Anda di halaman 1dari 13

FITOKIMIA

“ALKALOID”
Di susun untuk melengkapi mata kuliah Fitokomia

Oleh :
INTANIA PERTIWI (2016.01.00.02.011)
DIAN SARTIKA (2016.01.00.02.028)

Dosen :
RAHMA YULIA. M. Farm., Apt.

Prodi S1 Farmasi
UNIVERSITAS MOHAMMAD NATSIR
BUKITTINGGI
2018
Jl. Tan Malaka Belakang Balok Bukittinggi
E-mail : umn.yarsi@yahoo.com
BAB I
PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di zona khatulistiwa (tropik)


dan terkenal mempunyai kekayaan alam dengan beranekaragam jenis tumbuhan, tetapi
potensi ini belum seluruhnya dimanfaatkan sebagai bahan industri khususnya tumbuhan
berkasiat obat. Masyarakat Indonesia secara turun-temurun telah memanfaatkan berbagai
jenis tumbuhan untuk bahan obat tradisional baik sebagai tindakan pencegahan maupun
pengobatan terhadap berbagai jenis penyakit. Pemanfaatan tumbuhan obat tradisional
akan terus berlangsung terutama sebagai obat alternatif, hal ini terlihat pada masyarakat
daerah yang sulit dijangkau oleh fasilitas kesehatan modern. Dalam masa krisis ekonomi
seperti saat ini, penggunaan obat tradisional lebih menguntungkan karena relatif lebih
mudah didapat, lebih murah dan dapat diramu sendiri, selain itu bahan bakunya dapat
ditanam di halaman rumah sebagai penghias taman ataupun peneduh halaman rumah
(Sulianti et al, 2005).

Penemuan berbagai senyawa obat baru dari bahan alam semakin memperjelas
peran penting metabolit sekunder tanaman sebagai sumber bahan baku obat. Metabolit
sekunder adalah senyawa hasil biogenesis dari metabolit primer. Umumnya dihasilkan
oleh tumbuhan tingkat tinggi, yang bukan merupakan senyawa penentu kelangsungan
hidup secara langsung, tetapi lebih sebagai hasil mekanisme pertahanan diri organisma.
Aktivitas biologi tanaman dipengaruhi oleh jenis metabolit sekunder yang terkandung
didalamnya. Aktivitas biologi ditentukan pula oleh struktur kimia dari senyawa. Unit
struktur atau gugus molekul mempengaruhi aktivitas biologi karena berkaitan dengan
mekanisme kerja senyawa terhadap reseptor di dalam tubuh (Lisdawati et al., 2007).
Pada tahun – tahun terakhir ini fitokimia atau kimia tumbuhan telah berkembang
menjadi suatu disiplin ilmu tersendiri, berada di antara kimia organik bahan alam dan
biokimia tumbuhan, serta berkaitan erat dengan keduanya. Bidang perhatiaanya ialah
aneka ragam senyawa organik yang dibentuk dan ditimbun oleh tumbuhan
yaitu mengenai struktur kimianya, biosintesisnya, perubahan serta metabolismenya.

BAB II

ISI

A. Pengertian Fitokimia

Fitokimia berasal dari kata phytochemical . Phyto berarti tumbuhan atau tanaman
dan chemical sama dengan zat kimia berarti zat kimia yang terdapat pada tanaman.
Senyawa fitokimia tidak termasuk kedalam zat gizi karena bukan berupa karbohidrat,
protein, lemak, vitamin, mineral maupun air. Jadi apakah fitokimia itu? Setiap tumbuhan
atau tanaman mengandung sejenis zat yang disebut fito kimia, merupakan zat kimia
alami yang terdapat di dalam tumbuhan dan dapat memberikan rasa, aroma atau warna
pada tumbuhan itu. Sampai saat ini sudah sekitar 30.000 jenis fitokimia yang ditemukan
dan sekitar 10.000 terkandung dalam makanan.

Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari berbagai senyawa


organik yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan, yaitu tentang struktur kimia,
biosintetis, perubahan dan metabolisme, serta penyebaran secara alami dan fungsi
biologis dari senyawa organik. Fitokimia atau kadang disebut fitonutrien, dalam arti
luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien yang diturunkan dari sumber tumbuhan,
termasuk sayuran dan buah-buahan.
2. Klasifikasi Fitokimia

Secara garis besar fitokimia diklasifikasikan menurut struktur kimianya sebagai berikut :

a. Fitokimia karotenoid

Fitokimia karotenoid banyak terdapat pada sayur-sayuran berwarna kuning-jingga


seperti wortel, labu kuning, sayuran berwarna hijau seperti brokoli dan buah-buahan
berwarna merah dan kuning jingga seperti pepaya, mangga, tomat, nenas semangka
arbei dll. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa zat karotenoid dapat mencegah
kanker, sebagai anti oksidan dan dapat meningkatkan system imun tubuh.

b. Fitokimia fitosterol

Fitokimia fitosterol banyak ditemukan pada biji-bijian dan hanya sekitar 5% dari
fitosterol yang dapat diserap oleh usus dari makanan kiat. Penelitian mengungkapkan
fitosterol dapat menurunkan kolesterol dan anti kanker.

c. Fitokimia saponin

Fitokimia saponin banyak terdapat pada kacang-kacangan dan daun-


daunan. Penelitian mengungkapkan bahwa saponin dapat sebagai anti kanker, anti
mikroba, meningkatkan system imunitas, dan dapat menurunkan kolesterol.

d. Fitokimia glukosinolat

Fitokimia glukosinolat banyak terdapat pada sayur-sayuran seperti kol dan brokoli.
Jika sayuran dimasak dapat menurunkan kadar glukosinolat sebesar 30-60%.
Termasuk dalam glukosinolat ini meliputi fitokimia lain seperti isothiosianat,thiosianat
dan indol. Peneliti- an menunjukkan bahwa glukosinolat dapat bersifat anti mikroba,
anti kanker dan menurunkan kolesterol.
e. Fitokimia polifenol
Fitokimia polifenol banyak terdapat pada buah-buahan sayur-sayuran hijau seperti
salada dan pada gandum dll. Penelitian pada hewan dan manusia menunjukkan
polifenol dapat mengatur kadar gula darah, sebagai anti kanker, antioksidan, anti
mikroba, anti inflamasi. Termasuk polifenol adalah asam fenol dan flavonoid
f. Fitokimia inhibitor protease
Fitokimia inhibitor protease merupakan fitokimia yang banyak terdapat pada biji-
bijian dan sereal seperti padi-padian, gandum dsb, yang dapat membantu kerja enzim
dalam system pencernaan manusia. Dapat sebagai anti oksidan , mencegah kanker dan
mengatur kadar gula darah.
g. Fitokimia monoterpen
Fitokimia monoterpen banyak terdapat pada pada tanaman beraroma seperti mentol
(peppermint), biji jintan, seledri, peterseli, rempah-rempah dan sari jeruk. Berkhasiat
mencegah kanker dan anti oksidan.

h. Fitokimia fitoestrogen
Fitokimia fitoestrogen banyak terdapat pada kedelai dan produk kedelei seperti tempe,
tahu dan susu kedelei. Memiliki aktifitas seperti hormon estrogen. Senyawa aktif
fitoestrogen terdiri dari isoflavonoid dan lignan.
i. Fitokimia sulfida
Fitokimia sulfida banyak terdapat pada bawang putih, bawang bombai, bawang merah
dan bawang daun. Senyawa fitokimia aktif pada bawang putih adalah dialil sulfida
(allicin). Menurut peneliti sulfida bekerja sebagai anti kanker, anti oksidan, anti
mikroba, meningkatkan daya tahan, anti radang, mengatur tekanan darah dan
menurunkan kolesterol.
j. Fitokimia asam fitat
Fitokimia asam fitat terdapat pada kacang polong, gandum. Berfungsi sebagai anti
oksidan yang dapat mengikat zat karsinogen dan mengatur kadar gula darah.

Senyawa kimia berdasarkan asal biosintesis, sifat kelarutan, gugus fungsi digolongkan
menjadi :

 Senyawa fenol, bersifat hidrofil, biosintesisnya berasal dari asam shikimat


 terpenoid, berasal dari lipid, biosintesisnya berasal dari isopentenil pirofosfat
 asam organik, lipid dan sejenisnya, biosintesisnya berasal dari asetat
 senyawa nitrogen, bersifat basa dan bereaksi positif terhadap ninhidrin ddan
dragendorf
 gula dan turunannya
 makromolekul, umumnya memiliki bobot molekul yang tinggi

Sedangkan berdasarkan biogenesisnya senyawa bahan alam dikelompokkan menjadi :

 Asetogenin : flavonoid, lipid, lignan, dan kuinon


 karbohidra : monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida
 isoprenoid : tepenoid, steroid, karotenoid
 senyawa mengandung nitrogen : alkaloid, asam amino, protein, dan nukleat

B. TERPENOID

Terpenoid merupakan derivat dehidrogenasi dan oksigenasi dari senyawa terpen.


Terpen merupakan suatu golongan hidrokarbon yang banyak dihasilkan oleh tumbuhan
dan sebagian kelompok hewan. Rumus molekul terpen adalah (C5H8)n. Terpenoid
disebut juga dengan isoprenoid. Hal ini disebabkan karena kerangka karbonnya sama
seperti senyawa isopren (bentuk senyawa dengan keragaman struktur yang besar dalam
produk alami yang diturunkan dan unit isoprena (C5) yang bergandengan dalam model
kepala ke ekor (head-to-tail), sedangkan unit isoprena diturunkan dari metabolisme asam
asetat oleh jalur asam mevalonat (mevalonic acid : MVA)).

Terpenoid merupakan komponen penyusun minyak atsiri. Minyak atsiri berasal dari
tumbuhan yang pada awalnya dikenal dari penentuan struktur secara sederhana, yaitu
dengan perbandingan atom hydrogen dan atom karbon dari suatu senyawa terpenoid yaitu
8 : 5 dan dengan perbandingan tersebut dapat dikatakan bahwa senyawa teresbut adalah
golongan terpenoid.

Minyak atsiri bukanlah senyawa murni akan tetapi merupakan campuran senyawa
organic yang kadangkala terdiri dari lebih dari 25 senyawa atau komponen yang
berlainan. Sebagian besar komponen minyak atsiri adalah senyawa yang hanya
mengandung karbon dan hydrogen atau karbon, hydrogen dan oksigen. Minyak atsiri
adalah bahan yang mudah menguap sehingga mudah dipisahkan dari bahan-bahan lain
yang terdapat dalam tumbuhan. Salah satu cara yang paling banyak digunakan adalah
memisahkan minyak atsiri dari jaringan tumbuhan adalah destilasi. Dimana, uap air
dialirkan kedalam tumpukan jaringan tumbuhan sehingga minyak atsiri tersuling
bersama-sama dengan uap air. Setelah pengembunan, minyak atsiri akan membentuk
lapisan yang terpisah dari air yang selanjutnya dapat dikumpulkan. Minyak atsiri terdiri
dari golongan terpenoid berupa monoterpenoid (atom C 10) dan seskuiterpenoid (atom C
15)

Secara struktur kimia terenoid merupakan penggabungan dari unit isoprena, dapat
berupa rantai terbuka atau siklik, dapat mengandung ikatan rangkap, gugus hidroksil,
karbonil atau gugus fungsi lainnya. Adapun reaksinya adalah sebagai berikut:
Gambar 1. Jalur asetat dalam pembentukan IPP yang merupakan batu bata
pembentukan terpenoid via asam mevalonat (Dewick, 1997)

Secara umum biosintesa dari terpenoid dengan terjadinya 3 reaksi dasar yaitu :

1. Pembentukan isopren aktif berasal dari asam asetat melalui asam mevalonat

2. Pengganbungan kepala dan ekor dua unit isopren akan membentuk mono-, seskui-,
di-, sester- dan poli-terpenoid

3. Penggabungan ekor dan ekor dari unit C-15 atau C-20 menghasilkan triterpenoid dan
steroid.

Mekanisme dari tahap-tahap reaksi biosintesa terpenoid adalah asam asetat setelah
diaktifkan oleh koenzim A melakukan kondensasi jenis Claisen menghasilkan asam
asetoasetat. Senyawa yang dihasilkan ini dengan asetil koenzim A melakukan kondensasi
jenis aldol menghasilkan rantai karbon bercabang sebagaimana ditemukan pada asam
mevalinat. reaksi-reaksi berikutnya adalah fosforilasi, eliminasi asam fosfat dan
dekarboksilasi menghasilkan Isopentenil pirofosfat (IPP) yang selanjutnya berisomerisasi
menjadi Dimetil alil pirofosfat (DMAPP) oleh enzim isomerase. IPP sebagai unit isopren
aktif bergabung secara kepala ke ekor dengan DMAPP dan penggabungan ini merupakan
langkah pertama dari polimerisasi isopren untuk menghasilkan terpenoid. Penggabungan
ini terjadi karena serangan elektron dari ikatan rangkap IPP terhhadap atom karbon dari
DMAPP yang kekurangan elektron diikuti oleh penyingkiran ion pirofosfat yang
menghasilkan Geranil pirofosfat (GPP) yaitu senyawa antara bagi semua senyawa
monoterpenoid.

Penggabungan selanjutnya antara satu unit IPP dan GPP dengan mekanisme yang
sama menghasilkan Farnesil pirofosfat (FPP) yang merupakan senyawa antara bagi
semua senyawa seskuiterpenoid. senyawa diterpenoid diturunkan dari Geranil-Geranil
Pirofosffat (GGPP) yang berasal dari kondensasi antara satu unit IPP dan GPP dengan
mekanisme yang sama.

Mekanisme biosintesa senyawa terpenoid adalah sebagai berikut :


Berdasarkan mekanisme tersebut maka senyawa terpenoid dapat dikelompokkan
sebagai berikut :
Monoterpenoid

Monoterpenoid merupakan senyawa "essence" dan memiliki bau yang spesifik yang
dibangun oleh 2 unit isopren atau dengan jumlah atom karbon 10. Lebih dari 1000 jenis
senyawa monoterpenoid telah diisolasi dari tumbuhan tingkat tinggi, binatang laut,
serangga dan binatang jenis vertebrata dan struktur senyawanya telah diketahui. Struktur
dari senyawa mono terpenoid yang telah dikenal merupakan perbedaan dari 38 jenis
kerangka yang berbeda, sedangkan prinsip dasar penyusunannya tetap sebagai
penggabungan kepala dan ekor dari 2 unit isopren. Struktur monoterpenoid dapat berupa
rantai terbuka dan tertutup atau siklik. senyawa monoterpenoid banyak dimanfaatkan
sebagai antiseptik, ekspektoran, spasmolotik dan sedatif.

Disamping itu monoterpenoid yang sudah dikenal banyak dimanfaatkan sebagai


bahan pemberi aroma makan dan parfum dan ini merupakan senyawa komersial yang
banyak diperdagangkan. Dari segi biogenetik, perubahan geraniol nerol dan linalol dari
yang satu menjadi yang lain berlangsung sebagai akibat reaksi isomerisasi. Ketiga
alkohol ini, yang berasal dari hidrolisa geranil pirofosfat (GPP) dapat menjadi reaksi-
reaksi sekunder, misalnya dehidrasi menghasilkan mirsen, oksidasi menjadi sitral dan
oksidasi-reduksi menghasilkan sitronelal. Perubahan GPP in vivo menjadi senyawa-
senyawa monoterpen siklik dari segi biogenetik disebabkan oleh reaksi siklisasi yang
diikuti oleh reaksi-reaksi sekunder.

Seperti senyawa organik bahan alam lainnya, mono terpenoida mempunyai kerangka
karbon yang banyak variasinya. Oleh karena itu penetapan struktur merupakan salah satu
bagian yang penting. Penetapan struktur monoterpenoida mengikuti suatu sistematika
tertentu yang dimulai dengan penetapan jenis kerangka karbon. Jenis kerangka karbon
Suatu monoterpen monosiklik antara lain dapat ditetapkan oleh rekasi dehidrogenasi
menjasi suatu senyawa aromatik (aromatisasi). Penetapan struktur selanjutnya ialah
menetukan letak atau posisi gugus fungsi dari senyawa yang bersangkutan didalam
kerangka karbon tersebut. Posisi gugus fungsi dapat diketahui berdasarkan penguraian
oksidatif. Cara lain adalah mengubah senyawa yang bersangkutan oleh reaksi-reaksi
tertentu menjadi senyawa lain yang telah diketaui strukturnya. Dengan kata lain, saling
mengaitkan gugus fungsi senyawa yang bersangkutan dengan gugus fungsi senyawa lain
yang mempunyai kerangka karbon yang sama. Pembuktian struktur suatu senyawa
akhirnya didukung oleh sintesa senyawa yang bersangkutan dari suatu senyawa yang
diketahui strukturnya.

Contoh tanaman yang mengandung monoterpenoid:

a. Camphora

· Nama lain : Kamfer

· Tanaman asal :

Cinnamomum champhora (L)

· Keluarga : Lauraceae

· Zat berkhasiat: Kamfer (C12H16O)

· Penggunaan : Karminativa, obat kejang, obat gatal, obat encok, antiiritansia.

· Pemerian : Hablur putih atau massa hablur, tidak berwarna atau putih, bau khas
tajam, rasa pedas dan aromatik.

b. Kayu putih

Nama lain : Kayu putih

· Tanaman asal : Melaleuca leucadendra(L)

· Keluarga : Myrtaceae

· Zat berkhasiat : Minyak atsiri, sineol (kayu putol), terpinol bebas atau sebagai ester
dengan asam cuka, asam mentega, asam valerat.

· Penggunaan : Pendarahan stomakikum, spasmolitikum.


· Pemerian : Bau khas aromatik, rasa pahit.

c. Thymus

· Nama lain : Timi

· Tanaman asal : Thymus vulgaris (L)

· Keluarga : Lamiaceae

· Zat berkhasiat: Minyak atsiri yang mengandung timol, terdapat pada karvakol, pinen,
linalool, dan bornil asetat.

· Penggunaan : Obat batuk (ekspektoransia)

· Pemerian : Bau aromatik, rasa pedas, sejuk.

Anda mungkin juga menyukai