Anda di halaman 1dari 4

MOVEMENT BUILDING MODEL PARTNERSHIP

Oleh Saras Anindya Nurhafid, 1706007210

Movement building adalah ebuah strategi untuk menciptakan perubahan sistemik


jangka panjang yang dapat menggerakan komunitas, sumber daya, pengambil
keputusan, dan persepsi publik. Movement building dapat dikatakan sukses bila ada aksi
kolektif jangka panjang, hubungan berdasarkan nilai-nilai yang dapat dipengaruhi
untuk mencapai tujuan dari movement. Movement building membutuhkan infrastruktur
dan kapasitas yang kuat, landasan pembangunan, sinergi, dan kesetaraan antara
bermacam-macam strategi. Movement building bergantung pada leadership dan arahan
yang jelas yang dapat membangun dan mempertahankan energi dan momentum
sehingga terdapat hubungan antara aksi-aksi yang sudah dilakukan untuk membuat
perubahan dibandingkan dengan aktivitas-aktivitas yang terisolasi (Nakae, M.,
Bowman, M., & Shen, E., 2009).

Salah satu komponen penting dalam building movement adalah bagaimana kita
memperhatikan caranya berpartner satu sama lain. Terdapat 4 kompenen dalam
membentuk movement building (Gulati-Partee & G., Potapchuk, M., 2017) :

1. Principles and Practices for Mutual Accountability


Mutual accountability: Saling bertanggung jawab. Rasa komitmen dan tanggung
jawab terhadap sesama dan untuk memperbesar bagian tujuan dalam partnership dan
komunitas yang dilayani. Rasa saling bertanggung jawab tersebut timbul dengan
cara saling membicarakan dan berperilaku sesuai dengan cara-cara yang sudah diatur
oleh nilai-nilai yang ditentukan bersama, dan dengan mengakui dan mengambil
tanggung jawab atas setiap dampak dari perkataan dan perbuatan. Mutual
accountability dapat disusun ke dalam perjanjian yang spesifik atau ke sesuatu yang
lebih informal (namun tetap dengan negosiasi yang eksplisit). Mutual accountability
dapat dilatih dan didemontrasikan dengan mengikuti 7 principles and practices:
1. Berkomitmen untuk berubah, bukan hanya sekedar menanggapi
perubahan. Bagaimana perubahan dapat mengubah bisnis yang dilakukan
secara internal dan dengan mempersembahkan waktu dan sumber daya untuk
pekerjaan atau usaha di dalam hubungan partnership itu sendiri. Komitmen ini
membutuhkan usaha untuk perubahan jangka panjang dalam membangun
kekuatan dan mengubah perasaan dan pikiran.
2. Memprioritaskan hubungan-hubungan dalam partnership. Hal ini
membutuhkan waktu dan cara untuk menyelesaikan konflik, untuk terlibat dalam
percakapan-percakapan yang menantang, untuk tetap hadir dan terlibat dalam
hubungan yang aktif, untuk memberi dan menerima feedback, dan untuk
mengerti kekuatan individual dan hak istimewa dalam konteks partnership yang
dinamik.
3. Membangun kebersamaan. Partnership dan kebersamaannya dapat bekerja
bersamaan dan di saat yang sama juga dapat meningkatkan kontribusi individual
dan organisasi.
4. Fokus pada pengalaman hidup mereka yang paling terpengaruh. Prinsip
utama dari social justice movement building adalah mereka yang paling dekat
dengan masalah biasanya adalah mereka yang paling dekat dengan solusi dan
suara serta pengalaman mereka digunakan sebagai pengarah dalam mencapai
perubahan.
5. Membangun kepercayaan dan menyampaikan kebenaran. Menciptakan
ruang dan mekanisme untuk membagi cerita dan untutk belajar mengenai
kekuatan, kerentanan, harapan, dan batasan masing-masing. Bekerja bersama
berartisaling bergantung satu sama lalin dan saling menghargai. Semakin sering
hal ini terjadi, maka akan semakin kuat ikatan dan akan mempermudah apabila
suatu hari nanti terjadi masalah.
6. Membagi kekuasaan. Mempunyai perjanjian yang eksplisit mengenai
pembagian kekuasaan yang seimbang. Hal ini termasuk dalam proses
pengambilan keputusan, struktur kepemimpian, alokasi sumber daya, dan segala
sesuatu dalam pembagian kekuasaan, hak isitimewa bagi mereka yang
tersingkirkan, dan urusan-urusan yang mengganggu.
7. Transparansi. Mengetahui bagaimana perbedaan interaksi masing-masing
kelompok dalam berinteraksi dengan sumber dana, media, dan lain-lain, dan isu-
isu yang mempengaruhi partisipasi mereka. Mendiskusikan masalah ras,
kekuasaan,dan hak istimewa secara eksplisit, memberikan istilah bagaimana hak
dan kekuasaan memberikan pengaruh kepada hubungan dan kerjasama di dalam
partnership, dan bekerja secara kolektif untuk menunjukkan interpersonal,
institusional, dan isu sistemik dari ras, kekuasaan, dan hak. Prinsip ini
membutuhkan komitmen untuk komunikasi, yang tidak hanyak bekerja untuk
partner, tetapi juga untuk menghadirkan keseimbagan kekuasaan.

2. Analysis and Intentional Power Balancing


Kelompok-kelompok yang bekerja sama di dalam partnership akan menghadapi
struktur kekuasaan yang mengontrol keputusan-keputusan dari kebijakan dan
mereka akan bekerja untuk membangun kekuasaan mereka sendiri untuk mengontrol
kebijakan tersebut. Ketika mereka bekerja bersama, mereka mungkin melewatkan
langkah yang penting untuk menguji bagaimana kekuasaan berjalan diantara
kelompok-kelompok partnership tersebut dan bagaimana kedinamisan terbentuk.
Melakukan analisis kekuasaan internal agak sedikit berbeda dari analisis kekuasaan
yang dilakukan dalam campaign planning. Belakangan ini, kelompok-kelompok
merencanakan hubungan konteks dan kekuasaan dengan tujuan untuk menentukan
siapa saja target yang ditujukan untuk advokasi, apa isu-isu yang dapat dianalisis
yang dapat memberikan pengaruh pada anggota individual dan hubungan mereka
satu sama lain. Hal ini membutuhkan pemeriksaan yang jujur terhadap sejarah,
bagaimana kebijakan publik mempunyai manfaat dan juga kerugian bagi identitas
anggota, perpisahan secara terus-menerus antara kaum dominan dan marginal, dan
macam-macam akumulasi keuntungan dan kerugian yang telah timbul di masing-
masing grup yang berbeda.

3. Skills to Engage
Proses untuk membangun sebuah partnership tidak hanya membutuhkan perjanjian
yang bersifat konseptual mengenai prinsip dan praktik untuk mencapai rasa saling
bertanggung jawab atau sebuah bagian dari analisis kekuasaan internal dan
komitmen untuk mencapai keseimbangan kekuasaan, tetapi juga kemampuan-
kemampuan untuk membawa konsep-konsep tersebut secara nyata. Terdapat empat
kemampuan penting untuk mempertahankan partnership dan beberapa pertanyaan di
dalamnya untuk lebih mengeksplore dengan tujuan membentuk kemampuan-
kemampuan tesebut secara individu maupun kolektif:
1. Productive conflict
 Kapan dan bagaimana konflik-konflik dapat terjadi dan didiskusikan?
 Apakah ada perbedaan pola dalam merespon oleh ras/etnik, kelompok-
kelompok, dan sebagainya? Apakah perbedaan budaya dalam
menghadapi konflik dihargai oleh para mitra dan prosesnya?
 Apa respon ketika seorang individu atau sebuah kelompok menimbulkan
masalah yang sulit, terutama msalah mengenai ras, ketidaksetaraan,
kekuasaan, atau hak?
2. Leadership
 Bagaimana sebuah kepemimpinan dapat terbentuk? Apakah dengan
menggunakan gelar, karakteristik tertentu, atau dengan masing-masing
individu di dalam sebuah komunitas?
 Apa saja perilaku-perilaku leadership yang dapat diberikan penghargaan?
Apakah ada individu-individu yang disingkirkan apabila mereka tidak
memenuhi kriteria spesifik dari leadership tersebut?
 Bagaimana leadership dapat mempererat hubungan di dalam partnership?
 Bagaimana pembagian kepemimpinan di dalam partnership?
3. Decision making
 Bagaimana keputusan-keputusan memberikan pengaruh pada siapa dan
bagaimana organisasi2 dapat diundang masuk ke dalam partnership?
 Bagaimana proses pengambilan keputusan? Siapa saja yang terlibat?
Apakah proses tersebut transparan? Apakan ada kesempatan2 untuk
mendapatkan feedback dan fleksibilitas untuk membuat perubahan dalam
prosesnya? Siapa yang menentukan?
 Apakah proses pengambilan keputusan berpusat pada mereka2 yang
terkena dampak paling besar dan berpihak pada suara-suara kelompok
marginal?
 Apakah strategi-strategi dan kemungkinan perubahan kebijakan dapat
mengantisipasi dan bertujuan pada dampak-dampak yang berbeda pada
kelompok-kelompok tertentu?
4. Komunikasi
 Apakah ada waktu untuk merefleksikan dan mendiskusikan suara-suara
siapa saja yang mendominasi dalam proses pengambilan keputusan dan
memastikan orang-orang yang biasa mengontrol proses tersebut tidak
mendominasi jalannya pengambilan keputusan?
 Bagaiman sebuah proses yang telah diuji untuk tidak menimbulkan
konsekuensi2 yang saling bertindihan?
 Bagaimana sebuah ide/kepentingan dapat disetujui di dalam sebuah
kelompok? Ras atau etnis mana atau posisi kekuasaan yang mana yang
dapat mensahkan ide/kepentingan tersebut?

4. Clarity and Agreement about Form and Function


Kelompok-kelompok sosial dapat menghargai kebutuhan untuk fokus pada prinsip,
kekuasaan, dan keahlian-keahlian. Memilih bentuk partnership seperti apa yang
paling cocok untuk tujuan mereka terlihat simpel. Namun apabila bentuk dari
partnership tesebut tidak jelas maka akan menimbulkan kesalahpahaman, ekspektasi
yang tidak sesuai, dan hilangnya kesempatan-kesempatan. Dalam level sebuah
movement, reaksi-reaksi yang ditimbulkan tersebut dalam mencederai ego yang
mengakibatkan ketidakpercayaan dan keterpecahbelahan. Mengambil waktu untuk
mendiskusikan dan menegosiasikan bentuk dari partnership dapat membantu fungsi
dari partnership tersebut menjadi lebih efektif dan lebih adil.

Apapun istilah yang digunakan (network, koalisi, aliansi), hal yang paling penting
adalah menciptakan bentuk dan fungsi dari partnership tersebut. Anggap sebuah
bentuk dari partnership sebagai sebuah rangkaian kesatuan, tingkatan formalitas,
kompleksitas, resiko, dan integrasi. Intinya, bentuk dan perjanjian yang dibuat untuk
menciptakan sebuah partnership harus jelas. Bagaimana anggota/kelompok dalam
bekerja, fungsi dari partnership tersebut, keuntungan dan kerugian yang didapat, dan
struktur organisasinya seperti apa, harus jelas diawal dan diharapkan ke depannya
tidak menimbulkan kesalahpahaman.

Referensi
Gulati-Partee, G., Potapchuk, M. (2017). Authentic and equitable partnerships: A framework
for building movements. MP Associates, inc. Diakses dari
http://www.mpassociates.us/uploads/3/7/1/0/37103967/authentic__equitable_partnerships
_fre_final_.pdf
Nakae, M., Bowman, M., Shen, E. (2009). Movement building indicators. Asian
Communities for Reproductie Justice. Diakses dari
http://www.racialequitytools.org/resourcefiles/ACRJ-MS6-Movement-Building-
Indicators.pdf

Anda mungkin juga menyukai