Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

FARMASI KLINIK

DIABETES MELITUS TIPE 1

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1

1. ADE AINUN INSANI (F.16.001)


2. ANDI RAHMATAN (F.16.006)
3. ANDI NUR DWI AFRYANA (F,.16.004)
4. ANNISA ARFAN (F.16.008)

PROGRAM STUDI D – III FARMASI

POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI

2018
KATA PENGANTAR

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah subhanahu

wa ta’ala, Tuhan Pencipta Semesta Alam, karena atas rahmat, karunia dan hidayah-

Nya, kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini yang merupakan tugas mata

kuliah Farmasi Klinik.

Kami sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pengampu

mata kuliah Farmasi Klinik, teman – teman dan semua pihak yang turut membantu

dalam proses pembuatan makalah ini.

Kami menyadari, makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, baik

dari segi isinya maupun struktur penulisannya, untuk itu kami mengharapkan kritik dan

saran positif untuk perbaikan makalah dikemudian hari.


DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Tujuan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
B. Etiologi
C. Insidiensi
D. Gejala – gejala diabetes
E. Pengobatan diabetes melitus tipe 1
F. Jenis – jenis insulin
G. Regimen insulin
H. Pengaturan waktu
I. Penyesuaian dosis insulin
J. Teknik dan lokasi penyuntikkan insulin
K. Kontrol metabolik

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Awalnya hanya merasa lemas, sering buang air kecil, rasa lapar yang

intens, dan luka yang sulit sembuh (kering). Ternyata, setelah diakukan

pengecekan darah, didapati kadar gula dalamdarah sudah tinggi. Pasti pembaca

sering mendengar cerita seperti itu akhir-akhir ini, bukan? Bahkan, mungkin

dialami orang tedekat Anda, bisa orang tua, kerabat, atau teman sejawat.

Banyak orang yang masih menganggap penyakit diabetes merupakan

penyakit orang tua atau penyakit yang hanya timbul karena faktor keturunan.

Padahal, setiap orang dapat mengidap diabetes, baik tua maupun muda,

termasuk Anda. Namun, yang perlu anda pahami adalah Anda tidak sendiri.

Menurut WHO , data Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar dalam

jumlah penderita diabetes mellitus di dunia. Tahun 2000 yang lalu saja, terdapat

sekitar 5,6 juta penduduk Indonesia yang mengidap diabetes. Namun, pada

2006 di perkirakan jumlah penderita diabetes di Indonesia meningkat tajam

menjadi 14 juta orang, dengan50 % yang sadar mengidapnya dan diantara

mereka baru sekitar 30% yang datang berobat teratur.

Sangat di sayangkan bahwa banyak penderita diabetes yang tidak

menyadari dirinya mengidap penyakit yang lebih sering disebut penyakit gula

atau kencing manis ini. Hal ini mungkin di sebabkan minimnya informasi di
masyarakat tentang diabetes, terutama gejala-gejalanya. Ketika ditemukan

keluhan, penderita sudah di vonis diabetes. (Meita Shanty).

Maka dari itu saya memilih buku dengan judul “Diabetes tipe satu “ ini

untuk lebih banyak memberi informasi tentang penyakit diabetes tipe 1 ,

dan agar menjadi ilmu pengetahuan bagi pembaca dan bagi kami semua.

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui Definisi diabetes melitus

2. Untuk mengetahui Etiologi diabetes melitus

3. Untuk mengetahui Insidiensi diabetes melitus

4. Untuk mengetahui Gejala – gejala diabetes melitus

5. Untuk mengetahui Pengobatan diabetes melitus tipe 1

6. Untuk mengetahui Jenis – jenis insulin

7. Untuk mengetahui Regimen insulin

8. Untuk mengetahui Pengaturan waktu

9. Untuk mengetahui Penyesuaian dosis insulin

10. Untuk mengetahui Teknik dan lokasi penyuntikkan insulin

11. Untuk mengetahui Kontrol metabolik


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang dapat disebabkan

berbagai macam etiologi, disertai dengan adanya hiperglikemia kronis akibat

gangguan sekresi insulin atau gangguan kerja dari insulin, atau keduanya.

Sedangkan Diabetes Mellitus tipe 1 lebih diakibatkan oleh karena berkurangnya

sekresi insulin akibat kerusakan sel β-pankreas yang didasari proses autoimun.

Istilah diabetes mellitus berasal dari bahasa Yunani yaitu diabetes yang berarti

“sypon” menunjukan pembentukan urine yang berlebihan, dan mellitus berasal

dari kata “meli” yang berarti madu.

B. Etiologi

Etiologi DM tipe 1 diakibatkan oleh kerusakan sel beta pankreas karena

paparan agen infeksi atau lingkungan, yaitu racun, virus (rubella kongenital,

mumps, coxsackievirus dan cytomegalovirus) dan makanan (gula, kopi,

kedelai, gandum dan susu sapi). Beberapa teori ilmiah yang menjelaskan

penyebab diabetes mellitus tipe 1 sebagai berikut:

1. Hipotesis sinar matahari

Teori yang paling terakhir adalah "hipotesis sinar matahari," yang

menyatakan bahwa waktu yang lama dihabiskan dalam ruangan, dimana

akan mengurangi paparan sinar matahari kepada anak-anak, yang akan


mengakibatkan berkurangnya kadar vitamin D. Bukti menyebutkan bahwa

vitamin D memainkan peran integral dalam sensitivitas dan sekresi insulin

(Penckofer, Kouba, Wallis, & Emanuele, 2008). Berkurangnya kadar

vitamin D, dan jarang terpapar dengan sinar matahari, dimana masing-

masing telah dikaitkan dengan peningkatan risiko diabetes mellitus tipe 1.

2. Hipotesis higiene "Hipotesis kebersihan"

Teori ini menyatakan bahwa kurangnya paparan dengan prevalensi

patogen, dimana kita menjaga anak-anak kita terlalu bersih, dapat

menyebabkan hipersensitivitas autoimun, yaitu kehancuran sel beta yang

memproduksi insulin di dalam tubuh oleh leukosit. Dalam penelitian lain,

peneliti telah menemukan bahwa lebih banyak eksposur untuk mikroba dan

virus kepada anak-anak, semakin kecil kemungkinan mereka menderita

penyakit reaksi hipersensitif seperti alergi.

Penelitian yang berkelanjutan menunjukkan bahwa "pelatihan" dari

sistem kekebalan tubuh mungkin berlaku untuk pencegahan tipe 1 diabetes

(Curry, 2009). Kukrija dan Maclaren menunjukkan bahwa pencegahan

diabetes tipe 1 mungkin yang akan datang melalui penggunaan

imunostimulasi, yakni memaparkankan anak-anak kepada bakteri dan virus

yang ada di dunia, tetapi yang tidak menyebabkan efek samping

imunosupresi.

3. Hipotesis Susu Sapi


Teori ini menjelaskan bahwa eksposur terhadap susu sapi dalam susu

formula pada 6 bulan pertama pada bayi dapat menyebabkan kekacauan

pada sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan risiko untuk

mengembangkan diabetes mellitus tipe 1 di kemudian hari. Dimana protein

susu sapi hampir identik dengan protein pada permukaan sel beta pankreas

yang memproduksi insulin, sehingga mereka yang rentan dan peka terhadap

susu sapi maka akan direspon oleh leukosit, dan selanjutnya akan

menyerang sel sendiri yang menyebabkan kerusakan sel beta pankreas

sehingga terjadi dibetes mellitus tipe 1.

Peningkatan pemberian ASI di 1980 tidak menyebabkan penurunan

terjadinya diabetes tipe 1, tetapi terjadi peningkatan dua kali lipat diabetes

mellitus tipe 1. Namun, kejadian diabetes tipe 1 lebih rendah pada bayi yang

diberi ASI selama 3 bulan (Ekoe, Zimmet, & Williams, 2001).

4. Hipotesis POP

Hipotesis ini menjelaskan bahwa eksposur terhadap polutan organik

yang persisten (POP) meningkatkan risiko kedua jenis diabetes. Publikasi

jurnal oleh Institut Nasional Ilmu Kesehatan Lingkungan menunjukkan

peningkatan yang signifikan secara statistik dalam tingkat rawat inap untuk

diabetes dari populasi yang berada di tempat Kode ZIP yang mengandung

limbah beracun (Kouznetsova, Huang, Ma, Lessner, & Carpenter, 2007).

5. Hipotesis Akselerator
Sebuah teori yang menunjukkan bahwa tipe 1 diabetes merupakan

bagian sederhana dari kontinum yang sama dari tipe 2, tetapi muncul lebih

dulu. Hipotesis akselerator menyatakan bahwa peningkatan berat dan tinggi

anak-anak pada abad terakhir ini telah "dipercepat", sehingga

kecenderungan mereka untuk mengembangkan tipe 1 dengan menyebabkan

sel beta di pankreas di bawah tekanan untuk produksi insulin. Beberapa

kelompok mendukung teori ini, tetapi hipotesis ini belum merata diterima

oleh profesional diabetes (O'Connell, Donath, & Cameron, 2007).

C. Insidiensi

Insidensi DT1 sebesar 10% dari semua kasus DM. Terdapat

beberapa perbedaan insidensi berdasarkan geografisnya, dengan insiden rata-

rata per tahun sebesar 40 per 100000 anak di Finlandia, <2 per 100000 anak di

Jepang,sedangkan di Indonesia belum ada data insidensi yang akurat 1,2

Insidensi pada anak laki-laki sebesar 21,1 per 100000 anak, sedikit lebih tinggi

daripada anak perempuan yaitu sebesar 19 per 100000 anak Bukti adanya

etiologi autoimun. DT1 ditemukan pada 95% kasus, sisanya sebanyak 5% tidak

ditemukan adanya marker autoimun, oleh sebab itu diklasifikasikan sebagai DT

1B2. Berdasarkan studi terbaru, insidensi DT1 meningkat sebesar 40% dari tahun 1997-

2010 ,atau meningkat sebesar 3% setiap tahunnya. Peningakatan ini

terutamadiduga karena adanya peranan lingkungan dalam epidemiologi DT1.

DT1lebih sering terjadi pada kelompok umur 10-13 tahun dan paling rendah

padakelompok umur 6-9 tahun. Kembar monozigotik memiliki insidensi


terkena DT1 rata-rata 30%-50%, sedangkan kembar dizigotik memiliki rata-

rata terkena DT1 sebesar 6%-10%. Sebanyak 18% kasus DT1 terjadi pada

individu yang tidak meiliki riwayat DT1 pada keluarga. Perbedaan resiko yang

terjadi juga dipengaruhi oleh orang tua yang menderita DM. Anak-anak yang ibunya

terkena DT1 hanya beresiko sebesar 2% untuk terjadinya DT1, sedangkan

anak-anak yang bapaknya menderita DT1 memiliki resiko sebesar 7%

D. Gejala – Gejala Diabetes

1. Penderita Diabetes kerap merasa selalu haus dan sering buang air kecil.

Hal pertama yang salah adalah peningkatan jumlah urine. Biasanya kita

mengeluarkan sekitar1,5 liter urine per hari, tetapi penderita diabetes yang

tidak terkontrol dapat memproduksi kimakali jumlah tersebut. Pengeluaran

urine terus-menerus akan membuat tubuh kekurangan cairandan sensasi

rasa haus merupakan peringatan bahwa mereka akan menjadi sangat

dehidrasi,kecuali mereka cukup minum untuk mengganti jumlah urine yang

keluar.

2. Penghilatan kabur Fungsi lensa mata untuk memfokuskan gambar pada

retina.

Penglihatan yang kabur biasanyamerupakan perubahan sementara yang

dapat dikoreksi dengan memakai kacamata. Lensa mata menjadi bengkak

bila diabetes tidak terkendali sehingga Anda dapat menjadi rabun jauh.

Ketika diabetes dapat dikontrol, lensa mata akan kembali normal. Jika Anda

baru didiagnosa menderitadiabetes dan penglihatan kabur, sebaiknya Anda


menunggu selama beberapa minggu setelahkadar gula darah turun sebelum

mengunjungi optik untuk membeli kacamata baru.

Penglihatan yang kabur dapat membaik dengan sendirinya dan

kacamata baru mungkin saja tidak diperlukan.Sebagian besar masalah mata

serius yang disebabkan oleh diabetes adalah keruskan pada retina

(retinopati). Retina adalah “plat fotografi” di bagia belakang mata.

Perubahan kecil pada retina berlangsung selama beberapa tahun sehingga

orang tidak menyadarinya. Dalam kasus ini, retinamungkin sudah rusak

saat diabetes berhasil didiagnosa.

Ada tiga gejala umum menandai penyakit diabetes. Tiga gejala ini

disebut dengan tiga gejala klasik. Gejala-gejala tersebut adalah poliuri

(urinasi yang sering); polidipsi (banyak minum akibat meningkatnya

tingkat kehausan); dan polifagi (meningkatnya hasrat untuk makan). Gejala

awal diabetes berhubungan dengan efek langsung dan kadar gula darah

yang tinggi. Jika kadar gula dalam darah diatas 160-180 mg/dL, glukosa

akan sampai ke air kemih. Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan

membuang air tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa yang

hilang. Oleh karena ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah

berlebihan, penderita akan sering berkemih dalam jumlah banayak

(poliuri).

Kondisi diatas pada dasarnya merupakan gejala awal diabetes yang

berhubungan dengan efek langsung kadar gula darah yang tinggi. Awalnya,
penderita akan mengalami poliuri. Karena sering berkemih, akibatnya

penderita merasakan haus yang berlebihan (polidipsi). Oleh karena

menurunnya kemampuan insulin mengelola kadar gula dalam darah, sering

terjadi, walaupun kadar gula sedang dalam keadaan normal, tubuh

merespons lain sehinggatubuh dipakasa makan untuk mencukupi kadar gula

yang dapat direspon oleh insulin.

Apabila penderita terlambat makan, tubuh akan memecah cadangan energ

y lain dalam tubuh, seperti lemak, sehingga badan menjadi kurus.

Sejumlah besar kalori akan hilang ke dalam air kemih sehingga

penderita akan mengalami penurunan

berat badan. Untuk mengompensasikan hal ini, penderita sering merasakan

lapar yang luar biasa. Kondisi inilah yang disebut “polifagi”.

Gejala diabetes berbeda menurut tipenya. Pada diabetes tipe I ,

penderita hampir selalu mengalami penurunan

berat badan. Namun, pada penderita diabetes mellitus II, penderita tidak

selalu mengalami penurunan berat badan.

E. Pengobatan Diabetes Melitus Tipe I

Secara klinis, diabetes melitus (DM) dibedakan atas empat bentuk yaitu

(1) DM tipe-1 yang sebelumnya sering disebut dengan insulin dependent

diabetes melitus (IDDM) atau diabetes melitus juvenil, (2) DM tipe-2 atau non-

insulin dependent diabetes melitus (NIDDM) yang umumnya terjadi setelah


dewasa, (3) DM oleh karena penyebab lain, dan (4) hiperglikemia, glikosuria,

ketonemia, dan ketonuria.

Komponen pengelolaan DM tipe-1 meliputi pemberian insulin,

pengaturan makan, olah raga, edukasi dan pemantauan mandiri. Tujuan terapi

insulin untuk menghilangkan gejala hiperglikemia, mencegah terjadinya

diabetik ketoasidosis dan koma, mengembalikan masa tubuh, perbaikan

kapasitas olah raga dan tampilan kerja, menurunkan frekuensi infeksi, serta

mencegah komplikasi jangka panjang.

Sampai saat ini insulin merupakan obat yang harus selalu tersedia untuk

semua kasus DM tipe-1 karena alternatif obat selain insulin masih dalam taraf

penelitian.1,3,5,8 Perlu dicermati, karena penghentian insulin satu kali dalam

satu minggu dapat menurunkan kontrol metabolik. Insulin adalah suatu hormon

polipeptida yang dihasilkan oleh sel-sel pulau Langerhans pankreas yang

mempunyai dampak regulasi glukosa. Insulin menghambat proses

glikogenolisis di hati dan glukoneogenesis di hati dan ginjal serta merangsang

pengambilan glukosa oleh otot dan jaringan lemak. Insulin juga menghambat

lipolisis dan proteolisis di jaringan. Di hati, insulin juga menekan proses

ketogenesis, sehingga defisiensi insulin dapat menyebabkan terjadinya ketosis.

Pengobatan Insulin ditemukan oleh Frederick Banting dan Charles Best

pada musim panas tahun1921. Penelitian tersebut di lakukan di Departemen

Fisiologi Universitas Toronto saat sebagian besar staf sedang menikmati hari

libur mereka. Sebelum insulin ditemukan, tidak ada


pengobatan bagi penderita diabetes dan kematian pasti terjadi biasanya dalam

satu tahun setelah diagnosis.

Manusia pertama yang diberikan insulin adalah seorang anak usia 14

tahun bernama Leonard Thompson yang sedang sekarat karena diabetes di

Rumah Sakit Umum Toronto. Peristiwa ini merupakan peristiwa bersejarah

yang merupakan awal pengobatan modern untuk diabetes. Setelah itu, para ahli

kimia memproduksi insulin dalam industri skala besar.Dr. Robin Lawrence

sedang berada di Florence menunggu akhir usianya karena diabetes. Ketika

mendengar kabar tentang insulin, ia lalu menuju Rumah Sakit King’s College

dan tiba disana dalam keadaan yang buruk. Tiga hari kemudian, ia menerima

20 unit insulin pada pukul sepuluh pagi. Pada pukul empat sore, ia mengalami

hipo pertamanya. Dr.Robin Lawrencepun selamat. Ia lalu mendirikan klinik

diabetes pertama di Inggris. Bersama seorang penulis HGWells, Lawrence

pergi ke inggris untuk mendirikan Asosiasi Diabetes yang sekarang disebut

Diabetes UK.Insulin harus diberikan melalui suntikan karena fungsinya akan

menjadi non aktif jika diberikan lewat mulut.

Insulin inhalasi baru saja dirilis, tetapi tidak tersedia untuk penggunaan

secara umum di Negara-negara tertentu seperti Inggris. Sekitar seperempat dari

seluruh penderita diabetes mendapat terapi dengan insulin. Hampir semua

orang yang menderita diabetes pada usia muda memerlukan insulin sejak

didiagnosis. Orang dewasa yang didiagnosis diabetes dapat mengelola

kesehatannya dengan cukup memuaskan selama bertahun-tahun melalui


pengobatan alternative. Namun, banyak dari mereka memerlukan insulin untuk

menambah pasokan insulin yang kurang dari pancreas.

Orang-orang yang bergantung pada insulin masih harus

memperhitungkan makanan yang mereka makan. Makan sehat hanya sehat

hanyalah bagian dari perawatan. Selain itu, memiliki berat badan yang

seimbang dan cukup berolahraga juga penting.

F. Jenis – Jenis Insulin

Terdapat 4 jenis insulin yang biasa digunakan pada pengobatan DM

tipe-1, yaitu (1) insulin kerja ultra pendek, (2) insulin kerja pendek, (3) insulin

kerja menengah, serta (4) insulin kerja panjang.3,5,8,10,13 Tidak ada

kesepakatan atau aturan baku untuk menentukan jenis insulin mana yang paling

sesuai bagi seorang pasien DM tipe-1, Namun sebagian besar ahli sepakat

bahwa insulin kerja panjang kurang sesuai digunakan pada anak.

1. Insulin kerja ultra pendek (rapid acting insulin)

Terdapat dua macam analog insulin kerja ultra pendek, yaitu insulin Lispro

dan insulin Aspart. Insulin kerja ultra pendek mempunyai daya absorpsi

pada tempat suntikan lebih cepat (90% dalam 100 menit) dibandingkan

regular insulin (90% dalam 150 menit). Awitan kerja lebih cepat, puncak

konsentrasi lebih tinggi dan lebih dini, serta lama kerja lebih singkat. Lispro

dapat diberikan 15 menit sebelum makan dan digunakan pada tata laksana

diabetes ketika sakit.

2. Insulin kerja pendek (short acting insulin)


Potensi dan efek hipoglikemia insulin kerja pendek atau insulin regular,

hampir sama dengan insulin kerja ultra pendek. Selain dapat diberikan

subkutan, insulin regular adalah insulin yang dapat diberikan secara intra

vena, oleh karena itu insulin ini biasanya dipakai untuk mengatasi keadaan

akut seperti ketoasidosis, pasien baru, dan tindakan bedah.10 Pada kasus

DM tipe-1 yang masih balita sebaiknya menggunakan insulin jenis ini untuk

menghindari efek hipoglikemia.

3. Insulin kerja menengah

Insulin kerja menengah mempunyai awitan yang lambat dan masa kerja

yang panjang tetapi masih tetap kurang dari 24 jam. Insulin jenis ini dapat

digunakan dua kali sehari,10 digunakan untuk anak yang telah mempunyai

pola hidup lebih teratur untuk menghindari terjadinya episode

hipoglikemia. Sebagian besar kasus DM tipe-1 pada anak menggunakan

insulin kerja menengah.

4. Insulin kerja panjang Mengingat masa kerja yang panjang, maka pemakaian

insulin ini cukup diberikan satu kali dalam satu hari. Pada suatu penelitian

disebutkan bahwa pemakaian insulin kerja panjang secara bermakna

mengurangi kejadian hipoglikemia pada malam hari (nocturnal

hypoglycemia). Pemakaian insulin kerja panjang (glargine insuline) juga

secara bermakna dapat menurunkan kadar HbA1c serta frekuensi

terjadinya hipoglikemia. Percampuran insulin kerja ultra pendek dengan


insulin kerja panjang tidak terbukti lebih baik dalam mencegah nocturnal

hypoglycemia.

5. Insulin Campuran

Untuk kemudahan dan pencapaian kadar terapeutik yang adekuat, insulin

regular dengan insulin kerja menengah dapat dicampur dalam satu alat

suntik, kemudian disuntikkan secara subkutan dalam dosis terbagi sebelum

sarapan pagi dan makan malam. Dianjurkan untuk memasukkan insulin

regular terlebih dahulu ke dalam alat suntik sebelummemasukkan insulin

kerja menengah. Insulin campuran yang stabil (70% insulin kerja menengah

dengan 30% insulin kerja pendek) yang sudah dikemas oleh pabrik, tersedia

untuk memudahkan pasien yang kesulitan dalam mencampur sendiri insulin

atau kurang terampil. Termasuk insulin campuran diantaranya Novolin®

70:30 yang merupakan campuran 70% insulin kerja menengah dengan 30%

insulin regular, dan Humulin® 70:30. Pemakaian preparat ini dianjurkan

bagi pasien yang sudah dapat mengontrol metabolik dengan baik.

Kebutuhan insulin diukur berdasarkan berat badan, usia, dan status pubertas

anak. Anak yang baru didiagnosis DM tipe-1 mendapatkan dosis inisial 0,5-

1,0 unit/kg per hari. Dosis lebih besar diberikan pada anak yang menderita

ketoasidosis, pemakaian steroid, serta pada saat pubertas. Sementara dosis

yang lebih kecil dibutuhkan pada honeymoon period, saat kebutuhan

menurun sampai di bawah dosis inisial.


G. Regimen insulin

Terdapat tiga jenis regimen insulin dalam penanganan DM tipe-1 yaitu

sistem konservatif, sistem intensif, dan sistem basal bolus. Sistem konservatif

adalah pemberian insulin 2 atau 3 kali perhari dengan pemantauan kadar gula

darah di rumah yang longgar / tidak rutin, kontrol ke dokter setiap tiga bulan,

dan tidak dapat mengubah dosis insulin sesuka hati. Sistem intensif berarti

pemberian insulin minimal empat kali sehari disertai dengan pemantauan

glukosa darah di rumah juga minimal empat kali sehari. Sistem basal bolus

adalah pemberian insulin kerja panjang atau kerja menengah sebelum tidur

malam (komponen basal) dan kemudian pemberian insulin kerja pendek setiap

kali sebelum makan.

Dosis komponen basal 30%–40% dari total dosis insulin perhari dan

sisanya dibagi rata untuk komponen bolus. Regimen basal bolus dengan insulin

pump merupakan regimen yang paling mendekati kebutuhan insulin fisiologis.

Regimen insulin pump terbukti aman, efektif, mencapai kontrol metabolik yang

baik, serta efek samping berupa episode hipoglikemia yang minimal. Regimen

lain yang juga terbukti efektif dalam mencapai kontrol gula darah yang baik

namun masih sangat jarang dilakukan adalah inhaled insulin.

H. Pengaturan Waktu

Saat ini, ada lima jenis insulin sintesis baru yang terdiri dari tiga jenis

insulin kerja cepat, yaitu lispro (Humalog®), aspart ( NovoRapid® ), dan

Apidra® dari Aventis dan dua versi kerjalama, yaitu glargine (Lantus®) serta
detemir (Levemir ®). Semuanya adalah jenis pertama

dari jenis yang akan menjadi serangkaian insulin baru (di kenal sebagai analog

insulin) dan akan diproduksi beberapa tahun mendatang. Insulin-insulin

tersebut didesain sedemikian rupa sehingga tidak berkumpul saat disuntikkan

di bawah kulit (sebuah proses yang terjadi

sampai batas yang bervariasi dengan insulin lain) sehingga mempercepat peny

erapan dan kinerja.

Keuntungan dari potensi insulin-insulin tersebut adalah-setidaknya

untuk Humalog dannovoRapid-tidak perlu disuntikkan sampai sebelum waktu

makan dan kerjanya sangat cocok dengan pencernaan makanan disbanding

insulin konvensional. Hasil kontrol yang lebih

baik pada kenaikan gula darah ini mengikuti pencernaaan dan penyerapan ma

kanan denganmenurunkan konsentrasi glukosa puncak. Keuntunagn lain yang

berasal dari tindakan singkatinsulin tersebut yaitu ketika disuntikkan sebelum

sarapan, cenderung tidak mengakibatkan hiposebelum makan siang karena efek

kerjanya hilang lebih cepat. Insulin tersebut sesuai untuk regimen “

basal plus bolus” yaitu sebuah insulin basal yang bekerja pada malam hari

dengan “bolus” dari insulin kerja cepat sebelum makan dan tersedia dalam

tabung dan pena sekali pakai. Ada dua insulin kerja lama, yaitu detemir

(Levemir ®) dan glargine ( Lantus® ).

Keduaanya merupakan “perancang” insulin yang dirancang

untuk bertahan hingga 24 jam.Tidak banyak yang dapat dipilih dari keduanya.
Detemir mungkin lebih konsten dalam tindakandan glargine memiliki

durasiyang sedikit lebih panjang. Berarti, untuk insulin basal, Andamungkin

akan menggunakan detemir dua kali sehari- biasanya sebelum sarapan dan

sebelumtidur. Glargine merupakan larutan agak asam dan beberapa orang

mengeluhkan rasanya yangsedikit menyengat saat disuntikkan.

I. Penyesuaian dosis insulin

Penyesuaian dosis insulin bertujuan untuk mencapai kontrol metabolik yang

optimal tanpa mengabaikan kualitas hidup pasien baik jangka panjang maupun

jangka pendek dengan pengaturan dosis insulin yang tidak terlalu kaku maupun

terlalu fleksibel. Penyesuaian dosis dibutuhkan pada honeymoon period, masa

remaja, masa sakit, saat operasi, dan saat berpuasa.

1. Honeymoon period

Pada perjalanan penyakitnya, DM tipe-1 sering ditandai dengan fase remisi

yang dikenal dengan honeymoon period. Saat honeymoon period anak

sering mengalami serangan hipoglikemia sehingga kebutuhan akan insulin

harus dikurangi, bahkan pada beberapa kasus keadaan metabolik terkontrol

tanpa pemberian insulin sama sekali. Dosis insulin pada saat ini perlu

disesuaikan untuk menghindari serangan hipoglikemia, lebih rendah dari

terapi inisial (0,3 U/kg perhari).

2. Masa remaja

Pada masa remaja, kebutuhan insulin meningkat karena kerja hormon seks

steroid, terjadi peningkatan amplitudo dan frekuensi sekresi growth


hormone, yang merupakan hormon anti insulin, serta oleh karena kebiasaan

remaja suka makanan jajanan atau kudapan.

3. Saat sakit

Pada saat sakit, dosis insulin perlu disesuaikan dengan asupan makanan

tetapi jangan menghentikan insulin sama sekali, karena dapat meningkatkan

lipolisis dan glikogenolisis sehingga kadar glukosa darah meningkat dan

pasien rentan untuk menderita ketoasidosis.

4. Operasi Tindakan

Operasi emergensi sebaiknya ditunda pada keadaan kadar glukosa tidak

stabil atau pada pasien ketoasidosis sampai keadaan membaik dan stabil,

kecuali ada indikasi klinis absolut. Pada tindakan operasi elektif, anak

sebaiknya berada dalam kontrol metabolik yang baik.

5. Puasa

Pada bulan puasa, pasien DM tipe-1 dapat melakukan ibadah puasa dengan

syarat kontrol metabolik baik. Pemberian insulin disesuaikan dengan waktu

makan (sahur dan buka puasa). Perlu diperhatikan jarak waktu antara

bersahur dan berbuka pada penentuan dosis dan jenis insulin yang

digunakan.

6. Olahraga

Olahraga membantu kerja metabolisme tubuh sehingga dapat mengurangi

kebutuhan insulin. Olahraga dan exercise berhubungan dengan 10%– 20%

kejadian episode hipoglikemi pada anak. Kadar glukosa darah <100 mg/dl
selama olahraga atau exercise memerlukan penambahan asupan karbohidrat

15 gram. Pada olahraga atau exercise yang terencana dengan baik,

penurunan dosis insulin lebih disukai dari pada penambahan jumlah kalori.

7. Efek Somogyi dan fenomena Down

Kedua fenomena ini mengakibatkan hiperglikemia pada pagi hari. Pada

efek Somogyi terjadi akibat pemberian insulin yang berlebihan pada malam

hari, maka terjadi hipoglikemia sehingga tubuh berupaya mengatasinya dan

berakibat terjadi hiperglikemia. Hal ini ditanggulangi dengan mengurangi

dosis insulin pada malam hari atau pemberian makanan kecil sebelum tidur.

Sedangkan pada fenomena Down hiperglikemia terjadi akibat kerja hormon

anti insulin karena peningkatan hormon pertumbuhan nocturnal,

peningkatan resistensi insulin dan peningkatan produksi glukosa hati. Pada

keadaan ini dosis insulin harus ditambah.

J. Teknik dan lokasi penyuntikan insulin

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi penyerapan insulin.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan insulin adalah lokasi

penyuntikkan (dinding perut tercepat, kemudian berturut-turut lengan, paha,

dan bokong), kedalaman penyuntikkan (suntikan intra muskular akan

mempercepat absorpsi), jenis insulin, dosis insulin (dosis kecil diabsorpsi lebih

cepat), kegiatan fisik, ada tidaknya lipodistrofi atau lipohipertrofi (keadaan ini

akan memperlambat absorpsi), dan perbedaan suhu (suhu tinggi akan

mempercepat absorpsi).
Insulin harus disuntikkan secara subkutan dalam dengan melakukan

pinched (cubitan) dan jarum suntik harus membentuk sudut 450, atau 900

apabila jaringan subkutannya tebal. Tempat penyuntikkan dapat dilakukan di

abdomen, paha bagian depan, pantat, dan lengan atas. Penyuntikan dapat

dilakukan di daerah yang sama setiap hari, tetapi tidak dianjurkan di titik yang

sama. Sebaiknya dilakukan rotasi tempat penyuntikan. Penyuntikan insulin

kerja cepat dianjurkan di daerah abdomen sedangkan insulin kerja menengah di

daerah paha dan bokong.

K. Kontrol metabolik

Kontrol metabolik sebagai tujuan utama pengobatan pasien DM

berguna untuk mengurangi terjadinya komplikasi. Sebaiknya kontrol metabolik

tidak sematamata didasarkan pada pemeriksaan klinis, tetapi juga diikuti

dengan pemeriksaan laboratoris.

Secara laboratoris kontrol metabolik dapat dinilai dari hasil pemantauan

di rumah (urin atau darah) dan HbA1c darah. Pemeriksaan kadar HbA1c wajib

dilakukan setiap 3 bulan sekali dan merupakan satusatunya pemeriksaan yang

dapat memberikan evaluasi kadar glukosa darah rata-rata selama 3 bulan

terakhir. Dengan pemantauan kadar glukosa darah dapat diperkirakan

terjadinya hipoglikemia sehingga tidak berkembang ke arah komplikasi yang

lebih parah.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang dapat disebabkan

berbagai macam etiologi, disertai dengan adanya hiperglikemia kronis akibat

gangguan sekresi insulin atau gangguan kerja dari insulin, atau keduanya.

Sedangkan Diabetes Mellitus tipe 1 lebih diakibatkan oleh karena berkurangnya

sekresi insulin akibat kerusakan sel β-pankreas yang didasari proses autoimun.

Etiologi DM tipe 1 diakibatkan oleh kerusakan sel beta pankreas karena

paparan agen infeksi atau lingkungan, yaitu racun, virus (rubella kongenital,

mumps, coxsackievirus dan cytomegalovirus) dan makanan (gula, kopi,

kedelai, gandum dan susu sapi).

B. Saran

Sebaiknya mahasiswa farmasi mempelajari dengan sugguh – sungguh

tentang penyakit yang sering dialami pasien beserta pengobatanya dan

pencegahanya untuk menambah wawasan dalam swamedikasi.


DAFTAR PUSTAKA

Diabetes mellitus. Dalam: Felig P, Baxter JD, Broadus AE, Frohman LA, penyunting.
Endocrinology and metabolism. Edisi ke-2. New York: McGraw-Hill; 1987.
h.1092-139. 3.

American Diabetes Association: Standards of medical care in diabetes (position


statement). Diabetes Care 2005; 28(supplement I):S4-S36. 4.

Silverstein J, Klingensmith G, Copeland K. Care of children and adolescents with type


1 diabetes: a statement of the American Diabetes Association. Diabetes Care
2005; 28:186-212. 5.

Trijaya B, Batubara JR, penyunting. Konsensus nasional pengelolaan diabetes mellitus


tipe-1 di Indonesia. UKK Endokrinologi IDAI. Jakarta 2000. 6.

Amiel SA, Buchanan CR. Diabetes mellitus. Dalam: Brook CGD, Hindmarsh PC,
Jacobs HS, penyunting. Clinical pediatric endocrinology. Edisi ke-2. London:
Blackwell science; 2001.h.411-33. 7.

Diabetes mellitus. Dalam: Styne DM, penyunting. Pediatric endocrinology.


Philadelphia : Lippincott, 2004. h.218-47. 8.

Pulungan AB. Pengobatan insulin pada diabetes mellitus tipe-1. Disampaikan pada
paralel symposium 4: endocrinology. Jakarta 2002.

Anda mungkin juga menyukai