Audit Fee Di Lap Keu PDF
Audit Fee Di Lap Keu PDF
PENDAHULUAN
yang sangat pesat. Perkembangan ini menuntut setiap perusahaan untuk terus
suatu perusahaan selama satu periode tertentu tercermin dalam laporan keuangan.
adalah untuk menilai apakah laporan keuangan tersebut telah disajikan secara
benar dan wajar. Disinilah peran audit dibutuhkan sebagai suatu jasa profesi yang
dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik dan dilaksanakan oleh seorang auditor.
antara tindakan atau peristiwa ekonomi dengan kriteria yang telah ditetapkan,
harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen (Siti Kurnia Rahayu
dan tanggung jawabnya tidak terlepas dari pedoman standar audit yang ditetapkan
oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), yaitu standar umum, standar
dengan prosedur yang telah ditetapkan, yang kemudian sebagai balasan atas
jasanya akan mendapatkan fee atau imbalan yang sesuai atas jasa profesional yang
Audit Fee sendiri diartikan sebagai besarnya imbal jasa yang diterima
oleh auditor akan pelaksanaan jasa audit. Imbalan jasa dihubungkan dengan
banyaknya waktu yang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan, nilai jasa yang
diberikan bagi klien atau bagi kantor akuntan publik yang bersangkutan (Al
Shammari et al, 2008). Selain itu, Iskak dalam Michell Suharli (2008) mengatakan
bahwa audit fee adalah honorarium yang dibebankan oleh akuntan publik kepada
perusahaan auditee atas jasa audit yang dilakukan akuntan publik terhadap
laporan keuangan.
Penentuan Audit Fee. Dalam surat keputusan tersebut dijelaskan bahwa panduan
ini dikeluarkan sebagai panduan bagi seluruh Anggota Institut Akuntan Publik
besaran imbal jasa yang wajar sesuai atas jasa profesional yang telah diberikan.
yang wajar sesuai dengan martabat profesi akuntan publik dan dalam jumlah yang
pantas untuk dapat memberikan jasa sesuai dengan tuntutan standar profesional
akuntan publik yang berlaku. Imbalan jasa yang terlalu rendah atau secara
signifikan jauh lebih rendah dari yang dikenakan auditor atau akuntan lain, akan
panjang sampai saat ini, mengingat belum adanya peraturan yang menetapkan
standar minimal audit fee yang akan diterima oleh auditor setelah melakukan
tugasnya. Seperti halnya yang disebutkan dalam jurnal Michell Suharli (2008),
yang mengatakan bahwa penetapan audit fee selama ini masih dilakukan secara
subjektif, yang artinya ditentukan oleh salah satu pihak atau atas dasar kekuatan
tawar-menawar antara akuntan publik dan klien dalam situasi persaingan akuntan
publik. Hal ini memungkinkan penetapan fee yang terlalu rendah atau terlalu
tersebut.
Indonesia juga tidak tercantum secara transparan atau terperinci di dalam catatan
atas laporan keuangan perusahaan. Audit fee masuk kedalam pos beban umum dan
administrasi dan ditulis dengan nama akun jasa professional. Terbukti dengan data
yang penulis peroleh dari laporan keuangan 432 perusahaan yang terdaftar di
biaya audit secara terpisah dari akun jasa profesional yang terdapat dalam catatan
atas laporan keuangan perusahaan. Dari hal ini, terlihat fenomena belum adanya
2004).
faktor penentu audit fee dapat dilihat dari 3 (tiga) ciri. David Hay (2006)
mengatakan ketiga ciri tersebut adalah ciri klien (client attributes), ciri auditor
satu penentu besarnya audit fee yang berkenaan dengan klien. Klien merupakan
orang yang memperoleh layanan atau manfaat atas jasa professional yang
diberikan oleh auditor. Ciri klien ini meliputi ukuran perusahaan klien (size),
bergerak di bidang industri manufaktur akan membutuhkan audit fee yang lebih
tinggi, hal ini berkaitan dengan faktor lainnya yaitu kompleksitas, ukuran
perusahaan, dan resiko inhenren atau bawaan. Dimana ketika ukuran perusahaan
semakin besar, kegiatan operasi perusahaan akan semakin kompleks serta resiko
inheren seperti salah saji dalam laporan keuangan bisa saja dapat terjadi sehingga
semakin banyak bukti yang harus dikumpulkan, yang menyebabkan auditor harus
lebih ketat dalam melakukan pengujian audit dan membutuhkan biaya yang cukup
tinggi.
membayar biaya audit yang tinggi karena keuntungan yang tinggi akan membuat
utang banyak beresiko lebih besar untuk terjerumus dalam kesulitan keuangan,
Ciri yang kedua yaitu ciri auditor (auditor attributes) merupakan faktor
penentu besarnya audit fee yang berkenaan dengan auditor yang dilihat dari
lokasi tempat mengaudit (location). Hay (2006) mengatakan bahwa jika lokasi
atau jarak tempuh antara KAP dengan perusahaan klien berjarak sangat jauh maka
akan membuat biaya audit semakin besar, karena dibutuhkan sarana dan prasarana
dalam penugasan tersebut. Selain itu jika perusahaan klien yang diaudit memiliki
kantor cabang di kota yang berbeda, maka akan menimbulkan biaya yang cukup
tinggi untuk mengaudit. Begitu juga jika auditor memiliki spesialisasi dalam
mengaudit dalam industri tertentu, maka fee yang dibayarkan akan lebih tinggi
miliki. Dalam melaksanakan audit, auditor juga tidak terlepas dari audit tenure
Semakin lama seorang auditor mengaudit di tempat klien yang sama, maka akan
merupakan faktor penentu besarnya audit fee yang berkenaan dengan penugasan
audit yang meliputi masalah audit (audit problems), jarak waktu antara tanggal
neraca dan tanggal laporan audit (lag), busy season, dan jumlah laporan yang
permasalahan audit yang ada dalam perusahaan yang kemudian auditor akan
auditan. Laporan auditan yang harus dibuat auditor menentukan berapa luasnya
penugasan audit dalam keadaan tertentu dan seberapa banyak jumlah laporan yang
harus dibuat. Semua hal ini tidak terlepas dari fee yang diberikan oleh klien.
David Hay (2006) juga mengatakan ketika penugasan audit terjadi dalam musim
yang menerima penugasan akan membutuhkan biaya yang lebih tinggi karena
tersebut.
audit fee, seperti Joshi dan Al-Bastaki (2000), melakukan penelitian di Bahrain
yang mana audit fee untuk klien kantor akuntan publik masih belum terpublikasi
merupakan faktor-faktor yang menentukan besarnya audit fee. Wei Zhang dan
Australia dijadikan sampel dalam penelian ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menguji variabel yang digunakan oleh Simunic (1980), yaitu faktor ukuran
perusahaan, kompleksitas audit, waktu audit, kualitas audit dan risiko audit dapat
dan negara-negara lain yang sebelumnya diteliti. Lebih lanjut penelitian ini
penentu audit fee yang paling penting. Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh
Michell Suharli (2008) yang menyebutkan rasio konsentrasi auditor, ukuran KAP,
ukuran auditee perusahaan, dan jumlah anak perusahaan sebagai faktor yang
dua variabel yang hasilnya signifikan yaitu rasio konsentrasi dan ukuran auditee
perusahaan, sedangkan dua variabel lainnya hasilnya tidak signifikan yaitu ukuran
peneliti sebelumnya, penulis merasa perlu untuk meneliti kembali mengenai audit
fee. Penulis akan meneliti faktor penentu audit fee berdasarkan ketiga ciri yang
dikatakan oleh David Hay (2006) namun dilihat dari persepsi seorang auditor,
yang akan menetukan ranking dari faktor-faktor penentu besarnya audit fee. Hal
penentu besarnya audit fee. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik
untuk melakukan penelitian pada Kantor Akuntan Publik yang ada di Bandung,
dengan judul :
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan data dan informasi
yang relevan bagi penulisan penelitian sebagai salah satu syarat dalam menempuh
audit fee dari yang paling penting sampai yang tidak begitu penting
audit fee dari yang paling penting sampai yang tidak begitu penting
audit fee dari yang paling penting sampai yang tidak begitu penting dalam
selanjutnya.
manajemen dapat membayar audit fee secara rasional dan tidak merugikan
auditor. Hasil penelitian ini juga diharapkan dijadikan acuan oleh auditor ketika