PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semua makhluk hidup mempunyai sistem-sistem yang ada dalam
tubuhnya. Baik makhluk hidup bersel tunggal, hingga makhluk hidup yang
multiseluler. Hanya saja padamakhluk hidup bersel tunggal sangatlah
sederhana dibandingkan dengan makhluk hidupmultiseluler.Pada organisme
multiseluler, khususnya hewan tingkat tinggi dan manusia, terdapatpengaturan
(regulasi) dalam lingkungan internal, sehingga dipertahankankemantabannya.
Pemeliharaan kemantaban ini sering dikenal sebagai homestasis.Homestasis
mengandung pengertian pemeliharaan komposisi yang relatif tetap padakadar
glukosa, O2, CO2, Na+, Ca+, H2O, dsb dalam cairan ekstraseluler. Namun
dalamperkembangannya, homestasis diarahkan lebih pada pengaturan
kemantaban suhu tubuh,kemantaban pH darah, dsb yang memang sebenarnya juga
merupakan perluasan darimakna cairan ekstraseluler tersebut (Paidi, 2012).
Pada organisme multiseluler khususnya manusia, pasti selalu melakukan
aktivitas,baik aktivitas ringan yang berupa berbicara, tidur, main telepon
genggam, dan lainsebagainya ataupun aktivitas berat yang berupa lari maraton,
naik turun tangga, dan lainsebagainya. Semua aktivitas yang manusia lakukan
tanpa disadari telah merubah sistemdalam tubuh yang ada. Misal, dengan
melakukan aktivitas berat manusia jadimengeluarkan keringat. Main telepon
genggam juga telah menyebabkan saraf-saraf yangbekerja dalam indra peraba
yaitu kulit, dan indra gerak yaitu tangan yang bekerja,dengan direspon-respon
oleh saraf ke otak.
B. Dasar Teori
Didalam tubuh makhluk hidup terdapat sistem regulasi yang akan
mengatur semuasistem oragan di dalam tubuhnya agar semua sistem tersebut
dapat bekerja secaraseimbang. Sistem regulasi itu bekerja untuk menerima
rangsangan, mengolahnya, dankemudian meneruskannya untuk menanggapi
rangsangan tersebut. Sistem regulasi yangdimiliki oleh hewan termasuk
manusia meliputi sistem saraf beserta indera dan sistemendokrin. Sistem saraf
merupakan sistem yang khas bagi hewan karena tidak dimilikioleh tumbuhan.
Sistem saraf pada manusia dibedakanmenjadi dua. Yaitu sistem saraf pusat
dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat merupakan pusat dari sistem saraf,
yangterdiri dari otak dan sumsum tulang belakang (Subahar, 2009: 67 ).
Homeostasis adalah suatu istilah yang digunakan untuk menjelaskan
kelangsunganhidup organisme di dalam suatu ekosistem dan juga secara khusus
menggambarkankelangsungan hidup suatu sel-sel dalam suatu organisme,
homeostasis juga menunjukkanlingkungan yang mendukung kelangsungan
hidup sel-sel. Semua sistem tubuh organismesaling bekerja sama untuk
mempertahankan homeostasis dalam tubuh kita. Homeostasisdibutuhkan sel
dan jaringan tubuh kita untuk dapat bekerja dengan baik menghadapistresor
perubahan lingkungan eksternal. Adapun beberapa mekanisme homeostasis
1
yangpenting antara lain thermoregulasi, osmoregulasi, regulasi air dan
elektrolit, sertaglukoregulasi (Subahar, 2009: 57 ).
Pada dasarnya, ketika terjadi perubahan dalam tubuh kita, ada 2
mekanisme responyang mungkin terjadi yaitu :
1. Umpan balik negatif, yaitu suatu proses yang terjadi ketika sistem
tubuh kitabutuh diambatkan atau bahkan memberhentikan secara komplit suatu
proses yangsedang terjadi. Contoh ketika tekanan darah meningkat,
reseptor di arteri karotisakan mendeteksinya danmengirimkan sinyal ke
otak. Otak kemudian akanmengirimkan pesan ke jantung untuk
memperlambat denyutnya sehingga alirandarah yang dipompa lebih
sedikit dan mengakibatkan penurunan tekanan darah.
Semua kegiatan dan kerja alat-alat dalam tubuh kita diatur dalam sistem regulasi
(koordinasi). Regulasi merupakan cara semua organ dan sitem tubuh bekerja sama
secara efisian. Sistem ini terbagi atas tiga bagian, yaitu melalui sistem
saraf,hormon dan alat indera. Pengaturan sistem saraf diatur oleh urat saraf
sedangkanpengaturan sistem hormon melalui darah (Safitri : 2004).
2
b. Kelenjar-kelenjar di bawah kulit akan mensekresi keringat ke
permukaankulit untuk meningkatkan hilangnya panas dengan evaporasi
jika suhu tubuhmeningkat. Sekresi keringat akan berhenti jika suhu tubuh
sudah kembalinormal.
c. Pembuluh darah yang mengaliri kulit akan melebar untuk membawa
lebihbanyak panas keluar tubuh (vasodilatasi) jika suhu tubuh meningkat,
danpembuluh darah akan mengkerut (vasokonstriksi) untuk
meminimalkanhilangnya panas lewat kulit jika suhu tubuh sudah normal
kembali.Jika terjadi penurunan suhu yang berkepanjangan, maka
hypothalamus akanmeningkatkan sekresi hormon TRH untuk
menstimulasi pengeluaran TSH olehhipofisis yang akan menstimulasi
kenaikan sekresi hormone tiroksin oleh kelenjar tiroid. Hormon ini akan
memacu metabolisme yang memiliki produk sampinganenergi panas.
Selain itu,mekanisme non spesifik lain untuk mengatasi penurunansuhu
tubuh adalah dengan kontraksi otot-otot ekstremitas (menggigil)
untuk memproduksi panas (Safitri: 2004).
3
C. Tujuan Pembahasan
Tujuan Umum
Dengan membaca makalah ini dapat membuka wawasan tentang pentingnya
cairan dan elektrolit bagi tubuh kita dan sengat berpengaruh dalam proses
homestatis.
Tujuan Khusus
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
a) Mengetahui mekanisme kerja cairan dan elektrolit dalam tubuh.
b) Mengetahui manfaat dan tujuan cairan dalam tubuh.
c) Mengetahui proses keseimbangan dan elektrolit dalam tubuh.
d) Mengetahui terjadinya mekanisme homestatis dalam cairan dan elektrolit.
e) Mengetahui gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
D. Rumusan Masalah
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Cairan tubuh adalah cairan yang terdiri dari air dan zat terlarut (Price, 2006).
Cairan tubuh adalah air larutan pelarut, substansi terlarut /zat terlarut (Horne,
2001).
Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik
yang disebut ion jika berada dalam larutan (Price, Sylvia, 2006).
Elektrolit adalah substansi yang berdiasosiasi (terpisah) di dalam larutan dan akan
menghantarkan arus listrik (Horne, 2001).
Elektrolit adalah sebuah unsur / senyawa yang jika melebur atau larut di dalam
pelarut lain akan pecah menjadi ion dan mampu membawa muatan listrik.
5
diperlukan untuk memecah dan menghidrolisis zat gizi kompleks menjadi bentuk
yang lebih sederhana.
6
meningkatkan metabolisme dan menekan nafsu makan. Minum banyak air putih
dapat menyaring kelebihan kalori.
Jika kekurangan air maka secara otomatis tubuh akan memberikan sinyal berupa
rasa haus. Karena adanya sisten homeostasis tubuh ini yang bekerja. Semakin
banyak aktivitas yang dilakukan oleh tubuh maka air dalam tubuh yang hilang
akan semakin banyak. Begitu juga dengan kondisi tubuh jika kadar air dalam
tubuh menurun jumlahnya maka tubuh akan menurun konsisnya. Hal ini dapat
terjadi karena ada hubungan yang erat antara kualitas dan kandungan air dalam
tubuh dengan respons tubuh kita.
b. Usia
Sesuai aturan, air tubuh menurun seiring peningkatan usia. Bayi prematur
mengandung air sebanyak 80% disbanding dengan berat badannya. Sedangkan
bayi lahir cukup bulan kira-kira mengandung air sebanyak 70% dari berat
badannya. Dengan usia 6 bulan sampai 1tahun, air tubuh menurun menjadi sekitar
60% dari berat badannya, dengan sedikit reduksi lebih lanjut selama masa kanak-
kanak. Lansia mengandung sekitar 45% sampai dengan 55% air dari berat
badannya.
2. Solut (terlarut )
Selain air cairan tubuh mengandung 2 jenis substansi terlarut (zat terlarut), yaitu :
a. Elektrolit
Elektrolit berdisosiasi menjadi ion positif dan negatif dan diukur dengan
kapasitasnya untuk saling berkaitan satu sama lain (miliekuivalen / liter
[mEq/v]) atau dengan berat molekul dalam gram (milimol/liter [mol/L]).
7
1) Kation
Merupakan ion-ion yang membentuk muatan positif dalam larutan. Kation
ekstraseluler utama adalah Natrium (Na+)-, sedangkan kation intraseluler utama
adalah Kalium (K+). Sistem pompa terdapat di dinding sel tubuh yang memompa
Natrium ke luar dan Kalium ke dalam.
2) Anion
Merupakan ion-ion yang membentuk muatan negative dalam larutan. Anion
ekstraseluler utama adalah Klorida (Cl-), sedangkan anion intraseluler utama
adalah Fosfat (Po43-).
b. Non-elektrolit
Adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam larutan dan bermuatan listrik ( Prrice,
Sylvia ). Nonelektrolit terdiri dari protein, urea, glukosa, oksigen, karbondioksida,
dan asam-asam organik.
C. Kompartemen Cairan
Cairan tubuh didistribusi antara 2 kompartemen cairan utama, yaitu :
1. Cairan intraseluler ( CIS )
CIS adalah cairan yang terkandung dalam sel. Pada orang-orang dewasa, sekitar ⅔
dari cairan tubuh adalah intraseluler, atau kira-kira 25L pada rata-rata orang
dewasa (70kg). sedangkan hanya ½ dari cairan tubuh bayi adalah cairan
intraseluler.
2. Cairan Ekstraseluler ( CES )
CES adalah cairan yang berada di luar sel. Ukuran relative dari CES menurun
dengan peningkatan usia. Pada bayi baru lahir, kira-kira ½ cairan
tubuhterkandung di dalam CES. Setelah usia 1 tahun, volume relative dari CES
menurun sampaikira-kira 1/3 dari volume total, ini hamper sebanding dengan 15L
dalam rata-rata pria dewasa (70kg).
8
volume CIT kira-kira 2 kali lebih besar pada bayi baru lahir di banding dengan
orang dewasa.
E. Proses Transpor
1. Difusi
Difusi yaitu gerakan acak dari partikel pada semua arah melalui larutan atau gas.
Partikel bergerak dari area dengan konsentrasi tinggi kearea dengan konsentrasi
yang lebih rendah sepanjang gradient konsentrasi. Energi difusi dihasilkan oleh
energi panas.
9
Faktor-faktor yang menigkatkan difusi yaitu :
a. Peningkatan suhu
b. Peningkatan konsentrasi partikel
c. Penurunan ukuran atau berat molekul dari pertikel
d. Peningkatan area permukaan yang tersedia untuk difusi
e. Penurunan jarak lintas dimana masa partikel harus berdifusi
2. Transpor aktif
Transpor aktif yaitu partikel bergerak dari area dari konsentrasi lebih rendah atau
sama kearea dengan konsentrasi lebih besar. Transport aktif sangat penting untuk
mempertahankan keunikan komposisi, baik CES dan CIS. Transpor aktif
memerlukan aktivitas metabolik dan pengeluaran energi untuk menggerakkan
berbagai materi untuk menembus membrane sel.
3. Filtrasi
Filtrasi yaitu gerakan air dan zat terlarut dari area dengan tekanan hidrostaltik
tinggi ke area dangan tekanan hidrostaltik rendah. Tekanan hidrostsltik adalah
tekanan yang dibuat oleh berat cairan.
4. Osmosis
Osmosis yaitu gerakan air melewati membrane semi permiabel dari area dengan
konsentrasi zat terlarut rendah ke area dengan konsentrasi zat terlarut lebih tinggi.
Istilah yang dihubungkan dengan osmosis antara lain :
a. Tekanan Osmotik, yaitu jumlah tekanan hidrostaltik diperlukan untuk
menghentikan aliran osmotic air.
b. Tekanan Onkotik, yaitu tekanan osmotic dihasilkan oleh koloid
(protein). Albumin misal menghasilkan tekanan onkotik dalam pembuluh darah
dan membantu menahan kandunagan air dalam ruang intravaskuler.
c. Diuresis Osmotik, yaitu peningkatan keluaran urin disebabkan oleh substansi
seperti manitol, glukosa, atau media kontras yang dikeluarkan dalam urin dan
mengurangi reabsorpsi air ginjal.
10
F. Konsentrasi Cairan Tubuh
1. Osmolalitas
Osmolalitas yaitu pengukuran kemampuan larutan untuk menciptakan tekanan
osmotik dengan demikian mempengaruhi gerakan air. Osmolaritas yaitu istilah
lain yang menunjukkan jumlah partikel dalam 1L larutan dan diukur dalam
miliosmolar per liter ( m Osm/L ).
2. Tonisitas
Tonsilitas yaitu istilah lain dari osmolalitas efektif. Osmolalitas efektif yaitu
osmolalitas yang menyebabkan air bergerak dari satu kompartemen ke
kompertemen lain, tidak hanya bergantung pada jumlah zat terlarut, tetapi juga
pada permeabilitas membran terhadap zat terlarut ini.
Jenis larutan :
a. Larutan isotonik
Larutan yang mempunyai osmolalitas sama efektifnya dengan cairan tubuh ( kira-
kira 280-300 m Osm/kg ).
Contoh : NaCl 0,9%
b. Larutan hipotonik
Larutan yang mempunyai osmolalitas efektif lebih kecil dari cairan tubuh.
Contoh : NaCl 0,45%
3. Larutan hipertonik
Larutan yang mempunyai osmolalitas efektif lebih besar dari cairan tubuh.
Contoh : NaCl 3%
11
cairan tubuh akibat luka bakar, penyakit, atau trauma, beresiko mengalami
ketidakseimbangan elektrolit.
1. Gangguan Cairan
Tipe dasar ketidakseimbangan cairan adalah sebagai berikut :
a. Ketidakseimbangan Isotonik
Kekurangan dan kelebihan isotonic dapat terjadi jika air dan elektronik diperoleh
atau hilang dalam proporsi yang sama. Kadar elektrolit dalam serum tetap tidak
berubah, kecuali terjadi ketidakseimbangan lain. Klien yang beresiko mengalami
ini adalah klien yang mengalami kehilangan cairan dan elektrolit melalui saluran
gastrointestinal, misal akibat muntah, pengisap lambung, diare, atau fistula. Bayi
dan lansia ( usia lanjut ) paling cepat terkena pengaruh akibat kehilangan cairan
dan elektrolit ini (Weldy, 1992). Penyebab lain dapat meliputi perdarahan,
pemberian obat-obat diuretic, keringat yang banyak, demam, dan penurunan
asupan per oral.
Kelebihan volume cairan terjadi saat air dan natrium dipertahankan dalam
proporsi isotonic sehingga menyebabkan hipervolemia tanpa disertai perubahan
kadar elektrolit serum. Klien yang beresiko mengalami kelebihan volume cairan
ini meliputi klien yang menderita gagal jantung kongestif, gagal ginjal dan sirosis
(Weldy, 1992).
Penyebab beserta tanda dan gejala gangguan cairan ketidakseimbangan isotonic
meliputi :
1) Kekurangan Volume Cairan
Tanda dan gejala è pemeriksaan fisik : nadi cepat tetapi lemah, kolaps
vena, hipotensi, frekwensi nafas cepat, letargi, oliguria, kulit dan
membrane mukosa kering, turgor kulit tidak elastis, kehilangan berat
badan yang cepat.
Penyebab :
Kehilangan cairan dari system gastrointestinal, seperti diare, muntah atau
drainase.
Kehilangan plasma atau darah utuh, seperti pada luka bakar atu
perdarahan.
Keringat berlebihan
12
Demam
Hasil pemeriksaan laboratorium è berat jenis urin >1,025, peningkatan
semu hematokrit >50%, peningkatan semu nitrogen urea darah (BUN)
>25mg/100ml.
Penyebab :
Penurunan asupan cairan peroral
Penggunaan obat-obatan diuretik
Penyebab :
Gagal jantung kongestif
Gagal injal
Sirosis
Paningkatan kadar aldosteron dan steroid di dalam serum
Hasil pemeriksaan laboratorium è penurunan semu BUN <10mg/100ml.
Penyebab :
Asupan natrium berlebihan
b. Sindrom Ruang-Ketiga
Sidrom ruang-ketida terjadi jika cairan terperangkap di dalam suatu ruangan dan
cairan di ruangan tersebut tidak mudah ditukar dengan cairan ekstrasel. Klien
yang menderita sindrom ruang-ketiga akan mengalami efek kekurangan volume
cairan ekstrasel. Sindrom ini terjadi ketika cairan ekstrasel berpindah kedalam
suatu ruangan tubuh sehingga cairan tersebut terperangkap di dalamnya. Akibat
murni yang terjadi adalah kekurangan volume cairan di dalam ekstrasel. Obstruksi
usus yang kecil atau luka bakar dapat menyebabkan perpindahan cairan sebanyak
5 sampai 10 liter keluar dari ruang ekstrasel.
Penyebab beserta tanda dan gejala sindrom ruang ketiga meliputi
13
Tada dan gejala è pemeriksaan fisik : hipotensi, peningkatan lingkar perut
(yang disertai obstruksi usus halus, asites).
Penyebab :
Hipertensi portal
Obstruksi usus halus
Peritonitis
Hasil pemeriksaan laboratorium è natrium serum menurun <135mEq/L
dan albumin menurun <3,5g/100ml (hilang dalam cairan yang
terperangkap).
Penyebab :
Luka bakar
c. Ketidakseimbangan Osmolar
Ketidakseimbangan osmolar adalah kehilangan atau kelebihan air saja sehingga
konsentrasi (osmolalitas) serum dipengaruhi. Ketidakseimbangan hiperosmolar
(dehidrasi) terjadi jika ada kehilangan air tanpa disertai kehilangan elektrolit yang
proporsional, terutama natrium,atau jika terdapat peningkatan substansi yang
diperoleh melalui osmosis aktif. Hal ini menyebabkan kadar natrium serum dan
osmolalitas (konsentrasi) serta dehidrasi intrasel meningkat.
Faktor-faktor resiko terjadinya dehidrasi meliputi kondisi yang mengganggu
kecukupan asupan oral. Klien lansia yang rapuh dan lemah karena terjadi
penurunan yang pasti pada cairan intrasel, penurunan kemampuan konsentrasi di
ginjal, penurunan respon terhadap rasa haus, dan peningkatan proporsi lemak
dalam tubuh (Horne et al, 1991).
Penyebab beserta tanda dan gejala gangguan ketidakseimbangan osmolar meliputi
:
1) Ketidakseimbangan hiperosmolar :
Tanda dan gejala è pemeriksaan fisik : penurunan berat badan, membrane
mukosa menjadi kering dan lengket, rasa haus, suhu tubuh meningkat,
iritabilitas, konvulsi tarikan atau ketegangan otot yang dapat menyebabkan
kejang pada bagian tubuh), koma.
14
Penyebab :
Diabetes insipidus
Interupsi dorongan rasa haus yang dikontrol secara neurologis
Ketoasidosis diabetik
Pemberian cairan hipertonik
Diuresis hipertonik
Hasil pemeriksaan laboratorium è natrium serum meningkat >145 mEq/L
dan osmolalitas serum meningkat >295mOsm/kg.
Penyebab :
Pemberian cairan hipertonik
Diuresis osmotic
2) Ketidakseimbangan hipoosmolar
Tanda dan gejala è pemeriksaan fisik : tingkat kesadaran menurun,
konvulsi, koma.
Penyebab : SIADH
Pemeriksaan laboratorium è kadar serum menurun <136mEq/L dan
osmolalitas serum menurun <280 mOsm/kg
2. Gangguan Elektrolit
Ketidakseimbangan elektrolit meliputi :
a. Ketidakseimbangan Natrium
Nilai laboratorium normal untuk natrium serum adalah 135-145 mEq/L.
1) Hiponatremia
Hiponatremia adalah suatu kondisi dimana nilai konsentrasi natrium di dalam
darah lebih rendah dari normal yang dapat terjadi pada saat kehilangan total
natrium atau kelebihan total air. Hiponatremia menyebabkan penurunan
osmolalitas plasma dan cairan ekstrasel (Long et al, 1993).
15
Ketika trjadi kehilangan natrium, tubuh mula-mula beradaptasi dengan
menurunkan ekskresi air untuk mempertahankan osmolalitas serum tetap berada
dalam kadar yang mendekati normal. Apabila kehilangan natrium berlanjut, tubuh
akan berupaya mempertahankan volume darah. Akibatnya, proporsi natrium di
dalam cairan ekstrasel berkurang. Kehilangan natrium dapat menyebabkan kolaps
pada pembuluh darah dan syok.
Hiponatremia berat pada kadar natrium serum 120 mEq/L dapat menyebabkan
perubahan neurologist dan pada kadar natrium serum 110 mEq/L akan
menyebabkan perubahan neurologist yang tidak dapat pulih kembali bahkan dapat
menyebabkan kematian.
2) Hipernatremia
Hipernatremia adalah kondisi dimana nilai konsentrasi natrium lebih tinggi dari
konsentrasi normal di dalam cairan ekstrasel, yang dapat disebabkan oleh
16
kehilangan cairan yang ekstrim atau kelebihan natrium total. Apabila penyebab
hipernatremia adalah peningkatan sekresi aldosteron , maka natrium
dipertahankan dan kalium diekskresi. Ketika terjadi hipernatriema, tubuh
berupaya mempertahankan air sebanyak mungkin melalui rebsorpsi air di ginjal.
Tekanan osmotic interstisial meningkat dan cairan berpindah dari sel ke dalam
cairan ekstrasel sehingga menyebabkan sel-sel menyusut dan menggangu
sebagian besar proses fisiologis seluler.
b. Ketidakseimbangan Kalium
Nilai laboratorium normal untuk kalium adalah 3,5-5,0 mEq/L.
1) Hipokalema
Kipokalemia merupakan suatu kondisi ketika jumlah kalium yang bersirkilasi di
dalam cairan ekstrasel tidak adekuat. Apabila parah, hipokalemia dapat
mempengaruhi kondisi jantung dengan menyebabkan ketidakteraturan yang
berbahaya bagi jantung. Karena rentang normal kalium terlalu pendek, maka
toleransi terhadap terjadinya fruktuasi dalam kadar kalium serum juga kecil.
Pnyebab yang paling umum adalah penggunaan diuretik yang membuang kalium.
Penyebab serta tanda dan gejala hipokalemia :
Penyebab penggunaan diuritik yang dapat membuang kalium, diare,
muntah atau kehilangan cairan lain melalui saluran gastrointestinal,
17
alkalosis, sindrom Chusingatu tumor yang dapat memproduksi hormone
adrenal, poliuria, pengeluaran keringat yang berlebihan, penggunaan
cairan IV bebas kalium secara berlebihan
Tanda dan gejala Pemeriksaan fisik : denyut nadi lemah dan tidak teratur,
permafasan dangkal, hipotensi, kelemahan, bising usus menurun,
keletihan, tonus otot menurun, distensi usus
Hasil pemeriksaan laboratorium : kalium serum <3 mEq/L menyebabkan depresi
gelombang ST, gelombang T datar, gelombang U lebih tinggi pada pemeriksaan
EKG, kadar kalium serum 2 mEq/L menyebabkan komleks QRS melebar, depresi
ST, inverse gelombang T (Raimer, 1994)
Penanganan pasien dengan hipokalemia adalah dengan terapi dengan KCl oral
maupun melalui intra-vena, pemberian KCl intra-vena tidak melebihi 40 m mol/L.
2) Hiperkalemia
Hiperkalemia merupakan kondisi lebih besarnya jumlah kalium daripada nilai
normal kalium di dalam darah. Penyebab utama hiperkalemia adalah gagal ginjal,
adanya penurunan fungsi ginjal akan mengurangi jumlah ekskresi kalium oleh
ginjal (Weldy, 1992).
c. Ketidakseimbangan Kalsium
18
Nilai laboratorium normal untuk kalsium serum adalah 4-5 mEqlL.
1) Hipokalsemia
Hipokalsemia mencerminkan penurunan kadar kalsium dalam serum dan
penurunan kalsium yang terionisasi serta dapat menyebabkan beberapa penyakit,
beberapa diantaranya dapat mempengaruhi kelenjar tyroid dan paratiroid. Tanda
dan gejala hipokalsemia berhibungan secara langsung dengan peran fisiologis
kalsium serum pada fungsi neuromuskuler.
2) Hiperkalsemia
Hiperkalsemia adalah peningkatan konsentrasi total kalsium dalam serum dan
peningkatan kalsium yang terionisasi. Seringkali hiperkalsemia merupakan suatu
gejala dari penyakit pokok yang menyebabkan resorpsi tulang berlebihan disertai
pelepasan kalsium.
19
d. Ketidakseimbangan Magnesium
Nilai laboratorium normal untuk magnesium serum adalah 1,5-2,5 mEq/L.
1) Hipomagnesemia
Hipomagnesemia terjadi ketika kadar konsentrasi serum turun sampai di bawah
1,5 mEq/L. Magnesium bekerja secaralangsung pada sambungan neuromuskuler.
Penurunan konsentrasi magnesium serum meningkatkan iritabilitas
neuromouskuler.
2) Hipermagnesemia
Hipermagnesemia terjadi ketika konsentrasi magnesium serum meningkat sampai
di atas 2,5 mEq/L. Hpermagnesemia dapat menurunkan eksitabilitas sel-sel
otonom.
Penyebab serta tanda dan gejala hipermagnesiema :
Penyebab Gagal ginjal, pemberian magnesium parenteral yang berlebihan
Tanda dan gejala è Hasil pemeriksaan fisik : refleks tendon dalam
hipoaktif, pernafasan dan frekuensi denyut jantung dangkal dan lambat,
hipotensi, kemerahan
Pemeriksaan laboratorium : magnesium serum >2,5mEq/L
e. Ketidakseimbangan Klorida
Nilai laboratorium normal untuk klorida serum adalah 100-106 mEq/L.
1) Hpokloremia
20
Hipokkloremia terjadi jika kadar klorida serum turun sampai di bawah 100mEq/L.
muntah atau drainase nasogastrik atau drainase fistula yang berlebihan dan lama
dapat menyebabkan hipokloremia. Bayi baru lahir yang mengalami diare dapat
terjadi kipokloremia dengan cepat. Beberapa obat-obatan diuretic juga dapat
menyebabkan peningkatan ekskresi klorida. Ketika kadar klorida serum menurun,
tubuh beradaptasi dengan meningkatkan reabsorpsi ion bikarbonat sehingga
mempengaruhi keseimbangan asam-basa.
2) Hperkloremia
Hiperkloremia terjadi jika kadar klorida serum meningkat sampai di atas 106
mEq/L, menyebabkan penurunan nilai bikarbonat serum. Hipokloremia dan
hiperkloremia jarang terjadi sebagai akibat dari proses penyakit yang tunggal,
tetapi umumnya berhubungan dengan ketidakseimbangan asam-basa. Tidak ada
satu rangkaian gejala yang berhubungan dengan perubahan ini.
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Cairan tubuh adalah cairan yang terdiri dari air dan zat terlarut.
Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-pertikel yang
bermuatan listrik yang disebut dengan ion jika berada dalam larutan.
Komponen cairan tubuh terdiri dari air dan zat terlarut.\
Kompartemen cairan tubuh terdiri dari cairan intra seluler (CIS) dan cairan
ekstraseluler (CES).
Gangguan keseimbangan cairan yaitu ketidak seimbangan isotonik,
sindrom ruang ketiga, ketidakseimbangan osmolar.
Gangguan elektrolit yaitu ketidakseimbangan natrium, kalium, kalsium,
magnesium, dan klorida.
B. Saran
22
DAFTAR PUSTAKA
Horne, Mima M . 2001 . Keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa . Jakarta
: EGC
Guyton, Arthur C . 1987 . Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit . Jakarta :
EGC
Potter, P.A & Perry. A.G . 2005 . Buku ajar fundamental keperawatan, konsep,
proses dan praktek, volume 2 . Jakarta : EGC
Price, Sylvia A . 2006 . Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit .
Jakarta : EGC
Rahmah, Azizatur . 2008 . Pentingnya air bagi kehidupan . diambil dalam
http://siar.endonesa.net/blog/pentingnya-air-bagi-kehidupan.htm, diakses pada
tanggal 17 November 2008
Stevens, P.J.M, dkk . 1999 . Ilmu keperawatan, jilid I, edisi 2 . Jakarta : EGC
Watson, Roger . 2002 . Anatomi dan fisiologi untuk perawat . Jakarta : EGC.
Paidi. 2012. Petunjuk Pratikum Biologi Umum. Yogyakarta : UNY Press
Pertiwi, Kartika Ratna. 2008. Hand Out Biologi Umum Regulasi Jurusan
Pendidikan Biologi Semester 1. Yogyakarta
https://www.google.com/search?q=regulasi+cairan+ac.id&ie=utf-8&oe=utf-
8&client=firefox-b-ab
23