Salah satu komponen penting dalam building movement adalah bagaimana kita
memperhatikan caranya berpartner satu sama lain. Terdapat 4 kompenen dalam
membentuk movement building (Gulati-Partee & G., Potapchuk, M., 2017) :
3. Skills to Engage
Proses untuk membangun sebuah partnership tidak hanya membutuhkan perjanjian
yang bersifat konseptual mengenai prinsip dan praktik untuk mencapai rasa saling
bertanggung jawab atau sebuah bagian dari analisis kekuasaan internal dan
komitmen untuk mencapai keseimbangan kekuasaan, tetapi juga kemampuan-
kemampuan untuk membawa konsep-konsep tersebut secara nyata. Terdapat empat
kemampuan penting untuk mempertahankan partnership dan beberapa pertanyaan di
dalamnya untuk lebih mengeksplore dengan tujuan membentuk kemampuan-
kemampuan tesebut secara individu maupun kolektif:
1. Productive conflict
Kapan dan bagaimana konflik-konflik dapat terjadi dan didiskusikan?
Apakah ada perbedaan pola dalam merespon oleh ras/etnik, kelompok-
kelompok, dan sebagainya? Apakah perbedaan budaya dalam
menghadapi konflik dihargai oleh para mitra dan prosesnya?
Apa respon ketika seorang individu atau sebuah kelompok menimbulkan
masalah yang sulit, terutama msalah mengenai ras, ketidaksetaraan,
kekuasaan, atau hak?
2. Leadership
Bagaimana sebuah kepemimpinan dapat terbentuk? Apakah dengan
menggunakan gelar, karakteristik tertentu, atau dengan masing-masing
individu di dalam sebuah komunitas?
Apa saja perilaku-perilaku leadership yang dapat diberikan penghargaan?
Apakah ada individu-individu yang disingkirkan apabila mereka tidak
memenuhi kriteria spesifik dari leadership tersebut?
Bagaimana leadership dapat mempererat hubungan di dalam partnership?
Bagaimana pembagian kepemimpinan di dalam partnership?
3. Decision making
Bagaimana keputusan-keputusan memberikan pengaruh pada siapa dan
bagaimana organisasi2 dapat diundang masuk ke dalam partnership?
Bagaimana proses pengambilan keputusan? Siapa saja yang terlibat?
Apakah proses tersebut transparan? Apakan ada kesempatan2 untuk
mendapatkan feedback dan fleksibilitas untuk membuat perubahan dalam
prosesnya? Siapa yang menentukan?
Apakah proses pengambilan keputusan berpusat pada mereka2 yang
terkena dampak paling besar dan berpihak pada suara-suara kelompok
marginal?
Apakah strategi-strategi dan kemungkinan perubahan kebijakan dapat
mengantisipasi dan bertujuan pada dampak-dampak yang berbeda pada
kelompok-kelompok tertentu?
4. Komunikasi
Apakah ada waktu untuk merefleksikan dan mendiskusikan suara-suara
siapa saja yang mendominasi dalam proses pengambilan keputusan dan
memastikan orang-orang yang biasa mengontrol proses tersebut tidak
mendominasi jalannya pengambilan keputusan?
Bagaiman sebuah proses yang telah diuji untuk tidak menimbulkan
konsekuensi2 yang saling bertindihan?
Bagaimana sebuah ide/kepentingan dapat disetujui di dalam sebuah
kelompok? Ras atau etnis mana atau posisi kekuasaan yang mana yang
dapat mensahkan ide/kepentingan tersebut?
Apapun istilah yang digunakan (network, koalisi, aliansi), hal yang paling penting
adalah menciptakan bentuk dan fungsi dari partnership tersebut. Anggap sebuah
bentuk dari partnership sebagai sebuah rangkaian kesatuan, tingkatan formalitas,
kompleksitas, resiko, dan integrasi. Intinya, bentuk dan perjanjian yang dibuat untuk
menciptakan sebuah partnership harus jelas. Bagaimana anggota/kelompok dalam
bekerja, fungsi dari partnership tersebut, keuntungan dan kerugian yang didapat, dan
struktur organisasinya seperti apa, harus jelas diawal dan diharapkan ke depannya
tidak menimbulkan kesalahpahaman.
Referensi
Gulati-Partee, G., Potapchuk, M. (2017). Authentic and equitable partnerships: A framework
for building movements. MP Associates, inc. Diakses dari
http://www.mpassociates.us/uploads/3/7/1/0/37103967/authentic__equitable_partnerships
_fre_final_.pdf
Nakae, M., Bowman, M., Shen, E. (2009). Movement building indicators. Asian
Communities for Reproductie Justice. Diakses dari
http://www.racialequitytools.org/resourcefiles/ACRJ-MS6-Movement-Building-
Indicators.pdf