Anda di halaman 1dari 12

Makalah

“Hubungan Ilmu Tauhid, Kalam, Filsafat Dan Ilmu Tasawuf”

Makalah ini ditujukan untuk memenuhi matakuliah Ilmu Tauhid dari

Dr. H. Buhori M, M.Ag.

Disusun oleh :

Dharma Anggara 1167040013

Widi Mulyani Sari 1177040084

Wine Febrianti 1177040085

Kelas : III B

Kelompok : 2

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
makalah ilmu tauhid tentang Hubungan Ilmu Tauhid, Kalam, Filsafat dan Ilmu
Tasawuf. Dengan adanya makalah ini kita dapat mengetahui bagaimana hubungan
antara Ilmu Tauhid, Filsafat dan Tasawuf.

Kendatipun demikian penulis menyadari akan segala keterbatasan yang dimiliki


penulis, baik mengenai isi maupun redaksi atau tata bahasanya, hal ini disebabkan
keterbatasan waktu sehingga dengan sendirinya makalah ini hanyalah merupakan
karya kecil yang jauh dari kesempurnaan.

Adapun terselesaikannya penulisan makalah ini, penulis telah berhutang budi


kepada berbagai pihak yang telah memberikan bantuan baik secara moril maupun
secara teknis terutama kepada yang terhormat Bapak Dr. H. Buhori M, M.Ag.,
selaku Dosen Pengampu Matakuliah Ilmu Tauhid. Di samping itu pula pada
kesempatan ini penulis ingin juga terima kasih kepada teman-teman sejawat di
Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan
Gunung Djati Bandung. Serta kami mengucapkan banyak terima kasih untuk
pihak-pihak yang telah membantu kami. Semoga Allah memberikan imbalan yang
setimpal kepada mereka yang telah memberikan bantuan baik secara langsung
maupun tidak langsung. Amin Yaa Rabbal ‘Alamiin.

Bandung, September 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 2
2.1. Pengertian Tasawuf, Kalam dan Filsafat ...................................................... 2
2.2. Titik persamaan ............................................................................................ 3
2.3. Titik Perbedaan ............................................................................................. 4
2.4. Hubungan Ilmu Tasawuf Dengan Ilmu Kalam ............................................ 5
2.5. Hubungan Ilmu Tasawuf dengan Ilmu Filsafat ............................................ 7
BAB III PENUTUP ............................................................................................... 8
3.1. Kesimpulan ................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 9

ii
BAB I PENDAHULUAN

Ilmu tauhid adalah ilmu keislaman yang banyak mengedepankan pembicaraan


tentang keesaan Allah. Jika pembicaraan ilmu kalam yang berkisar pada
keyakinan-keyakinan yang harus dipegang oleh umat islam, tanpa argumentasi
rasional (aqliyah) ilmu ini lebih spesifik mengambil bentuk sendiri dengan istilah
ilmu tauhid atau ilmu aqaid. Pembicaraan materi-materi yang tercakup dalam ilmu
kalam terkesan tidak menyentuh dzauq (rasa rohaniah).

Ilmu tauhid, filsafat maupun tasawuf berurusan dengan hal yang sama, yaitu
kebenaran. Ilmu tauhid, dengan metodenya berusaha mencari kebenaran tentang
Tuhan yang berkaitan dengan-Nya.Perbedaannya terletak pada aspek
metedologinya. Ilmu tauhid menggunakan logika pada dasarnya ilmu ini
menggunakan metode dialektika (dialog keagaman). Sementara itu, ilmu filsafat
adalah ilmu yang digunakan untuk memperoleh kebenaran rasional. Ilmu tasawuf
adalah ilmu yang menekankan pada rasa dari pada rasio. Sebagian pakar
mengatakan bahwa metode ilmu tasawuf adalah intuisi atau ilham atau inspirasi
yang datang dari Tuhan. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan menyampaikan
tentang Hubungan Ilmu Tauhid, Kalam, Filsafat, dan Ilmu Tasawuf.

1
BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Tasawuf, Kalam dan Filsafat

Arti kata tasawuf dan asal katanya menjadi perdebatan para ahli bahasa. Ada yang
mengatakan dari kata “shifa’’ artinya suci, bersih ibarat kilat kaca, sebagian
ulama mengatakan dari kata“shuff”, artinya bulu domba sebab orang yang
memasuki tasawuf itu memakai baju dari bulu domba, dan sebagian yang
mengatakan diambil dari kata “shuffah”, ialah sekelompok sahabat nabi yang
mengasingkan dirinya di suatu tempat terpencil di samping mesjid nabi. Dan
menurut Ibnu khaldum ia mendefenisikan tasawuf adalah semacam ilmu syariat
yang timbul didalam agama, asalnya adalah tekun ibadah dan memutuskan
hubungan dengan segala sesuatu selain Allah, hanya menghadap Allah semata.
Menolak hiasan-hiasan ,serta membenci perkara-perkara yang menipu orang
banyak, kelezatan harta benda, kemegahan dan menyendiri menuju jalan tuhan
dalam khalwat dan ibadah. (Moh. Toriquddin, UIN Malang Press: 15-16 )

Ilmu tauhid biasa di sebut dengan beberapa nama, Antara lain: Ilmu Ushuluddin,
Ilmu Kalam, Fiqh Al-Akbar, dan Teologi islam.(Musthafa Abd ar-Raziq:
1955). Ilmu tauhid juga disebut ilmu ushuluddin karena ilmu ini membahas
pokok-pokok agama; disebut ilmu tauhid karena ilmu ini membahas
keesaan Allah Swt. Di dalamnya di kaji pula tentang asma’ (nama-nama) dan
af’al (perbuatan-perbuatan) Allah yang wajib, mustahil dan ja’iz, sifat yang wajib,
mustahil ,dan ja’iz, bagi Rasul-Nya. (Muhamad Abduh, 1965:25). Ilmu Tauhid
sendiri sebenarnya membahas keesaan Allah Swt, dan hal-hal yang berkaitan
dengannya, Ilmu tauhid sama dengan ilmu kalam, tetapi argumentasi ilmu kalam
lebih dikonsentrasikan pada penguasaan logika.

Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu Philos dan Sophia, Philos
artinya cinta yang sangat mendalam dan Sophia artinya kebijaksanaan. Jadi arti
filsafat secara harfiah adalah cinta yang sangat mendalam terhadap kearifan atau
kebijakan. Filsafat dapat diartikan sebagai suatu pendirian hidup (individu) dan

2
dapat juga disebut pandangan hidup (masyarakat). Menurut Al-Farabi (w.950),
filsafat yaitu ilmu pengetahuan tentang alam yang maujud dan bertujuan
menyelidiki hakikatnya. Al-Syaibani berpendapat bahwa filsafat bukanlah hikmah
itu sendiri, melainkan cinta terhadap hikmah dan berusaha mendapatkannya,
memusatkan perhatian padanya dan menciptakan sikap positif terhadapnya. Untuk
ini ia mengatakan bahwa filsafat berarti mencari hakikat sesuatu, berusaha
menautkan sebab dan akibat, dan berusaha menafsirkan pengalaman –
pengalaman manusia.

2.2. Titik persamaan

Ilmu tauhid, filsafat, dan tasawuf mempunyai kemiripan objek kajian. Objek
kajian ilmu tauhid adalah ketuhanan dan segala sesuatu yang berkaitan
dengannya, objek kajian filsafat adalah masalah ketuhanan di samping masalah
alam, manusia, dan segala sesuatu yang ada. Sementara itu objek kajian tasawuf
adalah tuhan, yakni upaya-upaya pendekatan terhadapnya.(Mustofa Abdul Raziq,
1995: 266). Jadi, dilihat dari aspek objeknya ketiga ilmu itu membahas masalah
yang berkaitan dengan ketuhanan.

Argumentasi filsafat, ilmu tauhid di bangun di atas dasar logika. Oleh karena itu ,
hasil kajiannya bersipat spekulatif ( dugaan yang tak dapat di buktikan secara
empiris, riset, dan eksperimental). (Endang Saifudin Anshari, 1990:174).
Kerelatifan hasil karya logika itu menyebabkan beragamnya kebenaran yang di
hasilkan.

Baik ilmu kalam, filsafat, maupun tasawuf berurusan dengan hal yang sama, yaitu
kebenaran. Ilmu kalam, dengan metodenya berusaha mencari kebenaran tentang
Tuhan dan yang berkaitan dengan-Nya. Filsafat dengan wataknya sendiri pula,
berusaha menghampiri kebenaran, baik tentang alam maupun manusia (yang
belum atau tidak dapat dijangkau oleh ilmu pengetahuan karena berada diluar atau
diatas jangkauannya), atau tentang Tuhan. Sementara itu, tasawuf- juga dengan

3
metodenya yang tipikal –berusaha menghampiri kebenaran yang berkaitan dengan
perjalanan spiritual menuju Tuhan. (Abdul Roziq, 1995: 43)

2.3. Titik Perbedaan

Perbedaan diantara ketiga ilmu tersebut terletak pada aspek metodologinya. Ilmu
tauhid, sebagai ilmu yang menggunakan logika, disamping argumentasi-
argumentasi naqliyah berfungsi untuk mempertahankan keyakinan ajaran agama,
yang sangat tampak apologinya. Pada dasarnya ilmu ini menggunakan metode
dialektika (jadaliyah) dikenal juga dengan istilah dialog keagamaan, ilmu tauhid
berisi keyakinan-keyakinan kebenaran agama yang dipertahankan melalui
argumen-argemen rasional. Sebagian ilmuwan bahkan mengatakan bahwa ilmu
ini berisi keyakinan-keyakinan kebenaran, praktek dan pelaksanaan ajaran agama,
serta pengalaman keagamaan yang dijelaskan dengan pendekatan rasional.

Sementara itu, filsafat adalah sebuah ilmu yang digunakan untuk memperoleh
kebenaran rasional. Metode yang digunakan pun adalah metode rasional. Filsafat
menghampiri kebenaran dengan cara menuangkan (mengembarakan atau
mengelanakan) akal budi secara radikal (mengakar) dan integral (menyeluruh)
serta universal (mengalam) tidak merasa terikat oleh ikatan apapun, kecuali ikatan
tangannnya sendiri yang bernama logika. Peranan filsafat sebagaimana dikatakan
Socrates adalah berpegang teguh pada ilmu pengetahuan melalui usaha
menjelaskan konsep-konsep.

Adapun ilmu tasawuf adalah ilmu yang lebih menekankan rasa dari pada rasio.
Oleh sebab itu, filsafat dan tasawuf sangat distingtif. Sebagai sebuah ilmu yang
prosesnya diperoleh dari rasa, ilmu tasawuf bersifat sangat subjektif, yakni sangat
berkaitan dengan pengalaman seseoarang. itulah sebabnya, bahasa
tasawuf sering tanpak aneh bila dilihat dari aspek rasio. Hal ini karena
pengalaman rasa sangat sulit dibahasakan. Pengalaman rasa lebih mudah
dirasakan langsung oleh orang yang ingin memproleh kebenarannya dan mudah

4
digambarkan dengan bahasa lambang, sehingga sangat interpretable (dapat
diinterpretasikan bermacam-macam).

Sebagian orang memandang bahwa ketiga ilmu itu memiliki jenjang tertentu.
Jenjang pertama adalah ilmu kalam, kemudian filsafat dan yang terakhir adalah
ilmu tasawuf. Oleh sebab itu, merupakan suatu kekeliruan apabila dialektika
kefilsafatan atau tasawuf teoretis diperkenalkan kepada masyarakat awam karena
akan berdampak pada terjadinya rational jumping (lompatan pemikiran). (Abdul
Raziq, 1955: 40-43).

2.4. Hubungan Ilmu Tasawuf Dengan Ilmu Kalam

Ilmu tauhid merupakan disiplin ilmu keislaman yang banyak mengedepankan


pembicaraan tentang keesaan Tuhan. Persoalan tauhid ini biasanya mengarah pada
perbincangan yang mendalam dengan dasar-dasar argumentasi, baik rasional
(aqliyah) maupun naqliyah. Argumentasi rasional yang dimaksudkan adalah
landasan pemahaman yang cenderung menggunakan metode berfikir filosopis.
Adapun argumentasi naqliyah biasanya bertendensi pada argumentasi dalil-dalil
al-qur’an dan Hadis. Ilmu tauhid sering menempatkan diri pada kedua pendekatan
ini (aqli dan naqli), tetapi dengan metode argumentasi yang dialektik.

Pembicaraan materi-materi yang tercakup dalam ilmu tauhid terkesan tidak


menyentuh dzauq (rasa rohaniah). Sebagai contoh ilmu tauhid menerangkan
bahwa allah bersifat sama’(mendengar), bashar (melihat), kalam (berbicara),
iradah (berkemauan), qudrah (kuasa), hayat (hidup), dan sebagainya. ketika
membaca al-qur’an dan bagaimana seseorang merasa bahwa segala sesuatu yang
tercipta merupakan pengaruh dari qudrah (kekuasaan) Allah SWT.

Pada ilmu tauhid ditemukan pembahasan iman dan definisinya, kekufuran dan
manifestasinya, serta kemunafikan dan batasannya. Sementara pada ilmu tasawuf
ditemukan pembahasan jalan atau metode praktis untuk merasakan keyakinan dan
ketentraman, seperti dijelaskan juga tentang menyelamatkan diri dari
kemunafikan.

5
Dalam kaitannya dengan ilmu tauhid, ilmu tasawuf berfungsi sebagai pemberi
wawasan spiritual dalam pemahaman kalam. Penghayatan yang mendalam
melalui hati (dzauq dan wijdan) tehadap ilmu tauhid atau ilmu tauhid menjadikan
ilmu tasawuf lebih terhayati atau teraplikasikan dalam perilaku. Dengan demikian,
ilmu tasawuf merupakan penyempurna ilmu tauhid jika dilihat dari sudut pandang
bahwa ilmu tasawuf merupakan sisi terapan rohaniah dari ilmu tauhid.

Ilmu tauhid berfungsi sebagai pengendali ilmu tasawuf. Oleh karena itu, jika
timbul suatu aliran yang bertentangan dengan aqidah, atau lahir suatu kepercayaan
baru yang bertentangan dengan Al-Qur’an dan As-Sunah, hal itu merupakan
penyimpangan atau penyelewengan. Selain itu, ilmu tasawuf juga berfungsi
sebagai pemberi kesadaran rohaniah dalam pedebatan kalam. Sebagaimana
disebutkan bahwa ilmu tauhid dalam dunia islam cenderung menjadi sebuah ilmu
yang mengandung muatan rasional dan muatan aqliyah. Jika tidak diimbangi oleh
kesadaran rohaniah , ilmu kalam dapat bergerak ke arah yang lebih liberal dan
bebas.

Hubungan ilmu tasawuf dan ilmu tauhid dalam buku yang berjudul Asma Al-
Husna , Al-Ghazali menjelaskan dengan baik mengenai persoalan tauhid kepada
Allah SWT, terutama berkenaan dengan nama-nama Allah SWT yang merupakan
materi pokok ilmu tauhid. Nama Tuhan Ar-Rahman dan Al-Rahim, pada aplikasi
rohaniahnya merupakan sebuah sifat yang harus diteladani. Jika sifat Ar-Rahman
diaplikasikan, seseorang akan memandang orang yang durhaka dengan
kelembutan bukan kekasaran; melihat orang dengan mata rahim, bukan dengan
mata yang menghina, bahkan ia mencurahkan ke-rahim-annya kepada orang yang
durhaka agar orang tersebut dapat diselamatkan. (Rosihon Anwar dan Mukhtar
Solihin, 2004: 88-89)

Dengan ilmu tasawuf, semua persoalan yang berada dalam kajian ilmu tauhid
terasa lebih bermakna , tidak kaku, bahkan akan lebih dinamis dan aplikatif.

6
2.5. Hubungan Ilmu Tasawuf dengan Ilmu Filsafat

Ilmu tasawuf yang berkembang di dunia islam tidak dapat dinafikan sebagai
sumbangan pemikiran kefilsafatan. Misalnya, dalam kajian-kajian tasawuf yang
berbicara tentang jin itu harus diakui bahwa terminologi jiwa dan roh banyak
dikaji dalam pemikiran-pemikiran filsafat. Intelektual muslim banyak mengkaji
tentang jiwa dan roh, di antaranya adalah Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina, dan Al-
Ghazali.

Pemahaman tentang jiwa dan roh itu pun menjadi hal yang esensial. Kajian-kajian
kefilsafatan tentang hal tersebut banyak dikembangkan dalam tasawuf. Namun,
perlu diketahui bahwa istilah yang lebih banyak dikembangkan dalam tasawuf
adalah istilah qalb (hati). Istilah ini memang spesifik dikembangkan dalam
tasawuf. Namun, tidak berarti bahwa istilah qalb tidak berpengaruh terhadap roh
dan jiwa. (Anwar R., 2010:201)

Menurut sebagian ahli tasawuf, an-nafs (jiwa) adalah roh setelah bersatu dengan
jasad. Penyatuan roh dan jasad berpengaruh yang dapat ditimbulkan oleh jasad
dan roh. Pengaruh-pengaruh ini akhirnya memunculkan kebutuhan-kebutuhan
jasad yang dibangun roh. Jika jasad tidak memiliki tuntutan-tuntutan yang tidak
sehat dan tidak terdapat pengekangan nafsu, sedangkan hati tetap sehat maka
tuntutan jiwa terus berkembang dan jasad menjadi binasa karena melayani jiwa.

7
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Ilmu tauhid adalah ilmu yang membicarakan bagaimana menetapkan


kepercayaan-kepercayaan keagamaan dengan bukti-bukti yang
meyakinkan, kemudian filsafat berasal dari kata philos (cinta) dan shopia
(kebijaksanaan), dengan demikian filsafat adalah mencari hakikat sesuatu,
berusaha menautkan sebab dan akibat, dan berusaha menafsirkan pengalaman-
pengalaman manusia. Sementara tasawuf adalah suci, atau keadaan yang selalu
berorientasi kepada kesucian jiwa, mengutamakan panggilan Allah, berpola hidup
sederhana, mengutamakan kebenaran, dan rela berkorban demi tujuan-tujuan yang
lebih mulia disisi Allah.

Ilmu tauhid, filsafat dan tasawuf mempunyai kemiripan objek kajian. Objek kajian
ilmu tauhid adalah ketuhanan dan segala sesuatu yang berkaitan dengan-Nya.
objek kajian filsafat adalah masalah ketuhanan disamping masalah alam,
manusia, dan segala sesuatu yang ada. Objek kajian tasawuf adalah tuhan, yakni
upaya-upaya pendekatan terhadapnya. Jadi, dilihat dari aspek objeknya, ketiga
ilmu itu membahas masalah yang berkaitan dengan ketuhanan. Perbedaan diantara
ketiga ilmu tersebut terletak pada aspek metodologinya. Ilmu tauhid, sebagai
ilmu yang menggunakan logika dan menggunakan metode dialektika (jadaliyah)
yang di kenal juga dengan dialog keagamaan. Sementara filsafat adalah sebuah
ilmu yang digunakan untuk memperoleh kebenaran rasional. Metode yang
digunakan pun adalah metode rasional. Adapun ilmu tasawuf adalah ilmu yang

8
lebih menekankan rasa dari pada rasio metode yang digunakan menurut sebagian
pakar adalah intuisi, atau ilham, atau inspirasi yang datang dari tuhan. Ilmu tauhid
berfungsi sebagai pengendali ilmu tasawuf, selain itu ilmu tasawuf juga
mempunyai fungsi sebagai pemberi kesadaran rohaniah dalam perdebatan-
perdebatan kalam.

DAFTAR PUSTAKA

Abd Ar-Raziq Musthafa. 1959. Tauhid Li Tarikh Al- Falsafah Al- Islamiyah.
Kairo: Pustaka Salman

Abduh, Muhamad. 1965. Risalah tauhid. Jakarta: Bulan Bintang

Abdul Rozak dan Rosihan Anwar. 2007. Ilmu Kalam. Bandung : Pustaka Setia

Anwar R. 2010. Akhlak Tasawuf. Bandung: CV. Pusstaka Setia

Anwar dan Mukhtar Solihin. 2004. Ilmu Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia.

Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibani, Falsafat Pendidikan Islam, (terjemahan)


Hasan Langgulung. 1979. Jakarta : Bulan Bintang

Saifuddin Endang Anshari. 1990. Ilmu Filsafat dan Agama. Surabaya: PT Bina
Ilmu

Toriquddin, Moh. 2008. Skularitas tasawuf, Membumikan Tasawuf Dalam Dunia


Modren. Malang: UIN Malang Press

Anda mungkin juga menyukai