Iin Makalah
Iin Makalah
FARMASI KLINIK
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
2018
KATA PENGANTAR
wa ta’ala, Tuhan Pencipta Semesta Alam, karena atas rahmat, karunia dan hidayah-
Nya, kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini yang merupakan tugas mata
mata kuliah Farmasi Klinik, teman – teman dan semua pihak yang turut membantu
Kami menyadari, makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, baik
dari segi isinya maupun struktur penulisannya, untuk itu kami mengharapkan kritik dan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
B. Etiologi
C. Insidiensi
D. Gejala – gejala diabetes
E. Pengobatan diabetes melitus tipe 1
F. Jenis – jenis insulin
G. Regimen insulin
H. Pengaturan waktu
I. Penyesuaian dosis insulin
J. Teknik dan lokasi penyuntikkan insulin
K. Kontrol metabolik
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Awalnya hanya merasa lemas, sering buang air kecil, rasa lapar yang
intens, dan luka yang sulit sembuh (kering). Ternyata, setelah diakukan
pengecekan darah, didapati kadar gula dalamdarah sudah tinggi. Pasti pembaca
sering mendengar cerita seperti itu akhir-akhir ini, bukan? Bahkan, mungkin
dialami orang tedekat Anda, bisa orang tua, kerabat, atau teman sejawat.
penyakit orang tua atau penyakit yang hanya timbul karena faktor keturunan.
Padahal, setiap orang dapat mengidap diabetes, baik tua maupun muda,
termasuk Anda. Namun, yang perlu anda pahami adalah Anda tidak sendiri.
jumlah penderita diabetes mellitus di dunia. Tahun 2000 yang lalu saja, terdapat
sekitar 5,6 juta penduduk Indonesia yang mengidap diabetes. Namun, pada
menyadari dirinya mengidap penyakit yang lebih sering disebut penyakit gula
atau kencing manis ini. Hal ini mungkin di sebabkan minimnya informasi di
masyarakat tentang diabetes, terutama gejala-gejalanya. Ketika ditemukan
Maka dari itu saya memilih buku dengan judul “Diabetes tipe satu “ ini
dan agar menjadi ilmu pengetahuan bagi pembaca dan bagi kami semua.
B. Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
gangguan sekresi insulin atau gangguan kerja dari insulin, atau keduanya.
sekresi insulin akibat kerusakan sel β-pankreas yang didasari proses autoimun.
Istilah diabetes mellitus berasal dari bahasa Yunani yaitu diabetes yang berarti
B. Etiologi
paparan agen infeksi atau lingkungan, yaitu racun, virus (rubella kongenital,
kedelai, gandum dan susu sapi). Beberapa teori ilmiah yang menjelaskan
peneliti telah menemukan bahwa lebih banyak eksposur untuk mikroba dan
imunosupresi.
susu sapi hampir identik dengan protein pada permukaan sel beta pankreas
yang memproduksi insulin, sehingga mereka yang rentan dan peka terhadap
susu sapi maka akan direspon oleh leukosit, dan selanjutnya akan
terjadinya diabetes tipe 1, tetapi terjadi peningkatan dua kali lipat diabetes
mellitus tipe 1. Namun, kejadian diabetes tipe 1 lebih rendah pada bayi yang
4. Hipotesis POP
peningkatan yang signifikan secara statistik dalam tingkat rawat inap untuk
diabetes dari populasi yang berada di tempat Kode ZIP yang mengandung
5. Hipotesis Akselerator
Sebuah teori yang menunjukkan bahwa tipe 1 diabetes merupakan
bagian sederhana dari kontinum yang sama dari tipe 2, tetapi muncul lebih
kelompok mendukung teori ini, tetapi hipotesis ini belum merata diterima
C. Insidiensi
rata per tahun sebesar 40 per 100000 anak di Finlandia, <2 per 100000 anak di
Insidensi pada anak laki-laki sebesar 21,1 per 100000 anak, sedikit lebih tinggi
daripada anak perempuan yaitu sebesar 19 per 100000 anak Bukti adanya
etiologi autoimun. DT1 ditemukan pada 95% kasus, sisanya sebanyak 5% tidak
1B2. Berdasarkan studi terbaru, insidensi DT1 meningkat sebesar 40% dari tahun 1997-
DT1lebih sering terjadi pada kelompok umur 10-13 tahun dan paling rendah
rata terkena DT1 sebesar 6%-10%. Sebanyak 18% kasus DT1 terjadi pada
individu yang tidak meiliki riwayat DT1 pada keluarga. Perbedaan resiko yang
terjadi juga dipengaruhi oleh orang tua yang menderita DM. Anak-anak yang ibunya
1. Penderita Diabetes kerap merasa selalu haus dan sering buang air kecil.
Hal pertama yang salah adalah peningkatan jumlah urine. Biasanya kita
mengeluarkan sekitar1,5 liter urine per hari, tetapi penderita diabetes yang
keluar.
retina.
bila diabetes tidak terkendali sehingga Anda dapat menjadi rabun jauh.
Ketika diabetes dapat dikontrol, lensa mata akan kembali normal. Jika Anda
Ada tiga gejala umum menandai penyakit diabetes. Tiga gejala ini
awal diabetes berhubungan dengan efek langsung dan kadar gula darah
yang tinggi. Jika kadar gula dalam darah diatas 160-180 mg/dL, glukosa
akan sampai ke air kemih. Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan
(poliuri).
berhubungan dengan efek langsung kadar gula darah yang tinggi. Awalnya,
penderita akan mengalami poliuri. Karena sering berkemih, akibatnya
berat badan. Namun, pada penderita diabetes mellitus II, penderita tidak
Secara klinis, diabetes melitus (DM) dibedakan atas empat bentuk yaitu
diabetes melitus (IDDM) atau diabetes melitus juvenil, (2) DM tipe-2 atau non-
pengaturan makan, olah raga, edukasi dan pemantauan mandiri. Tujuan terapi
kapasitas olah raga dan tampilan kerja, menurunkan frekuensi infeksi, serta
Sampai saat ini insulin merupakan obat yang harus selalu tersedia untuk
semua kasus DM tipe-1 karena alternatif obat selain insulin masih dalam taraf
satu minggu dapat menurunkan kontrol metabolik. Insulin adalah suatu hormon
pengambilan glukosa oleh otot dan jaringan lemak. Insulin juga menghambat
Fisiologi Universitas Toronto saat sebagian besar staf sedang menikmati hari
yang merupakan awal pengobatan modern untuk diabetes. Setelah itu, para ahli
mendengar kabar tentang insulin, ia lalu menuju Rumah Sakit King’s College
dan tiba disana dalam keadaan yang buruk. Tiga hari kemudian, ia menerima
20 unit insulin pada pukul sepuluh pagi. Pada pukul empat sore, ia mengalami
Insulin inhalasi baru saja dirilis, tetapi tidak tersedia untuk penggunaan
orang yang menderita diabetes pada usia muda memerlukan insulin sejak
hanyalah bagian dari perawatan. Selain itu, memiliki berat badan yang
tipe-1, yaitu (1) insulin kerja ultra pendek, (2) insulin kerja pendek, (3) insulin
kesepakatan atau aturan baku untuk menentukan jenis insulin mana yang paling
sesuai bagi seorang pasien DM tipe-1, Namun sebagian besar ahli sepakat
Terdapat dua macam analog insulin kerja ultra pendek, yaitu insulin Lispro
dan insulin Aspart. Insulin kerja ultra pendek mempunyai daya absorpsi
pada tempat suntikan lebih cepat (90% dalam 100 menit) dibandingkan
regular insulin (90% dalam 150 menit). Awitan kerja lebih cepat, puncak
konsentrasi lebih tinggi dan lebih dini, serta lama kerja lebih singkat. Lispro
dapat diberikan 15 menit sebelum makan dan digunakan pada tata laksana
hampir sama dengan insulin kerja ultra pendek. Selain dapat diberikan
subkutan, insulin regular adalah insulin yang dapat diberikan secara intra
vena, oleh karena itu insulin ini biasanya dipakai untuk mengatasi keadaan
akut seperti ketoasidosis, pasien baru, dan tindakan bedah.10 Pada kasus
DM tipe-1 yang masih balita sebaiknya menggunakan insulin jenis ini untuk
Insulin kerja menengah mempunyai awitan yang lambat dan masa kerja
yang panjang tetapi masih tetap kurang dari 24 jam. Insulin jenis ini dapat
digunakan dua kali sehari,10 digunakan untuk anak yang telah mempunyai
4. Insulin kerja panjang Mengingat masa kerja yang panjang, maka pemakaian
insulin ini cukup diberikan satu kali dalam satu hari. Pada suatu penelitian
hypoglycemia.
5. Insulin Campuran
regular dengan insulin kerja menengah dapat dicampur dalam satu alat
kerja menengah. Insulin campuran yang stabil (70% insulin kerja menengah
dengan 30% insulin kerja pendek) yang sudah dikemas oleh pabrik, tersedia
70:30 yang merupakan campuran 70% insulin kerja menengah dengan 30%
Kebutuhan insulin diukur berdasarkan berat badan, usia, dan status pubertas
anak. Anak yang baru didiagnosis DM tipe-1 mendapatkan dosis inisial 0,5-
1,0 unit/kg per hari. Dosis lebih besar diberikan pada anak yang menderita
sistem konservatif, sistem intensif, dan sistem basal bolus. Sistem konservatif
adalah pemberian insulin 2 atau 3 kali perhari dengan pemantauan kadar gula
darah di rumah yang longgar / tidak rutin, kontrol ke dokter setiap tiga bulan,
dan tidak dapat mengubah dosis insulin sesuka hati. Sistem intensif berarti
glukosa darah di rumah juga minimal empat kali sehari. Sistem basal bolus
adalah pemberian insulin kerja panjang atau kerja menengah sebelum tidur
malam (komponen basal) dan kemudian pemberian insulin kerja pendek setiap
Dosis komponen basal 30%–40% dari total dosis insulin perhari dan
sisanya dibagi rata untuk komponen bolus. Regimen basal bolus dengan insulin
Regimen insulin pump terbukti aman, efektif, mencapai kontrol metabolik yang
baik, serta efek samping berupa episode hipoglikemia yang minimal. Regimen
lain yang juga terbukti efektif dalam mencapai kontrol gula darah yang baik
H. Pengaturan Waktu
Saat ini, ada lima jenis insulin sintesis baru yang terdiri dari tiga jenis
Apidra® dari Aventis dan dua versi kerjalama, yaitu glargine (Lantus®) serta
detemir (Levemir ®). Semuanya adalah jenis pertama
dari jenis yang akan menjadi serangkaian insulin baru (di kenal sebagai analog
sampai batas yang bervariasi dengan insulin lain) sehingga mempercepat peny
baik pada kenaikan gula darah ini mengikuti pencernaaan dan penyerapan ma
basal plus bolus” yaitu sebuah insulin basal yang bekerja pada malam hari
dengan “bolus” dari insulin kerja cepat sebelum makan dan tersedia dalam
tabung dan pena sekali pakai. Ada dua insulin kerja lama, yaitu detemir
untuk bertahan hingga 24 jam.Tidak banyak yang dapat dipilih dari keduanya.
Detemir mungkin lebih konsten dalam tindakandan glargine memiliki
akan menggunakan detemir dua kali sehari- biasanya sebelum sarapan dan
optimal tanpa mengabaikan kualitas hidup pasien baik jangka panjang maupun
jangka pendek dengan pengaturan dosis insulin yang tidak terlalu kaku maupun
1. Honeymoon period
tanpa pemberian insulin sama sekali. Dosis insulin pada saat ini perlu
2. Masa remaja
Pada masa remaja, kebutuhan insulin meningkat karena kerja hormon seks
3. Saat sakit
Pada saat sakit, dosis insulin perlu disesuaikan dengan asupan makanan
4. Operasi Tindakan
stabil atau pada pasien ketoasidosis sampai keadaan membaik dan stabil,
kecuali ada indikasi klinis absolut. Pada tindakan operasi elektif, anak
5. Puasa
Pada bulan puasa, pasien DM tipe-1 dapat melakukan ibadah puasa dengan
makan (sahur dan buka puasa). Perlu diperhatikan jarak waktu antara
bersahur dan berbuka pada penentuan dosis dan jenis insulin yang
digunakan.
6. Olahraga
kejadian episode hipoglikemi pada anak. Kadar glukosa darah <100 mg/dl
selama olahraga atau exercise memerlukan penambahan asupan karbohidrat
penurunan dosis insulin lebih disukai dari pada penambahan jumlah kalori.
efek Somogyi terjadi akibat pemberian insulin yang berlebihan pada malam
dosis insulin pada malam hari atau pemberian makanan kecil sebelum tidur.
mempercepat absorpsi), jenis insulin, dosis insulin (dosis kecil diabsorpsi lebih
cepat), kegiatan fisik, ada tidaknya lipodistrofi atau lipohipertrofi (keadaan ini
mempercepat absorpsi).
Insulin harus disuntikkan secara subkutan dalam dengan melakukan
pinched (cubitan) dan jarum suntik harus membentuk sudut 450, atau 900
abdomen, paha bagian depan, pantat, dan lengan atas. Penyuntikan dapat
dilakukan di daerah yang sama setiap hari, tetapi tidak dianjurkan di titik yang
K. Kontrol metabolik
di rumah (urin atau darah) dan HbA1c darah. Pemeriksaan kadar HbA1c wajib
lebih parah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
gangguan sekresi insulin atau gangguan kerja dari insulin, atau keduanya.
sekresi insulin akibat kerusakan sel β-pankreas yang didasari proses autoimun.
paparan agen infeksi atau lingkungan, yaitu racun, virus (rubella kongenital,
B. Saran
Diabetes mellitus. Dalam: Felig P, Baxter JD, Broadus AE, Frohman LA, penyunting.
Endocrinology and metabolism. Edisi ke-2. New York: McGraw-Hill; 1987.
h.1092-139. 3.
Amiel SA, Buchanan CR. Diabetes mellitus. Dalam: Brook CGD, Hindmarsh PC,
Jacobs HS, penyunting. Clinical pediatric endocrinology. Edisi ke-2. London:
Blackwell science; 2001.h.411-33. 7.
Pulungan AB. Pengobatan insulin pada diabetes mellitus tipe-1. Disampaikan pada
paralel symposium 4: endocrinology. Jakarta 2002.