Anda di halaman 1dari 10

Adab Shalat Berjamaah di Masjid

Shalat berjamaah di masjid merupakan salah satu amal yang mulia. Agar ibadah ini
semakin sempurna, ada beberapa adab dan petunjuk Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam
yang tidak boleh …

Shalat berjamaah di masjid merupakan salah satu amal yang mulia. Agar ibadah ini semakin
sempurna, ada beberapa adab dan petunjuk Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam yang tidak boleh
diabaikan. Berikut di antara beberapa adab yang perlu diperhatikan seorang muslim ketika
hendak melakukan shalat berjamaah di masjid :

Memilih Pakaian yang Bagus

Hendaknya kita memilih pakaian yang bagus saat pergi ke masjid. Allah tidak hanya
memerintahkan kita untuk sekedar memakai pakaian yang menutup aurat, akan tetapi
memerintahkan pula untuk memperbagus pakaian, lebih-lebih lagi ketika akan pergi ke masjid.
Allah Ta’ala berfirman

‫يَا بَنِي آدَ َم ُخذُواْ ِزينَت َ ُك ْم ِعندَ ُك ِل َمس ِْجد‬

“Hai anak adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid.” (Al A’raf: 31).

Dari ayat ini dapat diambil pelajaran bahwa kita dianjurkan untuk berhias ketika shalat, lebih-
lebih ketika hari jumat dan hari raya. Termasuk dalam hal ini memakai parfum bagi laki-laki.

Namun sekarang banyak kita jumpai kaum muslimin yang ketika pergi ke masjid hanya
mengenakan pakaian seadanya padahal ia memiliki pakaian yang bagus. Bahkan tidak sedikit
yang mengenakan pakaian yang penuh gambar atau berisi tulisan-tulisan kejahilan. Akibatnya,
mau tidak mau orang yang ada dibelakangnya akan melihat dan membacanya sehingga
mengganggu konsentrasi dan kekhusyukan shalat.

Berwudhu dari Rumah

Sebelum pergi ke masjid, hendaknya berwudhu sejak dari rumah, sebagaimana diterangkan oleh
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

ً‫َطيئَة‬
ِ ‫ط خ‬ ْ ‫َت خ‬
ُّ ‫َط َوتَاهُ ِإحْ دَا ُه َما تَ ُح‬ ِ ِ‫ضةً ِم ْن فَ َرائ‬
ْ ‫ض هللاِ كَان‬ َ ‫ي فَ ِري‬ ِ ‫ط َّه َر فِي َب ْيتِ ِه ث ُ َّم َمشَى ِإ َلى بَيْت ِم ْن بُيُو‬
ِ ‫ت هللاِ ِل َي ْق‬
َ ‫ض‬ َ َ‫َم ْن ت‬
ً‫َو ْاْل ُ ْخ َرى ت َْرفَ ُع دَ َر َجة‬

“Barangsiapa yang bersuci dari rumahnya kemudian berjalan ke salah satu rumah dari rumah-
rumah Allah (masjid) untuk menunaikan salah satu dari kewajiban-kewajiban yang Allah
wajibkan, maka kedua langkahnya salah satunya akan menghapus dosa dan langkah yang
lainnya akan mengangkat derajatnya.” (HR. Muslim 1553)

Membaca Doa Menuju Masjid

Saat keluar dari rumah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kita untuk
mengucapkan doa. Dari Anas bin Malik, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ُ‫اَّللِ قَا َل يُقَا ُل ِحي َن ِئذ ُهدِيتَ َو ُكفِيتَ َو ُوقِيتَ َفتَتَنَ َّحى لَه‬ َّ ‫َّللاِ ت ََو َّك ْلتُ َعلَى‬
َّ ‫َّللاِ ََل َح ْو َل َو ََل قُ َّوة َ ِإ ََّل ِب‬ َّ ‫ِإذَا خ ََر َج‬
َّ ‫الر ُج ُل ِم ْن َب ْي ِت ِه فَقَا َل ِبس ِْم‬
‫ي‬
َ ِ‫ي َو ُوق‬ َ ‫ْف لَكَ بِ َر ُجل قَدْ ُهد‬
َ ‫ِي َو ُك ِف‬ َ ‫ان آخ َُر َكي‬ ٌ ‫ط‬ َ ‫ش ْي‬
َ ُ‫اطينُ فَيَقُو ُل لَه‬ ِ َ‫شي‬ َّ ‫ال‬

“Jika seorang laki-laki keluar dari rumahnya lalu mengucapkan: “Bismillahi tawakkaltu
‘alallaahi, laa haula wa laa quuwata illa billah” (Dengan nama Allah aku bertawakal kepada
Allah, tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan izin Allah). ‘ Beliau bersabda, “Maka pada
saat itu akan dikatakan kepadanya, ‘Kamu telah mendapat petunjuk, telah diberi kecukupan, dan
mendapat penjagaan’, hingga setan-setan menjauh darinya. Lalu setan yang lainnya berkata
kepadanya (setan yang akan menggodanya, pent.), “Bagaimana (engkau akan mengoda)
seorang laki-laki yang telah mendapat petunjuk, kecukupan, dan penjagaan.” (HR. Abu Daud
no. 595, At-Tirmizi no. 3487)

Ketika hendak menuju masjid, dianjurkan membaca :

‫ورا‬ ً ُ‫ورا َوفَ ْوقِي ن‬


ً ُ‫ورا َوتَحْ تِي ن‬ ً ُ‫اري ن‬ َ َ‫ورا َو َع ْن ي‬
ِ ‫س‬ ً ُ‫ورا َو َع ْن يَ ِمينِي ن‬
ً ُ‫س ْم ِعي ن‬ ً ُ‫ص ِري ن‬
َ ‫ورا َوفِي‬ ً ُ‫اللَّ ُه َّم اجْ َع ْل فِي قَ ْلبِي ن‬
َ َ‫ورا َوفِي ب‬
999999‫ورا‬ ً ُ‫ورا َوخ َْل ِفي ن‬
ً ُ‫ورا َواجْ عَ ْل ِلي ن‬ ً ُ‫امي ن‬ ِ ‫َوأ َ َم‬

“Allahummaj’al fii qolbi nuura wa fii bashari nuura wa fii sam’i nuura wa ‘an yamiinihi
nuura wa ‘an yasaarii nuura wa fauqi nuura wa tahti nuura wa amaami nuura wa khalfi
nuura waj’al lii nuura (Ya Allah jadikanlah cahaya dalam hatiku, cahaya dalam penglihatanku,
cahaya dalam pendengaranku, cahaya dari kananku, cahaya dari kiriku, cahaya dari
belakangku, dan jadikanlah untukku cahaya” (H.R Muslim 763)

Berdoa Ketika Masuk Masjid

Setelah sampai di masjid, hendaknya masuk masjid dengan mendahulukan kaki kanan sambil
membaca doa masuk masjid. Bacaan doa masuk masjid sebagaimana terdapat dalam hadits Abu
Sa’id radhiyallahu ‘anhu:

ْ َ‫ َو ِإذَا خ ََر َج فَ ْليَقُ ِل اللَّ ُه َّم ِإنِى أَ ْسأَلُكَ ِم ْن ف‬. َ‫اب َرحْ َمتِك‬
َ‫ضلِك‬ َ ‫ِإذَا دَ َخ َل أ َ َحد ُ ُك ُم ْال َمس ِْجدَ فَ ْليَقُ ِل اللَّ ُه َّم ا ْفتَحْ ِلى أَب َْو‬
“Jika salah seorang di antara kalian memasuki masjid, maka ucapkanlah, ‘Allahummaftahlii
abwaaba rahmatik’ (Ya Allah, bukakanlah pintu-pintu rahmat-Mu). Jika keluar dari masjid,
ucapkanlah: ‘Allahumma inni as-aluka min fadhlik’ (Ya Allah, aku memohon pada-Mu di antara
karunia-Mu).” (HR. Muslim 713)

Tidak Lewat di Depan Orang yang Sedang Shalat

Harap diperhatikan ketika kita berjalan di dalam masjid, jangan sampai melewati di depan orang
yang sedang shalat. Hendaklah orang yang lewat di depan orang yang shalat takut akan dosa
yang diperbuatnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ َخي ًْرا لَهُ ِم ْن أَ ْن يَ ُم َّر بَيْنَ يَدَ ْي ِه‬، َ‫ف أ َ ْربَ ِعيْن‬ َ ‫ار بَيْنَ يَدَي ْال ُم‬
َ ‫ لَ َكانَ أ َ ْن يَ ِق‬،‫ص ِلي َماذَا َعلَ ْي ِه‬ ُّ ‫لَ ْو يَ ْعلَ ُم ْال َم‬

“Seandainya orang yang lewat di depan orang yang shalat mengetahui (dosa) yang
ditanggungnya, niscaya ia memilih untuk berhenti selama 40 ( tahun), itu lebih baik baginya
daripada lewat di depan orang yangsedang shalat.” (HR. Bukhari 510 dan Muslim 1132)

Yang terlarang adalah lewat di depan orang yang shalat sendirian atau di depan imam. Adapun
jika lewat di depan makmum maka tidak mengapa. Hal ini didasari oleh perbuatan Ibnu Abbas
ketika beliau menginjak usia baligh. Beliau pernah lewat di sela-sela shaf jamaa’ah yang
diimami oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan menunggangi keledai betina, lalu
turun melepaskan keledainya baru kemudian beliau bergabung dalam shaf. Dan tidak ada
seorangpun yang mengingkari perbuatan tersebut (Lihat dalam riwayat Bukhari 76 dan Muslim
504). Namun demikian, sebaiknya memilih jalan lain agar tidak lewat di depan shaf makmum.

Melaksanakan Shalat Dua Rakaat Sebelum Duduk

Di antara adab ketika memasuki masjid adalah melaksanakan shalat dua rakaat sebelum duduk.
Shalat ini diistilahkan para ulama dengan shalat tahiyatul masjid. Rasulullah shallallhu ‘alaihi
wa sallam bersabda :

‫ِإذَا دَ َخ َل أ َ َحد ُ ُك ْم ْال َمس ِْجدَ فَ ْليَ ْرك َْع َر ْك َعتَي ِْن قَ ْب َل أَ ْن يَجْ ِل‬

“Jika salah seorang dari kalian masuk masjid, maka hendaklah dia shalat dua rakaat sebelum
dia duduk.” (H.R. Bukhari 537 dan Muslim 714)

Syariat ini berlaku untuk laki-laki maupun wanita. Hanya saja para ulama mengecualikan
darinya khatib jumat, dimana tidak ada satupun dalil yang menunjukkan bahwa
Nabi shallallahu’alaihi wa sallam shalat tahiyatul masjid sebelum khutbah. Akan tetapi beliau
datang dan langsung naik ke mimbar. Syariat ini juga berlaku untuk semua masjid, termasuk
masjidil haram. Yang dimaksud dengan tahiyatul masjid adalah shalat dua rakaat sebelum duduk
di dalam masjid. Tujuan ini sudah tercapai dengan shalat apa saja yang dikerjakan sebelum
duduk. Oleh karena itu, shalat sunnah wudhu, shalat sunnah rawatib, bahkan shalat wajib,
semuanya merupakan tahiyatul masjid jika dikerjakan sebelum duduk. Merupakan suatu hal yang
keliru jika tahiyatul masjid diniatkan tersendiri, karena pada hakikatnya tidak ada dalam hadits
ada shalat yang namanya ‘tahiyatul masjid’, akan tetapi ini hanyalah penamaan ulama untuk
shalat dua rakaat sebelum duduk. Karenanya jika seorang masuk masjid setelah adzan lalu
shalat qabliah atau sunnah wudhu, maka itulah tahiyatul masjid baginya. Tahiyatul masjid
disyariatkan pada setiap waktu seseorang itu masuk masjid dan ingin duduk di dalamnya.
Termasuk di dalamnya waktu-waktu yang terlarang untuk shalat, menurut sebagian pendapat
kalangan ulama.

Menghadap Sutrah Ketika Shalat

Yang dimaksud denagan sutrah adalah pembatas dalam shalat, bisa berupa tembok, tiang, orang
yang sedang duduk/sholat, tongkat, tas, dll. Sutrah disyariatkan bagi imam dan bagi orang yang
shalat sendirian. Dalil yang menunjukkan disyariatkannya shalat menghadap sutrah terdapat
dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut :

‫ستْ َرةٍ َو ْل َيدْنُ ِم ْن َها‬ َ ُ‫صلَّى أَ َحد ُ ُك ْم فَ ْلي‬


ُ ‫ص ِل ِإلَى‬ َ ‫ِإذَا‬

“Apabila salah seorang di antara kalian shalat, hendaknya ia shalat dengan menghadap sutrah
dan mendekatlah padanya” (HR. Abu Daud 698. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini
shahih sebagaimana dalam Shahihul Jaami’ 651)

Sebagian ulama berpendapat bahwa hukum memasang sutrah adalah wajib karena adanya
perintah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.. Dalam shalat berjamaah yang menghadap
sutrah adalah imam, dan sutrah bagi imam juga merupakan sutrah bagi makmum yang
dibelakangnya.

Hendaklah orang yang shalat menolak/mencegah apa pun yang lewat di depannya, baik orang
dewasa maupun anak-anak. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ٌ ‫ط‬
‫ان‬ َ ‫ فَإِنما ه َُو‬،ُ‫ فَإ ِ ْن أَبَى فَ ْليُقَاتِ ْله‬،ِ‫ فَ ْليَدْفَ ْع فِي نَحْ ِره‬،‫ فَأ َ َرادَ أ َ َحد ٌ أ َ ْن يَجْ ت َازَ بَيْنَ يَدَ ْي ِه‬،‫اس‬
َ ‫ش ْي‬ َ ‫صلَّى أ َ َحد ُ ُك ْم إِلَى‬
ِ َّ‫ش ْيء يَ ْست ُ ُرهُ ِمنَ الن‬ َ ‫إِذَا‬

“Apabila salah seorang dari kalian shalat menghadap sesuatu yang menutupinya dari manusia
(menghadap sutrah), lalu ada seseorang ingin melintas di hadapannya, hendaklah ia
menghalanginya pada lehernya. Kalau orang itu enggan untuk minggir (tetap memaksa lewat)
perangilah (tahanlah dengan kuat) karena ia hanyalah setan.” (HR. Bukhari 509 dan Muslim
1129)
Menjawab Panggilan Adzan

Ketika mendengar adzan, dianjurkan untuk menjawab adzan. Rasulullah shallallahu ‘alihi wa
sallam bersabda:

ُ‫س ِم ْعت ُ ُم النِدَا َء فَقُ ْولُ ْوا ِمثْ َل َما يَقُ ْو ُل ْال ُم َؤ ِذن‬
َ ‫إِذَا‬

“Apabila kalian mendengar adzan maka ucapkanlah seperti yang sedang diucapkan muadzin.”
(HR. Bukhari 611 dan Muslim 846)

Ketika muadzin sampai pada pengucapan hay’alatani yaitu kalimat{ ‫ع َلى الص َََّلة‬ َ ‫َي‬ َّ ‫ح‬, ‫علَى‬ َ ‫َي‬ َّ ‫ح‬
ِِ ‫ }ا ْلفَ ََلح‬disenangi baginya untuk menjawab dengan hauqalah yaitu kalimat { ‫الَ ح َْو َل َو َال قُ َّوةَ إ َّال بالل‬
} sebagaimana ditunjukkan dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:

‫ أ َ ْش َهدُ أَ ْن َلَ ِإلَهَ ِإَلَّ هللاُ؛ ث ُ َّم‬:َ‫ فَقاَل‬،ُ‫ أ َ ْش َهد ُ أ َ ْن َلَ ِإلَهَ ِإَلَّ هللا‬:َ‫ هللاُ أَ ْكبَ ُر هللاُ أ َ ْكبَ ُر؛ ث ُ َّم قَال‬:‫ فَقَا َل أ َ َحد ُ ُك ُم‬،‫ هللاُ أ َ ْكبَ ُر هللاُ أ َ ْكبَ ُر‬: ُ‫ِإذَا قَا َل ْال ُم َؤ ِذن‬
‫ َلَ َح ْو َل َو ََل قُ َّوةَ إِ ََّل‬:َ‫ قَال‬،ِ‫ص ََلة‬ َّ ‫ي َعلَى ال‬ َّ ‫ َح‬:َ‫سو ُل هللاِ؛ ث ُ َّم قَال‬ ُ ‫ أ َ ْش َهد ُ أ َ َّن ُم َح َّمدًا َر‬:َ‫ فَقَال‬،ِ‫سو ُل هللا‬ ُ ‫ أ َ ْش َهد ُ أ َ َّن ُم َح َّمدًا َر‬:َ‫قَال‬
َ‫ َلَ ِإلَه‬:َ‫ هللاُ أ َ ْكبَ ُر هللاُ أ َ ْكبَ ُر؛ ث ُ َّم قَال‬:َ‫ قَال‬،‫ هللاُ أ َ ْكبَ ُر هللاُ أ َ ْكبَ ُر‬:َ‫ ََل َح ْو َل َو ََل قُ َّوةَ ِإَلَّ بِاهللِ؛ ث ُ َّم َقال‬:َ‫ قَال‬،ِ‫ي َعلَى ْالفَ ََلح‬ َّ ‫ َح‬:َ‫بِاهللِ؛ ث ُ َّم قَال‬
َ‫ َلَ ِإلَهَ ِإَلَّ هللاُ؛ ِم ْن قَ ْل ِب ِه دَ َخ َل ْال َجنَّة‬:َ‫ قَال‬،ُ‫ِإَلَّ هللا‬

“Apabila muadzin mengatakan, “Allahu Akbar Allahu Akbar”, maka hendaklah kalian yang
mendengar menjawab, “Allahu Akbar Allahu Akbar.” Kemudian muadzin mengatakan, “Asyhadu
An Laa Ilaaha Illallah”, maka dijawab, “Asyhadu An Laa Ilaaha Illallah.” Muadzin mengatakan
setelah itu, “Asyhadu Anna Muhammadan Rasulullah”, maka maka dijawab, “Asyhadu Anna
Muhammadan Rasulullah.” Saat muadzin mengatakan, “Hayya ‘Alash Shalah”, maka maka
dijawab “Laa Haula wala Quwwata illa billah.” Saat muadzin mengatakan, “Hayya ‘Alal
Falah”, maka maka dijawab “Laa Haula wala Quwwata illa billah.” Kemudian muadzin
berkata, “Allahu Akbar Allahu Akbar”, maka dijawab, “Allahu Akbar Allahu Akbar.” Dan
muadzin berkata, “Laa Ilaaha illallah”, maka dijawab, “La Ilaaha illallah” Bila yang menjawab
adzan ini mengatakannya dengan keyakinan hatinya niscaya ia pasti masuk surga.” (HR.
Muslim. 848)

Ketika selesai mendengarkan adzan, dianjurkan membaca doa yang diajarkan Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam dalam hadits berikut :

‫ضي َلةَ َوا ْب َعثْهُ َم َقا ًما َمحْ ُمودًا الَّذِي‬ ِ ‫ت ُم َح َّمدًا ْال َو ِسيلَةَ َو ْال َف‬
ِ ‫ص ََلةِ ْالقَائِ َم ِة آ‬
َّ ‫َم ْن قَا َل ِحينَ يَ ْس َم ُع النِدَا َء اللَّ ُه َّم َربَّ َه ِذ ِه الدَّع َْو ِة التَّا َّم ِة َوال‬
‫شفَا َعتِي يَ ْو َم ْال ِقيَا َم ِة‬ ْ َّ‫َو َعدْتَهُ َحل‬
َ ُ‫ت لَه‬

“Barangsiapa yang setelah mendengar adzan membaca doa : Allahumma Robba hadzihid
da’wattit taammah was shalatil qaaimah, aati muhammadanil wasiilata wal fadhiilah
wab’atshu maqaamam mahmuudanil ladzi wa ‘adtahu “(Ya Allah pemilik panggilan yang
sempurna ini dan shalat yang didirikan berilah Muhammad wasilah dan keutamaan dan
bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji yang telah Engkau janjikan padanya) melainkan dia
akan mendapatkan syafaatku pada hari kiamat.” (HR. Bukhari 94)

Tidak Keluar dari Masjid Tanpa Udzur

Jika kita berada di dalam masjid dan adzan sudah dikumandangkan, maka tidak boleh keluar dari
masjid sampai selesai dtunaikannya shalat wajib, kecuali jika ada udzur. Hal ini sebagaiamana
dikisahkan dalam sebuah riwayat dari Abu as Sya’tsaa radhiyallahu’anhu, beliau berkata :

‫ص َرهُ َحتَّى خ ََر َج ِم ْن ْال َمس ِْج ِد‬


َ ‫ام َر ُج ٌل ِم ْن ْال َمس ِْج ِد يَ ْمشِي فَأَتْبَعَهُ أَبُو ه َُري َْرة َ َب‬ َ َ‫ُكنَّا قُعُودًا فِي ْال َم ْس ِج ِد َم َع أَبِي ه َُري َْرة َ فَأَذَّنَ ْال ُم َؤ ِذنُ فَق‬
‫سلَّ َم‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ‫صى أ َ َبا ْالقَا ِس ِم‬ َ ‫فَقَا َل أَبُو ه َُري َْرة َ أ َ َّما َهذَا فَقَدْ َع‬

“Kami pernah duduk bersama Abu Hurairah dalam sebuah masjid. Kamudian muadzin
mengumandangkan adzan. Lalu ada seorang laki-laki yang berdiri kemudian keluar masjid. Abu
Hurairah melihat hal tersebut kemudian beliau berkata : “ Perbuatan orang tersebut termasuk
bermaksiat terhadap Abul Qasim (Nabi Muhammad) shallallahu ‘alaihi wa sallam” (H.R
Muslim 655)

Imam Nawawi menjelaskan bahwa berdasarkan hadits di atas dibenci keluar dari masjid setelah
ditunaikannya adzan sampai sholat wajib selesai ditunaikan, kecuali jika ada udzur.

Tidak boleh keluar dari masjid setelah dikumandangkan adzan kecuali ada udzur seperti mau ke
kamar kecil, berwudhu, , mandi, atau keperluan mendesak lainnya.

Memanfaatkan Waktu Antara Adzan dan Iqomah

Hendakanya kita memanfaatkan waktu antara adzan dan iqomah dengan amalan yang
bermanfaat seperti shalat sunnah qabliyah, membaca al quran, berdizikir, atau berdoa. Waktu
ini merupakan waktu yang dianjurkan untuk berdoa, berdasarkan sabda
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam:

‫الدعاء َل يرد بين اْلذان واإلقامة‬

“Doa di antara adzan dan iqamah tidak tertolak” (HR. Tirmidzi, 212, ia berkata: “Hasan
Shahih”)
Boleh juga diisi dengan membaca quran atau mengulang-ulang hafalan al quran asalkan tidak
dengan suara keras agar tidak mengganggu orang yang berdzikir atau sedang shalat sunnah.
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

‫َل إن كلكم مناج ربه فَل يؤذين بعضكم بعضا وَل يرفع بعضكم على بعض في القراءة أو قال في الصَلة‬

“Ketahuilah, kalian semua sedang bermunajat kepada Allah, maka janganlah saling
mengganggu satu sama lain. Janganlah kalian mengeraskan suara dalam membaca Al Qur’an,’
atau beliau berkata, ‘Dalam shalat’,” (HR. Abu Daud.1332, Ahmad, 430, dishahihkan oleh Ibnu
Hajar Al Asqalani di Nata-ijul Afkar, 2/16).

Tidak selayaknya seseorang justru mengisi waktu-waktu ini dengan obrolan-obrolan yang tidak
bermanfaat.

Jika Iqamah Telah Dikumandangkan

ُ‫ص ََلة َ ِإ ََّّل ْال َم ْكتُو َبة‬


َ ‫ص ََلة ُ فَ ََل‬ ْ ‫سلَّ َم أَنَّهُ قَا َل ِإذَا أ ُ ِقي َم‬
َّ ‫ت ال‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ِ ‫َع ْن أ َ ِبي ه َُري َْرة َ َع ْن النَّ ِبي‬

Dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “ Jika shalat wajib telah
dilaksanakan, maka tidak beleh ada shalat lain selain shalat wajib” (H.R Muslim 710)

Berdasarkan hadits di atas, jika seseorang sedang shalat sunnah kemudian iqamah telah
dikumandangkan, maka tidak perlu melanjutkan shalat sunnah tersebut dan langsung ikut shalat
wajib bersama imam.

Raihlah Shaf yang Utama

Di antara kesempurnaan shalat berjamaah adalah sebisa mungkin menempati shaf yang utama.
Bagi laki-laki yang paling depan, adapun bagi wanita yang paling belakang. Imam Muslim
meriwayatkan dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫آخ ُرهَا َوش َُّرهَا أَ َّولُ َها‬


ِ ‫اء‬
ِ ‫س‬ ِ ُ‫صف‬
َ ِ‫وف الن‬ ِ ‫وف ا ِلر َجا ِل أ َ ِولُ َها َوش َُّرهَا‬
ُ ‫آخ ُرهَا َو َخي ُْر‬ ِ ُ‫صف‬
ُ ‫َخي ُْر‬

“Sebaik-baik shaf laki-laki adalah yang pertama dan seburuk-buruknya adalah yang terakhir.
Sebaik-baik shaf wanita adalah yang terakhir dan seburuk-buruknya adalah yang pertama.”
(H.R.Muslim 440)

Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah bersabda:


‫ف ْال ُمقَد َِّم َلَ ْستَ َه ُم ْوا‬ َّ ‫لَ ْو َي ْعلَ ُم ْونَ َما فِي ال‬
ِ ‫ص‬

“Seandainya mereka mengetahui keutamaan (pahala) yang diperoleh dalam shaf yang pertama,
niscaya mereka akan mengundi untuk mendapatkannya.” (HR. Bukhari 721 dan Muslim 437)

Merapikan Barisan Shalat

Perkara yang harus diperhatikan dengan serius dan tidak boleh diremehkan adalah permasalahan
lurus dan rapatnya shaf (barisan dalam shalat). Masih banyak kita dapati di sebagian masjid,
barisan shaf yang tidak rapat dan lurus

Dijelaskan di dalam hadits dari sahabat Abu Abdillah Nu’man bin Basyir, beliau berkata, aku
mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

‫سفُ ْوفَ ُك ْم أَ ْو لَيُخَا ِلفَ َّن هللاُ َبيْنَ ُو ُج ْو ِه ُك ْم‬ َ ُ ‫لَت‬


ُ ‫س ُّو َّن‬

“Hendaknya kalian bersungguh- sungguh meluruskan shaf-shaf kalian atau Allah sungguh-
sungguh akan memperselisihkan di antara wajah-wajah kalian” (HR. Bukhari 717 dan Muslim
436)

Jangan Mendahului Gerakan Imam

Imam shalat dijadikan sebagai pemimpin dan wajib diikuti dalam shalat, sebagaimana dijelaskan
dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu :

َ ‫َّللاُ ِل َم ْن َح ِمدَهُ فَقُولُوا َربَّنَا لَكَ ْال َح ْمد ُ َو ِإذَا‬


‫س َجدَ فَا ْس ُجدُوا‬ َ ‫ار َكعُوا َو ِإذَا قَا َل‬
َّ ‫س ِم َع‬ ِ ْ ‫ِإنَّ َما ُج ِع َل‬
ْ َ‫اإل َما ُم ِليُؤْ ت َ َّم ِب ِه فَ ََل ت َْخت َ ِلفُوا َعلَ ْي ِه فَإِذَا َر َك َع ف‬
َ‫سا أَجْ َمعُون‬ً ‫صلُّوا ُجلُو‬َ َ‫سا ف‬ ً ‫صلَّى َجا ِل‬َ ‫َوإِذَا‬

“Sesungguhnya imam hanya untuk diikuti, maka janganlah menyelisihnya. Apabila ia ruku’,
maka ruku’lah. Dan bila ia mengatakan ‘sami’allahu liman hamidah’, maka
katakanlah,’Rabbana walakal hamdu’. Apabila ia sujud, maka sujudlah. Dan bila ia shalat
dengan duduk, maka shalatlah kalian dengan duduk semuanya“. (H.R. Bukhari 734)

Rasulullah memberikan ancaman keras bagi seseorang yang mendahului imam, seperti
disebutkan dalam hadits berikut:

َ ْ‫سهُ َرأ‬
َِ ‫س ِح َمار‬ َ ْ‫َّللاُ َرأ‬
َّ ‫اإل َم ِام أ َ ْن يُ َح ِو َل‬ َ ْ‫أ َ َما يَ ْخشَى الَّذِي يَ ْرفَ ُع َرأ‬
ِ ْ ‫سهُ قَ ْب َل‬
“Tidakkah orang yang mengangkat kepalanya sebelum imam takut jika Allah akan mengubah
kepalanya menjadi kepala keledai? “(H.R Bukhari 691)

Berdoa Ketika Keluar Masjid

Dari Abu Humaid atau dari Abu Usaid dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:

ْ َ‫اب َرحْ َمتِكَ َو ِإذَا خ ََر َج فَ ْليَقُ ْل اللَّ ُه َّم ِإنِي أَ ْسأَلُكَ ِم ْن ف‬
َ‫ضلِك‬ َ ‫ِإذَا دَ َخ َل أ َ َحد ُ ُك ْم ْال َمس ِْجدَ فَ ْليَقُ ْل اللَّ ُه َّم ا ْفت َ ْح ِلي أَب َْو‬

“Jika salah seorang di antara kalian masuk masjid, maka hendaknya dia membaca,
“Allahummaftahli abwaaba rahmatika” (Ya Allah, bukalah pintu-pintu rahmat-Mu). Dan
apabila keluar, hendaknya dia mengucapkan, “Allahumma inni as-aluka min fadhlika (Ya Allah,
aku meminta kurnia-Mu).” (HR. Muslim. 713)

Ketika kelauar masjid dmulai dengan kaki kiri terlebih dahulu.

Jika Wanita Hendak Pergi ke Masjid

Tempat shalat yang paling baik bagi seorang wanita adalah di dalam rumhanya.
Allah Ta’ala berfirman :

‫َوقَ ْرنَ فِي بُيُوتِ ُك َّن َو ََل تَبَ َّرجْ نَ تَبَ ُّر َج ْال َجا ِه ِليَّ ِة ْاْلُولَى‬

“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku
seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu” (Al Ahzab :33)

Shalatnya seorang wanita di rumahnya lebih baik daripada di masjid. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:

‫اجدَ َوبُيُوت ُ ُه َّن َخي ٌْر لَ ُه َّن‬


ِ ‫س‬َ ‫سا َء ُك ُم ْال َم‬
َ ِ‫َلَ ت َْمنَعُوا ن‬

“Jangan kalian larang istri-istri kalian untuk pergi ke masjid, tetapi rumah-rumah mereka lebih
baik bagi mereka”. (HR. Abu Daud dan dihasankan di dalam kitab Irwa Al Ghalil 515)

Namun demikian, tidak terlarang bagi seorang wanitaa untuk pergi ke masjid. Jika seorang
wanita hendak pergi ke masjid, ada beberapa adab khusus yang perlu diperhatikan :

1. Meminta izin kepada suami atau mahramnya


2. Tidak menimbulkan fitnah
3. Menutup aurat secara lengkap
4. Tidak berhias dan memakai parfum
Abu Musa radhiyallahu‘anhu meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:

ْ ‫عي ٍْن َزانيَةٌ َوا ْل َم ْرأَةُ إذَا ا‬


« ‫ست َ ْع َط َرتْ فَ َم َّرتْ با ْل َمجْ لس فَه َى َكذَا َو َكذَا يَ ْعنى َزانيَة‬ َ ‫» ُك ُّل‬.

“Setiap mata berzina dan seorang wanita jika memakai minyak wangi lalu lewat di sebuah
majelis (perkumpulan), maka dia adalah wanita yang begini, begini, yaitu seorang wanita
pezina”. (HR. Tirmidzi dan dishahihkan di dalam kitab Shahih At Targhib wa At Tarhib 2019)

Inilah di antara beberapa adab yang perlu diperhatikan ketika hendak shalat berjamaah di masjid.
Semoga penjelasan ini dapat menjadi tambahan ilmu yang bermanfaat. Wallahu a’lam.[1]

Penulis: Adika Mianoki

Artikel www.muslim.or.id

Sumber: https://muslim.or.id/6978-adab-shalat-berjamaah-di-masjid.html

Anda mungkin juga menyukai