Anda di halaman 1dari 8

UJI TES DEPENDENT (BERPASANGAN)

Disusun guna memenuhi tugas :

Mata Kuliah : Statistik Pendidikan

Dosen Pengampu : Juwita Rini, M.Pd

Disusun oleh :
Nur Ismiati 2023116156
Krisna Safitri 2023116161
Dian Rismawati 2023116162

KELAS B

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PEKALONGAN
2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Dalam uji statistik parametrik terdapat beberapa uji yang dapat digunakan untuk
mengambil kesimpulan tentang populasi dari sampel tersebut yang diambil. Seandainya
sampel yang diambil merupakan sampel yang saling berhubungan maka akan timbul
suatu permasalahan bagaimana cara menganalisisnya dan uji statistik apa yang akan
digunakan. Salah satu uji statistik parametrik digunakan adalah uji tes dependent.
Uji tes atau uji “t” adalah uji statistik yang digunakan untuk menguji kebenaran atau
kepalsuan Hipotesis nol. Uji “t” pertama kali dikembangkan oleh William Selly Gosset
pada tahun 1915. Uji “t” dapat dibagi menjadi dua yaitu uji ”t” yang digunakan untuk
pengujian hipotesis satu sampel dan uji “t” yang digunakan untuk pengujian hipotesis dua
sampel. Bila dihubungkan dengan kebebasan sampel yang digunakan maka uji “t” dibagi
menjadi dua yaitu uji “t” untuk sampel bebas (independent) dan uji “t” untuk sampel
berpasangan (paired).
Uji tes dependent adalah pengujian yang mana tidak adanya perbedaan yang
signifikan antara nilai variabel dari dua sampel yang berpasangan atau berkolerasi. Fungsi
dari “t” tes dependent adalah untuk membandingkan rata-rata dua grup yang saling
berpasangan. Sampel berpasangan dapat diartikan sebagai sebuah sampel dengan subjek
yang sama namun mengalami dua perlakuan atau pengukuran yang berbeda, yaitu
pengukuran sebelum dan sesudah dilakukan perlakuan.

B. Rumusan masalah
1. Apakah yang dimaksud uji tes dependent ?
2. Bagaimana sistematika perhitungan uji tes dependent ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian uji tes dependent.
2. Untuk memahami sistematika perhitungan uji tes dependent.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Uji tes dependent


Tes “t” atau uji tes adalah salah satu tes statistik yang dipergunakan untuk menguji
kebenaran atau kepalsuan hipotesa nihil yang menyatakan bahwa diantara dua buah mean
sampel yang diambil secara random dari populasi yang sama tidak terdapat perbedaan
yang signifikan.
Tes dependent atau sering diistilahkan dengan paired “t” tes, adalah jenis uji statistika
yang bertujuan untuk membandingkan rata-rata dua grup yang saling berpasangan.
Sampel berpasangan dapat diartikan sebagai sebuah sampel dengan subjek yang sama
namun mengalami dua perlakuan atau pengukuran yang berbeda, yaitu pengukuran
sebelum dan sesudah treatment.
Fungsi dari uji “t” dependent adalah untuk membandingkan rata-rata dua grup yang
saling berpasangan. Selain itu menguji efektifitas metode penyuluhan terhadap
peningkatan pengetahuan dari responden.

B. Sistematika Perhitungan Uji tes dependent


1. Langkah – langkah
Untuk melakukan uji ini digunakan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Merumuskan Hipotesis
H0 : 𝜇1 = 𝜇2 (tidak terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan antar
variabel 1 dengan variabel 2)
H1 : 𝜇1 ≠ 𝜇2 (terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan antar variabel 1
dengan variabel 2)
b. Menghitung thitung dengan rumus:

MD
t hitung 
SE MD

D  X Y MD 
D
dengan, ,
N
D  D
2 2
SDD
SDD    , SE MD 
N  N  N 1
Keterangan:
D : beda skor variabel 1 dengan variabel 2
MD : mean dari D
SEMD : standar errordari MD
SDD : Standar deviasi dari D
c. Menguji hipotesis dengan ketentuan
- Jika |thitung| ≥ ttabel, maka H0 ditolak
Kesimpulan: terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan antar variabel 1
dengan variabel 2
- Jika |thitung| < ttabel, maka H0 diterima
Kesimpulan: tidak terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan antar
variabel 1 dengan variabel 2.
Contoh :
Suatu penelitian bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan perilaku
keagamaan mahasiswa STAIN setelah mengikuti pesantren kilat. Dari sampel
berjumlah 10 mahasiswa diperoleh data sebagai berikut:
Skor Perilaku
Mahasiswa Keagamaan D D2
Sesudah Sebelum
A 8 7 1 1
B 8 7 1 1
C 5 7 -2 4
D 7 6 1 1
E 6 6 0 0
F 6 5 1 1
G 8 5 3 9
H 9 8 1 1
I 9 7 2 4
J 8 8 0 0
Jumlah 8 22

Penyelesaian:
a. Merumuskan Hipotesis
H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara skor keagamaan
mahasiswa sebelum dan sesudah ikut pesantren
H1 : terdapat perbedaan yang signifikan antara skor keagamaan mahasiswa
sebelum dan sesudah ikut pesantren
b. Menentukan nilai thitung

MD 
D  8
 0,8
N 10
D  D
2 2
22
SDD      (0,8) 2  1,56
N  N  10

SDD 1,56
SEMD    0,416
N 1 9
MD 0,8
thitung    1,923
SEMD 0,416
c. Menentukan nilai t tabel
α = 5%
N = 10, db = N – 1 =l0- 1 = 9
t tabel = 2,262
d. Membandingkan thitung dengan t tabel
|thitung| = 1,923 < t tabel = 2,262
e. Menyimpulkan
Keputusan uji: H0 diterima
Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara skor
keagamaan mahasiswa sebelum dan sesudah ikut pesantren
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dalam melakukan uji “t” jika diperoleh perhitungan thitung lebih besar dari ttabel
maka H0 ditolak sedangkan Ha diterima dan mendapat kesimpulan bahwa terdapat
perbedaan signifikan terhadap sesudah dan sebelum diberi perlakuan. Jika thitung lebih
kecil dari ttabel maka H0 diterima sedangkan Ha ditolak dan mendapat kesimpulan bahwa
tidak terdapat perbedaan signifikan terhadap sesudah dan sebelum diberi perlakuan.

Anda mungkin juga menyukai