Anda di halaman 1dari 6

PEMERINTAH KABUPATEN ROKAN HULU

DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS RAMBAH SAMO II
Jln. Diponegoro No..... Desa Rambah Utama
E-mail :pkmrs2@yahoo.co.id Kode Pos 28565

PEDOMAN MANAJEMEN RISIKO


UPTD PUSKESMAS PATAMUAN

BAB I.PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG.

Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk keselamatan Puskesmas


. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) Puskesmas yaitu :
keselamatan pasien (patient safety), keselamatan pekerja atau petugas kesehatan,
keselamatan bangunan dan peralatan Puskesmas yang bisa berdampak terhadap
keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan (green productivity) yang
berdampak terhadap pencemaran lingkungan dan keselamatan “bisnis” Puskesmas
yang terkait dengan kelangsungan hidup Puskesmas .Kelima aspek keselamatan
Puskesmas terebut sangat penting untuk dilaksanakan di setiap Puskesmas , yang
harus dikelola secara professional, komprehensif dan terintegrasi.
Di Puskesmas terdapat ratusan macam obat, berbagai bahan-bahan berbahaya,
beragam alat kesehatan dengan berbagai teknologi yang semakin canggih dan
berkembang dengan pesat, bermacam jenis tenaga profesi dan non profesi yang
memberikan pelayanan . Keberagaman dan kerutinan pelayanan tersebut apabila tidak
dikelola dengan baik,berisikomenimbulkan insiden.Karena itu UPTD Puskesmas
Rambah Samo II perlu melakukan pengelolaan risiko dalam suatu manajemen risiko
yang professional, komprehensif dan terintegrasi, agar insiden dapat diminimalisasi dan
dicegah sedini mungkin.

B.TUJUAN:
1. Sebagai acuan dalam melaksanakan program manajemen risiko diUPTD
Puskesmas Patamuan.
C.SASARAN:
1. Tersedianya pedoman manajemen risiko
2. Tersedianya bukti sosialisasi pedoman manajemen risiko kepada pimpinan
unitlayanan fungsional dan manajerial serta pegawai UPTD Puskesmas
Patamuan.

BAB II. PENGERTIAN

DEFINISI:
 Yang dimaksud dengan risiko adalah kerugian yang mungkin terjadi pada tiap
unit, waktu atau kegiatan
 Manajemen risiko adalah pendekatan proaktif untuk mengidentifikasi,menilai dan
menyusun prioritas risiko, dengan tujuan untuk menghilangkan atau
meminimalkan dampaknya. Pendekatan manajemen risiko difokuskan pada
kejadian yang telah terjadi (reaktif) dan potensial terjadi (proaktif) dengan
menerapkan manajemen risiko terintegrasi yang memprioritaskan keselamatan
pasien, melalui revisi pengembangan proses, fungsi dan layanan.

BAB III.ELEMEN KUNCI DISAIN PROGRAM MANAJEMEN RISIKO

A. TUJUAN

Tujuan dari manajemen risiko adalah untuk meningkatkan mutu pelayanan dan
memanfaatkan proses untuk mengidentifikasi, mengurangi atau menghilangkan risiko
kerugian:
1) Untuk mengurangi mortality dan morbidity, dengan memperbaikipelayanan
kepada pasienmelalui identifikasi dan analisa, untukmengurangi risikoyang dapat
mencegah pasien dari cedera ataukecacatan terkait keselamatan pasien.
2) Untuk meningkatkan pelayanan pasien dengan mencegahpenyimpangan hasil,
melalui pendekatan sistematis, terkoordinasidan berkesinambungan untuk
meningkatkan keselamatan pasien.
3) Untuk melindungi orang dan asset serta keuangan Puskesmasakibat kehilangan
karena terjadinya insiden, akibat manajemen yangtidak efektif, dengan
meningkatkan perbaikan berkesinambunganpada proses pelayanan pasien
melalui lingkungan yang diciptakandengan aman.

B. KEWENANGAN.
Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman melalui Dinas Kesehatan Kabupaten
Padang Pariaman selaku pemilik puskesmas memiliki tanggung-jawab utama menjamin
penyediaan lingkungan yang aman untuk memberikan pelayanan kesehatan. Dinas
Kesehatan Kabupaten Padang Pariaman mendelegasikan kewenangan kepada Kepala
UPTD Puskesmas Patamuan untuk membentuk organisasi manajemen risiko yang
komprehensif dan berperan secara luas.
Kepala UPTD Puskesmas Patamuan menugaskan kepada Tim Peningkatan
Mutu Layanan dan Keselamatan Pasien untuk melaksanakan tugas manajemen risiko,
dan bertanggung jawab mengkoordinasikan kegiatan manajemen risiko dengan Kepala
Puskesmas, semua anggota staf medis, semua pegawai dan dengan pihak luar
Puskesmas .

C. KOORDINASI.
Karena fungsi manajemen risiko sangat luas dan kegiatan Puskesmas
yangsangat beragam, maka untuk keberhasilan program manajemen risiko,Puskesmas
harus menetapkan mekanisme koordinasi baik secara formalmaupun informal antara
manajemen risiko professional dengan semua unitlayanan struktural dan fungsional
Puskesmas serta fungsi lain di dalamdan di luar Puskesmas .
KepalaPuskesmas, berfungsi sebagai pembuat keputusan untuk berbagai
kegiatan penting dalam program manajemen risiko.Bagian Keuangan bertanggung-
jawab dalam pembiayaan dan memberikan informasi yang berharga untuk program
manajemen risiko, mengawasi operasi keuangan sesuai dengan dana yang ada dan
mengawasi kinerja analisis keuangan Puskesmas.Bagian Tata Usaha dan
Kepegawaian,bertanggung jawab untuk mengembangkan efektifitas uraian tugas dan
proses penilaian kinerja, pemeriksaan latar belakang pegawai, verifikasi izin,pemberian
cuti pegawai dan pemeriksaan kesehatan pegawai secara berkala yang semuanya
penting untuk mencegah serta melindungi staf medis dan non medis yang melakukan
tindakan/ pelayanan.
Ketua Tim Peningkatan Mutu Layanan dan Keselamatan Pasien memiliki
tanggung jawab utama membantu manajemen risiko dalam upaya meningkatkan mutu
pelayanan Puskesmas dan keselamatan pasien.Tugas Tim Peningkatan Mutu Layanan
dan Keselamatan Pasien dalam hal manajemen risiko sebagai berikut :
a. Mencegah dan mengurangi kerugian sebagai berikut :Mengembangkan mekanisme
identifikasi risiko seperti laporan insiden,rujukanstaf,tinjauan rekam medik, tinjauan
keluhan pasien.
b. Mengembangkan dan memelihara hubungan kolaborasi dengan unit layanan terkait
yaitu semua ruang/unit pelayanan.
c. Mengembangkan aturan dan prosedur di area yang rentan terjadi risiko seperti
informed consent, kerahasiaan dan penanganan kejadian sentinel.
d. Membuat dan menyampaikan laporan kinerja tahunan kepada Kepala Puskesmas

BAB IV.KEGIATAN

Tujuan dari manajemen risiko adalah untuk meningkatkan mutu pelayanan dan
memanfaatkan proses untuk mengidentifikasi, mengurangi atau menghilangkan risiko
kerugian. Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan:

1. Mengidentifikasi semua risiko dan bahaya untuk mencegah dan memperbaiki


kondisi berbahaya yang dapat menimbulkan risiko yang tidak perlu untuk
pegawai, pasien dan lain- lain.
2. Meninjau kebijakan dan prosedur (SK dan SOP) untuk direvisi agar dihasilkan
pelayanan yang sesuai, dan dilakukan monitoring agar tidak terjadi hal-hal yang
merugikan.
3. Investigasi kejadian tidak diharapkan untuk menilai dan menentukan bagaimana
agar kejadian serupa dapat dihindari.
4. Menangani keluhan, menyelesaikan sengketa dan meningkatkan mutu
pelayanan pasien.
BAB V. PROSES MANAJEMEN RISIKO

Manajemen risiko adalah proses yang berkesinambungan dan berkelanjutan.


Risiko mungkin terpapar kepada pasien, staf, pengunjung dan organisasi yang terus-
menerus berubah danharus diidentifikasi.
Program manajemen risiko menggunakan 5 tahapan proses yaitu:
1. Menetapkan lingkup manajemen risiko
2. Identifikasi risiko.
3. Analisis risiko.
4. Evaluasi risiko.
5. Tindakan terhadap risiko.

1. Menetapkan lingkup manajemen risiko, yaitu :


a. Risiko terhadap pasien terkait pelayanan
b. Risiko terhadap staf medis
c. Risiko terhadap staf/ pegawai
d. Risiko terhadap sarana prasarana fasilitas/ asset Puskesmas
e. Risiko terhadap keuangan
f. Risiko-risiko lain
2. Identifikasi Risiko, dilakukan melalui :
a. Hasil audit
b. Komplain pasien/keluarga
c. Hasil survei kepuasan
d. Insiden KTD, KTC, KPC, KNC
3. Analisis Risiko
a. Analisis risiko diawali dengan melakukan analisis tingkat keparahan risiko
b. Untuk kejadian sentinel dan KTD : lakukan Root Cause Analysis (RCA)
c. Upaya proaktif untuk memperbaiki suatu proses/prosedur pelayanan :
lakukan Failure Mode & Effect Analysis (FMEA)
4. Evaluasi Risiko (Penilaian Risiko)
a. Kegiatan untuk menetapkan apakah suatu risiko memerlukan tindakan
penanganan tertentu (treatment) atau tidak.
b. Jika ya : susun rencana tindak lanjut (tindakan risiko)
5. Tindakan terhadap Risiko
Bila memungkinkan paparan risiko perlu dieliminasi.Contohnya memperbaiki alat
yang rusak, memberikan pendidikan pada staf medis yang belum mendapatkan edukasi
tentang prosedur pengoperasian alat. Bila risiko tidak dapat dieliminasi, maka perlu
dicari teknik lain untuk menurunkan risiko kerugian.

VI. SISTEM PELAPORAN INSIDEN

Laporan Insiden adalah laporan secara tertulis setiap keadaan yang tidak
konsisten dengan kegiatan/ prosedur rutin yang berlangsung di puskesmas terutama
untuk pelayanan kepada pasien. Tujuan umum laporan insiden Puskesmas adalah
menurunnya Insiden Keselamatan Pasien (KTD, KTC, KNC) dan Kondisi Potensial
cedera (KPC) untuk meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien.
Jenis-jenis insiden dan kondisi yang harus dilaporkan sebagai berikut:
1. Kejadian sentinel adalah insiden yang mengakibatkan kematian atau cedera
yang serius sebagai berikut
a. Kematian yang tidak terduga dan tidak terkait dengan perjalanan penyakit
pasien atau kondisi yang mendasari penyakitnya (contoh bunuh diri)
b. Kehilangan fungsi yang tidak terkait dengan perjalanan penyakit pasien atau
kondisi yang mendasari penyakitnya.
c. Salah tempat, salah prosedur, salah pasien bedah.
d. Bayi yang diculik atau bayi yang diserahkan kepada orang lain yangbukan
orang tuanya.
2. Kejadian Tidak Diharapkan, selanjutnya disingkat KTD adalah insiden yang
mengakibatkan cedera pada pasien.
3. Kejadian Tidak Cedera, selanjutnya disingkat KTC adalah insiden yang sudah
terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul cedera.
4. Kejadian Nyaris Cedera, selanjutnya disingkat KNC adalah terjadinyainsiden
yang belum sampai terpapar ke pasien.
5. Kondisi Potensial Cedera, selanjutnya disingkat KPC adalah kondisi yangsangat
berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden.

Tipe Insiden :
1. Administrasi Klinis
2. Proses / Prosedur klinis
3. Dokumentasi
4. Proses Medikasi / Cairan Infus
5. Oxigen
6. Alat Medis
7. Perilaku pasien
8. Pasien jatuh
9. Pasien Kecelakaan
10. Infrastruktur / Sarana / Bangunan
11. Sumber daya / Manajemen
12. Laboratorium

Pelaporan insiden. Yang bertanggung jawab dalam pelaporan insiden adalah :


- Staf Puskesmas yang pertama menemukan kejadian
- Staf Puskesmas yang terlibat dengan kejadian.

VI. INVESTIGASI INSIDEN

Invesigasi insiden adalah proses pengkajian ulang laporan insiden dengan


mencatat ringkasan kejadian secara kronologis dan mengidentifikasi masalah
pelayanan, mencatat staf yg terlibat dan mewawancarai mereka.
Langkah-langkah melakukan investigasi :
1. Pengumpulan data: observasi, dokumentasi dan interview (wawancara).
2. Tentukan penyebab insiden dengan menggunakan 5 why :
 Penyebab langsung (immediate/ direct cause): penyebab yang berhubungan
langsung dengan insiden/ dampak terhadap pasien.
 Akar masalah (root cause): penyebab yang melatar belakangi penyebab
langsung (underlying cause).
3. Rekomendasi:buat rekomendasi tindak lanjut.
4. Tindakan yang akan dilakukan: tentukan penanggung jawab dan tanggal
pelaksanaan

VII. EVALUASI PROGRAM MANAJEMEN RISIKO

Program manajemen risiko dan kemajuan untuk mencapai tujuan yang telah
disusun dalam rencana, ditinjau minimal sekali 2 (dua) tahun oleh kepala Puskesmas.

Anda mungkin juga menyukai