi kritis berkembang dari pedagogi kritis yang
dan donimasi. Oleh karena itu, menurut Henry Giroux, perlu dipelopori oleh Paulo Freire yang muncul dalam bukunya
disadari tentang perlunya menghadirkan sebuah pandangan Pedagogi Kaum Tertindas (Pedagogy of the Opressed). Freire
radikal literasi yang menggulirkan pentingnya menyebutkan menekankan urgensi menumbuhkan kesadaran sosial siswa
dan mentransormasi ideologi maupun kondisi sosial yang dengan cara melakukan kritik terhadap berbagai bentuk
melemahkan peluang bentuk-bentuk komunitas dan kehidupan ketidakadilan sosial yang terjadi dalam masyarakat. Proses
publik yang diorganisasikan berdasarkan demokrasi kritis. penyadaran ini tidak akan muncul dalam sistem pendidikan
Persoalan ini, menurut Giroux, bukan hanya terkait dengan ala bank di mana siswa diperlakukan seperti bejana kosong
kelompok miskin dan minoritas saja tetapi juga problem yang yang menunggu untuk diisi. Penyadaran tidak bisa dilakukan
dihadapi kelas menengah dan atas yang ditarik dari kehidupan ketika pendidikan dihinggapi “penyakit narasi” tetapi hanya
publik ke dalam dunia yang disapu oleh privatisasi, pesimisme bisa dilakukan apabila siswa diberi kesempatan untuk
dan ketamakan (Giroux, 2005). mengkonstruksikan kembali pengetahuan yang ia terima
Literasi kritis secara ringkas dapat dipahami sebagai berdasarkan pengalaman yang telah ia miliki. Sebagai
kemampuan membaca teks secara aktif dan reflektif dengan konsekuensinya guru dan murid harus berada dalam posisi yang

45 Modul Pembelajaran Literasi Kritis Pancasila Yang Mencerdaskan 46


sejajar. Guru adalah pengajar sekaligus pembelajar. Sebaliknya dilatarbelakangi status sosial ekonomi, ras, kelas, gender,
murid selain pembelajar juga sekaligus merupakan pengajar. orientasi sosial, dan sebagainya. Menjadi “literate” secara kritis
Interaksi dialogis, bukan instruktif merupakan karakteristik berati menguasai kemampuan untuk membaca dan mengkritisi
dasar literasi kritis (Freire, 2005). pesan-pesan dalam teks untuk memahami dengan lebih baik
Freire berpendapat bahwa membaca tidak hanya terdiri pengetahuan siapa yang diuntungkan (Coffey, 2010). Teks sering
dari aktivitas menginterpretasikan kata-kata atau bahasa, tetapi diproduksi berdasarkan asumsi, prasangka, diskriminasi, atau
didahului dan saling bersinggungan dengan pengetahuan agenda tersembunyi penguasa politik atau bisnis. Agar siswa
tentang dunia. Bahasa dan realitas, menurut Freire, saling dapat menjadi pembaca kritis ia harus mampu membaca secara
terhubung sehingga pemahaman yang dicapai dalam membaca reflektif, memberikan makna pada pesan yang disampaikan,
kritis harus melihat keterkaitan antara teks dan konteks. bukan sekedar mengamati kata-kata atau memahami isi
“Membaca dunia selalu diawali dengan membaca kata, dan bacaan.
seterusnya membaca kata berarti membaca dunia,” kata Freire. Pengajaran dan pembelajaran literasi kritis dibangun
Karena itu literasi merupakan gerakan dinamis yang melibatkan dengan melontarkan pertanyaan kepada murid, mendorong
persepsi kritis, interpretasi dan menuliskan kembali apa yang murid mencari jawaban, dan melakukan aksi. (Johnson dan
telah dibaca (Freire dan Macedo, 2005). Rogers, 2006). Membaca, kritik sosial, analisa sosial, dan aksi
Bagi kaum Frerian, literasi kritis merupakan cara untuk sosial merupakan alat untuk mewujudkan sebuah tatanan
memberdayakan kelompok tertindas melawan penindasan dan yang berbeda dari yang ada saat ini. Melalui kritik sosial, kita
pemaksaan yang biasa dilakukan oleh korporasi atau negara. mulai mempertanyakan mengapa hal-hal seperti ini terjadi;
Tujuan akhir literasi kritis adalah mengatasi atau menghapuskan melalui analisa sosial, kita mulai melihat relasi yang lebih luas
ketimpangan sosial dan memecahkan berbagai persoalan yang serta persoalan kekuasaan dan kontrol yang terjadi dalam
muncul akibat penyalahgunaan kekuasaan melalui pengujian, komunitas dan masyrakat kita; dan melalui aksi sosial kita
analisa, dan dekonstuksi teks. Dengan catatan, dekonstruksi bertindak berdasarkan kritik dan analisis reflektif dalam rangka
dilakukan secara proporsional sehingga tidak merusak menempatkan diri kita dalam posisi yang berbeda (Vasquez,
bangunan teks itu sendiri. 2004).
Pendekatan literasi kritis mendorong siswa untuk Oleh karena literasi kritis mensyaratkan integrasi kegiatan
mempertanyakan perbagai persoalan terkait issu relasi membaca atau memahami teks dengan pembelajaranyang
kekuasaan yang muncul dalam kesenjangan sosial yang bersifat dialogis di mana guru melontarkan pertanyaan-

47 Modul Pembelajaran Literasi Kritis Pancasila Yang Mencerdaskan 48


pertanyaan untuk merangsang terjadinya diskusi dan pemikiran Dengan demikian literasi kritis terkait erat dengan aspek
mendalam. Membaca reflektif tidak hanya akan mendorong konatif, atau kemauan untuk bertindak, yang esensial tetapi
siswa untuk mengaitkan teks dengan pengalaman pribadi sering dilupakan dalam proses pendidikan. Aspek konatif ini
maupun konteks sosial tetapi juga akan menghubungkan akan menginternaliasikan keharusan seseorang untuk ikut
teks dengan dunia yang lebih luas di luar sekolah. Dalam bertanggungjawab dan bersikap terhadap situasi yang terjadi
hal ini kepiawaian guru dalam melontarkan pertanyaan- di lingkungan dan ikut mengambil bagian secara aktif dalam
pertanyaan untuk merangsang dialog yang menggugah emosi proses perubahan menuju tatanan masyarakat yang lebih
dan pemikiran yang mendalam sebagaimana dalam kelas adil. Pembelajaran liteasi kritis akan mengubah perspektif
Sokratik menjadi sangat krusial. Dalam pembahasan karya pendidikan dari semata-mata sebagai proses mempersiapkan
sastra, misalnya, jauh lebih penting dialog tentang bagaimana anak menjadi individu yang siap berkompetisi dalam pasar
penilaian siswa tentang bacaan tersebut, adegan mana yang terbuka tetapi untuk mempersiapkan pula siswa menjadi bagian
lucu atau membuat sedih, siapa tokoh yang jahat dan baik, dan dari warga negara yang berani memulai perubahan.
pertanyaan-pertanyaan yang menggugah emosi, empati, dan
perasaan simpati yang kuat terhadap orang yang menderita
atau korban daripada diskusi tentang unsur-unsur kritik sastra.
Dalam mendiskusikan teks, salah satu aspek yang penting
adalah bagaimana teks tersebut dapat menggugah kesadaran
siswa untuk bertindak. Ini bisa dilakukan dengan melontarkan
pertanyaan-pertanyaan, seperti “Apa yang kamu lakukan
seandainya kamu adalah si X?” Kemudian guru dapat mengajak
siswa untuk melihat situasi ketidakadilan di lingkungan sekitar
yang mirip dengan situasi dalam teks dan meminta siswa
untuk memikirkan apa yang bisa dirancang dan dilakukan oleh
siswa untuk mengatasi persoalan itu. Bertolak dari inilah aksi
konkret bisa dilakukan, seperti membuat petisi, mengirim surat
pembaca, menyurati instansi-instansi yang dipandang harus
bertanggungjawab terhadap situasi tersebut.

49 Modul Pembelajaran Literasi Kritis Pancasila Yang Mencerdaskan 50


Pembelajaran dengan dan melalui seni sedikit terkendala
bila guru tidak mengenal atau tidak menyukai seni. Apalagi
seni tidak menjadi bagian penting dalam—pendidikan guru
Bab 3 di Indonesia selama ini. Guru yang tidak suka puisi, misalnya,
Belajar Dengan akan kesulitan menyelenggarakn pembelajaran dengan
dan Melalui Seni menggunakan puisi. Dalam situasi ini maka langkah pertama
yang harus dilakukan guru adalah berusaha untuk menyukai
seni, dengan mulai membaca puisi, cerpen, atau karya sastra
lainnya serta berbagai bentuk karya seni visual, seperti foto,

K elas pedagogi kritis dan praktek pembelajaran literasi kritis


sangat erat kaitannya dengan seni (dan sastra). Karena
pada dasarnya setiap manusia menyukai seni, pembelajaran
lukisan, film. Di dalam kelas, guru dan murid bisa sama-sama
belajar untuk menikmati seni.
Guru harus memilih bahan ajar yang memang sesuai
dengan dan melalui seni akan membuat kelas menjadi menarik dengan karakter yang ia sukai, misalnya; lagu, film, drama,
dan menyenangkan, bukan hanya bagi murid tetapi juga bagi ataupun tarian. Pada kenyataannya, produk seni yang paling
gurunya. Dengan menggunakan karya sastra—seperti puisi, sering dijadikan sebagai media pembelajaran adalah musik,
cerpen, atau novel, misalnya—pembelajaran Ilmu Pengetahuan baik itu musik tradisional ataupun modern.
Sosial (IPS) atau sejarah bisa lebih hidup, tidak membosankan Tetapi guru tetap harus berhati-hati apabila menggunakan
seperti ketika murid harus berhadapan dengan teks buku seni sebagai alat pembelajaran. Jangan sampai justru seni itu
pelajaran yang kaku. sendiri yang menjadi subyek pembahasan bukan nilai-nilai
Mengajar dengan dan melalui seni juga akan membantu pelajaran yang sedang dibahas. Misalnya, ketika seorang guru
guru mengatasi kesulitan membuat murid-muridnya kerasan mengajarkan materi sejarah dengan menggunakan lukisan,
di kelas. Tidak semua guru memiliki bakat alam mengajar siswa justru cenderung membahas soal lukisan bukan materi
dengan ceramah yang memukau. Seni dalam pembelajaran sejarahnya. Untuk menghindari hal ini, guru bisa melakukan
bisa membantu guru untuk menguatkan posisinya di dalam dialog dengan siswanya. Secara teknis ia memberikan
kelas. Mengajar dengan dan melalui seni akan membuat kita pertanyaan-pertanyaan pada siswa mengenai lukisan itu yang
bisa mengatasi keterbatasan personal dengan terciptanya kelas disesuaikan dengan konteks materi sejarah yang sedang mereka
yang interaktif dan kreatif. pelajari.

51 Modul Pembelajaran Literasi Kritis Pancasila Yang Mencerdaskan 52


Belajar Melalui Seni Belajar dengan seni berarti belajar sesuatu dengan
Ada sedikitnya tiga hal yang bisa dijadikan alasan mengapa menggunakan karya seni sebagai sumber belajar. Sebagai
pembelajaran dengan dan melalui seni perlu dilakukan. Pertama, contoh, kita bisa menggunakan lagu atau puisi untuk menambah
seni memiliki daya tarik. Pada dasarnya, semua orang termasuk perbendaharaan kata murid-muridnya. Sedangkan belajar
guru pasti menyukai seni dalam berbagai bentuk. Kedua, seni melalui seni, berarti murid memproduksi sebuah karya seni–
merupakan cermin kehidupan nyata yang multi-interpretasi. seperti lagu, puisi, atau drama—terkait dengan materi yang
Ketiga, seni adalah media untuk mengekspresikan gagasan dan tengah mereka pelajari. Karya seni ini dihasilkan murid setelah
emosi. Dari ketiga poin ini, poin yang paling penting adalah mereka memahami atau mengeksplorasi subjek atau materi
yang pertama, yakni daya tarik. Daya tarik inilah yang akan pembelajaran. Produknya bisa beragam, bisa drama, puisi, lagu,
membantu proses pembelajaran berjalan dengan lebih efektif dan hal-hal lainnya. Karya yang dihasilkan murid ini sekaligus
dan meningkatkan relasi guru dan murid ke level dialogis, bisa menjadi dasar evaluasi atau penilian guru terhadap
bukan monologis. kemampuan siswa dalam memahami materi pembelajaran.
Seni dan sastra erat menghubungkan seseorang dengan Belajar melalui seni mengharuskan guru mengajak
ide dan emosi. Sayangnya pembelajaran seni di sekolah- murid-muridnya menciptakan karya seni. Murid bisa diminta
sekolah tidak dianggap penting. Pembelajaran seni dan sastra menggambar, menulis puisi, bermain drama, membuat
cenderung terpisah dari kurikulum pokok dan hanya dianggap lagu untuk mengungkapkan pemahaman mereka tentang
sebagai pengayaan atau pelengkap saja. materi pembelajaran. Mengajar melalui seni akan membantu
Seni pada dasarnya dapat diintegrasikan dengan mata murid “mengalami” dan terlibat secara personal dalam
pelajaran lain, baik bidang sosial ataupun sains. Kita perlu narasi atau konsep-konsep daripada sekedar membaca atau
membedakan antara belajar tentang seni (about art) dan belajar mendiskusikannya. Pendekatan ini sesuai dengan pentingnya
melalui seni (through art). Belajar tentang seni adalah belajar menggunakan cara pembelajaran yang beragam. Selain itu
seni sebagai sebuah disiplin atau mata pelajaran sebagaimana pembelajaran melalui seni juga sangat sesuai latar belakang
kita pahami secara tradisional. Belajar melalui seni adalah murid yang memiliki keragaman budaya dan bahasa.
menggunakan seni sebagai alat atau strategi pengajaran untuk Belajar dengan melalui seni akan meningkatkan
membantu murid memahami konten (isi) pembelajaran, bukan keterampilan berpikir secara kritis dan kreatif, dorongan untuk
tentang seni itu sendiri. maju, keberanian mengambil risiko, kemampuan bekerja sama,
dan rasa percaya diri. Tentu saja dengan belajar seni akan

53 Modul Pembelajaran Literasi Kritis Pancasila Yang Mencerdaskan 54


meningkatkan pemahaman dan apresiasi anak terhadap itu seni dalam pembelajaran. Jangan sampai karya seni yang digunakan
sendiri. Pergaulan dengan seni juga merupakan kharakteristik justru tidak ada hubungannya dengan materi pokok yang
seorang terdidik. Pembelajaran seni merupakan sejalan dengan diajarkan.
tujuan pendidikan itu sendiri, yakni untuk mempertajam pikiran Salah satu kunci berhasil tidaknya seni dalam pembelajaran
dan menghaluskan perasaan. dengan seni adalah kemampuan guru dalam mengarahkan
Seni dapat membantu anak mengalami dari dekat sehingga siswanya dalam dialog tanya jawab. Guru harus berani
akan membuat mereka memahami konsep dalam sains dan melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang bisa memancing
mata pelajaran lainnya secara mendalam. Seni memiliki siswa untuk berimajinasi dan mengekplorasi pengetahuan
kekuatan untuk memotivasi dan melibatkan anak, termasuk yang ingin ia pahami. Pertanyan itu bisa diawali dengan yang
bagi mereka yang tidak mampu atau tidak ingin berpartisipasi sederhana. Misalnya, apa pendapatmu tentang lukisan itu?
penuh dalam pelajaran sekolah. Guru dan murid dapat bersama- Apa menurutmu lukisan itu bagus? Apa yang menarik dengan
sama menikmati pengajaran dan pembelajaran melalui seni. lukisan itu? Jawaban yang diberikan murid terus dikejar sehingga
Pendekatan ini dapat dipergunakan sebagai strategi pengajaran terjadi diskusi yang dapat mengantarkan siswa pada poin utama
yang efektif meski sering diabaikan. pembahasan materi. Tentu saja diskusi harus mendalam dan
Pembelajaran dengan dan melalui seni sebaiknya sama- argumentatif agar tidak terjebak pada diskusi yang datar dan
sama dipergunakan. Dalam hal ini pembelajaran juga bisa hanya pada permukaan saja.
dilakukan berkolaborasi dengan guru-guru seni dan bahasa. Hal Ini berarti guru juga harus berani memberikan pertanyaan,
yang penting diingat, dalam pembelajaran dengan dan melalui sebagaimana terjadi dalam kelas Sokratik. Metode seperti ini
seni ini, seni dipergunakan sebagai media. Dengan demikian bukan hal yang sulit untuk diterapkan, selama ini problemnya
kita jangan terjebak meninggalkan tema pokok pembelajaran, hanya pada keberanian guru untuk mencoba.Tentu saja ini
sehingga menjadi pelajaran seni atau kritik seni. Dalam hal ini juga menuntut keluasan pengetahuan seorang guru sehingga
guru memegang peranan penting untuk menekankan konten ia dapat memberikan arah dalam dialog dan diskusi. Bila sekali
ilmu pengetahuan yang diajarkan sehingga terlepas dari tujuan guru berhasil mencoba, untuk seterusnya akan lebih mudah.
pokok tema pembelajaran.
Oleh karena itu, dalam pembelajaran dengan seni, guru
bisa menggunakan standar kompetensi pembelajaran untuk
membantu menyesuaikan bahan ajar apa yang cocok digunakan

55 Modul Pembelajaran Literasi Kritis Pancasila Yang Mencerdaskan 56


Bagian Dua

Penerapan
Pembelajaran
Pancasila
dengan Perspektif
Literasi Kritis
Jenis Media
Puisi • Carilah puisi yang sesuai dengan perkembangan
anak—pengetahuan, berpikir, bahasa—meskipun
dalam hal ini kita tidak terlalu khawatir anak tidak bisa
Mengapa Mengajar dengan Puisi? mencerna.
• Pilih puisi yang menantang anak untuk berpikir, mudah
• Puisi memberikan makna yang lebih utuh tentang dipakai bahan diskusi. Dalam hal ini anak bisa melompat
kehidupan. Puisi juga memperlihatkan ada persoalan melampaui umur dan kemampuannya, tetapi jangan
mendalam di balik itu. Seseorang menulis puisi karena terlalu tinggi hingga tidak bisa dijangkau oleh anak.
ada sesuatu yang mendalam yang ingin diungkapkan.
• Puisi bersifat padat, menarik, indah, bermain antara
kata makna, dan bermain dengan keindahan bunyi Puisi “Jembatan”
dari rangkaian kata-kata. karya Sutardji Chalzoum Bachri
• Puisi bersifat mutli-interpretasi dan multi-tafsir,
sehingga bisa menjadi media untuk mendorong anak Pokok bahasan:
mendengarkan dan menyatakan pendapat yang • Keadilan sosial, kemanusiaan, solidaritas, nasionalisme.
berbeda. Puisi juga bersifat intuitif, imajinatif, dan
relektif, merangsang anak untuk berpikir. Tujuan:
• Puisi pada umumnya pendek, sehingga dapat dibaca • Anak menguasai kemampuan dasar berkomunikasi,
tanpa membutuhkan banyak waktu. khususnya kemampuan menyimak, membaca keras dengan
• Membaca puisi akan memperkaya anak melihat intonasi yang baik, serta mampu mengungkapkan pikiran
kehidupan, lebih memahami keadaan, lebih sensitif secara lisan dan tertulis dengan baik.
rasa kemanusiaannya, memperhalus dan mempertajam • Anak memiliki kemampuan mengapreasiasi puisi.
perasaan, berbahasa yang tajam tapi tidak vulgar. • Anak belajar memahami nilai-nilai keadilan sosial,
• Puisi mengajarkan anak untuk mampu mengungkapkan kemanusian, solidaritas, dan nasionalisme.
pikiran dan perasaan dalam bahasa yang efektif, indah,
dan simbolik. Bahan dan Peralatan pendukung:
• Fotokopi puisi “Jembatan” karya Sutardji sesuai dengan
Bagaimana Memilih Puisi? jumlah anak.
• Kumpulan puisi Sutardji.
• Cari tema puisi yang sesuai topik pembelajaran • Peralatan Multimedia, bila tersedia.
yang ingin disampaikan, sesuaikan dengan tuntutan • Videoklip Sutardji saat membacakan puisi.
kurikulum atau standard kompetensi yang diinginkan.

59 Modul Pembelajaran Literasi Kritis Pancasila Yang Mencerdaskan 60


Perkiraan Waktu yang Dibutuhkan: (perhatikan kata kunci “wajah”)
• 2 x 45 menit >> Apa yang dipersoalkan oleh orang-orang tergusur itu?
>> Mengapa puisi ini berjudul JEMBATAN? Apa yang harus
Proses Pembelajaran: dijembatani dalam puisi ini? Apa yang dimaksud jurang
• Guru membagikan fotokopi puisi “Jembatan” kepada setiap di antara kita?
anak. Bila tidak memungkinkan, guru dapat menuliskannya >> Kamu merasa lebih berada dalam posisi yang mana?
terlebih dahulu di atas kertas manila, sehingga bisa dilihat Menurut kamu apa yang harus kamu lakukan? (jenis
seluruh siswa di dalam kelas. pertanyaan aksi; tidak selalu dalam perbuatan konkrit,
• Akan lebih menarik bila pembacaan dan pembahasan bisa berawal dari sikap).
puisi ini di bawa di luar ruang kelas. Siswa dan guru duduk
melingkar. oo Pertanyaan berkaitan dengan tema :
• Meminta dua atau tiga siswa membaca puisi keras-keras >> Apakah keadilan ada di dalam nilai-nilai bangsa kita?
sambil berdiri, secara bergiliran. Di mana?
• Guru melontarkan sejumlah pertanyaan. >> Apakah menurut pendapatmu pemerintah dan
masyarakat kita sudah bertindak adil?

oo Pertanyaan yang bersifat umum :


>> Puisi ini bagus apa jelek? Mengapa? (siswa di minta Tugas Lanjutan:
memberikan alasan atas jawaban yang mereka berikan). • Membaca puisi Soetardji yang lain.
Pertanyaan yang sama diberikan pada beberapa anak. • Kelas dibagi dalam kelompok dan masing-masing anak
>> Puisi ini berbicara tentang apa? Mudah dipahami atau membahas puisi Soetardji yang mereka pilih.
tidak? • Anak diminta menulis tentang puisi Soetardji, menulis
>> Siapa yang kenal dengan penyair ini? Siapakah penyair tentang tema ketidakadilan, atau menulis sebuah puisi.
Indonesia lainnya?
Catatan:
oo Pertanyaan yang bersifat khusus: Guru bisa memutar video klip Sutardji saat membacakan puisi-
>> Adakah kata-kata yang belum kamu kenal? Adakah puisinya dan menanyakan komentar anak tentang penampilan
kata-kata yang menarik di puisi ini? Sutardji.
>> Puisi ini berbicara tentang apa?
>> Bagian mana yang kamu sukai? Bagian mana (bait)
yang paling berkesan bagi mu? Apa yang membuat
kamu terkesan?
>> Siapa yang mengatakan (menjerit) bangsa kita satu,
tanah air kita satu, bahasa kita satu, bendera kita satu?

61 Modul Pembelajaran Literasi Kritis Pancasila Yang Mencerdaskan 62


Lalu tanpa tangis mereka menyanyi padamu negeri
JEMBATAN airmata kami.
Oleh Sutardji Chalzoum Bachri

Sedalam-dalam sajak takkan mampu menampung airmata Sepuluh Puisi


bangsa. Kata-kata telah lama terperangkap dalam basa- tentang Kemanusiaan, Keadilan, dan Demokrasi
basi dalam teduh pekewuh dalam isyarat dan kisah tanpa
makna. Negeriku, A Mustofa Bisri
Tanah Air Mata, Soetardji Calzoum Bachri
Maka aku pun pergi menatap pada wajah berjuta. Wajah Potret Tukang Sampah, Eka Budianta
orang jalanan yang berdiri satu kaki dalam penuh sesak bis Panorama Tanah Air, Ajip Rosidi
kota. Wajah orang tergusur. Wajah yang ditilang malang. Sajak Orang Kepanasan, WS Rendra
Wajah legam para pemulung yang memungut remah- Sajak Peperangan Abimanyu, WS Rendra
remah pembangunan. Wajah yang hanya mampu menjadi Sajak Seonggok Jagung, WS Rendra
sekedar penonton etalase indah di berbagai palaza. Wajah Di Bawah Kedamaian Palsu, Wiji Thukul
yang diam-diam menjerit mengucap Seorang Buruh Masuk Toko, Wiji Thukul
Batas Panggung, Wiji Thukul
tanah air kita satu
bangsa kita satu
bahasa kita satu
bendera kita satu !
Ekspresi Soetardji
ketika membaca puisi
Jenis Media
Cerita Pendek
Tapi wahai saudara satu bendera kenapa sementara jalan
jalan mekar di mana-mana menghubungkan kota-kota,
Mengapa Cerpen?
jembatan-jembatan tumbuh kokoh merentangi semua
sungai dan lembah yang ada, tapi siapakah yang akan
•• Cerita Pendek, karena sifatnya pendek sangat
mampu menjembatani jurang di antara kita ?
memungkinkan dipergunakan untuk pembelajaran
kelas.
Di lembah-lembah kusam pada puncak tilang kersang
•• Cerita pendek yang dimuat di sejumlah surat kabar pada
dan otot linu mengerang mereka pancangkan koyak-
umumnya telah memiliki kualitas yang bagus dan dapat
miyak bendera hati dipijak ketidakpedulian pada saudara.
dijadikan media yang baik untuk memperkenalkan
Gerimis tak mampu mengucapkan kibarannya.
anak pada dunia sastra.

63 Modul Pembelajaran Literasi Kritis Pancasila Yang Mencerdaskan 64


Tujuan:
•• Cerpen gampang diperoleh dengan mudah di internet • Memperkaya perbendaharaan kata, struktur dan gaya
atau koran-koran dan mudah perbanyak dengan biaya bahasa.
relatif rendah. • Melatih imaginasi, kemampuan membaca, mengemukakan
•• Cerita pendek sebagai karya sastra mengandung pendapat, dan menulis.
nilai-nilai moralitas, mencerminkan realitas sosial, dan • Mengaitkan nilai ketuhanan, kemanusiaan, dengan keadilan
pergulatan batin manusia. sosial.
•• Dengan sering membaca karya sastra, jiwa anak akan
semakin terasah, melatih imaginasi, peka terhadap Mata pelajaran:
nilai-nilai kehidupan, dan tidak dengan gampang • Bahasa Indonesia, Agama, IPS, PPKn.
menghakimi orang lain dalam perangkap hitam-putih.
Jenjang Pendidikan:
Bagaimana Memilih Cerpen? • Kelas 4-6 SD, SMP.

• Pilih cerita pendek yang tema maupun isinya sesuai Perkiraan Waktu yang Dibutuhkan:
dengan tingkat perkembangan anak. • Dua kali pertemuan 3-4 X 45 menit.
• Pilih cerita yang problematik, cukup menantang,
mengandung konflik dan tragedi sehingga menarik Proses:
untuk didiskusikan di kelas. Anak pada dasarnya telah • Bila memungkinkan murid diajak keluar kelas. Anak dan guru
memiliki filter sendiri dalam menyerap cerita karena duduk berkeliling.
pada dasarnya hal-hal yang buruk dalam sebuah cerita • Semua anak memperoleh naskah cerita pendek yang akan
justru bisa menjadi bahan pembelajaran. dibahas.
• Pilih cerita pendek yang berhubungan atau mendekati • Anak secara bergiliran membaca keras, satu anak satu
dengan tema dalam pembelajaran atau kurikulum. alinea.
• Pada dasarnya semua cerita bisa ditarik ke arah mana • Guru melontarkan sejumlah pertanyaan untuk dialog.
saja, sesuai topik atau mata pelajaran yang kita ajar.

oo Pertanyaan umum:
Cerita Pendek: Anjing Anjing Penjaga Kuburan >> Cerita ini bagus atau tidak? Seram atau tidak? Apa
karya Kuntowijoyo alasannya?
>> Bagian cerita mana yang menurut kamu paling seru
Pokok Bahasan: atau paling menarik?
• Ketuhanan, Keadilan sosial, Kemanusiaan. >> Ada kata-kata yang tidak dipahami? Ada yang bisa
menjelaskan?

65 Modul Pembelajaran Literasi Kritis Pancasila Yang Mencerdaskan 66


oo Pertanyaan khusus: suratkabar salah satu orang yang kaya yang baik dan murah
>> Siapa tokoh-tokoh dalam cerita ini? Siapa tokoh hati? Presentasikan siapa orang itu di depan kelas.
utamanya?
>> Cerita ini terjadi di mana? Di kota, di desa, atau di mana?
Bagian mana yang menunjukkan hal itu? Cerpen tentang Ketuhanan, Keadilan,
>> Menurut pendapatmu, si tokoh yang menggali kubur dan Kemanusiaan
itu baik atau jahat? Kenapa?
>> Mengapa si tokoh yang menggali kubur itu Tujuh Belas Tahun Lebih Empat Bulan
menginginkan mayat yang baru dimakamkan? Apa (Ratna Indraswari Ibrahim, 1996)
yang diminta guru sebagai syarat terhadap mayat itu? Cerpen ini menceritakan tentang seorang gadis pengemis
>> Tokoh itu kaya atau miskin? Apa yang dilakukan tokoh bernama Sinik yang bertemu dengan seorang ibu pejabat
itu bila ia berhasil menjadi kaya? Menurut kamu niat itu yang dermawan bernama Ibu Agung. Akan tetapi ia
baik atau jahat? menolak tawaran Bu Agung yang menawarkan meluniasi
>> Mengapa ada yang bilang tokoh itu “pencuri”, yang lain seluruh hutangnya pada seseorang lelaki hidung belang.
bilang ia adalah “penyelamat”? Apa pelajaran yang bisa Sejak itulah ia menjadi seorang pelacur. Mengapa Sinik
ditarik dari peristiwa ini? begitu membenci Bu Agung sampai ia nekat merobek
mulut Bu Agung? Cerpen ini kontroversial untuk dibahas
oo Pertanyaan tematik: di dalam kelas karena berlatarbelakang prostitusi dan di
>> Kalau kamu jadi kepala desa atau warga desa apa yang sana-sini muncul istilah dan kata-kata kasar. Akan tetapi
kamu lakukan terhadap orang yang membongkar cerpen ini berhasil mengungkapkan realitas kemiskinan,
kuburan itu. kharakter yang ditampilkan sangat kuat, mengandung
>> Kamu mau tidak kaya raya dengan cara seperti tokoh banyak dilema. Cerpen ini direkomendasikan untuk murid
dalam cerita ini? Bolehkah kita menjadi kaya? Kaya usia remaja yang tinggal di daerah perkotaan.
raya?
>> Menjadi kaya dengan jalan pintas dengan cara mistis Robohnya Surau Kami (AA Navis, 1956)
seperti cerita itu dibenarkan tidak menurut agama? Cerpen ini bercerita tentang seorang penjaga surau
>> Mana lebih jahat menjadi kaya dengan jalan pintas yang biasa dipanggil dengan nama “Kakek”. Suatu hari
membongkar kuburan atau dengan korupsi? penulis menemui Kakek dalam keadaan bermuram
durja. Rupanya ia bersedih setelah mendengarkan cerita
sindiran tukang bual bernama Ajo Sidi. Keesokan harinya
Pengembangan lebih lanjut: penulis mendengar berita Kakek meninggal dalam
• Anak diminta menulis kelanjutan cerita itu menurut versi keadaan mengenaskan. Cerpen ini sangat baik untuk
anak itu sendiri. mendiskusikan arti keberagamaan yang semestinya
• Secara berkelompok anak diminta mencari dari internet atau tidak berhenti pada ritual tetapi juga kerja konkret untuk

67 Modul Pembelajaran Literasi Kritis Pancasila Yang Mencerdaskan 68


memperbaiki keadaan. Cerpen ini bisa dipergunakan Jenis Media
dalam pembelajaran mulai usai remaja. Video Klip
Dongeng Sebelum Tidur
(Seno Gumira Ajidharma, 1994) Mengapa Menggunakan Video Klip?
Ibunda Sari, seorang wanita karir, yang tidak pernah lupa
menceritakan dongeng pada gadis kecilnya. Suatu hari • Video klip merupakan media yang lebih hidup, berwarna,
ia kehabisan cerita dan disarankan oleh sopirnya agar ia variatif, dan bersifat kreatif. Media menggabungkan
mengambil dongeng dari berita di koran. Setiba di rumah, suara, gambar, tulisan sekaligus sehingga akan jauh
sekenanya ia menyambar koran, dan membacakan berita lebih menarik dibanding sekedar ceramah.
tentang penggusuran. Dongeng itu membuat Sari tidak • Video klip sering memotret kehidupan dan
bisa tidur. Saat ayahnya pulang larut malam, ia mendapati peristiwa nyata yang terlihat secara visual, dengan
mata Sari masih terbuka, memandangi rembulan dari penggambarannya lebih konkret.
jendela kamar yang dibiarkan terbuka sambil menyedot • Video klip lebih cocok dengan dunia anak sekarang
ibu jarinya. Dongeng dan kenyataan rupanya sangat tipis yang telah berada dalam budaya visual.
batasnya. • Bahan semacam ini saat ini lebih mudah dicari melalui
jaringan internet, guru tidak perlu repot-repot lagi
Si Lugu dan Si Malin Kundang (Hamsad Rangkuti, 2007) menciptakan media pembelajaran sendiri.
Cerpen ini mengisahkan tentang seorang polisi dan petugas • Dapat dipergunakan untuk merangsang diskusi dan
keamanan sebuah perumahan mewah yang melarang dialog yang mendalam tentang topik yang dibahas.
masuk seorang petani tua yang ingin mengunjungi
anaknya di kompleks perumahan itu. Alasannya sepele, Bagaimana Memilih Video Klip?
karena ia berpakaian dan membawa barang-barang yang
dianggapnya kotor dan berpenyakit. Polisi dan petugas • Carilah tema video klip yang sesuai topik pembelajaran
keamanan itu terperangah saat menyaksikan sepasang yang ingin disampaikan, sesuai kurikulum atau standar
suami isteri bermobil mewah mengenali orang tua itu kompetensi
sebagai ayahnya. Sikap polisi dan petugas keamanan itu • Carilah video klip sesuai dengan perkembangan anak—
kemudian berbalik 180 derajat. Dalam sebuah perjalanan, pengetahuan, berpikir, bahasa.
orang tua tadi sangat menyesal ketika melihat patung • Pilih video klip yang menantang anak untuk berpikir,
polisi di perempatan jalan yang dikiranya polisi yang mudah dipakai bahan diskusi, anak bisa melompat
pernah disumpahinya menjadi batu. kemampuan pemahamannya, tapi jangan juga
ketinggian sehingga tidak bisa menjangkau.

69 Modul Pembelajaran Literasi Kritis Pancasila Yang Mencerdaskan 70


bermanfaat.
• Pertimbangkan waktu pemutaran, kualitas gambar dan • Menanamkan nilai-nilai kemanusiaan, nasionalisme, dan
suara, jangan terlalu panjang. budaya instan
• Tidak ada unsur-unsur kekerasan dan pornografi. • Memberikan kemampuan anak mengaitkan pelajaran
berhitung, IPA, biologi, dan matematika dalam kehidupan
nyata.
Video Klip “Dilarang Makan Kerupuk”
produksi Insist
Dilarang Makan Kerupuk
Pokok Bahasan/Tema: (Produksi Insist,
• Keadilan sosial, khususnya berkaitan dengan ekonomi Yogyakarta)
rakyat.
• Kemanusiaan. Video klip produksi Insist ini
• Nasionalisme. merupakan bahan kampanye
• Budaya instan. anti-junk food. Alur ceritanya
dibuat oleh Roem Topatimasang dan Hasriady Ary
Mata Pelajaran: berjudul “Dilarang Makan Kerupuk”. Tayangan power point
• Semua mata pelajaran. berdurasi sekitar 11 menit ini mendasarkan pada hasil
riset di desa Tompobulu, sekitar 54 Km sebelah utara kota
Jenjang Pendidikan: Makassar.
• Bahan ini dapat digunakan di semua jenjang pendidikan. Sekilas, di desa Tompobulu, anak-anak terbiasa
menyantap makanan ringan. Seolah-olah kerupuk
Perkiraan Waktu yang Dibutuhkan: merupakan makanan wajib bagi mereka. “Garoppo”,
• Dua kali tatap muka, 3-4 X 45 menit. mereka menyebutnya, dapat dengan mudah dibeli di kios-
kios desa di Tompobulu atau didapatkan melalui penjaja
Tujuan: keliling. Walaupun kampanye untuk meninggalkan
• Memberikan kemampuan anak dasar berkomunikasi: garoppo sudah agaknya hal itu tidak dapat mencegah
menyimak, membaca, berbicara, dan menulis. anak-anak membeli garoppo. Di samping mudahnya
• Memberikan pengetahuan dan keterampilan anak garoppo diperoleh, alasan lain adalah makin jarang
mendeskripsikan dan berargumentasi. orangtua yang membuat penganan tradisional yang
• Memberikan persepsi dan pengetahuan mengenai keadilan lebih bergizi untuk anak-anak mereka. Garoppo yang
sosial dan ekonomi yang berpihak pada rakyat. instan lebih dipilih karena mungkin orangtua tidak usah
• Memberikan pemahaman tentang bahaya budaya instan bersusah payah memasak, tinggal mengeluarkan uang
dan perlunya menggali kembali produk tradisional yang untuk membelinya.

71 Modul Pembelajaran Literasi Kritis Pancasila Yang Mencerdaskan 72


Kampanye ini merupakan satu bentuk perlawanan >> Mengapa makanan itu mudah membuat kenyang?
terhadap industri makanan siap saji yang lebih Zat apa yang terkandung dalam makanan itu? Apa
mementingkan tampilan dan keuntungan. Bahkan kalau akibatnya bagi tubuh dan kesehatan kita?
dilanjutkan dengan kampanye mencintai produk jajanan >> Di Tompobulu berapa anak jajan dalam sehari? Berapa
tradisional sendiri, maka dapat dikatakan juga sebagai uang yang mereka keluarkan dalam sehari, satu bulan
satu bentuk pemberdayaan ekonomi riil masyarakat dan satu tahun? Dalam sehari, berapa uang yang kamu
bawah. Kritik terhadap industri kapitalis dan budaya keluarkan untuk jajan?
modernitas ini ketika turut disampaikan dalam presentasi >> Kira-kira jajanan seperti ini disukai oleh anak-anak
“Dilarang Makan Kerupuk” atau sejenisnya, sebenarnya sampai umur berapa? Di Indonesia, berapa kira-kira
juga merupakan satu bentuk dari pendidikan kritis yang jumlahnya? (Jika jumlah penduduk Indonesia 250 juta,
relatif dapat membangkitkan kesadaran kritis murid. berapa kira-kira yang menyukainya)

oo o Pertanyaan yang berkaitan dengan tema:


Proses: >> Apa akibatnya dalam jangka panjang, apalagi bila
• Guru memutar video klip “Dilarang Makan Kerupuk” dan mengkonsumsi secara berlebihan? Apa akibatnya bagi
meminta anak-anak menyimak. perekonomian kita?
• Guru melontarkan sejumlah pertanyaan. >> Siapa yang diuntungkan? Siapa yang paling
diuntungkan?
>> Jika tidak untuk makanan seperti ini, bisa kamu
oo Pertanyaan yang bersifat umum: manfaatkan untuk apa uang mu itu?
>> Video klip ini bagus atau tidak? Menarik atau tidak? >> Siapa yang paling bertanggungjawab?
Mengapa? (ditujukan pada beberapa anak) >> Memproduksi dan menjual makanan yang merusak
>> Gambar mana yang paling lucu, menarik? Mengapa? kesehatan seperti ini adil atau tidak? bertentangan
>> Video ini bercerita tentang apa? atau tidak dengan nilai kemanusiaan? Mengapa?
>> Apa yang bisa dilakukan oleh kita dan sekolah?
oo Pertanyaan yang bersifat khusus:
>> Apakah kamu sering membeli jajanan ini? Apakah
jajanan itu enak? Mengapa? Tugas Lanjutan:
>> Apa alasan anak-anak suka makan jajanan ini menurut • Membuat kelompok, satu kelompok membeli satu contoh
video klip tadi? (Guru bisa menayangkan kembali makanan yang ada dalam video.
gambar-gambar yang mendukung bagian ini) • Setiap kelompok membawa makanan yang disebut sebagai
>> Cerita tadi terjadi di mana? Apakah di sini situasinya juga sampah dalam video tersebut.
seperti itu? Kalau di tempat lain kira-kira bagaimana? • Menganalisa unsur-unsur yang terkandung dalam makanan
Sama atau beda? dan membuatnya dalam web jaringan ide.

73 Modul Pembelajaran Literasi Kritis Pancasila Yang Mencerdaskan 74


• Kelompok mempresentasikan hasil analisa di depan kelas.
• Anak diminta menulis sebanyak satu halaman tentang sedang populer saat ini.
bahaya makan-makan tersebut. • Pilih lagu yang memiliki lirik yang kuat dan sesuai
• Mendiskusikan dengan anak dalam pertemuan berikutnya. dengan tema pembelajaran.
• Sebaiknya cari lagu yang menyertakan penampilan
penyanyinya secara visual, sangat dianjurkan dipilih
video klip lagu untuk karaoke.
Jenis Media
Lagu
Judul lagu “Tell Me Why”
penyanyi, Declan Galbraith
Mengapa Lagu?
Pokok Bahasan:
• Lagu merupakan media yang menarik, menyenangkan,
• Keadilan sosial, solidaritas, kemanusiaan, kepedulian
komunikatif, membuat siswa terlibat secara penuh,
terhadap orang lain.
termasuk emosinya. Anak-anak bisa ikut bernyanyi
dan menyanyikannya di luar kelas secara berulang-
Mata Pelajaran:
ulang. Video klip lagu itu sendiri memiliki daya tarik
• Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Agama, PPKN, IPS, IPA.
sendiri karena menggabungkan bahasa verbal, bahasa
gambar, dan bahasa musik sekaligus.
Jenjang Pendidikan:
• Musik, teks lagu, maupun gambar dalam video klip
• SD kelas 5 dan 6 (yang telah mendapatkan pelajaran bahasa
musik bisa menjadi bahan diskusi yang menarik.
Inggris) dan SMP.
• Teks lagu biasanya bersifat puitis. Sebagaimana
puisi, teks dalam lagu padat, indah, dan kadangkala
Tujuan:
menampilkan sebuah persoalan yang mendalam
• Dalam pelajaran bahasa Inggris lagu ini bisa menambah
sehingga dapat menjadi bahan diskusi yang menarik
perbendaharaan kata, mengucapkan dengan benar,
di dalam kelas.
mengenal struktur bahasa.
• Lagu tidak membutuhkan waktu yang panjang untuk
• Menumbuhkan apresiasi musik pada anak.
dipelajari dan diskusikan.
• Mempertajam daya kritis, kepedulian, dan tanggung jawab
anak terhadap ketidakadilan sosial, kemanusiaan yang
Bagaimana Memilih Lagu?
bersifat global, dan lingkungan hidup
• Menanam sikap solidaritas, persahabatan, dan anti
• Pilih lagu yang kira-kira digemari atau besar
kekerasan.
kemungkinan disukai oleh anak, tidak harus lagu yang

75 Modul Pembelajaran Literasi Kritis Pancasila Yang Mencerdaskan 76


Bahan/Sumber-sumber pendukung: >> Menurut lagu ini orang-orang yang susah ditolong
• LCD dan laptop, atau VCD. atau tidak?
• Teks lagu Tell Me Why dan terjemahannya dalam bahasa >> Apakah kita perlu berkelahi atau berperang untuk
Indonesia. menunjukkan siapa diri kita?
• Kamus Inggris-Indonesia.
oo Pertanyaan yang sesuai dengan tema:
Perkiraan Waktu yang Dibutuhkan: >> Mengapa lagu ini mengatakan “Can someone tell us why
• 2 X 45 menit. we let the forests burn” dan “Tell me why Why why, does
the tiger run?”
Proses/Prosedur/Langkah-langkah (Konatif, Aksi): >> Apa yang dimaksud dengan “can someone tell us why
• Murid diminta menyaksikan video klip lagu Tell Me Why. we let the ocean die”.
• Murid diminta menyanyi bersama-sama (berkaraoke). >> Menurutmu apa yang dilakukan pemerintah dan
• Membahas kata-kata sukar (untuk tingkat SMP anak bisa masyarakat terhadap masalah ini?
diminta mencari dalam kamus kata-kata sukar dalam lagu >> Mengapa kita harus peduli terhadap lingkungan sekitar
tersebut). kita, terhadap sesama? Apakah ini diajarkan dalam
• Anak diminta menyanyi kembali bersama dengan suara agama kita?
keras. >> Apa yang bisa kita dan sekolah lakukan untuk
• Guru melontarkan sejumlah pertanyaan untuk dialog. menghadapi situasi seperti ini? Apakah ada situasi di
sekitar kita yang mirip dengan lagu ini?

oo Pertanyaan Umum:
>> Lagu ini bagus atau tidak? Apa alasannya? Yang bagus Pengembangan lebih lanjut :
mana: musiknya, syairnya, atau penyanyinya? Lagu ini • Tugas untuk mengamati apakah di dekat rumah anak ada
bernada sedih atau gembira? orang yang membutuhkan pertolongan dan menceritakan
>> Lagu ini tentang apa? alasan mengapa membutuhkan pertolongan. Anak diminta
>> Baris mana yang paling menarik bagi kamu. untuk menulis dan menceritakan dalam kelas.
>> Kamu kenal tidak penyanyi ini? Kamu suka atau tidak • Mengamati di sekitar lingkungan rumah, apakah ada masalah
penyanyi ini. Siapa penyanyi anak-anak yang paling yang berkaitan dengan lingkungan hidup?
kamu suka? Mengapa? • Debat antara kelompok dengan topik apakah setuju atau
tidak memberi uang pada pengemis.
oo Pertanyaan Khusus:
>> Apa sebenarnya yang menjadi impian penyanyi itu?
>> Apa yang membuat penyanyi itu sedih?

77 Modul Pembelajaran Literasi Kritis Pancasila Yang Mencerdaskan 78


Tell me why, (why) does it have to be like this
Tell Me Why Tell me why, (why) is there something I have missed
Declan Galbraith Tell me why, (why) cause I don’t understand
When so many need somebody
In my dreams, Children sing We don’t give a helping hand
A song of love for every boy and girl Tell me why (Why why, does the tigers run?)
The sky is blue, the fields are green Tell me why (Why why, do we shoot the gun?)
And laughter is the language of the world Tell me why (Why why, do we never learn?)
Then I wake and all I see is a world full of people in need Can someone tell us why we let the forests burn

Tell me why,(why) does it have to be like this (why why do we say we can?) tell me why
Tell me why, (why) is there something I have missed (why why is it still the same?) tell me why
Tell me why, (why) cause I don’t understand (why why do we talk and run?) tell me why
When so many need somebody can someone tell us why we let the ocean die
We don’t give a helping hand
Tell me why (why why do we always say?) tell me why
(why why do we pass the blame?) tell me why
Every day, I ask myself (why why does it never rain?)
what will I have to do to be a man can someone tell us why we cannot just be friends
Do I have, to stand and fight
To prove to everybody who I am (why why do we close our eyes?)
Is that what my life is for? (why why do we really lie?)
To waste in a world full of war (why why do we fight for land?)
can someone tell us why cause we don’t understand
Tell me why, (why) does it have to be like this why why?
Tell me why, (why) is there something I have missed
Tell me why,(why) cause I don’t understand
When so many needs somebody
We don’t give a helping hand
Tell me why (Tell me why)
Tell me why (Tell me why) Declan Galbraith
google.co.id
Tell me why (Tell me why)
Just tell me why (why, why, why)

79 Modul Pembelajaran Literasi Kritis Pancasila Yang Mencerdaskan 80


Jenis Media Berita: Nenek Minah
Berita (koran ataupun televisi) (koran dan televisi)

Pokok Bahasan/Tema:
Mengapa Berita? • Keadilan sosial, kemanusiaan, solidaritas.

• Berita berisifat faktual dan aktual. Barangkali berita Tujuan:


yang dipergunakan sudah dipublikasi beberapa waktu • Memberikan kemampuan dasar berbahasa: menyimak,
lalu akan tetapi substansi yang disampaikan masih membaca, berbicara, dan menulis.
aktual hingga sampai saat ini. • Melatih kemampuan anak dalam membaca keras dengan
• Menggunakan berita di dalam kelas akan mendorong intonasi yang baik.
anak untuk mengikuti perkembangan dan peristiwa- • Melatih kepercayaan diri dan kemampuan anak berbicara di
peristiwa yang terjadi di dalam masyarakat. depan umum.
• Dengan menggunakan berita, anak akan terbiasa • Menanamkan nilai-nilai solidaritas, kemanusian, dan keadilan
berpikir sistematis dalam mendokumentasikan sosial.
peristiwa dengan menggunakan unsur-unsur what,
who, where, when, how, why (5W + 1 H). Mata Pelajaran:
• Media ini dapat dipergunakan untuk pelajaran agama,
Bagaimana Memilih Berita? bahasa Indonesia, IPA, IPS, PPKN.

• Pilih berita yang sesuai dengan tingkat perkembangan Jenjang Pendidikan:


anak, tidak bersifat sensasional, bukan berita hiburan • Bahan ini bisa dipergunakan untuk Kelas 4-6 SD dan SMP.
(infotainment), dan bermakna.
• Berita-berita merupakan hasil liputan komprehensif, Proses:
mencakup berbagai aspek, dan cukup mendalam • Murid diajak membaca bersama-sama berita tentang nenek
sehingga dapat menjadi bahan diskusi yang menarik. minah di surat kabar. Setiap anak diminta membaca keras
Berita itu sedapat mungkin mengandung tragedi, satu alenia secara begiliran.
kontroversinya, dan menyangkut sesuatu problematik. • Murid diajak menonton berita tentang nenek minah.
• Berita akan lebih menarik bila disajikan dalam bentuk • Guru melontarkan pertanyaan untuk dialog.
feature, cerita, atau naratif.
• Akan lebih menarik lagi bila ada gabungan antara
berita dalam bentuk tulisan dan audio visual. oo Pertanyaan umum:
>> Apa yang kamu rasakan setelah menonton dan
membaca berita ini?

81 Modul Pembelajaran Literasi Kritis Pancasila Yang Mencerdaskan 82


>> Berita ini tentang apa? dan menghukum Minah atau tidak? Seandainya kamu
>> Siapa tokoh-tokoh dalam berita ini? menjadi hakim, putusan apa yang kamu berikan pada
>> Apakah berita ini masih relevan dengan peristiwa nenek Minah? Bebas atau bersalah? Alasannya?
sekarang? >> Menurut mu apa itu keadilan?
>> Apakah ada berita lain yang persoalannya mirip dengan >> Jadi menurut kamu mengambil yang bukan miliknya
peristiwa ini? sama dengan mencuri atau tidak?
>> Bagaimana bila kita membuat surat?
oo Pertanyaan khusus:
>> Siapakah Minah? Berapa umurnya? Menurut berita
umur nenek Minah 55 tahun, menurut mu? Pengembangan lebih lanjut:
>> Apa pekerjaan nenek Minah? Apa yang membuat dia • Role-play. Membuat peran pada murid-murid, ada yang
bermasalah? menjadi hakim, nenek Minah, Jaksa, dll.
>> Siapa yang mempersalahkan nenek Minah pertama
kali? Apa yang dia lakukan? Bagaimana urut-urutan
sampai nenek Minah diadili? Hakim Tersedu-sedu Bacakan Putusan Nenek Minah
>> Apakah nenek Minah sadar kalau dia mencuri? Menurut Republika, Jumat, 20 November 2009
mu yang dilakukan nenek Minah itu mencuri atau
tidak? BANYUMAS—Setelah menjalani proses hukum yang
>> Menurut mu pantas atau tidak nenek Minah dibawa ke melelahkan, Nenek Minah (55) warga Dusun Sidoharjo
pengadilan? Desa Darmakradenan Kecamatan Ajibarang Kabupaten
>> Menurut mu tindakan mandor/pemilik perkebunan itu Banyumas, akhirnya bisa pulang ke rumahnya tanpa
benar atau tidak? harus menjalani pengapnya sel penjara. Majelis hakim
>> Mengapa hakim itu menangis? Menurut mu hakim itu Pengadilan Negeri Purwokerto yang menyidangkan
adil atau tidak? perkaranya, Kamis (19/11), memang memutuskan Minah
>> Berapa banyak Kakao yang diambil nenek Minah? terbukti bersalah melakukan pencurian 3 butir buah kakao
Samakah pengakuan Minah dengan pengakuan dan diputus hukuman 1 bulan 15 hari penjara.
mandor? Berapa harganya? Namun dalam putusan itu juga disebutkan, Minah
>> Berapa luas lahan yang dimiliki oleh perusahaan Kakao? tidak perlu menjalani hukuman tersebut, kecuali bila
Berapa banyak kira-kira produksi yang dihasilkan selama 3 bulan masa percobaan, Nenek Minah kembali
perkebunan itu dalam satu tahun? (lihat boks) Adil atau tersangkut masalah pidana. Bila hal ini terjadi, maka yang
tidak? bersangkutan wajib menjalani hukuman 1 bulan 15 hari
tersebut. Selain itu, Nenek Minah juga hanya diminta
oo Pertanyaan tematik: membayar ongkos perkara sebesar Rp 1.000.
>> Dalam putusan di berita itu hakim menyatakan bersalah

83 Modul Pembelajaran Literasi Kritis Pancasila Yang Mencerdaskan 84


Persidangan nenek dari tujuh orang anak dan belasan diserahkan pada nenek Minah. (wid/taq)
cucu ini, mengundang banyak perhatian masyarakat.
Berbagai kalangan LSM di Banyumas, seperti dari Yayasan Catatan: Bisa dilengkapi dengan teks feature yang dimuat
Babat, Lembaga Pengembangan dan Penelitian Sumber “Elegi Nenek Minah dan Tiga Buah Kakao” di Harian
Daya Tanah dan Lingkungan Hidup (LPPSDTLH), Rumah Kompas, Jumat 30 November 2009. Tulisan tersebut pada
Aspirasi Budiman, Paguyuban Petani Banyumas (PPB) dan 30 Juni 2012 bisa diakses di http://regional.kompas.com/
Petisi 28. read/2009/11/20/08094942%20/elegi.minah.dan.tiga.
Setelah sidang ditutup, warga yang memadati ruang buah.kakao.di.meja.hijau...
sidang tersebut pun sontak bertepuk tangan. Nenek
Minah yang diminta berdiri mendengar putusan tersebut,
terlihat melontarkan senyum bersahaja. ‘’Ibu Minah bisa
memahami keputusan ini?’’ tanya Ketua Majelis Hakim Jenis Media
Muslich Bambang Luqnowo yang membaca putusan itu. Foto/Gambar
Nenek Minah pun menjawab, ‘’Nggih, pak hakim. Matur
nuwun,’’ jawabnya.
Mengapa Foto/gambar?
Dengan kesederhanaannya, Nenek Minah pun
langsung keluar ruang sidang begitu sidang ditutup
• Karena foto/gambar berbicara lebih dari seribu kata.
hendak langsung menumpang kendaraan umum untuk
Dibalik atau dari sebuah foto dapat menghasilkan
pulang ke rumahnya di Desa Darmakradenan yang
berbagai cerita.
berjarak sekitar 40 kilometer dari gedung pengadilan. Dia
• Sebuah foto/gambar menyajikan suatu momentum
lupa tidak bersalaman dengan dengan para hakim dan
yang emosional, dramatis, tragis, kontroversial.
jaksa di ruang sidang.
• Melalui sebuah foto/gambar anak bisa belajar
Namun sebelum sempat keluar dari komplek
mendeskripsikan secara verbal baik lisan maupun
pengadilan, langkahnya dihadang oleh para aktivis LSM
tulisan dan menginterpretasikannya.
yang memberikan ucapan selamat. Bahkan salah seorang
• Foto/gambar bisa menjadi awal sebuah pencarian yang
aktivis menyerahkan uang yang dikumpulkan dari para
lebih luas dan dalam tentang persoalan, peristiwa,
pengunjung sidang. ‘’Niki ngge sangu kondur, mbah (Ini
tokoh yang berada di balik foto/gambar itu. Foto akan
buat bekal pulang, mbah),’’ kata seorang aktivis LSM
lebih kuat bila digabungkan dengan media lain seperti
tersebut.
teks, video, film, dan lain-lain.
Begitu sidang ditutup, beberapa LSM memang
langsung mengedarkan kardus untuk diisi sumbangan
Bagaimana Memilih Foto?
dari para pengunjung. Tak terkecuali, para hakim yang
baru menyidangkan perkara nenek Minah itu, juga ikut
• Cari foto/gambar yang bercerita. Foto/gambar itu
menyumbang. Hasil sumbangan ini yang kemudian

85 Modul Pembelajaran Literasi Kritis Pancasila Yang Mencerdaskan 86


memiliki unsur peristiwa, human interest, tragedi, dan oo Pertanyaan umum:
mengundang emosi. >> Apa kesanmu dengan foto tersebut?
• Foto/gambar harus sesuai tema pembelajaran yang >> Foto ini bercerita tentang apa?
akan dibahas.
oo Pertanyaan khusus:
>> Mengapa burung pemakan bangkai itu berdiri di
Foto Anak Kecil di Afrika yang Sekarat belakang anak itu?
karya Kevin Charter >> Di mana peristiwa ini kira-kira terjadi? Mengapa kamu
berkesimpulan itu?
Pokok Bahasan/Tema: >> Apa tujuan wartawan atau fotografer mengabadikan
• Ketuhanan, Keadilan sosial, Kemanusiaan, nilai baik dan peristiwa tersebut?
buruk.
oo Pertanyaan tematik:
Perkiraan Waktu yang Dibutuhkan: >> Kalau kamu jadi fotografer itu, apakah kamu akan
• 2 X 45 menit. memotret peristiwa itu atau menolong anak tersebut?
>> Mana lebih penting: mendapatkan sebuah foto atau
Tujuan Pembelajaran: menolong anak tersebut? Mengapa?
• Memperkaya perbendaharaan kata, struktur dan gaya
bahasa.
• Melatih imaginasi, kemampuan membaca, mengemukakan Guru kemudian membagikan teks feature kisah Kevin
pendapat, dan menulis. Carter, (sang fotografer, yang kemudian bunuh diri). Guru
• Mengaitkan nilai ketuhanan, kemanusiaan, dengan keadilan melanjutkan dengan sejumlah pertanyaan:
sosial.
• Menurut kamu Kevin Carter seorang fotografer yang hebat
Proses: atau tidak?
• Foto dipantulkan di layar. • Apa penghargaan yang dia dapatkan? Apa yang terjadi
• Jika proyektor tidak ada, foto dicetak beberapa ekslempar setelah dia mendapatkan penghargaan?
untuk diamati anak secara berkelompok. • Mengapa dia bunuh diri? Menurut kamu dia orang baik
• Anak diminta mendeskripsikan apa yang ada dalam foto atau tidak?
tersebut secara lisan. Bila anak kesulitan mendiskripsikan,
bisa dibantu dengan pertanyaan. Pengembangan lebih lanjut:
• Lebih lanjut guru melontarkan sejumlah pertanyaan untuk • Anak diminta mencari lebih lanjut informasi tentang Kevin
diskusi. Carter dan karyanya.

87 Modul Pembelajaran Literasi Kritis Pancasila Yang Mencerdaskan 88


• Anak diminta mencari foto atau gambar tentang kelaparan,
kemiskinan, ketidakadilan. Dalam pertemuan berikutnya mengalaminya secara langsung. Membaca novel dapat
anak diminta menuliskannya secara individual. Setelah itu memperluas wawasan dan memperhalus emosi.
kelas dibagi kelompok, kemudian setiap anak menunjukkan
foto dan membacakan tulisan masing-masing di dalam Bagaimana Memilih Novel?
kelompok.
•• Novel yang ditulis oleh pengarang Indonesia yang
sudah lama dikenal sebagai sastrawan dan karyanya
(Kiri) Foto Anak Kecil di
diapresiasi oleh media massa. Misalnya: Ahmad
Afrika yang Sekarat Tohari, Mochtar Lubis, YB Mangunwijaya, NH Dini,
(Kanan) Kevin Charter
dan Pramoedya Ananta Toer. Pramoedya adalah satu-
google.co.id satunya novelis Indonesia yang pernah dicalonkan
sebagai penerima nobel dan sering mendapatkan
penghargaan internasional.
•• Pilih novel sesuai dengan tingkat perkembangan
Jenis Media intelektual anak dan disesuaikan dengan tema
Novel pembelajaran.
•• Untuk tingkat awal, pilih novel yang cerita, alur, dan
gaya bertuturnya tidak terlalu kompleks dan tidak
Mengapa Novel?
terlalu tebal.
• Novel sebagai karya sastra yang mencerminkan suatu
realitas pergulatan hidup manusia.
Novel: Banten Selatan
• Novel itu lebih lus dan tuntas konfliknya.
karya Pramoedya Ananta Toer
• Novel pada umumnya cukup panjang sehingga melatih
anak memiliki daya tahan dalam membaca. Apalagi
Pokok Bahasan/Tema:
karakteristik novel banyak yang mengandung unsur
• Keadilan sosial, Kemanusiaan, Keberanian, dan Pantang
konflik, tokoh, dialog sehingga anak yang membaca
Menyerah.
novel terlibat dalam cerita dan memiliki pengalaman
psikologis. Novel bisa menjadi pintu masuk untuk ke
Mata Pelajaran:
tingkat membaca bacaan yang lebih serius.
• Bahasa Indonesia, Pendidikan Kewarganegaraan,
• Dengan membaca novel anak akan memiliki kepekaan
IPS,Agama.
terhadap peristiwa kehidupan kendati dia tidak

89 Modul Pembelajaran Literasi Kritis Pancasila Yang Mencerdaskan 90


Perkiraan Waktu yang Dibutuhkan: diangkat menjadi lurah. Dan berkat kerja sama tentara dan
• 3 X 90 menit. masyarakat, desa itupun menjadi desa yang sejahtera.
Novel sejarah ini menyuguhkan deskripsi dan narasi
Tujuan Pembelajaran: yang kuat. Ukurannya yang tipis membuatnya sesuai
• Memperkaya perbendaharaan kata, struktur dan gaya untuk pembaca sastra pemula dan bisa dibaca bersama-
bahasa. sama di kelas.
• Melatih imaginasi, kemampuan membaca, mengemukakan
pendapat, dan menulis.
• Menanamkan nilai ketuhanan, kemanusiaan, dengan Proses:
keadilan sosial secara kritis. •• Setiap anak memegang satu buku.

Pertemuan pertama:
Sekali Peristiwa di Banten Selatan • Bab pertama dibaca keras secara bergiliran antara murid dan
karya Pramodya Ananta Toer guru. Masing-masing satu alenia.
• Diskusi teks. Guru melontarkan pertanyaan untuk dialog.
Novel tipis ini diangkat • Buku ini susah dibaca/dipahami atau tidak? Apa alasannya?
Pramoedya dari perjalanan • Buku ini menarik atau tidak? Mana adegan yang paling
reportase ke Banten Selatan menarik? Adegan yang membuat kamu sedih? Apa
pada 1957. Tokoh utamanya alasannya?
Ranta, seorang petani • Bisa atau tidak kamu membaca novel ini sendiri?
miskin yang menjadi korban
keserakahan seorang juragan Guru memberi tugas kepada murid untuk meneruskan membaca
yang berkongkalikong dengan buku di rumah atau di luar kelas sampai selesai. Disarankan
Pak Lurah. Juragan Musa yang untuk membaca dengan suara keras.
digambarkan sebagai tokoh yang
jahat dan curang itu ternyata Pertemuan kedua:
adalah kaki tangan pemberontak Darul Islam. • Guru langsung mengajak murid mendiskusikan novel.
Penderitaan Ranta semakin menjadi-jadi akibat
kelaliman Juragan Musa. Dipuncak penderitannya, Ranta
memberontak. Secara tidak sengaja ia menemukan bukti- oo Pertanyaan umum:
bukti keterlibatan Juragan Musa dengan pemberontak >> Sudah selesai baca atau belum? Gampang atau sulit?
DI. Bersama-sama Komandan dan pasukannya, Ranta Asyik atau tidak?
menggulung gerombolan pemberotak itu. Ranta pun

91 Modul Pembelajaran Literasi Kritis Pancasila Yang Mencerdaskan 92


oo Pertanyaan khusus:
>> Peristiwa ini terjadi di daerah seperti apa? Animal Farm, George Orwell (Fresh Book, 2008)
>> Siapa tokoh yang baik dalam cerita? Siapa tokoh yang Animal Farm merupakan karya sastra klasik yang dibaca
jahat? Siapa yang paling jahat? Apa alasannya? oleh jutaan orang di seluruh penjuru dunia, dari anak-anak
>> Siapa Ranta itu? Dia petani miskin atau kaya? Mengapa hingga dewasa. Novel yang mengambil latar kehidupan
dia miskin? para binatang ini merupakan sebuah satire terhadap
>> Apa yang terjadi ketika tas juragan Musa tertinggal? sistem diktator yang menindas dan terobsesi melakukan
Tas itu sengaja ditinggalkan atau tidak? penyeragaman. Cerita ini diawali dengan pemberontakan
para binatang yang merasa tertindas di peternakan
oo Pertanyaan tematik: Tuan Jones. Mereka menginginkan terwujudnya sebuah
>> Jika kamu menjadi orang yang bisa menentukan masyarakat sama rasa. Mereka pun mengusir Tuan Jones
kebijakan, apa yang kamu lakukan terhadap orang- dari peternakkannya. Saat-saat awal, para binatang itu
orang yang tidak bisa membeli tanah? merasakan kebahagiaan dan kebebasan. Namun tidak
>> Bisakah petani hidup sejahtera tanpa memiliki tanah? lama kemudian lahir kediktatoran dan penindasan pun
>> Menurutmu bagaimana kehidupan petani bila tidak terjadi. Novel ini telah difilmkan, baik dalam versi asli
memiliki tanah? maupun animasi sehingga dapat menjadi projek literasi
>> Dalam menyelesaikan masalah, bolehkah kita kritis yang menarik.
menggunakan kekerasan?
Pangeran Yang Selalu Bahagia, Oscar Wilde (Yayasan
Obor, 2001)
Guru kemudian membagi murid dalam beberapa kelompok. Oscar Wilde menulis sejumlah cerita menarik yang kaya
Setiap kelompok diberi tugas untuk membuat majalah nilai-nilai dan bisa dikonsumsi oleh anak-anak dan remaja.
dinding.Setiap anak diminta membuat tulisan dengan Novel terjemahan ini merupakan kumpulan tulisan Wilde,
bersumber novel Banten Selatan dalam bentuk berita, feature, seperti The Picture of Dorian Gray, Bunga Mawar dan
puisi, naskah drama, karikatur, dan lain sebagainya. Burung Bulbul, dan Pangeran Bahagia (The Happy Prince).
Pangeran Bahagia bercerita tentang sebuah patung
Pertemuan ketiga: yang berdiri kesepian di atas tiang yang tinggi dan selalu
• Menyusun hasil tulisan dan menatap kota. Tubuhnya disepuh emas murni, matanya
gambar dalam bentuk majalah terbuat dari batu safir, dan pedangnya dihiasi batu delima.
dinding. Dalam kesepiannya itu ia menjalin persahabatan dengan
• Majalah dinding dipamerkan. seekor burung walet. Persahabatan itu membuat Sang
Pangeran bahagia. Ia pun belajar bagaimana menjadi
bahagia dengan mengorbankan diri sendiri dan semua
Pramoedya Ananta Toer
google.co.id yang dimilkinya.

93 Modul Pembelajaran Literasi Kritis Pancasila Yang Mencerdaskan 94


Harimau Harimau, Mochtar Lubis (Yayasan Obor, 1999) Jenis Media
Harimau Harimau merupakan salah satu novel karya Film
Mochtar Lubis yang banyak dibaca orang dan telah
diterjemahkan ke dalam sejumlah bahasa asing. Novel ini
berkisah tentang tujuh orang pencari damar yang diteror Mengapa Film?
oleh seekor harimau. Mereka terpaksa harus mengungkap
keburukan dan kesalahan-kesalahan mereka karena •• Film mirip dengan karya sastra yang merupakan suatu
percaya bahwa harimau yang menghantui mereka adalah cermin realitas pergulatan hidup manusia.
harimau siluman. Mereka hanya bisa membunuh harimau •• Film yang baik mengandung situasi konflik yang
siluman itu kalau mereka terlebih dahulu membunuh kompleks, tidak hitam putih, dan tidak menggurui
harimau yang bersarang dalam diri mereka. Benarkah sehingga akan menjadi satu bahan pembelajaran yang
harimau yang menghantui mereka adalah harimau bersifat dialogis dan mendalam untuk pengembangan
siluman? diri murid dan kepekaan mengenai nilai-nilai sosial,
baik dan buruk, dan tidak mudah membuat orang
Hiroshima: Ketika Bom Dijatuhkan, John Hersey menghakimi seorang atau satu kelompok itu benar
(Komunitas Bambu, 2008) atau salah.
Buku ini sebenarnya merupakan hasil liputan jurnalistik •• Film pada umumnya cukup panjang, karakter tokohnya
yang pernah dimuat di The New Yorker. Orang sering dan alur cerita lebih kompleks sehingga membutuhkan
menyalahartikan buku ini sebagai novel karena ditulis suatu pembelajaran untuk mengapresiasinya. Jadi,
dengan gaya naratif atau sastra. Hiroshima tidak pembelajaran dengan film akan mengembangkan
disangkal lagi merupakan karya jurnalistik sastra yang apresiasi anak terhadap film.
fenomenal. Buku ini merupakan hasil liputan jurnalis •• Dengan sering menonton film yang baik anak akan
Amerika Serikat, John Hersey, yang dating ke Hiroshima memiliki kepekaan terhadap kehidupan, memperluas
beberapa bulan setelah kota itu dijatuhi bom atom dalam cakrawala dan emosi sekalipun tidak mengalami
Perang Dunia Kedua. Hersey mengonstuksi peristiwa itu peristiwa dan situasi secara langsung seperti yang
dari kacamata enam orang saksi mata. Kepiawian Hersey digambarkan dalam film. Film yang baik dapat menjadi
dalam mengumpulkan data dan menulis membuat buku sarana atau alat untuk mempertajam pikiran dan
ini bak sebuah film yang merekam detik-detik sebelum perasaan anak.
dan beberapa saat setelah Hiroshima diluluhlantakkan •• Film dapat menjadi bahan pembelajaran yang lentur
oleh bom atom. Hiroshima merupakan buku yang sangat yang dapat mengintegrasikan berbagai pengetahuan
bagus untuk dibahas dalam pembelajaran literasi kritis atau mata pelajaran serta keempat unsur literasi
sekaligus untuk menumbuhkan kesadaran sejarah di (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis).
kalangan murid.

95 Modul Pembelajaran Literasi Kritis Pancasila Yang Mencerdaskan 96


tema film dan belajar mengemukakan pendapat secara lisan
Bagaimana Memilih Film? dan tertulis.
•• Menanamkan nilai ketuhanan, kemanusiaan, dengan
•• Film harus sesuai dengan tingkat perkembangan anak keadilan sosial secara kritis.
dan tidak mengandung pornografi, dan kekerasan
yang ekstrim.
•• Film yang bagus biasanya mengandung unsur- JERMAL (2009)
unsur: pengambilan gambar atau sinematografi yang
baik, konflik, karakter yang kuat, alur ceritanya tidak Film ini menyajikan cerita
membosankan dan tidak mudah ditebak, mengandung menarik tentang pekerja anak di
nilai-nilai kehidupan yang mendalam. jermal. Tokoh utamanya Jaya, 12
•• Untuk tingkat awal, pilih film yang cerita, alur, dan gaya tahun, yang baru saja ditinggal
bertuturnya tidak terlalu kompleks. mati oleh ibunya. Diantar
kerabatnya, ia mendatangi tempat
persembunyian ayahnya, Johar.
Film JERMAL (2005) Seumur hidup Jaya belum pernah
menemui Johar. Akan tetapi
Pokok Bahasan/Tema: kedatangan Jaya di tengah lautan
•• Ketuhanan, Kemanusiaan, Keadilan sosial, Toleransi, yang terpencil itu ternyata tidak
Keberanian, dan Pantang Menyerah. dikehendaki oleh ayahnya. Ia diperlakukan seperti pekerja
anak lainnya dan dibiarkan menjadi sasarn aksi bulan-
Mata Pelajaran: bulanan.
•• Bahasa Indonesia, Pendidikan Kewarganegaraan, IPA, IPS, Jaya tentu saja mengalami kesulitan untuk bertahan
Agama. hidup di atas jermal. Perlahan ia dapat menyesuaikan
diri terhadap kehidupan yang keras itu. Kepandaiannya
Waktu yang Dibutuhkan: menulis membuat ia dibutuhkan oleh kawan-kawannya.
•• Pemutaran film membutuhkan waktu sekitar 150 menit, Kecerdasannya membuatnya menjadi panutan bagi
pembahasan 2 X 90 menit. kawan-kawannya. Namun itu tidak menjadikannya
menjadi sasaran premanisme seorang anak yang menjadi
Tujuan Pembelajaran: jagoan. Kesabarannya habis ketika jagoan itu membunuh
•• Melatih kepekaan terhadap berbagai situasi kemanusiaan jengkerik piaraannya. Jaya melawan dan berhasil
dan juga nilai-nilai baik dan buruk. menyudutkan sang jagoan.
•• Melatih imajinasi, kemampuan membaca visual, mencari Permusuhan dua belah pihak, antara Jaya dan
bahan dan pengetahuan lain yang relevan terkait dengan ayahnya, sepertinya tidak bisa dijembatani. Permusuhan

97 Modul Pembelajaran Literasi Kritis Pancasila Yang Mencerdaskan 98


itu memuncak saat Jaya menuduh ayahnya sebagai oo Pertanyaan khusus:
pembunuh. Benarkah Johar seorang pembunuh? Kalau >> Film ini terjadi di mana? Sanggupkah kamu hidup di
bukan pembunuh mengapa Johar meninggalkan Jaya tempat seperti itu? Kenapa?
sewaktu ia masih dalam kandungan ibunya? Bisakah >> Siapa tokoh-tokoh dalam film itu? Deskripsikan atau
permusuhan bapak-anak itu didamaikan? gambarkan tokoh-tokoh di film itu! Siapa tokoh paling
Film ini penuh adegan lucu dan menegangkan. jahat menurutmu? Bagaimana perasaanmu melihat
Didukung oleh kharakter yang kuat, penggarapan cerita tokoh Jaya? Kenapa?
maupun sinematografis yang bagus, film ini bisa menjadi >> Menurutmu apakah ayah si Jaya orang jahat? Mengapa
sumber pembelajaran literasi kritis yang pasti akan dia bersembunyi di Jermal? Siapa yang dia bunuh?
menggugah kecerdasan dan daya kritis anak. Mengapa dia membunuh? Bisakah dibenarkan tindakan
ayah Jaya membunuh kekasih ibunya?
>> Seandainya kamu Jaya, apa yang kamu lakukan saat
Proses: dikerjai oleh kawan-kawannya? Apa yang kamu lakukan
untuk membalas perlakuan kasar ayahnya?
Pra Pertemuan: >> Benarkah tindakan Jaya yang ingin membunuh
•• Membaca sinopsis. Sinopsis bisa diberikan sebagai tugas ayahnya?
sebelum hari pemutaran film.
•• Pertemuan pertama: oo Pertanyaan tematik:
•• Menonton bersama dan mencatat/mengingat hal-hal yang >> Apakah tindakan membunuh bisa dibenarkan apabila
menarik untuk didiskusikan. alasannya masuk akal? Mengapa? Kalau tidak, apa yang
bisa kita lakukan sebagai ganjaran atas kejahatannya?
Pertemuan kedua: Dalam menyelesaikan masalah, bolehkah kita
•• Diskusi film. Guru melontarkan pertanyaan untuk dialog. menggunakan kekerasan?
>> Dalam film tadi ada adegan Jaya dikerjai berkali-kali
oleh temannya. Seandainya kamu ada di sana, apa
oo Pertanyaan umum: yang bisa kamu lakukan untuk menolong Jaya? Apa
>> Film itu bagus atau tidak? Seru atau tidak? Apa resikonya? Berani tidak kamu menanggung resiko itu?
alasannya? >> Guru memberi tugas kepada murid-murid untuk
>> Bagian atau adegan mana yang paling menarik? menulis surat kepada Jaya. Murid berpura-pura menjadi
Adegan yang membuat kamu sedih? Adegan mana teman Jaya yang masih tinggal di Jermal. Diandaikan
yang lucu? Adegan mana yang paling lucu? Ceritakan! surat itu ditulis tiga bulan sesudah Jaya pergi.
Mengapa? >> Atau alternatif kedua, guru memberi tugas kepada
murid untuk melakukan pengamatan di daerah
sekitarnya. Siapa saja yang belum bisa membaca atau

99 Modul Pembelajaran Literasi Kritis Pancasila Yang Mencerdaskan 100


tidak bisa bersekolah. Ceritakan dalam tulisan dan milik mantan pacar isterinya yang tetap buka di hari
tindakan apa yang bisa dilakukan untuk membantu Lebaran. Akan tetapi, Soleh rela mengorbankan dirinya
anak itu? saat menemukan bom di dalam gereja. Film ini bisa
dipergunakan sebagai bahan pembelajaran untuk murid
di tingkat SMP atau SMA. Kontroversi dan perdebatannya
Pertemuan ketiga: dapat memperkaya materi pembelajaran.
•• Murid-murid dibagi dalam beberapa kelompok dan tiap
anak membacakan suratnya secara bergantian di dalam Sometimes in April (Raoul Peck, 2005)
kelompoknya. Film ini mengangkat kisah nyata konflik etnis genosida
•• Atau alternatif kedua membacakan tulisan dan mendiskusikan terhadap suku minoritas Tutsi di Rwanda pada 1994
tindakan bersama yang bisa dilakukan untuk menolong anak- oleh mayoritas etnis Hutu. Cerita ini mengangkat kisah
anak itu. Setelah itu anak diminta merealisasikan rencananya kakak beradik Augustin Muganza yang bekerja sebagai
dan mendokumentasikan tulisan dan pengalamannya dalam anggota militer dan Honore Butera yang bekerja
majalah dinding. untuk radio provokator Mille Collines. Film ini berhasil
mengungkapkan tragedi yang menyedihkan karena
Catatan: konflik. Augustin harus berpisah dengan anak-anak dan
Untuk film cerita sebaiknya ditonton secara utuh dan bersama- isterinya yang berasal dari etnis Tutsi. Berlindung di balik
sama sekalipun itu membutuhkan waktu yang cukup banyak. mandat, tentara Perancis yang bertugas sebagai penjaga
Antara menonton dan diskusinya bisa dipisah dalam waktu perdamaian menutup mata ketika peristiwa pembantaian
yang berbeda. itu terjadi. Mereka hanya mau menyelamatkan orang kulit
putih. Film ini sangat bagus ditonton oleh murid-murid
tingkat Sekolah Menengah sebagai bahan refleksi tentang
Film tentang Keberagaman, dahyatnya akibat konflik sosial yang bisa terjadi dalam
Keadilan, dan Kemanusiaan masyarakat Indonesia yang beragam.

Harmoni dalam “?” (Hanung Bramantyo, 2011) Serdadu Kumbang (Ari Sahasale, 2011)
Film ini cukup kontroversial karena memotret persoalan Film ini menceritakan tentang persahabatan tiga orang
hubungan antaragama di Indonesia dalam gaya anak di Sumbawa Barat. Amek, tokoh utama cerita
melodramatis. Dalam film ini juga diceritakan tentang dua ini, memiliki bibir sumbing tetapi bercita-cita menjadi
tokoh yang pindah agama. Film ini juga menggambarkan seorang presenter. Di bangku sekolah mereka harus
tentang sikap toleransi dan intoleransi. Soleh, seorang berhadapan dengan disiplin yang kaku dan seorang
penganggur yang bergabung menjadi anggota Banser, guru yang suka memberikan hukuman fisik pada murid-
memimpin penyerangan sebuah rumah makan Cina, muridnya demi target mengejar kelulusan Ujian Nasional.

101 Modul Pembelajaran Literasi Kritis Pancasila Yang Mencerdaskan 102


Gara-gara tidak bisa mentoleransi lagi kekerasan yang diperlakukan tidak adil. Film ini juga menyinggung
terjadi di sekolah, seorang ibu guru muda memilih keluar sepintas tentang gerakan kemerdekaan yang disponsori
dan membuat sekolah alternatif di kolong rumahnya. Film oleh Organisasi Papua Merdeka. Film dokumenter ini
ini menghadapkan kontras antara sekolah konvensional merupakan bahan pembelajaran yang sangat baik untuk
yang kaku, menindas anak, dengan pembelajaran di luar mendiskusikan masalah nasionalisme berhadap-hadapan
sekolah yang justru menyenangkan dan menghormati dengan persoalan keadilan.
hak anak. Film ini bisa dipergunakan untuk pembelajaran
pada tingkat Sekolah Dasar dan sekolah menengah.

Finding Nemo (Andrew Staton, 2003)


Film animasi berlatar belakang kehidupan di dalam laut ini
bercerita tentang petualangan ikan badut kecil bernama
Nemo. Film ini mendapatkan penghargaan Academy
Award 2004 untuk film animasi terbaik. Nemo, tokoh
utamadalam film ini, nekat mengarungi laut terbuka meski
telah diingatkan ayahnya akan bahaya yang mengancam.
Terbawa arus laut, Nemo kemudian terjaring kapal dan
menjadi binatang piaraan di akurium milik seorang dokter
gigi di Sidney. Nemo berhasil menyelamatkan diri namun ia
menghadapi tantangan yang berat sebelum bisa terbebas
dan berkumpul kembali dengan kedua orangtuanya. Film
ini bisa cocok dipergunakan untuk pembelajaran anak-
anak tingkat Sekolah Dasar.

Alkinemokiye (Dandhy Dwi Laksono, 2012)


Film dokumenter ini merekam peristiwa pemogokan
karyawan PT. Freeport di Papua pada 2011 dari perspektif
para pekerja. Pembuat film dokumenter ini berhasil
menyodorkan kontras antara keuntungan yang diperoleh
Freeport yang beroperasi di Papua sejak 1967 dengan
upah yang diperoleh para pekerja. Meski secara normal
upah para pekerja di sana jauh lebih tinggi dibandingkan
didaerah lain di Indonesia, ternyata mereka merasa

103 Modul Pembelajaran Literasi Kritis Pancasila Yang Mencerdaskan 104


Giroux, Henry A. (1988). Toward Critical Pedagogy of Learning.
New York: Bergin and Garvey Publishers.

Giroux, Henry A. 2005. “Literacy and the Pedagogy of Political


Referensi Empowerment”. Dalam Literacy: Reading the Word & the
World. London: Routledge.

Barzun, Jacques (ed). 2009. Program Paedia: Silabus Pendidikan


Humanistik (terjemahan). Jakarta: PT Indonesia Publishing.

Cheryl, Doziers, Johnston, Peter, dan Rogers, Rebecca. (2006). Mclaren, Peter. 2000. Che Guevara, Paulo Freire and The
Critical Literacy, Critical Teaching: Tools for Preparing pedagogy of Revolution. Maryland: Rowman & Littelefield
Responsive Teachers. New York, London: Teachers College Publisher, Inc.
Press.
Shor, Ira. 1992. Empowering Education. Critical teaching for
Coffey, Heather. “Critical Literacy”. Diunduh 15 September Social Change. Chicago & London: The University of Chicago
2010 dari http://www.learnnc.org/lp/pages/4437. Press.

Fakih, Mansour, Toepatimasang, Roem, dan Rahardjo, Toto. Vazquez, Maria Vivian. 2004. Negotiating Critical Literacies with
(2001). Pendidikan Popular: Membangun Kesadaran Young Children. New Jersey, London: Lowrence Erlbaum
Kritis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Associates, Publishers.

Freire, Paulo. (2005). Pedagogy of the Oppressed. New York,


London: The Continum International Publishing Group, Ltd.

Freire, Paulo dan Macedo, Donaldo. (2005). Reading the Word


and World. London: Routledge.

Gadotti, Moacir. (1994). Reading Paulo Freire. His Life and Work.
Albany: State University of New York Press.

Giroux, Henry A. (1983). Theory and Resistance in Education.


A pedagogy for the Opposition. Massachusetts: Bergin &
Garvey.

105 Modul Pembelajaran Literasi Kritis Pancasila Yang Mencerdaskan 106


Giroux, McLaren, dan lainnya. Banyak ulasan dan artikel elaborasi
Alamat Situs pendidikan kritis dihasilkan oleh anak-anak muda dimuat di
situs ini. Untuk mengembangkan gerakan pendidikan kritis,
http://www.educationrevolution.org diterbitkanlah Freire Archives dan International Journal of Critical
Situs ini dikelola oleh Alternative Education Resource Organization Pedagogy, baik versi cetak maupun online. Koleksi-koleksi Freire
yang didirikan oleh Jerry Mintz pada 1989. AERO memiliki dan jurnal internasional tersebut dapat diunduh secara gratis
anggota ratusan sekolah alternatif yang tersebar di Amerika
Serikat. Organisasi ini ditujukan untuk mendorong pendidikan ted.com
yang lebih digerakkan oleh keinginan dan kemauan murid TED merupakan sebuah organisasi nirlaba yang bertujuan
dan pendidikan yang berpusat pada murid. Situs ini sangat menyebarluaskan gagasan-gagasan baru yang bernilai. Situs
bermanfaat untuk untuk menelusuri gagasan-gagasan alternatif ini memuat ratusan presentasi dan orasi menarik dari tokoh-
pendidikan dan jaringan pendidikan alternatif, khususnya di tokoh pembaharu dan inovator dari seluruh dunia, dari semua
Amerika Serikat. AERO menawarkan pendidikan jarak jauh, golongan usia. Situs ini juga memuat sejumlah ceramah
workshop, dan berbagai seminar terkait dengan pendidikan menarik tentang pendidikan, seperti pakar pendidikan kreatif
alternatif. Ken Robinson yang menyatakan bahwa sekolah merupakan
pembunuh kreativitas. Sugata Mitra, seorang pakar pendidikan
http://www.jceps.com asal India, melakukan eksperimen dengan piranti teknologi
Situs Jurnal Kajian Kebijakan Pendidikan Kritis (The Journal komunikasi untuk membuktikan bahwa anak bisa belajar tanpa
for Critical Education Policy Studies, JCEPS) yang digawangi guru asalkan mereka memiliki minat terhadap bidang yang
oleh Institute Kajian Kebijakan Pendidikan (The Institute for mereka geluti. Salman Khan membuat tutorial berbagai mata
Education Policy Studies, IEPS). IEPS merupakan sebuah lembaga pelajaran dan bidang ilmu dan disebarkan melalui internet
independen yang berhalauan kiri. Jurnal yang dapat diakses sehingga ia mendapat julukan sebagai guru dunia. Situs ini
secara gratis ini memuat berbagai tulisan dan kajian kebijakan juga membuat banyak video klip presentasi yang bisa dibawa
pendidikan dari perspektif radikal. JCEPS juga mengangkat ke dalam kelas.
tema-tema kelas sosial, ras, gender, orientasi seksual, disability
dan kapitalisme, pendidikan kritis, dan lainnya. www.rethinkingschools.org
Retinkhingschools merupakan sebuah organisasi pendidikan
http://www.freireproject.org yang sangat berpengaruh dalam gerakan pembaruan
Bagi yang mengira bahwa ide-ide Freire telah usang atau pendidikan di Amerika Serikat yang berperspektif pedagogi
mungkin mati, silakan berkunjung ke situs proyek internasional kritis. Organisasi ini dimulai oleh sejumlah kecil guru di kota
Freire untuk pendidikan kritis. Di situs ini dimuat pemikiran kecil Milwaukee, Amerika Serikat, pada 1986. Situs ini memuat
pendidikan kritis yang dibangun oleh Freire dielaborasi lebih majalah yang berisi wawancara, jurnal, dan tulisan-tulisan
jauh oleh para penerusnya, tidak hanya oleh para pemikir dan yang sebagian besar berasal dari praktek pembelajaran di
aktivis pendidikan kritis yang sudah masyhur seperti Apple, kelas yang mayoritas ditulis oleh guru-guru. Situs ini dapat

107 Modul Pembelajaran Literasi Kritis Pancasila Yang Mencerdaskan 108


menjadi referensi yang baik untuk pembelajaran di kelas dan
memutakhirkan pengetahuan tentang pendidikan. Penulisan
pembelajaran secara naratif sebagaimana dimuat di situs ini
masih jarang ditemui di Indonesia.

www.khanacademy.org
Situs yang didirikan oleh Salman Khan ini memuat lebih dari
3.300 video klip pembelajaran matematika, sains, ekonomi,
dan berbagai bidang pelajaran lainnya yang terus berkembang.
Salman memulai gerakannya dari tutorial yang dia berikan untuk
keponakan-keponakannya melalui Youtube. Rupanya tutorial
video ini lebih digemari daripada tutorial tatap muka. Organisasi
ini memiliki misi yang luar biasa “melakukan perubahan
pendidikan ke arah yang lebih baik dengan menyediakan
pendidikan berklas dunia secara gratis untuk siapa saja dan
di mana saja”. Bahan pembelajaran ini bisa dipergunakan baik
untuk anak-anak maupun orang dewasa. Beberapa video klip
telah disertai dengan teks berjalan sehingga situs ini sangat
berguna bagi mereka yang ingin belajar ilmu tertentu, sembari
belajar bahasa Inggris.

www.sekolahtanpabatas.or.id
Situs ini dikelola oleh Sekolah Tanpa Batas, organisasi nirlaba
yang bergerak dalam bidang pendidikan alternatif dan pelatihan
guru kritis-kreatif. Sekolah Tanpa Batas giat melakukan aktivitas
untuk mengkampenyekan dan menarapkan pedagogi kritis
dan literasi kritis dalam pembelajaran baik di sekolah reguler
maupun sekolah alternatif. Situs ini menyediakan informasi
tentang kegiatan yang dilakukan Sekolah Tanpa Batas, review
buku dan media lainnya, serta tulisan-tulisan terkait dengan
pendidikan kritis dan ide-ide pembaharuan pendidikan.

109 Modul Pembelajaran Literasi Kritis


Jl. Kemandoran I no.97
Kebayoran Lama, Jakarta Selatan 12210
Telp (62-21) 5483918, (62-21) 96649224
Fax (62-21) 5483918

Anda mungkin juga menyukai