Anda di halaman 1dari 25

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep dasar diabetes melitus

1. Definisi diabetes mellitus

Diabetes mellitus adalah sekumpulan gangguan metabolik yang

di tandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemi)

akibat kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya.

(Brunner & Sunddarth,2011).

Diabetes mellitus tipe II adalah diabetes yang tidak tergantung

pada insulin. Kurang lebih 90% - 95 % penderita Diabetes mellitus

pada tipe ini. Diabetes mellitus tipe II terjadi akibat penurunan sensifitas

terhadap insulin (retensi insulin) atau akibat penurunan produksi

insulin. normalnya insulin terikat oleh reseptor khusus pada permukaan

sel dan mulai terjadi rangkaian reaksi termasuk metabolisme glukosa.

(Tarwoto,2012)

Glukosa darah atau kadar gula darah adalah istilah yang

mengacu kepada tingkat glukosa di dalam darah. Konsentrasi gula

darah, atau tingkat glukosa serum, diatur dengan ketat di dalam tubuh.

Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah sumber energi.

2. Etiologi

Diabetes Melitus Tipe II :

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin

dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum di

ketahui. Faktor genetik di perkirakan memegang peranan dalam


2

proses terjadinya resistensi insulin. Selain itu terdapat pula faktor-

faktor resiko tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya

diabetes tipe II.

Faktor-faktor tersebut adalah:

1. Usia diatas 35 tahun

2. Obesitas / berat badan lebih dari 120% dari berat ideal

3. Riwayat keluarga

4. Hipertensi lebih 140/90 mmHg, kolesterol lebih dari 150 mg/dl

5. Etnik banyak terjadi pada orang amerika keturunan afrika ,

asia

6. Kebiasaan diet

7. Kurang olah raga

8. Lingkungan yang dapat memicu terjadi auto imun dan merusak

sel-sel beta pankreas, obat-obatan dan zat kimia seperti

pentamidine (Tarwoto,2012)

3. Patofisiologi

Pada keadaan normal kurang lebih 50% glukosa yang dimakan

mengalami metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 10% menjadi

glikogen dan 20% sampai 40% diubah menjadi lemak. Pada Diabetes

Mellitus semua proses tersebut terganggu karena terdapat defisiensi

insulin. Penyerapan glukosa kedalam sel macet dan metabolismenya

terganggu. Keadaan ini menyebabkan sebagian besar glukosa tetap

berada dalam sirkulasi darah sehingga terjadi hiperglikemia.


3

Penyakit Diabetes Mellitus disebabkan oleh karena gagalnya

hormon insulin. Akibat kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat

diubah menjadi glikogen sehingga kadar gula darah meningkat dan

terjadi hiperglikemi. Ginjal tidak dapat menahan hiperglikemi ini,

karena ambang batas untuk gula darah adalah 180 mg% sehingga

apabila terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak bisa menyaring dan

mengabsorbsi sejumlah glukosa dalam darah. Sehubungan dengan sifat

gula yang menyerap air maka semua kelebihan dikeluarkan bersama

urine yang disebut glukosuria. Bersamaan keadaan glukosuria maka

sejumlah air hilang dalam urine yang disebut poliuria. Poliuria

mengakibatkan dehidrasi intra selluler, hal ini akan merangsang pusat

haus sehingga pasien akan merasakan haus terus menerus sehingga

pasien akan minum terus yang disebut polidipsi.

Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya

transport glukosa ke sel-sel sehingga sel-sel kekurangan makanan dan

simpanan karbohidrat, lemak dan protein menjadi menipis. Karena

digunakan untuk melakukan pembakaran dalam tubuh, maka klien akan

merasa lapar sehingga menyebabkan banyak makan yang disebut

poliphagia. Terlalu banyak lemak yang dibakar maka akan terjadi

penumpukan asetat dalam darah yang menyebabkan keasaman darah

meningkat atau asidosis. Zat ini akan meracuni tubuh bila terlalu banyak

hingga tubuh berusaha mengeluarkan melalui urine dan pernapasan,

akibatnya bau urine dan napas penderita berbau aseton atau bau buah-

buahan. Akibat yang lain adalah astenia atau kekurangan energi


4

sehingga pasien menjadi cepat telah dan mengantuk yang disebabkan

oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga berkurangnya

penggunaan karbohidrat untuk energi.

Hiperglikemia yang lama akan menyebabkan arterosklerosis.

Pada organ mata terjadi pandangan kabur. Sirkulasi ekstremitas bawah

yang buruk mengakibatkan neuropati perifer dengan gejala antara lain:

kesemutan, penurunan sensitivitas terhadap panas dan dingin. Akibat

lain dari gangguan sirkulasi ekstremitas bawah yaitu lamanya

penyembuhan luka karena kurangnya O2 yang mengakibatkan gangren.

Diabetes mellitus Tipe II terjadi resistensi insulin dan gangguan

sirkulasi insulin yang secara normal akan terikat dengan reseptor khusus

pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor

tersebut, terjadi suatu reaksi dalam metabolisme glukosa dalam sel.

Resistensi insulin pada tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel,

dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi

pengambilan glukosa oleh jaringan. (Brunner & Sunddarth,2011).


5

2.1 bagan patofisisologi diabetes mellitus

DM TIPE 1 DM TIPE 2

reaksi Autoimun Idiopatik, usia, genetik, dll

sel β pancreas hancur Jmlh sel β Pancreas Turun

Produksi Insulin Menurun Gangguan Sekresi insulin

Defisiensi Insulin

Penurunan Penggunaan Insulin

Hiper/Hiperglikemi Pembakaran Lemak Berlebih

Absorbsi ginjal Glieserol asam lemak


terganganggu meningkatt

Diuresis Osmotik Ketogenesis

Polidipsi Ketonuria

Ketoasidosis

Coma diabetik
6

Oksigenasi dan nutrisi ke


jaringan menurun

Trauma

Luka sulit sembuh

Ulkus

Kerusakan Integritas
Jaringan

4. Manifestasi klinik

a) Poliuria

b) Polidipsi

c) Polifagia

d) Kulit kering

e) Pusing

f) Mual muntah (Brunner & Sunndarth,2014)

g) Penurunan berat badan

h) Kelemahan, keletihan dan mengantuk

i) Kesemutan pada ekstremitas


7

5. Pemeriksaan penunjang dan diagnostik

a. Pemeriksaan gula darah puasa

Tujuan : Menentukan jumlah glukosa darah pada saat puasa

Pembatasan : tidak makan selama 12 jam sebelum tes, biasa

pagi jam 08.00 samapai jam 20.00 minum boleh.

Hasil : normal : 80-120 mg/100 ml serum

Abnormal : 140 mg/100 ml atau lebih

b. Pemeriksan gula darah postpradial

Tujuan : menentukan gula darah setelah puasa

Hasil : normal : kurang dari 120 mg / 100 ml serum

Abnormal: lebih dari 200 mg/ 100 ml / lebih indikasi

DM

c. Pemeriksaan kolesterol dan kadar serum trigliserida, dapar

meningkat karena ketidakadekuatan kontrol glikemik

6. Penatalaksanaan diabetes melitus

Tujuan penatalaksanaan :

a. Menormalkan fungsi insulin dan menurunkan kadar glukosa darah

b. Mencegah komplikasi vaskuler dan neuropati

c. Mencegah terjadinya hipoglikemia dan ketoasidosis

7. Komplikasi

Pasien dengan Diabetes mellitus beresiko terjadi komplikasi

bersifat akut maupun kronis. (Tarwoto,2012) diantaranya:


8

1. Komplikasi akut

a. Koma hiperglikemi disebabkan kadar gula sangat tinggi

biasa pada diabetes melitus tipe 2.

b. Ketoasidosis atau keracunan zat keton sebagai hasil

metabolisme lemak dan protein terutama terjadi pada

diabetes melitus tipe 2.

c. Koma hipoglikemi akibat terapi insulin yang berlebihkan

atau tidak terkontrol.

2. Komplikasi kronis

a. Mikroangiopati kerusakan saraf-saraf perifer pada organ

yang mempunyai pembuluh darah kecil seperti :

1) Retinopati diabetika (kerusakan saraf retina dimata)

sehingga mengakibatkan kebutaan.

2) Neuropati diabetika (kerusakan saraf perifer)

mengakibatkan gangguan sensoris pada organ tubuh.

3) Nefropati diabetika (kelainan / kerusakan pada ginjal)

dapat mengakibatkan gagal ginjal.

b. Makroangiopati

1) Kelainan pada jantung dan pembuluh darah seperti

miokard infrak maupun gangguan fungsi jantung

karena arterisklerosis

2) Penyakit vaskuler perifer

3) Gangguan sistem pembuluh darah otak

8. jenis obat-obatan antidiabetik oral :


9

1. sulfonylurea : bekerja merangsang beta sel pankreas untuk

melepas cadangan insulin. Contoh: glibenklamid,

klorpropamid.

2. Biguanida : bekerja menghambat penyerapan glukosa di usus.

Misal : mitformin .

9. Tiga hal penting yang harus diperhatikan pada penderita diabetes mellitus

adalah tiga J (jumlah, jadwal dan jenis makanan) yaitu :

a) J I : jumlah kalori sesuai dengan resep dokter harus dihabiskan.

b) J 2: jadwal makanan harus diikuti sesuai dengan jam makan

terdaftar.

c) J 3 : jenis makanan harus diperhatikan (pantangan gula dan

makanan manis).

10. Pemberian hormon insulin :

Tujuan pemberian insulin adalah meningkatkan transport glukosa ke

dalam sel dan menghambat glikogen dan asam amino menjadi glukosa .

11. Dosis insulin ditentukan berdasarkan pada :

1. Kebutuhan pasien : kebutuhan insulin meningkat pada keadaan

sakit parah, infeksi, menjalani operasi

2. Respon pasien terhadap injeksi insulin. pemberian insulin biasa

mulai antara 0,5 dan 1 unit/kg BB/hari

B. Konsep Kerusakan Integritas Kulit

a. Kerusakan integritas jaringan

Menurut Herdman(2012) diagnosa kerusakan integritas

jaringan adalah kerusakan jaringan integumen. Kerusakan


10

integritas jaringan masuk dalam domain 11 tentang

keamanan/perlindungan kelas 2 cidera fisik. Dengan batasan

karakteristik kerusakan jaringan misalnya jaringan membran

mukosa, kornea, integumen, atau subkutan. Faktor yang

berhubungan dengan diagnosa kerusakan integritas jaringan

meliputi gangguan sirkulasi, iritan zat kimia, defisit cairan,

kelebihan cairan, hambatan mobilitas fisik, kurang pengetahuan,

faktor mekanik(misalnya tekanan,robekan,koyakan), faktor

nutrisi kelebihan atau kekurangan, radiasi, suhu ekstrem.

c. Ulkus

Menurut Andyagreeni(2010) Ulkus adalah luka terbuka pada

permukaan kulit atau selaput lender dan ulkus adalah kematian jaringan

yang luas dan disertai invasif kuman saprofit. Adanya kuman saprofit

tersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus diabetikum juga merupakan

salah satu gejala klinik dan perjalanan penyakit diabetes

dengan neuropati perifer.

Menurut Zaidah(2005) Ulkus Diabetik merupakan

komplikasi kronik dari diabetes mellitus sebagai sebab utama

morbiditas, mortalitas serta kecacatan penderita diabetes. Kadar

LDL yang tinggi memainkan peranan penting untuk terjadinya

ulkus diabetik, untuk terjadinya ulkus diabetik melalui

pembentukan plak atherosklerosis pada dinding


11

pembuluh darah.

Menurut Morizon(2004) Ulkus kaki merupakan suatu komplikasi yang umum

bagi pasien dengan diabetes mellitus, penyembuhan luka yang lambat dan

meningkatkan kerentanan terhadap infeksi cenderung teradi. Gangguan dapat

berkembang dan terdapat resiko tinggi perlu dilakukan amputasi tungkai

bawah.

Menurut Andyagreeni(2010) Ulkus kaki Diabetes (UKD) merupakan

komplikasi yang berkaitan dengan morbiditas akibat diabetes mellitus. Ulkus

kaki diabetes merupakan komplikasi serius akibat diabetes.

Sistem Klasifikasi derajat Wagner

Derajat Lesi
1 Ulkus diabetik superfisial
2 Ulkus yang meluas ke ligament,

tendon, kapsul sendi, atau fascia dengan tanpa

3 Ulkus dalam
abses atau dengan abses atau
osteomielitis

4 Gangren pada sebagian kaki


osteomielitis
5 Gangren luas pada seluruh kaki
12

1. Cara Debridement

Pada pasien ini ditegakkan diagnosis Diabetes Melitus dengan Kaki Diabetik

Wagner derajat 2. Pasien kemudian dilakukan tindakan debridement.

Pengobatan yang telah diberikan adalah insulin, antibiotika, dan anelgetik. Setelah

perbaikan keadaan umum selama 1 minggu, dilakukan tindakan debridement di

kamar operasi pada tanggal 6 november 2013, dilakukan selama 50 menit, dengan

perdarahan sekitar 50 cc. Posisi pasien supine, diberikan anestesi regional yaitu

block spinal anesthesia/BSA. Dilakukan disinfeksi dengan betadine lalu

dipasang duk steril untuk mempersempit lapangan operasi. Insisi dimulai pada

dorsal pedis dekstra sepanjang 5 cm, evaluasi didapatkan pus dan tampak jaringan

nekrotik lalu dilakukan debridement dan dicuci dengan perhidrol. Insisi pada

plantar pedis sepanjang 5 cm, didapatkan jaringan nekrotik, lalu dilakukan

debridement dan dicuci dengan perhidrol. Lukaditutup/dressing dengan

menggunakan kain kasa steril betadine dan elastic bandage.Setelah operasi, kondisi

pasien stabil dengan keluhan nyeri kaki ringan (Visual Analogue Scale 2).

Dilakukan rawat bersama antara divisi penyakit dalam untuk penatalaksanaan DM

tipe 2, divisi bedah thoraks-kardiovaskular untuk perawatan dan evaluasi luka, serta

bagian anestesi untuk penatalaksanaan nyeri pada luka. Perawatan luka dilakukan

setiap 2 hari, keadaan luka saat pasien pulang dari RS adalah tidak ada perdarahan

atau pus, dengan dasar luka berupa jaringan sehat dan tidak berbau. Selanjutnya

pasien disarankan kontrol rutin untuk perawatan luka


13

1. Kriteria hasil

1. Dapat mengontrol glukosa darah

2. Pemahaman manajemen diabetes

3. Penerimaan kondisi kesehatan

4. Kepatuhan perilaku : diet sehat

5. Dapat meningkatkan kesehatan

6. Status nutrisi adekuat

7. Olahraga teratur

8. Dapat melakukan debridement/rawat luka secara mandiri

C. Konsep asuhan keperawatan diabetes melitus

1. Pengkajian

Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan.

Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu

penentuan status kesehatan dan pola pertahanan pasien, mengantisipasi

kekuatan dan pertahanan pasien serta merumuskan diagnosa

keperawatan. Pengkajian merupakan tahap dimana perawat

mengumpulkan data secara sistematis, memilih dan mengatur data yang

dikumpulkan dan mendokumentasikan data dalam format yang didapat.

Untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah klien

sehingga dapat memberikan arah terhadap tindakan keperawatan.

(Tarwoto,2012)

a. Pengumpulan data

Pada pasien diabetes melitus, pengkajian data dasar pasien meliputi :


14

1. Identitas adalah data yang diadapat dari pasien sebagai suatu

pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian. Identitas terdiri dari :

a) Nama : dilakukan untuk memastikan bahawa diperiksa benar-

benar pasien yang dimaksud, nama harus jelas dan lengkap.

b) Umur : usia yang diperlukan untuk menginterpretasi apakah

data pemeriksaan klinis pasien tersebut normal sesuai umurnya.

c) Jenis kelamin : jenis kelamin sangat diperlukan selain untuk

identitas juga untuk peilaian data pemeriksaan klinis.

d) Alamat : kejelasan alamat keluarga sangat diperlukan sewaktu-

waktu dapat dihubungi, misal bila pasien gawat darurat atau

perlu tindakan operasi segera dan lain sebagainya.

e) Pendidikan dan pekerjaan : informasi tentang pendidikan dan

pekerjaan pasien dapat menggambarkan keakuratan data yang

diperoleh dapat ditemukan pola pendekatan dalam anamnesis.

2. Riwayat kesehatan

a. Riwayat penyakit sekarang

a) Sejak kapan pasien mengalami tanda dan gejala diabetes melitus

dan apakah sudah dilakukan untuk mengatasi gejala tersebut.

b) Apakah pernah mengalami penyakit pankreas seperti

pankreatitis sindrom down trauma.

c) Pengunana obat-obatan atau zat kimia seperti glukokortiroid,

hormon tiroid, dilatin.

d) Hipertensi lebih dari 140/90 mmHg

e) Perubahan pola makan


15

f) Perubahan eliminasi urine

b. Riwayat kesehatan dahulu

Adanya riwayat penyakit diabetes mellitus atau penyakit – penyakit

lain yang ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit

pankreas. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun

arterosklerosis.

c. Riwayat kesehatan keluarga

keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang juga

menderita diabetes mellitus atau penyakit keturunan yang dapat

menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi, jantung.

d. Riwayat psikososial

Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan emosi yang

dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan

keluarga terhadap penyakit penderita.

3. Keluhan utama pasien

Keluhan utama yaitu keluhan atau gejala yang menyebabkan pasien dibawa

ke rumah sakit. Bisa mual muntah, penurunan / peningkatan berat badan,

banyak minum, perubahan pola berkemih, kesemutan, nyeri, dan gangguan

penglihatan, Integumen : gatal pada kulit dan luka gangren, kelemahan dan

keletihan.

e. Pola kegiatan sehari-hari ( 11 pola Gordon )

a) Pola persepsi managemen kesehatan


16

Menjelaskan tentang persepsi atau pandangan klien terhadap sakit

yang dideritanya, tindakan apa yang dilakukan klien sebelum datang

kerumah sakit. kecenderungan untuk tidak mematuhi prosedur

pengobatan dan perawatan yang lama. (Oda debora. 2012)

b) Pola nutrisi dan metabolisme

Menggambarkan asupan nutrisi, frekuensi makan, makanan

pantangan, makanan yang disukai yang dikaji sebelum dan sesudah

masuk rumah sakit. Pada pasien diabetes mellitus akibat produksi insulin

tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin maka kadar gula darah tidak

dapat dipertahankan. (Oda debora. 2012)

c) Pola eliminasi

Menggambarkan pola eliminasi klien yang terdiri dari frekuensi,

volume, adakah disertai rasa nyeri, warna dan bau. Pada kasus diabetes

melitus adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik

yang menyebabkan pasien sering kencing. (Oda debora. 2012)

d) Pola tidur dan istirahat

Menggambarkan penggunaan waktu istirahat atau waktu

senggang, kesulitan dan hambatan dalam tidur, situasi rumah sakit yang

ramai akan mempengaruhi waktu tidur dan istirahat penderita. (Oda

debora. 2012)

e) Pola aktivitas dan latihan

Menggambarkan kemampuan beraktivitas sehari-hari, fungsi

pernapasan dan fungsi sirkulasi. Pada diabetes melitus kelemahan otot–

otot pada tungkai bawah menyebabkan tidak mampu melaksanakan


17

aktivitas secara maksimal, dan mudah mengalami kelelahan. (Oda

debora. 2012)

f) Pola kognitif perseptual

Menggambarkan pola kemampuan klien untuk proses berpikir,

pola penglihatan, pendengaran, pengecapan, penciuman dan persepsi

sensasi nyeri serta kemampuan berkomunikasi dan mengerti akan

penyakitnya. (Oda debora. 2012)

g) Pola persepsi dan konsep diri

Menggambarkan citra diri, identitas diri, harga diri dan ideal diri

dimana perubahan yang terjadi pada pasien. Perubahan fungsi akan

menyebabkan penderita mengalami gangguan gambaran diri. Lamanya

perawatan, banyaknya biaya dan pengobatan menyebabkan pasien

mengalami kecemasan. (Oda debora. 2012)

h) Pola hubungan dan peran

Menggambarkan tentang hubngan klien dengan lingkungan

disekitar serta hubungannya dengan keluarga dan orang lain. (Oda

debora. 2012)

i) Pola seksual dan reproduksi

Menggambarkan tentang seksual klien. Dampak angiopati dapat

terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi sehingga

menyebabkan gangguan potensi seks. (Oda debora. 2012)

j) Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress


18

Menggambarkan kemampuan koping pasien terhadap masalah

yang dialami dapat menimbulkan ansietas, perasaan tidak berdaya karena

ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif berupa

marah, kecemasan, mudah tersinggung. (Oda debora. 2012)

k) Pola tata nilai dan kepercayaan

Menggambarkan keyakinan pasien terhadap kepercayaan yang

dianut dan bagaimana dia menjalankannya. Adanya perubahan status

kesehatan tidak menghambat penderita dalam melaksanakan ibadah

tetapi mempengaruhi pola ibadah penderita. (Oda debora. 2012)

2. Pemeriksaan fisik

Dibagi menjadi 3 :

a. Gambaran umum :

1) Keadaan umum : saat pengkajian dilakukan pasien bagaimana

keadaannya , tampak lemah atau tambak baik, apakah terdapat luka,

apakah terlihat gelisah.

2) Keluhan utama : keluhan pada klien berbeda-beda antar klien yang

satu dengan yang lain. Kemungkinan keluhan yang bisa muncul

pada pasien diabetes mellitus adalah pusing, sering kencing, sering

lapar, dan sering haus, bisa juga selalu lelah saat beraktifitas.Hal ini

ditunjukkan dari ekspresi klien, dan ungkapan dari klen saat

pengkajian. (Tarwoto,2012)

b. Secara sistematik

1) Pemeriksaan integumen : Kulit kering, kasar, Gatal dan Luka

gangren.
19

2) Mukuluskeletal : Kelemahan otot, Nyeri tulang, Kesemutan.

3) Sistem persyarafan : Menurunnya kesadaran, Kehilangan memori,

Neuropati, Penurunan sensasi dan Penurunan reflek tendon.

4) Sistem pernafasan : Perubahan pola nafas.

5) Sistem kardivaskuler : Hipertensi dan Takikardi.

6) Sistem eliminasi : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia

7) Aktifitas : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan.

8) Istirahat : Gangguan tidur/istirahat.

9) Makanan/cairan : Hilang nafsu makan, mual muntah, mudah

haus.

c. Keadaan lokal

1) Inspeksi, yaitu melihat dan mengevaluasi pasien secara visual dan

merupakan metode tertua yang digunakan untuk mengkaji / menilai

pasien. Proses observasi, perawat menginspeksi bagian tubuh untuk

mendeteksi karakteristik normal atau tanda fisik yang signitifikan

yang dilakukan pada sistem tubuh pasien.

2) Palpasi, yaitu menyentuh atau merasakan dengan tangan, adalah

langkah kedua pada pemeriksaan pasien dan digunakan ubtuk

menambah data yang telah diperoleh melalui inspeksi sebelumnya

memalui palpasi tangan dapat dialkukan pengukuran yang lembut

dan sensitif terhadap tanda fisik termasuk posisis, ukuran,

kekenyalan, kekasaran, dan tekstur.

3) Perkusi, yaitu dengan menepuk perumakan tubuh secara ringan dan

tanam, untuk menetukan posisi, ukuran, dan densistas struktur atau


20

cairan atau udara di bawahnya. Perkusi juga merupakan

pengetukan tubuh dengan ujung-ujung jari guna mengevaluasi

ukuran, batasan dan konsistensi organ-organ tubuh dan

menemukan adanya cairan di dalam rongga tubuh.

4) Auskultasi, yaitu ketrampilan untuk mendengarkan suara tubuh

pada paru-paru, jantung, pembuluh darah dan bagian dalam/ viscera

abdomen. Suara-suara penting yang terdengar adalah suara gerakan

udara dalam paru-paru terbentuk oleh thorax, Auskultasi

dialakukan dengan mengunakan stetoskop. (Tarwoto,2012)

3. Tes diagnostik

a. Pemeriksaan darah : Pemeriksaan gula darah meningkat, albumin,

Kolesterol dan trigleserida meningkat, bun dan kreatinin.

b. Pemeriksaan urine : Glukosa darah meningkat dan Pemeriksaan keton

dan albumin urine

c. Pemeriksaan luka gangren dan Pemeriksaan organ lain terkait diabetes

melitus.

4. Analisa data

Dari hasil pengkajian kemudian data tersebut dikelompokan lalu

dianalisa sehingga dapat ditarik kesimpulan masalah yang timbul dan untuk

selanjutnya dapat dirumuskan diagnosa keperawatan.

5. Diagnosa keperawatan

a. Ketidakstabilan kadar gula darah

6. Intervensi
21

Setelah pengumpulan data klien, mengorganisasi data dan menetapkan

diagnosa keperawatan maka tahap berikutnya adalah perencanaan.

Perencanaan diagnosa keperawatan dalam north american nursing diagnosis

association – nursing intervention classification – nursing outcomes

classifications (NANDA-NIC-NOC) pada masalah ketidakstabilan kadar

gula darah berhubungan dengan hiperglikemi

Tabel 2.1 Rencana asuhan keperawatan diabetes melitus dengan

masalah ketidakstabilan kerusakan Integritas kulit

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Kerusakan integritas NOC NIC


kulit
Tissue Integrity : Skin and Pressure Management
Definisi : Perubahan / Mucous Membranes
gangguan epidermis dan /  Anjurkan pasien untuk
atau dermis  Hemodyalis akses menggunakan pakaian yang
longgar

 Hindari kerutan pada tempat


Batasan Karakteristik : Kriteria Hasil : tidur

 Kerusakan lapisan kulit  Integritas kulit yang baik  Jaga kebersihan kulit agar
(dermis) bisa dipertahankan (sensasi, tetap bersih dan kering
elastisitas, temperatur,
 Gangguan permukaan hidrasi, pigmentasi)  Mobilisasi pasien (ubah posisi
kulit (epidermis) pasien) setiap dua jam sekali
 Tidak ada luka/lesi pada
 Invasi struktur tubuh kulit  Monitor kulit akan adanya
kemerahan
 Perfusi jaringan baik
 Oleskan lotion atau
Faktor Yang
 Menunjukkan pemahaman minyak/baby oil pada daerah
Berhubungan : dalam proses perbaikan kulit yang tertekan
dan mencegah terjadinya
Eksternal : cedera berulang  Monitor aktivitas dan
mobilisasi pasien
 Mampu melindungi kulit
dan mempertahankan
22

 Zat kimia, Radiasi kelembaban kulit dan


 Monitor status nutrisi pasien
perawatan alami
 Usia yang ekstrim  Memandikan pasien dengan
sabun dan air hangat
 Kelembapan
Insision site care
 Hipertermia, Hipotermia
 Membersihkan, memantau
 Faktor mekanik dan meningkatkan proses
(mis..gaya gunting penyembuhan pada luka yang
[shearing forces]) ditutup dengan jahitan, klip
atau straples
 Medikasi
 Monitor proses kesembuhan
 Lembab area insisi

 Imobilitasi fisik  Monitor tanda dan gejala


infeksi pada area insisi
Internal:
 Bersihkan area sekitar jahitan
 Perubahan status cairan atau staples, menggunakan lidi
kapas steril
 Perubahan pigmentasi
 Gunakan preparat antiseptic,
 Perubahan turgor sesuai program

 Faktor perkembangan  Ganti balutan pada interval


waktu yang sesuai atau biarkan
luka tetap terbuka (tidak
 Kondisi
dibalut) sesuai program
ketidakseimbangan nutrisi
(mis.obesitas, emasiasi)
Dialysis Acces Maintenanc
 Penurunan imunologis

 Penurunan sirkulasi

 Kondisi gangguan
metabolik

 Gangguan sensasi

 Tonjolan tulang
23

7. Implementasi

Penatalaksanaan rencana keperawatan adalah kegiatan atau

tindakan yang diberikan kepada klien sesuai dengan rencana

keperawatan yang telah diterapkan tergantung pada situasi dan kondisi

klien saat itu. Pada diagnosa keperawatan Kerusakan integritas jaringan

kulit, dilakukan tindakan sesuai keadaan pasien. (Brunner &

Sunddarth,2011).

8. Evaluasi

Dilaksanakan suatu penelitian terhadap asuhan keperawatan yang

telah diberikan atau dilaksanakan dengan berpegang teguh pada tujuan yang

ingin dicapai. Pada bagian ini ditentukan apakah perencanaan sudah

tercapai atau belum, dapat juga timbul masalah baru. Setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan pasien mempunyai

kadar gula darah yang stabil.

Evaluasi merupakan penilaian terhadap sejumlah informasi yang

diberikan untuk tujuan yang telah ditetapkan Evaluasi diartikan sebagai :

selalu menjaga suatu tujuan ketika muncul hal-hal baru dan memerlukan

penyesuaian perencanaan.

a. Tujuan evaluasi

1) Menilai apakah perawatan sesuai dengan yang diharapkan oleh

pasien dan perawat, dengan mengadakan evaluasi selama proses

perawatan, sehingga dapat melakukan penyesuaian tepat pada

waktunya.
24

2) Menilai apakah perawatan sesuai dengan yang diharapkan oleh

pasien dan perawat, dengan mengadakan evaluasi selama proses

perawatan, sehingga dapat melakukan penyesuaian tepat pada

waktunya.

b. Komponen evaluasi

1) Mengumpulkan data yang berhubungan.

Perawat mengumpulkan data sehingga dapat di tarik

kesimpulan tentang apakah tujuan telah terpenuhi. Hal ini biasanya

diperlakukan untuk mengumpulkan data baik baik subjektif maupun

objektif.

Contoh :

(a) Data subjektif misalnya keluhan mual / sakit oleh klien.

(b) Data objektif misalnya tingkat kegelisahan oleh klien.

Ketika menafsirkan data subjektif, perawat harus

mengandalkan baik pernyataan klien setelah diberikan asuhan

keperawatan dan indicator objektif dari data subjektif misalnya

penurunan denyut nadi atau hal-hal yang mengakibatkan nyeri.

Data-data harus dicatat dengan singkat dan akurat untuk

memfalitaskan proses evaluasi selanjutnya.

2) Membandingkan data dengan hasil

Perawat dan klien berperan aktif dalam membandingkan

respon klien dengan hasil yang di inginkan, misalnya apakah klien

berjalan tanpa bantuan.

3) Menghubungkan aktivitas dengan hasil


25

Tindakan yang di lakukan perawat harus berorientasi pada

hasil dan di terima oleh pasien.

4) Menggambarkan kesimpulan tentang masalah

perawat menggunakan penilaian tentang pencapaian tujuan

apakah rencana perawatan efektif dalam menyelesaikan masalah

klien selanjutnya di tarik satu kesimpulan dari masalah klien

(a) apakah tujuan telah terpenuhi

(b) apakah ada masalah dari rencana perawatannya

(c) masalah yang sebenarnya masih ada meskipun beberapa

terpenuhi.

Anda mungkin juga menyukai