Anda di halaman 1dari 4

Analisis Kasus TPT

A. Kronologis Kasus Pencurian Ternak di Cisarua dan Lembang


Polres Cimahi meringkus komplotan pencurian dengan pemberatan (curat) spesialis
hewan ternak. Pelaku yang berjumlah empat orang tercatat telah melakukan aksinya
selama 13 kali dalam enam bulan terakhir di wilayah Cisarua dan Lembang,
Kabupaten Bandung Barat (KBB). Mereka terdiri dari tiga pelaku dan satu penadah.
Tiga pelaku tersebut adalah Tata bin Bana; Ipan Junaedi bin Nana; dan Dada bin
Darsa. Sementara penadahnya diketahui bernama Iim bin Ape. Aksi mereka terakhir
adalah di Kampung Kolelega RT 03/01, Desa Sadang Mekar, Kecamatan Cisarua, dan
Kampung Jeplek RT 03/01, Desa Cipada, KBB. "Para pelaku ini memang spesialis
pencuri hewan ternak dan sudah menjalankan aksinya sebanyak 13 kali seperti di
wilayah Cisarua dan Lembang, Bandung Barat," kata Kapolres Cimahi AKBP Rusdy
Pramana Suryanagara saat gelar perkara di Mapolres Cimahi, Senin (11/12/2017)
sore. Rusdy mengungkapkan, aksi pelaku di dua tempat tersebut dilakukan pada
Jumat 1 Desember 2017 sekitar pukul 04.00 WIB. Modus para pelaku adalah dengan
merusak kandang domba atau kambing yang menjadi sasaran. Kemudian supaya
kambing tidak berisik mulutnya disumpal dan diikat dengan kain lalu dimasukan ke
dalam karung berukuran 50 kg. Setelah dimasukkan ke karung, hewan ternak itu
diangkut dengan mobil angkutan umum hasil sewaan dan dijual di wilayah
Padalarang. Dari tangan pelaku berhasil diamankan barang bukti seperti pisau
berukuran 20 cm, karung plastik, mobil angkutan umum trayek Cililin-Batujajar-
Cimahi dengan STNK, dan motor Honda Supra Fit warna hitam lengkap dengan
STNK. "Kami masih kembangkan kasus ini karena tidak menutup kemungkinan ada
pelaku lain. Sementara kepada mereka yang ditangkap akan dijerat dengan Pasal 363
KUHPidana dengan ancaman penjara tujuh tahun," sebutnya. Sementara itu salah
seorang pelaku Tata bin Bana mengaku, baru dua kali melakukan pencurian ternak di
wilayah Cisarua dan Lembang. Aksinya itu dilakukan karena desakan ekonomi, oleh
karenanya uang hasil penjualan domba itu dipakai untuk memenuhi kebutuhan sehari-
hari. "Hasil pencurian itu saya jual dengan harga antara Rp500.000 sampai Rp1 juta di
wilayah Padalarang," tuturnya (sumber berita : https://daerah.sindonews.com)
B. Analisis Kasus
Dalam hukum kriminal, pencurian adalah pengambilan properti milik orang lain
secara tidak sah tanpa seizin pemilik. Seseorang yang melakukan tindakan atau
berkarier dalam pencurian disebut pencuri, dan tindakannya disebut mencuri.
Pencurian terdiri dari unsur-unsur objektif (perbuatan mengambil, objeknya suatu
benda, dan unsur keadaan yang menyertai/melekat pada benda, yaitu benda tersebut
sebagian atau seluruhnya milik orang lain) dan unsur-unsur subjektif (adanya maksud,
yang ditujukan untuk memiliki, dan dengan melawan hukum).

Tindak pidana pencurian ini oleh pasal 362 KUHP dirumuskan sebagai: mengambil
barang, seluruhnya atau sebagian milik orang lain, dengan tujuan memilikinya secara
melanggar hukum.
Kemudian dalam pasal Pasal 363 KUHP
(1) Diancam dengan Pidana paling lama tujuh tahun:
Ke 1 : pencurian ternak
Ke 2 : Pencurian pada waktu terjadi kebakaran, letusan, banjir, gempa bumi atau
gempa laut, gunung meletus, kapal karam, kapal tedampar, kecelakaan kereta api,
huru-hara, pemberontakan atau bahaya perang,
Ke 3 : Pencurian pada waktu malam dalam sebuah rumah atau di pekarangan tertutup
yang ada rumahnya, yang dilakukan oleh orang yang ada di situ tanpa diketahui atau
tanpa dikehendaki oleh yang berhak,
Ke 4 : Pencurian yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersama-sama,
Ke 5 : Pencurian yang untuk masuk ke tempat melakukan kejahatan, atau untuk dapat
mengambil barang yang hendak dicuri itu, dilakukan dengan merusak, memotong atau
memanjat, atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian
jabatan palsu yaitu untuk dapat masuk ke tempat kejahatan atau untuk dapat
mengambil barang yang akan dicuri itu.
(2) Jika pencurian tersebut dalam nomor 3 disertai dengan salah satu hal dalam nomor
4 dan 5, maka dijatuhkan hukuman penjara selama-lamanya sembilan tahun.
Terkait dengan kasus pencurian ternak tersebut, terdapat ketentuan pasal dalam KUHP
mengenai pencurian ternak, yaitu pasal 101 KUHP yang mengatakan: perkataan ternak
berarti hewan yang berkuku satu, pemamah biak dan babi, atau dengan lain perkataan : kuda,
sapi atau kerbau dan babi.
Di satu pihak penentuan arti-kata ini bersifat memperluas, oleh karena biasanya kuda dan
babi tidak masuk istilah ternak, di lain pihak bersifat membatasi, oleh karena tidak termasuk
didalamnya : atau ayam. bebek dan sebagainya.
Di Negara Belanda pasal yang bersangkutan (pasal 311) menyebutkan, diefstal van vee uit de
weide” (pencurian ternak dari suatu padang rumput penggembalaan), dimana unsur weide itu
tegas ditambahkan, oleh karena unsur inilah yang justru merupakan alasan memberatkan
hukumam.
Oleh karena di Indonesia tidak ada tambahan dari padang rumput penggembalaan. maka
alasan memperberat, hukuman hanya terletak pada hal, bahwa ternak dianggap kekayaan
yang penting. Dan ini memang sesuai dengan istilah Jawa rojokoyo bagi ternak, istilah mana
berarti kekayaan besar.
Terkait kasus diatas, ketentuan yang seharusnya diterapkan pada kasus tersebuut yaitu pasal
363 KUHP diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun. Kemudian dengan
melihat ketentuan pasal 101 KUHP, untuk mengetahui hewan ternak apa saja yang termasuk
dalam pencurian ternak..
C. Daftar Pustaka
Prodjodikoro, Wirjono. 1980, Tindak Tindak Pidana Tertentu Di Indonesia. Jakarta-
Bandung: PT.Eresco
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Anda mungkin juga menyukai