Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diare atau dikenal dengan sebutan mencret memang merupakan penyakit

yang masih banyak terjadi pada masa kanak dan bahkan menjadi salah satu

penyakit yang banyak menjadi penyebab kematian anak yang berusia di bawah

lima tahun (balita) (Ramaiah, 2007). Karenanya, kekhawatiran orang tua terhadap

penyakit diare adalah hal yang wajar dan harus dimengert (Widjaja, 2007). Justru

yang menjadi masalah adalah apabila ada orang tua yang bersikap tidak acuh atau

kurang waspada terhadap anak yang mengalami diare (Asnil dkk, 2007).

Menurut data United Nations Children’s Fund (UNICEF) dan World

Health Organization (WHO) pada 2009, diare merupakan penyebab kematian

nomor 2 pada balita di dunia, nomor 3 pada bayi, dan nomor 5 bagi segala umur

(Depkes RI, 2009). Data UNICEF memberitakan bahwa 1,5 juta anak meninggal

dunia setiap tahunnya karena diare (Depkes RI, 2006). Angka tersebut bahkan

masih lebih besar dari korban AIDS, malaria, dan cacar jika digabung. Sayang, di

beberapa negara berkembang, hanya 39 persen penderita mendapatkan

penanganan serius (Depkes RI, 2010).

Di Indonesia sendiri, kira-kira 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau

sekitar 460 balita setiap harinya akibat diare (Ramaiah, 2007). Daerah Jawa Barat

merupakan salah satu yang tertinggi, di mana kasus kematian akibat diare banyak

menimpa anak berusia di bawah 5 tahun (Depkes RI, 2010). Umumnya, kematian

disebabkan dehidrasi karena keterlambatan orangtua memberikan perawatan

pertama saat anak terkena diare (Depkes RI, 2013).

1
Sedangkan di Provinsi Riau Pada 27 maret 2008 tercatat Diare 182 kasus

yang diakibatkan adanya banjir di Provinsi Riau. Adapun kecamatan yang terkena

banjir sebanyak 36 kecamatan, 164 desa, 29.950 Kepala Keluarga atau 60.950

Jiwa (Dinkes Prov. Riau, 2009).

Penyebab kejadian diare pada anak menurut Depkes. RI (2008) yaitu

faktor lingkungan, pelayanan kesehatan, sosial ekonomi dan faktor perilaku.

Penelitian Munsyir (2006) di Puskesmas Antang Makassar menemukan ada

hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan kejadian diare pada anak (p

: 0.000). Menurut hasil penelitian Irianto. J (2007), antara sikap dengan kejadian

diare terdapat hubungan yang bermakna. Anak yang mempunyai sikap negatif

mempunyai risiko menderita diare 1,76 kali dibanding anak yang bersikap positif.

Sementara itu, data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi

Sulawesi Tenggara bahwa pada tahun 2011 prevalensi kejadian diare sebesar

47,3%. Angka tersebut menunjukkan penderita diare di Sulawesi Tenggara masih

tinggi, mengingat diare masuk dalang peringkat 10 besar penyakit yang masuk di

puskesmas-puskesmas di wilayah provinsi Sulawesi Tenggara (Dinkes Prov.

Sultra, 2013).

Sepintas diare terdengar sepele dan sangat umum terjadi. Namun, ini

bukan alasan untuk mengabaikannya, dehidrasi pada penderita diare bisa

membahayakan dan ternyata ada beberapa jenis yang menular.Diare kebanyakan

disebabkan oleh Virus atau bakteri yang masuk ke makanan atau minuman,

makanan berbumbu tajam, alergi makanan, reaksi obat, alkohol dan bahkan

perubahan emosi juga dapat menyebabkan diare, begitu pula sejumlah penyakit

tertentu (Asnil dkk, 2007).

2
B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penulisan ini adalah “Bagaimanakah asuhan

keperawatan Maritim dengan Diare?’.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mengetahui asuhan keperawatan maritim pada masyarakat yang

mengalami diare.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui anatomi fisologi sistem pencernaan

b. Mengetahui konsep teori Diare

c. Mengetahui asuhan keperawatan komunitas pada masyarakat maritim yang

mengalami diare

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pencernaan

Gambar. 1 Sistem Pecernaan Tubuh Manusia

Sistem pecernaan atau sistem gastrointestianal (mulai dari mulut sampai

anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima

amakanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke

dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau

merupakan sisa proses tersebut dari tubuh (Depkes RI, 2006).

Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),

kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rectum dan anus. Sistem

pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak di luar saluran pencernaan,

yaitu pankreas, hati dan kantung empedu (Depkes RI, 2006).

1. Usus Halus

Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang

terletak diantara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembeluh

darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta.

4
Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang

membatu melumatkan pecahan-pecahan makanan yang di cerna). Dinding

usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula,

lemak (Depkes RI, 2006).

Menurut Mansjoer (2009) lapisan usus halus adalah lapisan mukosa

(sebelah kanan), lapisan otot melingkar (M sirkuler), lapisan otot memanjang

(M longitudinal) dan lapisan serosa (sebelah luar). Usus halus terdiri dari tiga

bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejenum), dan usus

penyerapan (ileum). Vilia usus terdiri dari: Pipa berotot (> 6 cm), pencernaan

secara kimiawi, penyerapan makanan. Tetbagi atas: Usus 12 jari (duodenum),

usus tengah (jejenum), usus penyerapan (ileum).

a. Usus dua belas jari (Duodenum)

Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus

yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong

(jejenum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari

usus halus, di mulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum

Treitz (Depkes RI, 2006).

Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak

terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari

yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari

terdapat dua muara saluran yaitupancreas dan kantung empedu. Nama

duodenum berasal dari bahasa latin duodenum digitonum, yang berarti dua

belas jari (Mansjoer, 2009).

5
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari

(duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan

masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pylorus dalam jumlah yang

bisa dicerana oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan mengirimkan

sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan (Juffrie M,

2010).

b. Usus Kosong (jejenum)

Usus kosong atau jejenum (terkadang sering di tulis yeyenum)

adalah bagian dari usus halus, diantara usus dua belas jari (duodenum) dan

usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus

halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong

dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium

(Depkes RI, 2006).

Permukaan dalam usus kosong berupa membaran mukus dan

terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus. Secara

histologis dapat dibedakan dengan usus da belas jari, yaknberkurangnya

kelenjar Bruner. Secara histologis pula dapat dibedakan dengan usus

penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit

membedakan usus ksong dan usus penyerapan secara makroskopis (Juffrie

M, 2010).

Jejenum diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti “lapar” dalam

baasa inggris modern. Arti aslinya berasal dari bahasa Latin, jejunus yang

berarti “kosong” (Juffrie M, 2010).

6
c. Usus Penyerapan (Ileum)

Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus.

Pada sistem pencernaan manusia ini mempunyai panjang sekitar 2-4 meter

dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus

buntu. Ileum memiliki pH atara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan

berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu (Depkes RI,

2007).

2. Usus Besar (Kolon)

Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus

buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.

Usus besar terdiri dari: kolon asendens (kanan), kolon transversum, kolon

desendens (kiri), kolon sigmoid (berhubungan dengan rectum) (Mansjoer,

2009).

Banyaknya bakteri yang terapat didalam usus besar berfungsi mencerna

makanan beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri

didalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K.

Bakteri ini penting untuk funsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta

antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus

besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir

dan air, terjadilah diare (Depkes RI, 2007).

3. Usus Buntu (Sekum)

Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus “buta”) dalam istilah

anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta

bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia,

7
burung dan beberapa jenis reptil. Sebagian besar herbivore memiliki sekum

yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki yang kecil, yang sebagian

atau seluruhnya digantiakan oleh umbai cacing (Mansjoer, 2009).

4. Umbai Cacing (Appendix)

Umbai cacing atau appendiks adalah organ tambahan pada usus buntu.

Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing.

Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan membentuk

nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeski rongga abdomen)

(Depkes RI, 2007).

Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam bahasa Inggris,

vermiform appendix (atau hanya appendix) adalah ujung buntu tabung yang

menyambung dengan caecum (Depkes RI, 2007).

Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang

dewasa, umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2-20

cm, walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa

berbeda-beda di retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak

di peritoneum (Juffrie M, 2010).

Banyak orang percaya umbai cacing tidak berguana dan organ vestigial

(sishan), sebagian yang lain percaya bahwa apendiks mempunyai fungsi dalam

sistem limfatik. Operasi membuang umbai cacing di kenal sebagai

appendiktomi. (Depkes RI, 2007).

5. Rektum dan Anus

Rectum (Bahasa Latin: regere “meluruskan”, “mengatur”) adalah

sebuah ruangan yang berawal dari usus besar (setelah kolon sigmoid) dan

8
berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara

feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disamping ditempat yang lebih

tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja

masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).

Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material didalam

rectum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk

melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, seringkali material akan

dikembalikan ke usus besar, dimana penyerapan air akan kembali dilakukan.

Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pergeseran

feses akan terjadi (Juffrie M, 2010).

Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini,

tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam

pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB (Mansjoer, 2009).

Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan

limbah keluar dari tubuh. Sebagian besar anus terbentuk dari permukaan tubuh

(kulit) dan sebagian lainnya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur

oleh otot spinter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air

besar – BAB), yang merupakan fungsi utama anus (Juffrie M, 2010).

B. Konsep Tentang Diare

1. Pengertian Diare

Penyakit diare sering disebut dengan Gastroenteritis, yang masih

merupakan masalah masyarakat indonesia. Dan diare merupakan penyebab

utama morbiditas dan mortalitas pada anak di negara berkembang.

Gastroenteritis atau diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal

9
atau bentuk tinja yang encer dengan frekwensi yang lebih banyak dari

biasanya (Mansjoer, 2009).

Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang

terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk

tinja yang encer atau cair (Suriadi, S.Kp dan Rita Yuliani, S.Kp, 2001). Diare

adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari

biasanya (normal 100-200 ml/jam tinja) dengan tinja berbentuk cairan atau

setengah cairan (setengah padat), dapat pula disertai frekuensi yang

meningkat (Juffrie M, 2010).

Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor yaitu :

a. Faktor infeksi

Infeksi internal adalah infeksi saluran pencernaan makanan yang

merupakan penyebab utama diare meliputi :

1) Infeksi Bakteri : vibrio E.coli Salmonella, Shigella, Campyio bacter,

Aeromonas

2) Infeksi virus : Enteriviru ( virus echo, coxsacle, poliomyelitis ),

Adenovirus, Astrovirus, dll

3) Infeksi parasit : Cacing (ascaris, trichuris, oxyguris) Protozoa

(entamoeba histoticia, trimonas hominis), Jamur (candida albacus)

4) Infeksi parental adalah infeksi diluar alat pencernaan makanan

seperti : otitis media akut (OMA), Bronco pneumonia, dan

sebagainya (Depkes RI, 2007).

10
b. Faktor Malabsorbsi

1) Malabsorbsi karbohidrat

2) Malabsorbsi Lemak

c. Faktor Makanan

Makanan yang tidak bersih, basi, beracun dan alergi terhadap makanan.

Diare dapat diklasifikasikan menjadi (Mansjoer, 2009) :

a. Diare Akut

Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat

dalam beberapa jam sampai 7 atau 14 hari.

b. Diare kronik

Diare akut adalah diare yang berlangsung lebih dari 3 minggu. Ketentuan

ini berlaku bagi orang dewasa, sedangkan pada bayi dan anak ditetapkan

batas waktu 2 minggu (Mansjoer, 2009).

2. Patofisiologi Diare

a. Meningkatnya mobilitas dan cepatnya pengosongan pada infestinal

merupakan akibat dari gangguan absorpsi dan ekresi cairan dan elektrolit

yang berlebihan

b. Cairan, sodium, potasium dan bikarbonat berpindah dari rongga

ekstraselular ke dalam tinja, sehingga mengakibatkan dehidrasi dan

tempat terjadi asidosis metabolik.

c. Transport aktif akibat rangsangan toksin bakteri terhadap elektrolit ke

dalam usus halus. Sel dalam mukosa intestinal mengalami iritasi dan

meningkatkan sekresi cairan dan elektrolit. Mikroorganisme yang masuk

akan merusak sel mukosa intestinal sehingga menurunkan area

11
permukaan intestinal, perubahan kapasitas intestinal dan terjadi gangguan

absorbsi cairan dan elektrolit

d. Peradangan akan menurunkan kemampuan intestinal untuk mengabsorbsi

cairan elektrolit dari bahan-bahan makanan.

e. Meningkatnya mobilitas intestinal dapat mengakibatkan gangguan

absorbsi intestinal (Mansjoer, 2009).

Individu yang mengalami diare berat dapat meninggal akibat syok

hipovolemik dan kelainan elektrolit. Tahapan dehidrasi :

a. Dehidrasi ringan : berat badan menurun 3%-5% dengan volume cairan

yang hilang kurang dari 50 ml/kg

b. Dehidrasi sedang : berat badan menurun 6%-9% dengan volume cairan

yang hilang 50-90 ml/kg

c. Dehidrasi berat : berat badan menurun lebih dari 10% dengan volume

cairan yang hilang sama dengan atau lebih dari 100 ml/kg (Juffrie M,

2010).

3. Pathway

Menurunnya pemasukan/hilangnya cairan


akibat muntah, diare, demam

Tiba-tiba, dengan cepat cairan ekstraseluler hilang

Ketidakseimbangan elektrolit

Hilangnya cairan dalam intraseluler

Disfungsi seluler

Syok hiporolemik

Kematian

12
4. Manifestasi Klinik Diare

Tanda dan gejala pada diare biasanya :

a. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer.

b. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, tangan kulit jelek, ubun-ubun dan

mata cekung, membran mukosa kering

c. Keram abdorminal

d. Demam

e. Mual dan muntah

f. Anoreksia

g. Lemah

h. Pucat

i. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan pernafasan cepat

j. Menurun atau tidak ada pengeluaran urine Kekurangan cairan

menyebabkan pasien merasa haus, lidah kering, tulang pipi menonjol,

turgor kulit menurun serta suara serak (Mansjoer, 2009).

5. Therapy Diare

a. Pemberian cairan.

b. Diatetik : pemberian makanan dan minuman khusus pada penderita

dengan tujuan penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal yang

perlu diperhatikan

1) Memberikan ASI.

2) Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein,

vitamin, mineral dan makanan yang bersih.

13
3) Obat-obatan.

a) Racecordil adalah Anti diare yang ideal harus bekerja cepat, tidak

menyebabkan konstipasi, mempunyai indeks terapeutik yang

tinggi, tidak mempunyai efek buruk terhadap sistem saraf pusat,

dan yang tak kalah penting, tidak menyebabkan ketergantungan.

b) Loperamide merupakan golongan opioid yang bekerja dengan cara

emeperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot

sirkuler dan longitudinal usus.

c) Nifuroxazide adalah senyawa nitrofuran memiliki efek bakterisidal

terhadap Escherichia coli, Shigella dysenteriae, Streptococcus,

Staphylococcus dan Pseudomonas aeruginosa. Nifuroxazide

bekerja lokal pada saluran pencernaan.

d) Dioctahedral smectite (DS), suatu aluminosilikat nonsistemik

berstruktur filitik, secara in vitro telah terbukti dapat melindungi

barrier mukosa usus dan menyerap toksin, bakteri, serta rotavirus.

Keterangan : Pemberian cairan, pada klien Diare dengan

memperhatikan derajat dehidrasinya dan keadaan umum (Depkes RI,

2007).

c. Cairan per Oral.

Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang,cairan diberikan peroral

berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na,Hco,Kal dan Glukosa,untuk

Diare akut diatas umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan,atau sedang

kadar natrium 50-60 Meq/I dapat dibuat sendiri (mengandung larutan

garam dan gula ) atau air tajin yang diberi gula dengan garam. Hal

14
tersebut diatas adalah untuk pengobatan dirumah sebelum dibawa

kerumah sakit untuk mencegah dehidrasi lebih lanjut.

d. Cairan Parenteral

Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung dari

berat badan atau ringannya dehidrasi,yang diperhitungkan kehilangan

cairan sesuai dengan umur dan berat badannya (Mansjoer, 2009).

15
BAB III

KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Dalam tahap pengkajian ini terdapat 5 kegiatan, yaitu : pengumpulan data,

pengolahan data, analisis data, perumusan atau penentuan masalah kesehatan

masyarakat dan prioritas masalah (Mubarak, 2009).

1. Community assessment wheel (community as client model)

Pada model ini terdapat 8 komponen yang harus dikaji, ditambah

dengan data inti dari masyarakat itu sendiri (community core)

a. Community core (data inti)

Aspek yang dikaji :

1) Historis dari komunitas, kaji sejarah perkembangan komunitas

2) Demografi : umur, jenis kelamin, ras, type keluarga, status

perkawinan

3) Vital statistik : angka kelahiran, angka kematian, angka kesakitan

4) Sistem nilai/norma/kepercayaan dan agama

b. Phisical environment pada komunitas

Sebagaimana mengkaji fisik pada individu. Pengkajian

lingkungan dilakukan dengan metode winshield survey atau survey dgn

mengelilingi wilayah komunitas

c. Pelayanan kesehatan dan social

Pelayanan kesehatan :

1) Hospital

16
2) Praktik swasta

3) Puskesmas

4) Rumah perawatan

5) Pelayanan kesehatan khusus

6) Perawatan di rumah

7) Counseling support services

8) Pelayanan khusus (social worker)

Dari tempat pelayanan tsb aspek yg didata:

1) Pelayanannya (waktu, ongkos, rencana kerja)

2) Sumber daya (tenaga, tempat, dana & perencanaan)

3) Karakteristik pemakai (penyebaran geografi, gaya hidup, sarana

transportasi)

4) statistik, jumlah pengunjung perhari/ minggu/bulan

5) Kecukupan dan keterjangkauan oleh pemakai dan pemberian

pelayanan

d. Ekonomi

Aspek/komponen yang perlu dikaji:

1) Karakteristik pendapatan keluarga/RT

a) Rata-rata pendapatan keluarga/rumah tangga

b) Persentase (%) pendapatan kelas bawah

c) Persentase (%)keluarga mendapat bantuan social

d) Persentase (%)keluarga dengan kepala keluarga wanita

e) Rata-rata pendapatan perorangan

17
2) Karakteristik pekerjaan

a) Status ketergantungan

b) Jumlah populasi secara umum (umur > 18 th)

c) Persentase (%)yg menganggur

d) Persentase (%)yg bekerja

e) Persentase (%) yg menganggur terselubung

f) Jumlah kelompok khusus

g) Kategori yang bekerja, jml dan persentase (%)

e. Keamanan transportasi

1) Keamanan

a) Protection service

b) Kwalitas udara, air bersih

2) Transportasi (milik pribadi/umum)

f. Politik & Government

1) Jenjang pemerintahan

2) Kebijakan Dep.Kes

g. Komunikasi

1) Formal

2) In formal

h. Pendidikan

1) Status pendidikan (lama sekolah, jenis sekolah, bahasa)

2) Fasilitas pendidikan (SD, SMP dll) baik di dalam maupun di luar

komunitas

18
i. Recreation

1) Menyangkut tempat rekreasi

Pengkajian ini merupakan hasil modifikasi dari beberapa teori

sebelumnya tentang pengkajian komunitas.

2. Pengumpulan data

Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh informasi

mengenai masalah kesehatan pada masyarakat sehingga dapat ditentukan

tindakan yang harus diambil untuk mengatasi masalah tersebut yang

menyangkut aspek fisik, psikologis, sosial ekonomi dan spiritual serta faktor

lingkungan yang mempengaruhi (Mubarak, 2009).

Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Wawancara atau anamnesa

Wawancara adalah kegiatan komunikasi timbal balik yang

berbentuk tanya jawab antara perawat dengan pasien atau keluarga

pasien, masyarakat tentang hal yang berkaitan dengan masalah kesehatan

pasien. Wawancara harus dilakukan dengan ramah, terbuka,

menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh pasien

atau keluarga pasien, dan selanjutnya hasil wawancara atau anamnesa

dicatat dalam format proses keperawatan (Mubarak, 2009).

b. Pengamatan

Pengamatan dalam keperawatan komunitas dilakukan meliputi

aspek fisik, psikologis, perilaku dan sikap dalam rangka menegakkan

diagnosa keperawatan. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan

19
panca indera dan hasilnya dicatat dalam format proses keperawatan

(Mubarak, 2009).

c. Pemeriksaan fisik

Dalam keperawatan komunitas dimana salah satunya asuhan

keperawatan yang diberikan adalah asuhan keperawatan keluarga, maka

pemeriksaan fisik yang dilakukan dalam upaya membantu menegakkan

diagnosa keperawatan dengan cara Inspeksi, Perkusi, Auskultasi dan

Palpasi (Mubarak, 2009).

3. Pengolahan data

Setelah data diperoleh, kegiatan selanjutnya adalah pengolahan data

dengan cara sebagai berikut :

a. Klasifikasi data atau kategori data

b. Penghitungan prosentase cakupan

c. Tabulasi data

d. Interpretasi data (Mubarak, 2009).

4. Analisis data

Analisis data adalah kemampuan untuk mengkaitkan data dan

menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga

dapat diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh

masyarakat apakah itu masalah kesehatan atau masalah keperawatan

(Mubarak, 2009).

5. Penentuan masalah atau perumusan masalah kesehatan

Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan

keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat, sekaligus dapat dirumuskan

20
yang selanjutnya dilakukan intervensi. Namun demikian masalah yang telah

dirumuskan tidak mungkin diatasi sekaligus. Oleh karena itu diperlukan

prioritas masalah (Mubarak, 2009)

6. Prioritas masalah

Dalam menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat dan

keperawatan perlu mempertimbangkan berbagai faktor sebagai kriteria

diantaranya adalah (Mubarak, 2009):

a. Perhatian masyarakat

b. Prevalensi kejadian

c. Berat ringannya masalah

d. Kemungkinan masalah untuk diatasi

e. Tersedianya sumberdaya masyarakat

f. Aspek politis

Seleksi atau penapisan masalah kesehatan komunitas menurut format

Mueke (1988) mempunyai kriteria penapisan, antara lain:

a. Sesuai dengan peran perawat komunitas

b. Jumlah yang beresiko

c. Besarnya resiko

d. Kemungkinan untuk pendidikan kesehatan

e. Minat masyarakat

f. Kemungkinan untuk diatasi

g. Sesuai dengan program pemerintah

h. Sumber daya tempat

i. Sumber daya waktu

21
j. Sumber daya dana

k. Sumber daya peralatan

l. Sumber daya manusia (Mubarak, 2009).

B. Diagnosis Keperawatan

NANDA (North American Nursing Diagnosis Association) menyatakan

bahwa diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon individu,

keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, sebagai

dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan

sesuai dengan kewenangan perawat. Semua diagnosa keperawatan harus didukung

oleh data, dimana menurut NANDA diartikan sebagai ”defenisi karakteristik”.

Definisi karakteristik tersebut dinamakan ”Tanda dan gejala”, Tanda adalah

sesuatu yang dapat diobservasi dan gejala adalah sesuatu yang dirasakan oleh

klien. Diagnosa keperawatan menjadi dasar untuk pemilihan tindakan

keperawatan untuk mencapai hasil bagi anda, sebagai perawat, yang dapat

diandalkan (NANDA Internasional, 2007).

Diagnosa yang mungkin muncul pada kasus diare adalah sebagai berikut.

1. Defisit volume cairan b/d kehilangan cairan aktif

2. Risiko kerusakan integritas kulit b/d ekskresi/BAB sering

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d penurunan intake

makanan

4. Cemas b/d perubahan status kesehatan

C. Rencana Asuhan Keperawatan

NIC (Nursing Intervention Classification ) adalah suatu daftar lis

intervensi diagnosa keperawatan yang menyeluruh dan dikelompokkan

22
berdasarkan label yang mengurai pada aktifitas yang dibagi menjadi 7 bagian dan

30 kelas. Intervensi keperawatan merupakan tindakan yang berdasarkan kondisi

klinik dan pengetahuan yang dilakukan perawat untuk membantu pasien mencapai

hasil yang diharapkan (Mubarak, 2009).

NOC (Nursing outcome classification) menggambarkan respon pasien

terhadap tindakan keperawatan. NOC mengevaluasi hasil pelayanan keperawatan

sebagai bagian dari pelayanan kesehatan. Standar kriteria hasil pasien sebagai

dasar untuk menjamin keperawatan sebagai partisipan penuh dalam evaluasi

klinik bersama dengan disiplin ilmu kesehatan lain. Klasifikasi berisi 190 kriteria

hasil yang diberi label, definisi dan indikator atau ukuran untuk menentukan

kriteria hasil yang diterima (Johnson dan Mass, 1997) dalam (Mubarak, 2009).

Rencana asuhan keperawatan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut.

1. Defisit volume cairan b/d kehilangan cairan aktif

NOC :

a. Fluid balance

b. Hydration

c. Nutritional Status : Food and Fluid Intake

Kriteria Hasil :

a. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine

normal, HT normal

b. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal

c. Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membran

mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan

23
NIC :

a. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat

b. Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat,

tekanan darah ortostatik), jika diperlukan

c. Monitor vital sign

d. Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian

e. Kolaborasikan pemberian cairan intravena IV

f. Monitor status nutrisi

g. Dorong masukan oral

h. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan

i. Tawarkan snack ( jus buah, buah segar )

j. Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul meburuk

2. Risiko kerusakan integritas kulit b/d ekskresi/BAB sering

NOC :

a. Tissue Integrity : Skin and Mucous Membranes

Kriteria Hasil :

a. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas,

temperatur, hidrasi, pigmentasi)

b. Tidak ada luka/lesi pada kulit

c. Perfusi jaringan baik

d. Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah

terjadinya sedera berulang

e. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan

perawatan alami

24
NIC : Pressure Management

a. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar

b. Hindari kerutan padaa tempat tidur

c. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering

d. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali

e. Monitor kulit akan adanya kemerahan

f. Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang tertekan

g. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien

h. Monitor status nutrisi pasien

i. Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d penurunan intake

makanan

NOC :

a. Nutritional Status : food and Fluid Intake

b. Nutritional Status : nutrient Intake

c. Weight control

Kriteria Hasil :

a. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan

b. Beratbadan ideal sesuai dengan tinggi badan

c. Mampumengidentifikasi kebutuhan nutrisi

d. Tidk ada tanda tanda malnutrisi

e. Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan

f. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

25
NIC :

a. Kaji adanya alergi makanan

b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi

yang dibutuhkan pasien.

c. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe

d. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C

e. Berikan substansi gula

f. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah

konstipasi

g. Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)

h. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.

i. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori

j. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi

k. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan

4. Cemas b/d perubahan status kesehatan

NOC :

a. Anxiety control

b. Coping

c. Impulse control

Kriteria Hasil :

a. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas

b. Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk

mengontol cemas

c. Vital sign dalam batas normal

26
d. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas

menunjukkan berkurangnya kecemasan

NIC

a. Gunakan pendekatan yang menenangkan

b. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien

c. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur

d. Pahami prespektif pasien terhdap situasi stres

e. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut

f. Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis

g. Dorong keluarga untuk menemani anak

h. Lakukan back / neck rub

i. Dengarkan dengan penuh perhatian

j. Identifikasi tingkat kecemasan

k. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan

l. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi

m. Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi

n. Barikan obat untuk mengurangi kecemasan

D. Implementasi

Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan

yang telah disusun. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, perawat kesehatan

masyarakat harus bekerjasama dengan anggota tim kesehatan lainya. Dalam hal

ini melibatkan pihak Puskesmas, Bidan desa dan anggota masyarakat (Mubarak,

2009). Prinsip yang umum digunakan dalam pelaksanaan atau implementasi pada

keperawatan komunitas adalah :

27
1. Inovative

Perawat kesehatan masyarakat harus mempunyai wawasan luas dan mampu

menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi

(IPTEK) dan berdasar pada iman dan taqwa (IMTAQ) (Mubarak, 2009)

2. Integrated

Perawat kesehatan masyarakat harus mampu bekerjasama dengan sesama

profesi, tim kesehatan lain, individu, keluarga, kelompok dan masyarakat

berdasarkan azas kemitraan (Mubarak, 2009).

3. Rasional

Perawat kesehatan masyarakat dalam melakukan asuhan keperawatan harus

menggunakan pengetahuan secara rasional demi tercapainya rencana program

yang telah disusun (Mubarak, 2009).

4. Mampu dan mandiri

Perawat kesehatan masyarakat diharapkan mempunyai kemampuan dan

kemandirian dalam melaksanakan asuhan keperawatan serta kompeten

(Mubarak, 2009).

5. Ugem

Perawat kesehatan masyarakat harus yakin dan percaya atas kemampuannya

dan bertindak dengan sikap optimis bahwa asuhan keperawatan yang

diberikan akan tercapai. Dalam melaksanakan implementasi yang menjadi

fokus adalah : program kesehatan komunitas dengan strategi : komuniti

organisasi dan partnership in community (model for nursing partnership)

(Mubarak, 2009).

28
E. Evaluasi

Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan

keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara

proses dengan pedoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan

tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat kemandirian

masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan

masyarakat komunitas dengan tujuan yang telah ditetapkan atau dirumuskan

sebelumnya (Mubarak, 2009). Kegiatan yang dilakukan dalam penilaian menurut

Nasrul Effendi (2009) :

1. Membandingkan hasil tindakan yang dilaksanakan dengan tujuan yang telah

ditetapkan.

2. Menilai efektifitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian sampai

dengan pelaksanaan.

3. Hasil penilaian keperawatan digunakan sebagai bahan perencanaan

selanjutnya apabila masalah belum teratasi.

4. Perlu dipahami bersama oleh perawat kesehatan masyarakat bahwa evaluasi

dilakukan dengan melihat respon komunitas terhadap

29
BAB IV

PEMBAHASAN

Simulasi Kasus

A. Pengkajian

1. Data Inti Komunitas Meliputi :

a. Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas

1) Lokasi :

a) Propinsi daerah tingkat I : Sulawesi Tenggara

b) Kabupaten/Kota : Konawe

c) Kecamatan : Poasia

d) Kelurahan : Anggoeya

e) RW : 10

f) RT : 04

g) Luas wilayah : 4376 m2

h) Batas wilayah/wilayah

 Utara : Laut

 Selatan : RT 03 /RW 06

 Barat : RT 03

 Timur : Laut

b. Keadaan tanah menurut pemanfaatannya

1) Pemukiman : 3782 m2

c. Data demografi

Jumlah penduduk 238 jiwa atau sebanyak 101 KK

1) Jumlah penderita hipertensi : 9 orang

30
2) Jumlah penderita rematik : 13 orang

3) Jumlah penderita DM : 2 orang

4) Jumlah ibu hamil : 3 orang

5) Jumlah penderita Diare : 47 orang

2. Data Sub Sistem

a. Kondisi geografis

Wilayahnya merupakan kompleks perumahan yang terletak di pinggiran

kota Kendari yang dekat dengan laut. Tempat pembuangan sampahnya

nampak berhamburan. Banyak sampah yang berhamburan dari tempat

sampah hingga ke jalan yang merupakan akses masuk ke wilayah

tersebut. Didalam kompleks perumahan juga sangat kurang tempat

pembuangan sampah sehingga warga membuuang sampah di lahan

kosong sekitar wilayah tersebut sehingga dapat membuat polusi udara

dan lalat bertebaran

b. Data Lingkungan Fisik

1) Sumber air dan air minum

 Penyediaan Air bersih

 PAM : 69 KK (68,3%)

 Sumur (bor/gali) : 32 KK (31,7%)

 Pengolahan air minum

 Masak : 19 KK (18,8%)

 Tidak dimasak (Air Kemasan/Galon/Depot): 82 KK (81,2%)

2) Saluran pembuangan air/sampah

 Kebiasaan membuang sampah

31
 Ditempat sampah : 30%

 Dibuang sembarangan : 70%

 Pembuangan air limbah

 Got/parit : 75%

 Sungai :-

 Laut : 25%

 Keadaan pembuangan air limbah

 Baik/lancar : 25%

 Kotor : 75%

3) Jamban

 Kepemilikan jamban

 Memiliki jamban : 85%

 Tidak memiliki jamban : 15%

 Macam jamban yang dimiliki

 Septitank : 85%

 Di Laut : 15%

 Keadaan jamban

 Bersih : 70%

 Kotor : 30%

4) Keadaan rumah

 Tipe rumah

 Tipe A/permanen : 70%

 Tipe B/semipermanen : 27%

 Tipe C/tidak permanen : 3%

32
 Status rumah

 Milik rumah sendiri : 95 KK

 Kontrak : 6 KK

 Lantai rumah

 Papan : 3 KK

 Tegel/keramik : 96

 Semen : 2 KK

 Ventilasi

 Ada : 101 KK

 Tidak ada :

 Luas kamar tidur

 Memenuhi syarat : 97 KK

 Tidak memenuhi syarat : 4 KK

 Penerangan rumah oleh matahari

 Baik : 101 KK

 Kurang : -

5) Halaman rumah

 Kepemilikan pekarangan

 Memiliki : 91 KK

 Tidak memiliki : 10 KK

c. Fasilitas Umum dan Kesehatan

1) Fasilitas umum

 Sarana Kegiatan Kelompok

 Karang taruna : 1 kelompok

33
 Pengajian : 2 kelompok

 Ceramah agama : 1 kelompok

 PKK : 1 kali per bulan

 Tempat perkumpulan umum

 Balai Pertemuan : ada (1 buah)

 RW : ada (1 buah)

 RT : ada (1 buah)

 Masjid/Mushola : ada (2 buah)

2) Fasilitas Kesehatan

 Pemanfaatan fasilitas kesehatan

 Puskesmas : 139 orang

 Rumah Sakit : 39 orang

 Para Dokter Swasta : 49 orang

 Praktek Kesehatan Lain : 11 orang

d. Ekonomi

1) Karekteristik Pekerjaan

 PNS/TNI/Polri : 38 orang

 Swasta : 25 orang

 Pedagang : 39 orang

 Nelayan : 97 orang

2) Penghasilan Rata-Rata Perbulan

 < dari UMR : 147 orang

 UMR – 1.000.000,00 : 38 orang

 > dari UMR : 4 orang

34
3) Pengeluaran Rata-Rata Perbulan

 < dari UMR : 20 orang

 UMR – 1.000.000,00 : 44 orang

 > dari UMR : 130 orang

4) Kepemilikan usaha

 Kios/Warung : 30 orang

 Warung makanan : 17 orang

 Toko : 11 orang

 Tidak punya : 138 orang

e. Keamanan dan Transportasi

1) Keamanan

 Diet makan

 Kebiasaan makan makanan manis : 12 orang

 Kebiasaan makan makanan berlemak : 20 orang

 Kebiasaan makan makanan asin : 15 orang

 Kebiasaan cuci tangan sebelum makan

 Cuci tangan : 167 orang

 Tidak cuci tangan : 71 orang

2) Transportasi

 Fasilitas transportasi : Jalan Raya, Angkutan Umum,

Ambulans, Laut

 Alat transportasi yang dimiliki

 Sepeda : 7 orang

 Motor : 30 orang

35
 Mobil : 17 orang

 Perahu/Sampan (Katinting) : 119 orang

f. Politik dan pemerintahan

1) Struktur organisasi : Ada

 Terdapat Lurah dan perangkatnya

 Ada organisasi karang taruna

2) Kelompok layanan kepada masyarakat (PKK, Karang Taruna, Panti,

Posyandu)

3) Kebijakan pemerintah dalam pelayanan kesehatan : Ada yaitu

puskesmas

4) Kebijakan pemerintah khusus untuk penyakit DM : Belum ada

5) Peran serta partai dalam pelayanan kesehatan : Belum ada

g. Sistem Komunikasi

1) Fasilitas komunikasi yang ada

 Radio : 11 orang

 TV : 163 orang

 Telepon/handphone : 173 orang

 Majalah/koran :-

2) Fasilitas komunikasi yang pencegahan diare

 Poster tentang diare : Tidak ada

 Pamflet tentang diare : Tidak ada

 Leaflet tentang diare : Tidak ada

 Penyuluhan oleh petugas kesehatan dari Puskesmas dan instansi

terkait : Kurang

36
h. Pendidikan

1) Distribusi pendudukan berdasarkan tingkat pendidikan formal

 SD : 17 orang

 SLTP : 8 orang

 SLTA : 118 orang

 Perguruan tinggi : 30 orang

i. Rekreasi

2) Tempat wisata yang biasanya dikunjungi, permandian bintang

samudra, pantai toronipa, pulau bokori

3. Analisa Data

No Kategori data Ringkasan Laporan Kesimpulan


1 Prevalensi Penyakit Warga RT 4 RW 10 Kel. Warga RT 4 RW
Kambu Kec. Poasia 10 Kel. Kambu
sebanyak 48% mengalami Kec. Poasia
Diare. Warga sering dalam hal
mengalami diare namum pemeliaharaan
sembuh lagi tapi kembali kesehatan belum
lagi mengalami diare. efektif
Terdapat pula warga yang dikarenakan tidak
memiliki PHBS yang baik semua warga
namun masih kena Diare. yang memiliki
PHBS

37
2 Prevalensi Penyakit Warga sering buang sampah Warga RT 4 RW
sembarang tempat, Nampak 10 Kel. Kambu
sampah berserakan disekitar Kec. Poasia
perumahan dan tempat memiliki perilaku
pembuangan sampah dan yang beresiko
banyak lalat menimbulkan
penyakit untuk
diri sendiri
maupun orang
lain

B. Diagnosa Keperawatan

Rumusan Diagnosis
No Data Domain Kode
Keperawatan
1 - Warga RT 4 RW Domain 1 00099 Ketidakefektifan pemeliharaan
10 Kel. Kambu : kesehatan
Kec. Poasia Promosi
sebanyak 48% Kesehatan
mengalami Diare
- Warga menyatakan
pernah mengalami
diare namun sudah
sembuh
- Warga menyatakan
sudah berusaha
melakukan PHBS
namun masih kena
diare
- Terdapat sampah
yang menumpuk
berceceran di
tempat sampah dan
banyak lalat

38
2 - Warga sering Domain 1 00188 Perilaku Kesehatan Cenderung
buang sampah : Beresiko
sembarang tempat Promosi
- Nampak sampah Kesehatan
berserakan
disekitar
perumahan dan
tempat
pembuangan
sampah dan
banyak lalat
- Sebanyak 71
orang yang tidak
mencuci tangan
sebelum makan

39
C. Rencana Intervensi Keperawatan

Data Diagnosa Keperawatan NOC NIC


Data Pendukung Tujuan
Kode Diagnosis Kode Hasil Kode Intervensi
Masalah Kesehatan
- Warga RT 4 RW 10 00099 Ketidakefektifan Berkurangnya Prevensi Primer Prevensi Primer
Kel. Anggoeya Kec. pemeliharaan kejadian diare dan 1805 Pengetahuan; perilaku 5510 Pendidikan kesehatan
Poasia sebanyak 48% kesehatan meningkatnya sehat . 5520 Memfasilitasi pembelajaran
mengalami Diare perilaku masyarakat 1832 Pengetahuan; promosi 5604 Pengajaran kelompok
- Warga menyatakan dalam menjaga kesehatan. 5618 Pengajaran prosedur/tindakan
pernah mengalami diare kesehatan agar 1855 Pengetahuan; gaya hidup Pemasaran sosial di
namun sudah sembuh terhindar dari diare sehat .. 8750 masyarakat
- Warga menyatakan 1602 Perilaku promosi
sudah berusaha kesehatan
melakukan PHBS 1603 Pencarian perilaku sehat
namun masih kena diare Prevensi Sekunder Prevensi Sekunder
- Terdapat sampah yang
menumpuk berceceran 1902 Kontrol resiko 4310 Terapi aktifitas
di tempat sampah dan 1934 Keamanan dan kesehatan 4350 Manajemen perilaku
banyak lalat serta perawatan, lingkungan 4360 Modifikasi perilaku
2009 Status kenyamanan; 6480 Manajemen lingkungan
lingkungan 6650 Surveilance
Prevensi Tersier Prevensi Tersier
2605 Partisipasi tim kesehatan 8700 Pengembangan program
dalam keluarga 7910 Konsultasi
7920 Dokumentasi
8500 Pengembangan kesehatan
masyarakat

40
Diagnosa
Data NOC NIC
Keperawatan
Tujuan
Data Pendukung Masalah
Kode Diagnosa Kode Hasil Kode Intervensi
Kesehatan
- Warga sering buang 00188 Perilaku Warga dapat Prevensi Primer Prevensi Primer
sampah sembarang Kesehatan menghindari 1805 Pengetahuan; Perilaku sehat 7320 Manajemen kasus
tempat Cenderung perilaku yang 1823 Pengetahuan; Promosi 5510 Pendidikan kesehatan
- Nampak sampah Beresiko cenderung beresiko Kesehatan 5618 Pengajaran prosedur/tindakan
berserakan disekitar menimbulkan 1844 Pengetahuan; Manajemen sakit
perumahan dan tempat penyakit akut
pembuangan sampah 1803 Pengetahuan; Proses penyakit
dan banyak lalat Prevensi Sekunder Prevensi Sekunder
- Sebanyak 71 orang yang
1908 Deteksi faktor resiko 4350 Manajemen perilaku
tidak mencuci tangan
1603 Pencarian perilaku sehat 4360 Modifikasi perilaku
sebelum makan
1606 Partisipasi dalam pengambilan 7400 Panduan system kesehatan
keputusan perawatan kesehatan
1608 Kontrol gejala
Prevensi Tersier Prevensi Tersier
2605 Partisipasi tim kesehatan dalam 8700 Pengembangan program
keluarga 7910 Konsultasi
7920 Dokumentasi
8500 Pengembangan kesehatan
masyarakat

41
D. Impementasi

No. Diagnosa Tgl Intervensi Hasil


1 Ketidakefektifan 22 - Pendidikan kesehatan S:
pemeliharaan Desember - Memfasilitasi pembelajaran - Warga menanyakan apa saja yang
kesehatan 2017 Pengajaran kelompok menyebabkan diare dan kenapa bisa
- Pengajaran prosedur/tindakan berulang-ulang terkena diare
- Pemasaran sosial di O:
masyarakat - Pengetahuan; perilaku
- Terapi aktifitas sehat
Manajemen perilaku - Pengetahuan; promosi
Modifikasi perilaku kesehatan.
Manajemen lingkungan - Pengetahuan; gaya hidup
Surveilance sehat .
- Pengembangan program - Perilaku promosi
- Konsultasi kesehatan
- Dokumentasi - Pencarian perilaku sehat
- Pengembangan kesehatan masyarakat - Kontrol resiko
- Keamanan dan kesehatan
serta perawatan, lingkungan
- Status kenyamanan; lingkungan
- Partisipasi tim kesehatan dalam keluarga
2 Perilaku Kesehatan 23 - Manajemen kasus S:
Cenderung Beresiko Desember - Pendidikan kesehatan - Responden mengatakan menghindari
2017 - Pengajaran prosedur/tindakan perilaku yang cenderung beresiko
- Manajemen perilaku menimbulkan penyakit
- Modifikasi perilaku O:
- Panduan system kesehatan - Pengetahuan; Perilaku sehat
- Pengembangan program Konsultasi - Pengetahuan; Promosi Kesehatan
- Dokumentasi - Pengetahuan; Manajemen sakit akut
- Pengembangan kesehatan masyarakat - Pengetahuan; Proses penyakit
- Deteksi faktor resiko
42
- Pencarian perilaku sehat
- Partisipasi dalam pengambilan keputusan
perawatan kesehatan
- Kontrol gejala
- Partisipasi tim kesehatan dalam keluarga

43
E. Evaluasi

No. Diagnosa Tgl Evaluasi


1 Ketidakefektifan pemeliharaan 22 Desember 2017 S : - Warga menanyakan apa saja yang menyebabkan diare dan kenapa bisa berulang-
kesehatan ulang terkena diare
O:
- Warga mengetahui perilaku sehat
- Warga memahami tentang promosi kesehatan yang diberikan
- Warga memahami seperti apa gaya hidup sehat .
- Warga nampak melaksanakan perilaku promosi kesehatan
- Warga nampak berupaya melakukan pencarian perilaku sehat seperti apa saja
- Warga nampak mulai kontrol resiko yang dapat menyebabkan diare
- Warga nampak antusias untuk mewujudkan status kenyamanan; lingkungan yang
bebas faktor penyebab diare
A:
- Relevansi (relevance) : Pelaksanaan penyuluhan diare sudah melalui izin dan
mendapat dukungan dari pemerintah setempat karena sesuai dengan program
program kebijakan pemerintah yang sudah dicanangkan.
- Keefektifan (effectiveness) : Pelaksanaan kegiatan penyuluhan berjalan dengan
baik dan efektif dan masyarakat memahami seperti apa perilaku sehat, faktor
penyebab diare dan cara pencegahan diare
- Efisiensi (efficiency) : Kegiatan penyuluhan dapat terlaksana dibantu perangkat
stakeholder setempat secara moril dan material sehingga kegiatan berjalan dengan
baik dan dengan biaya yang terjangkau
- Hasil (outcomes) : Warga mulai melaksanakan perilaku hidup sehat, menghindari
perilaku yang menyebabkan diare, warga memahami gaya hidup sehat dan
mengaplikasikannya.
- Dampak (impact) : Dari kegiatan yang sudah dilakukan, warga membersihkan
selokan, memperbaiki tempat sampah, mencuci tangan sebelum makan,
melaksanakan gaya hidup sehat.
- Keberlanjutan (sustainability) : Pelaksanaan upaya-upaya kesehatan akan
dilanjutkan oleh kader kesehatan, perawat puskesmas yang didukung oleh Lurah
44
dan perangkat RT RW setempat.
P : Lanjutkan intervensi
- Menciptakan keamanan dan kesehatan serta perawatan, lingkungan
- Berpartisipasi tim kesehatan dalam keluarga
2 Perilaku Kesehatan Cenderung 23 Desember 2017 S : - Responden mengatakan menghindari perilaku yang cenderung beresiko
Beresiko menimbulkan penyakit
O:
- Warga nampak mengetahui perilaku sehat
- Warga nampak memahami tentang promosi kesehatan yang diberikan
- Warga nampak mengetahui cara memanajemen sakit akut dari diare
- Warga nampak mengetahui proses terjadinya penyakit diare
- Warga nampak mulai mendeteksi faktor resiko
- Warga nampak mulai pencarian perilaku sehat
A:
- Relevansi (relevance) : Kegiatan penyuluhan diare sudah melalui izin dan
mendapat dukungan dari pemerintah setempat karena sesuai dengan program
program kebijakan pemerintah yang sudah dicanangkan.
- Keefektifan (effectiveness) : Pelaksanaan kegiatan penyuluhan berjalan dengan
baik dan efektif dan masyarakat memahami seperti apa perilaku sehat, proses
terjadinya diare, mampu mendeteksi faktor resiko diare
- Efisiensi (efficiency) : Kegiatan penyuluhan dapat terlaksana dibantu perangkat
stakeholder setempat secara moril dan material sehingga kegiatan berjalan dengan
baik dan dengan biaya yang terjangkau
- Hasil (outcomes) : Warga mulai melaksanakan perilaku hidup sehat, menghindari
perilaku yang menyebabkan diare, warga mampu memanajemen sakit akut dari
diare
- Dampak (impact) : Dari kegiatan yang sudah dilakukan, warga membersihkan
selokan, memperbaiki tempat sampah, mencuci tangan sebelum makan,
melaksanakan gaya hidup sehat, membakar sampah yang tertumpuk
- Keberlanjutan (sustainability) : Pelaksanaan upaya-upaya kesehatan akan
dilanjutkan oleh kader kesehatan, perawat puskesmas yang didukung oleh Lurah
dan perangkat RT RW setempat

45
P : Intervensi dilanjutkan
- Berpartisipasi dalam pengambilan keputusan perawatan kesehatan
- Melakukan kontrol gejala
- Berpartisipasi tim kesehatan dalam keluarga

46
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sistem pecernaan atau sistem gastrointestianal terdiri dari mulut, tenggorokan

(faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rectum dan anus. Sistem

pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak di luar saluran pencernaan, yaitu

pankreas, hati dan kantung empedu. Diare merupakan salah satu penyakit yang

terjadi pada system pencernaan. Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara

berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan

bentuk tinja yang encer atau cair.

Pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas pada masyarakat maritim yang

mengalami diare dilakukan dengan melakukan pengkajian teruatama kondisi

lingkungan masyarakat tersebut dan perilaku mayarakatnya. Kemudian diketahui

bahwa PHBS masyarakat Warga RT 4 RW 10 Kel. Anggoeya Kec. Poasia masih

sangat kurang. Dari masalah tersebut dirumuskan tiga diagnosa keperawatan

berdasarkan NANDA/INCP yaitu Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan dan

Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko. Penyusunan rencana intervensi selanjutnya

menggunakan NIC dan NOC. Pada proses implementasi keperawatan semua item

perencanaan keperawatan dapat dilaksanakan dengan optimal. Pada evaluasi,

pencapaian sudah sesuai dengan indikator relevansi (relevance), keefektifan

(effectiveness), efisiensi (efficiency), hasil (outcomes), dampak (impact),

keberlanjutan (sustainability).

47
B. Saran

Saran yang dapat disampaikan pada penulisan ini adalah sebagai berikut.

1. Sebagai perawat, sebaiknya kita selalu meningkatkan kemampuan dan ilmu

pengetahuan, karena terjun ke masyarakat merupakan kondisi yang kompleks

yang mengharuskan perawat mampu memberikan penyuluhan, promosi kesehatan

dan pemberi asuhan keperawatan kepada masyarakat sebagai komunitas.

2. Sebagai pelaksana teknis pelayanan kesehatan, puskesmas merupakan instansi

yang paling dekat dengan masyarakat. Untuk itu disarankan memaksimalkan

pelayanan kesehatan pada masyarakat, bukan saja pada upaya kuratif dan

rehabilitatif tetapi juga pelayanan yang bersifat preventif dan promotive.

3. Agar terhindar dari penyakit, masyarakat harus menjaga kebersihan lingkungan

sekitar. Bila kurang memahami tentang upaya yang harus dilakukan, silahkan

datang ke puskesmas untuk mendapatan informasi maupun penyuluhan tentang

upaya peningkatan status kesehatan masyarakat.

4. Sebagai stakeholder, pemerintah harus memastikan bahwa kebijakannya dibidang

kesehatan terlaksana pada masyarakat sehingga masyarakat merasakan manfaat

dari kebijakan yang diprogramkan.

48

Anda mungkin juga menyukai