Anda di halaman 1dari 16

PENGUKURAN RESISTANSI

Nur Amrini Sapitri, Nurul Husna Muslimin, Muh. Akbar Qadriyaman


Laboratorium Elektronika Dan Instrumen
Universitas Negeri Makassar
2018

RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah prinsip dasar pengukuran resistansi dengan metode Voltmeter - Amperemeter
pada sistem rangkaian sederhana?
2. Bagaimanakah efek posisi voltmeter pada pengukuran resistansi dengan metode Voltmeter -
Amperemeter pada sistem rangkaian sederhana?

TUJUAN
1. Untuk memahami prinsip dasar pengukuran resistansi dengan metode Voltmeter - Amperemeter
pada sistem rangkaian sederhana.
2. Mengetahui efek posisi voltmeter pada pengukuran resistansi dengan metode Voltmeter -
Amperemeter pada sistem rangkaian sederhana.

PENGANTAR
Salah satu cara populer untuk pengukuran resistansi adalah menggunakan metode voltmeter
– amperemeter (voltmeter – amperemeter method), karena instrumen-instrumen ini umumnya
tersedia di laboratorium. Jika tegangan V antara ujung-ujung tahanan dan arus I melalui tahanan
tersebut diukur, resistansi tahanan RX yang tidak diketahui dapat ditentukan berdasarkan hokum
Ohm :
𝑽
𝑹𝒙 = (𝜴)
𝑰
Persamaan di atas berarti bahwa resistansi tahanan amperemeter adalah nol dan resistansi tahanan
voltmeter adalah tak berhingga, sehingga kondisi rangkaian tidak terganggu.
Namun terkadang pengukur dihadapkan pada kendala penempatan alat ukur tegangan dan
arus yang digunakan. Untuk lebih jelasnya, perhatikan skema rangkaian pada Gambar 1.1 berikut.

Gambar 1.1. Efek penempatan voltmeter – amperemeter dalam pengukuran.


Dalam Gambar 1.1(a), arus sebenarnya (true current) yang disalurkan ke beban RX diukur
oleh amperemeter, tetapi voltmeter lebih tepat mengukur tegangan sumber dari pada tegangan beban
nyata (aktual). Untuk mendapatkan tegangan yang sebenarnya pada beban, penurunan tegangan di
dalam amperemeter harus dikurangkan dari penunjukan voltmeter. Jika voltmeter dihubungkan
langsung di antara ujung-ujung tahanan seperti pada Gambar 1.1(b), voltmeter mengukur tegangan
beban yang sebenarnya, tetapi amperemeter lebih tepat mengukur arus total yang menyebabkan
sebagian arus akan melewati voltmeter. Dalam kedua cara pengukuran RX ini kesalahan tetap
dihasilkan. Cara yang benar untuk menghubungkan voltmeter bergantung pada nilai RX beserta
tahanan dalam voltmeter dan amperemeter. Namun pada banyak kasus, kita tidak pernah mengetahui
berapa besar nilai resistansi dari tahanan RX yang akan diukur.

ALAT DAN BAHAN


1. Variabel Power Supply (1 buah)
2. Basic meter (2 buah)
3. Hambatan (Resistor batu) (2 buah)
4. Komutator (1 buah)
5. Kabel penghubung (7 buah)

PROSEDUR KERJA
1. Rakitlah skema dasar berikut.

1 2
Vr Rx

2. Setelah yakin skema anda benar, arahkan komutator pada posisi 1 dengan terlebih dahulu
memastikan Variabel Power Supply masih dalam keadaan nol.
3. Pada posisi komutator tersebut (posisi 1), naikkan tegangan sumber secara perlahan hingga
voltmeter menunjukkan tegangan 2 V. Catat nilai tegangan tersebut dan nilai arus pada
amperemeter.
4. Lanjutkan pengambilan data dengan rentang 2 V hingga anda memperoleh sedikitnya 5 (lima)
trial data (atau bergantung pada batas maksimum Power Supplly yang anda gunakan).
5. Ulangi kegiatan (2) hingga (4) dengan arah komutator pada posisi 2.
6. Ulangi kegiatan (2) hingga (5) dengan hambatan kedua.

A. HASIL PENGAMATAN
NilaiSkalaTerkecil Voltmeter = 2,0V
NilaiSkalaTerkecil Amperemeter = 1 μA = 10-6 A
Posisi Komutator

Resistansi 1 2
Resistor
(Ω) Tegangan Tegangan Kuat Arus
Kuat Arus
(V) (A) (V) (A)

| 2,0 ± 0,1 | | 20 ± 1,0 | 10-6 | 2,0 ± 0,1 | | 1,1± 0,1 | 10-5

100 kΩ | 4,5 ± 0,1 | | 2,0± 0,1 | 10-5 | 4,5 ± 0,1 | | 2,1± 0,1 | 10-5

| 6,0 ± 0,1 | | 2,9 ± 0,1 | 10-5 | 6,0 ± 0,1 | | 3,2 ± 0,1 | 10-5

| 9,0 ± 0,1 | | 3,9 ± 0,1 | 10-5 | 9,0 ± 0,1 | | 4,3± 0,1 | 10-5-

| 11,0 ± 0,1 | | 4,9 ± 0,1 | 10-5 | 11,0 ± 0,1 | | 5,0± 0,1 | 10-5

| 2,0 ± 0,1 | | 5,0 ± 0,1 | 10-2 | 2,0 ± 0,1 | | 5,0 ± 0,1 | 10-2

| 4,0 ± 0,1 | |10,5 ± 0,1 | 10-2 | 4,0 ± 0,1 | | 10,5 ± 0,1 | 10-2

20 Ω | 6,0 ± 0,1 | | 15,0 ± 0,1 | 10-2 | 6,0 ± 0,1 | | 15,0 ± 0,1 | 10-2

| 8,5 ± 0,1 | | 21,5 ± 0,1 | 10-2 | 8,5 ± 0,1 | | 21,5 ± 0,1 | 10-2

| 10,5± 0,1 | | 27,0 ± 0,1 | 10-2 | 10,5 ± 0,1 | | 27,0 ± 0,1 | 10-2

B. ANALISIS
1. Hitung nilai resistansi dari masing-masing hambatan yang gunakan
berdasarkan data arus dan tegangan yang anda peroleh.
2. Buatlah grafik hubungan antara arus dan tegangan dari data-data anda.
Bandingkan dengan hasil perhitungan pada poin (1).
3. Hitung ketidak pastian pengukuran anda.
4. Hitung pula persentase perbedaan (%Difference) dari hasil-hasil yang anda peroleh
dengan persamaan :
𝑅𝑒𝑓 − 𝑅𝑀𝑒𝑎𝑛
% diff = | | × 100%
𝑅𝑎𝑣𝑒𝑟𝑔

5. Komentari hasil-hasil yang anda peroleh dan kesimpulan apa yang dapat ada tarik
dari serangkaian kegiatan pertama ini ?
Analisis Data
1. Resistansi masing-masing hambatan
Resistansi Resistor 100 kΩ
1) Posisi 1
a) Untuk Vs = | 2,0 ± 0,1 | V
V1 = | 2,0 ± 0,1 | V
I1 = | 20,0 ± 1,0 | 10-6 A
𝑉
𝑅1 =
𝐼
2,0 𝑉
= = 0,1×106 Ω = 1×105Ω
20 𝑋10−6 𝐴

𝜕𝑅 𝜕𝑅
𝑑𝑅 = | | 𝑑𝑉 + | | 𝑑𝐼
𝜕𝑉 𝜕𝐼
𝜕(𝑉. 𝐼 −1 ) 𝜕(𝑉. 𝐼 −1 )
𝑑𝑅 = | | 𝑑𝑉 + | | 𝑑𝐼
𝜕𝑉 𝜕𝐼
𝑑𝑅 = 𝐼 −1 𝑑𝑉 + 𝑉𝐼 −2 𝑑𝐼
𝑑𝑅 𝐼 −1 𝑉. 𝐼 −2
= | −1 | 𝑑𝑉 + | −1 | 𝑑𝐼
𝑅 𝑉𝐼 𝑉. 𝐼
𝑑𝑅 𝑑𝑉 𝑑𝐼
= +
𝑅 𝑉 𝐼
∆𝑉 ∆𝐼
∆𝑅 = (| 𝑉 + 𝐼 |) R
0,1 1,0 𝑋10−6
∆𝑅 = |2,0 + 20 𝑋10−6 | 105 Ω

= |0,05 + 0,05| 105 Ω


= 0,1x 105 Ω
∆𝑅
𝐾𝑅 = × 100%
𝑅
0,1 x 105 Ω
= × 100%
1,0 × 105 Ω
= 10% (2 AB)
𝑃𝐹 = |𝑅 ± ∆𝑅| Ω
= |1,0 ± 0,1|105 Ω
b) Untuk Vs = | 4,0 ± 0,1 | V
V2 = | 4,5 ± 0,1 | V
I2 = | 39,0± 1,0 | 10-6 A
𝑉
𝑅2 =
𝐼
4,5 𝑉
= = 0,11×106 Ω=1,1×105Ω
39,0 𝑋10−6 𝐴
∆𝑉 ∆𝐼
∆𝑅 = (| 𝑉 + 𝐼 |) R
0,1 1,0 𝑋10−6
∆𝑅 = |4,5 + 39,0𝑋10−6 | 1,1×105 Ω

= |0,022 + 0,026| 1,1×105 Ω


= 0,0528 x 105 Ω
∆𝑅
𝐾𝑅 = × 100%
𝑅
0,0528x 105 Ω
= × 100%
1,1 × 105 Ω
= 4,8% (3 AB)
𝑃𝐹 = |𝑅 ± ∆𝑅| Ω
= |1,10 ± 0,05|105 Ω
c) Untuk Vs = | 6,0 ± 0,15| V
V3 = | 6,0 ± 0,1 | V
I3 = | 57,0 ± 1,0 | 10-6 A
𝑉
𝑅3 =
𝐼
6,0 𝑉
= = 0,105×106 Ω= 1,05×105 Ω
57,0𝑋10−6 𝐴
∆𝑉 ∆𝐼
∆𝑅 = (| 𝑉 + 𝐼 |) R
0,1 1,0 𝑋10−6
∆𝑅 = |6,0 + | 1,05×105 Ω
57𝑋10−6

= |0,017 + 0,018|1,05×105 Ω
=0,037 x 105 Ω
∆𝑅
𝐾𝑅 = × 100%
𝑅
0,037x 105 Ω
= × 100%
1,05 × 105 Ω
= 3,52% ( 3 AB)
𝑃𝐹 = |𝑅 ± ∆𝑅| Ω
= |1,05 ± 0,04|105 Ω
d) Untuk Vs = | 8,0 ± 0,5 | V
V4 = | 9,0 ± 0,5 | V
I4 = | 78,0 ± 1,0| 10-6 A
𝑉
𝑅4 =
𝐼
9,0 𝑉
= = 0,115 x 106 Ω= 1,15 x 105 Ω
78,010−6 𝐴
∆𝑉 ∆𝐼
∆𝑅 = (| 𝑉 + 𝐼 |) R
0,1 1,0 𝑋10−6
∆𝑅 = |9,0 + 78,0𝑋10−6 | 1,15 x 105 Ω

= |0,011 + 0,013| 1,15 x 105 Ω


= 0,0276 x 105 Ω
∆𝑅
𝐾𝑅 = × 100%
𝑅
0,0276 x 105 Ω
= × 100%
1,15x 105 Ω
= 2,4 % (3 AB)
𝑃𝐹 = |𝑅 ± ∆𝑅| Ω
= |1,15 ± 0,03|105 Ω
e) Untuk Vs = | 10,0 ± 0,5 | V
V5 = | 11,0 ± 0,5 | V
I5 = | 98,0 ± 1,0 | 10-6 A
𝑉
𝑅5 =
𝐼
11,0 𝑉
= = 0,112x 106 Ω= 1,12x 105 Ω
98 𝑋10−6 𝐴
∆𝑉 ∆𝐼
∆𝑅 = (| 𝑉 + 𝐼 |) R
0,1 1,0 𝑋10−6
∆𝑅 = |11,0 + 98,0 𝑋10−6 | 1,12x 105 Ω

= |0,009 + 0,010| 1,12x 105 Ω


= 0,021 x 105 Ω
∆𝑅
𝐾𝑅 = × 100%
𝑅
0,021x 105 Ω
= × 100%
1,12 x 105 Ω
= 1,88 % (3 AB)
𝑃𝐹 = |𝑅 ± ∆𝑅| Ω
= |1,12 ± 0,02|105 Ω

𝑅1 + 𝑅2 + 𝑅3 + 𝑅4 +𝑅5
Rrata-rata = 5
(1,0+1,1+1,05+1,15+1,12)105
= 5

= 1,084 x 105 Ω
∆Rrata-rata = ∆𝑅1 + ∆𝑅2 + ∆𝑅3 + ∆𝑅4 + ∆𝑅5
= (0,1 + 0,0528 + 0,037 +0,0276 +0,021) 105 Ω
= 0,2384 x 105 Ω
∆Rrata
𝐾𝑅 = × 100%
𝑅𝑟𝑎𝑡𝑎
0,2384 x 105 Ω
= × 100%
1,084 x 105 Ω
= 21,9 % (2 AB)
𝑃𝐹 = Rrata = |1,0 ± 0,2|105 Ω
𝑅𝑒𝑓 − 𝑅𝑀𝑒𝑎𝑛
% diff = | | × 100%
𝑅𝑎𝑣𝑒𝑟𝑔

105 Ω− 1,0×105 Ω
% diff = | 105 Ω + 1,0×105 Ω
| × 100
2

=0%
2). Posisi 2
Dengan cara yang sama pada posisi 1, maka diperoleh nilai resistansi pada posisi 2
sebagai berikut.
Resistan
Tegangan KuatArus ∆R KR PF
si
(V) (10-6A) (105Ω) (%) (Ω)
(10 Ω)
5

| 2,0 ± 0,1 | | 21,0 ± 1,0 | 0,95 0,093 9,78 | 0.2± 0,1| 105

| 4,5 ± 0,1 | | 42,0 ±1,0 | 1,07 0,049 4,57 | 1,07± 0,05| 105

| 6,0± 0,1 | | 63,0 ± 1,0 | 0,95 0,031 3,26 | 0.95± 0,01 | 105

| 9,0 ± 0,1 | | 86,0 ± 1,0 | 1,04 0,024 2,30 | 1,04± 0,02 | 105

| 11,0± 0,1 | | 100,0 ± 1,0 | 1,1 0,021 1,9 | 1,10± 0,02 | 105
𝑅1 + 𝑅2 + 𝑅3 + 𝑅4 +𝑅5
Rrata-rata = 5
(0,95 + 1,07 + 0.95+1,04+1,1)105
= 5

= 1,022 x 105 Ω
∆Rrata-rata = ∆𝑅1 + ∆𝑅2 + ∆𝑅3 + ∆𝑅4 + ∆𝑅5
= (0,093+ 0,049+0,031+0,024+0,021) 105 Ω
= 0,218 x 105 Ω
∆Rrata
𝐾𝑅 = × 100%
𝑅𝑟𝑎𝑡𝑎
0,218 x 105 Ω
= × 100%
1,022 x 105 Ω
= 21,33 % (2 AB)
𝑃𝐹 = Rrata = |0,67 ± 0,11|105 Ω
𝑅𝑒𝑓 − 𝑅𝑀𝑒𝑎𝑛
% diff = | | × 100%
𝑅𝑎𝑣𝑒𝑟𝑔

1,0×105 Ω− 1,0 𝑥 105 Ω


% diff = | 1,0×105 Ω + 1,0 𝑥 105 Ω
| × 100
2

=0%
Resistansi Resistor 20 Ω
1) Posisi 1
Untuk resistor 20 Ω , pada posisi 1 diperoleh nilai resistansi secara praktikum sebagai
berikut.
Tegangan Kuat arus Resistansi ∆R KR PF

(V) (A) 10−2 (Ω) 102 (Ω) 102 (%) (Ω) 102

| 2,0 ± 0,1 | | 10,0 ± 1,0 | 0,2 0,03 15 | 0,20 ± 0,03 |

| 4,0 ± 0,1 | | 21,0 ± 1,0 | 0,19 0,014 7,37 | 0.19 ± 0,02 |

| 6,0 ± 0,1 | | 30,0 ± 1,0 | 0,2 0,01 5 | 0,200± 0,01 0|

| 8,5 ± 0,1 | | 43,0 ± 1,0 | 0,19 0,006 3,158 | 0.190 ± 0,006 |

| 10,5 ± 0,1| | 54,0 ± 1,0 | 0,19 0,0053 2,79 | 0,190 ± 0,005|


𝑅1 + 𝑅2 + 𝑅3 + 𝑅4 + 𝑅5
Rrata-rata = 5
(0,2+ 0,19 + 0,2 + 0,19 + 0,19)Ω
= 5

= 0,194 Ω
∆Rrata-rata = ∆𝑅1 + ∆𝑅2 + ∆𝑅3 + ∆𝑅4 + ∆𝑅5
= (0,03 + 0,014+ 0,01 + 0,006+ 0,0053) Ω
= 0,0653 Ω
∆Rrata
𝐾𝑅 = × 100%
𝑅𝑟𝑎𝑡𝑎
0,0653 × 102 Ω
= × 100%
0,5024 x102 Ω
= 12,9 % (2 AB)
𝑃𝐹 = Rrata = |0,50 ± 0,07|102 Ω
𝑅𝑒𝑓 − 𝑅𝑀𝑒𝑎𝑛
% diff = | | × 100%
𝑅𝑎𝑣𝑒𝑟𝑔

0,20𝑥 102 Ω− 0,20 𝑥 102 Ω


% diff = | 0,20×102 Ω + 0,20 𝑥 102 Ω
| × 100%
2

=0%
2) Posisi 2
Untuk resistor 20 Ω , pada posisi 2 diperoleh nilai resistansi secara praktikum sebagai
berikut

Tegangan Kuat arus Resistansi ∆R KR PF

(V) (A) 10−2 (Ω) 102 (Ω) 102 (%) (Ω) 102

| 2,0 ± 0,1 | | 10,0 ± 1,0 | 0,2 0,03 15 | 0,20 ± 0,03 |

| 4,0 ± 0,1 | | 21,0 ± 1,0 | 0,19 0,014 7,37 | 0.19 ± 0,02 |

| 6,0 ± 0,1 | | 30,0 ± 1,0 | 0,2 0,01 5 | 0,200± 0,01 0|

| 8,5 ± 0,1 | | 43,0 ± 1,0 | 0,19 0,006 3,158 | 0.190 ± 0,006 |

| 10,5 ± 0,1| | 54,0 ± 1,0 | 0,19 0,0053 2,79 | 0,190 ± 0,005|

𝑅1 + 𝑅2 + 𝑅3 + 𝑅4 + 𝑅5
Rrata-rata = 5
(0,2+ 0,19 + 0,2 + 0,19 + 0,19)Ω
= 5

= 0,194 Ω
∆Rrata-rata = ∆𝑅1 + ∆𝑅2 + ∆𝑅3 + ∆𝑅4 + ∆𝑅5
= (0,03 + 0,014+ 0,01 + 0,006+ 0,0053) Ω
= 0,0653 Ω
∆Rrata
𝐾𝑅 = × 100%
𝑅𝑟𝑎𝑡𝑎
0,0653 × 102 Ω
= × 100%
0,5024 x102 Ω
= 12,9 % (2 AB)
𝑃𝐹 = Rrata = |0,19 ± 0,07|102 Ω
𝑅𝑒𝑓 − 𝑅𝑀𝑒𝑎𝑛
% diff = | | × 100%
𝑅𝑎𝑣𝑒𝑟𝑔

0,20𝑥 102 Ω− 0,20 𝑥 102 Ω


% diff = | 0,20×102 Ω + 0,20 𝑥 102 Ω
| × 100%
2

=0%

2. Grafikhubunganantaraarusdantegangandari data-data yang diperoleh.


1) Grafikhubunganantaraarusdanteganganuntukresisitor 100 kΩ padaposisi 1
12
y = 11552x - 0.223
10 R² = 0.996

8
TEGANGAN (V)

0
0 0.00002 0.00004 0.00006 0.00008 0.0001 0.00012
ARUS (A)

y = mx + c
y = 11552x +-0,223
R² = 0.996
𝑦
m=
𝑥
V
dimana: R = I , sehingga
𝑦 V
m= =
𝑥 I
R=m
R = 11552
DK = R2 × 100 % = 0,996× 100 % = 99,6 %
KR = 100% - DK = 100% - 97,6 % = 0,4 % (4 AB)
∆R
KR= ×100 %
R
KR × R 0,4 % × 11552Ω
∆R = = = 46,208 Ω
100% 100%
R = | R ± ∆R |
RTeori = | 1,115 ± 0,0005 | 105 Ω
Kemudian kita bandingkan dengan nilai yang kita peroleh dari hasil praktikum
𝑅𝑃𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚 = |1,00 ± 0,20|105 Ω
Sehingga diperoleh besar perbedaan (%diff) antara nilai resistansi secara Teori dan
praktikum :
𝑅𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖 − 𝑅𝑃𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚
% diff = | | × 100%
𝑅𝑎𝑣𝑒𝑟𝑔

1,15𝑥 105 Ω− 1,00 𝑥 105 Ω


% diff = | 1,15𝑥 105 Ω + 1,00 x 105 Ω
| × 100%
2

= 13,9 %
2) Grafik hubungan antara arus dan tegangan untuk resisitor 100 kΩ pada posisi 2
12
y = 96054x + 0.1254
10 R² = 0.9905

8
TEGANGAN (V)

0
0 0.00001 0.00002 0.00003 0.00004 0.00005 0.00006
ARUS (A)

y = mx + c
y = 96054X+0.1254
R² = 0,9905
𝑦
m=
𝑥
V
dimana: R = I , sehingga
𝑦 V
m= =
𝑥 I
R=m
R = 96054Ω
DK = R2 × 100 % = 0,9905 × 100 % = 99,,05 %
KR = 100% - DK = 100% - 99,05 = 0,95 % (3AB)
∆R
KR= ×100 %
R
KR × R 0,95% ×96054Ω
∆R = = = 912,513 Ω
100% 100%
R = | R ± ∆R |
RTeori = | 0,960 ± 0,009 | 105Ω
Kemudian kita bandingkan dengan nilai yang kita peroleh dari hasil praktikum
𝑅𝑃𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚 = ||0,67 ± 0,11|105 Ω

Sehingga diperoleh besar perbedaan (%diff) antara nilai resistansi secara Teori dan
praktikum :
𝑅𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖 − 𝑅𝑃𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚
% diff = | | × 100%
𝑅𝑎𝑣𝑒𝑟𝑔

0,111𝑥 105 Ω− 0,67 105 Ω


% diff = | 0,0096 𝑥 105 Ω+ 0,67 105 Ω
| × 100%
2

= 22,394 %
3) Grafik hubungan antara arus dan tegangan untuk resisitor 20 Ω pada posisi 1
12
y = 19.527x + 0.029
10 R² = 0.9991
TEGANGAN (V)

0
0 0.00001 0.00002 0.00003 0.00004 0.00005 0.00006
ARUS (A)

y = mx + c
y = 19.5269+0.029
R² = 0,9991
𝑦
m=
𝑥
V
dimana: R = I , sehingga
𝑦 V
m= =
𝑥 I
R=m
R = 195269Ω
DK = R2 × 100 % = 0,9991 × 100 % = 99,91 %
KR = 100% - DK = 100% - 99,91 % = 0,09 % (4 AB)
∆R
KR= ×100 %
R
KR × R 0,09 % × 19.5269Ω
∆R = = = 0.0176 Ω
100% 100%
R = | R ± ∆R |
RTeori = | 19.53± 0.176| Ω
Kemudian kita bandingkan dengan nilai yang kita peroleh dari hasil praktikum
𝑅𝑃𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚 = |19,00 ± 9,00| Ω
Sehingga diperoleh besar perbedaan (%diff) antara nilai resistansi secara Teori dan
praktikum :
𝑅𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖 − 𝑅𝑃𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚
% diff = | | × 100%
𝑅𝑎𝑣𝑒𝑟𝑔

19.53 Ω− 19Ω
% diff = | 19,53 Ω+ 19 Ω | × 100%
2

= 2.75%
4) Grafik hubungan antara arus dan tegangan untuk resisitor 50 Ω pada posisi 2
12
y = 19.527x + 0.029
10 R² = 0.9991
TEGANGAN (V)

0
0 0.00001 0.00002 0.00003 0.00004 0.00005 0.00006
ARUS (A)

y = mx + c
y = 19.5269+0.029
R² = 0,9991
𝑦
m=
𝑥
V
dimana: R = I , sehingga
𝑦 V
m= =
𝑥 I
R=m
R = 195269Ω
DK = R2 × 100 % = 0,9991 × 100 % = 99,91 %
KR = 100% - DK = 100% - 99,91 % = 0,09 % (4 AB)
∆R
KR= ×100 %
R
KR × R 0,09 % × 19.5269Ω
∆R = = = 0.0176 Ω
100% 100%
R = | R ± ∆R |
RTeori = | 19.53 ± 0.176| Ω
Kemudian kita bandingkan dengan nilai yang kita peroleh dari hasil praktikum
𝑅𝑃𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚 = |19,00 ± 9,00| Ω
Sehingga diperoleh besar perbedaan (%diff) antara nilai resistansi secara Teori dan
praktikum :
𝑅𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖 − 𝑅𝑃𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚
% diff = | | × 100%
𝑅𝑎𝑣𝑒𝑟𝑔

19.53 Ω− 19Ω
% diff = | 19,53 Ω+ 19 Ω | × 100%
2

= 2.75%

PEMBAHASAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dimana praktikum kali ini bertujuan untuk
mengetahui efek posisi dari penempatan amperemeter dan voltmeter pada rangkaian sederhana. Pada
praktikum ini juga dilakukan pengukuran arus dan tegangan pada dua rangkaian yang berbeda
dengan besar resistansi yang berbeda yaitu 20 Ω dan 100.000 Ω.

Dari hasil pengamatan untuk besar resistansi 20 Ω pada saat komutator diarahkan ke posisi
1 maka diperoleh hasil seperti yang ada pada tabel hasil pengamatan. Lalu pada saat komutator
diarahkan ke posisi 2 tidak diperoleh perbedaan dari hasil pengamatannya. Selanjutnya pada
rangkaian yang besar resistansinya 100.000 Ω, dari posisi komutator ke 1 dan ke 2 terdapat perbedaan
dimana besar arus pada posisi 1 komutator lebih kecil daripada posisi 2 komutator, begitupun dengan
tegangannya. Artinya, arus dan tegangaan mengalami kenaikan yang bisa dikatakan konstan dari
posisi komutator 1 ke posisi komutator 2.

Pada rangkaian dengan komutator pada posisi 1 amperemeter membaca arus beban yang
sebenarnya dan voltmeter mengukur tegangan sumber. Apabila besar tahanan beban lebih besar
terhadap tahanan amperemeter, kesalahan yang diakibatkan oleh penurunan tegnagan di dalam
amperemter dapat diabaikan dan tegangan sumber sangat mendekati tegangan beban yang
sebenarnya. Pada rangkaian dengan komutator pada posisi 2 voltmeter membaca tegangan yang
sebenanrnya dan amperemeter membaca arus sumber. Apabila hambatan rangkaian lebih kecil
dibandingkan tahanan voltmeter arus yang dialirkan ke voltmeter tidak begitu mempengaruhi arus
sumber dan arus sumber sangat mendekati arus beban yang sebenarnya.

Dari hasil pengamatan tersebut, dapat dikatakan bahwa pengukuran arus dan tegangan pada
rangkaian sederhana dengan nilai hambatan yang kecil tidak terlihat pengaruh dari tahanan dalam
voltmeter dan amperemter. Namun, ketika rangkaian dengan hambatan yang lebih besar maka dapat
dilihat pengaruhnya dengan melihat kenaikan antara arus dan rangkaian. Artinya, hal ini sesuai
dengan teori dimana cara yang benar untuk menghubungakn voltmeter bergantung pada nilai R x
beserta tahanan dalam voltmeter dan amperemeter.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan

1. Prinsip dasar pengukuran resistansi dengan metode Voltmeter - Amperemeter pada sistem
rangkaian sederha bekerja berdasarkan prinsip gaya lorenzt (gaya magnetik). Pada saat
menghubungkan dengan voltmeter dengan resistor secara parallel dan menghubungkan
ammperemeter dengan resistor secara seri maka ketika galvanometer (bagian yang penting pada
alat ukur Voltmeter – Amperemeter) yang bekerja saat arus mengalir melalui kumparan yang
dilingkupi oleh medan magnet timbul gaya lorenzt yang menggerakan jarum petunjuk
penyimpang. Penyimpanan jarum galvanometer sebanding dengan arus yang melewatinya.
2. Efek posisi voltmeter pada pengukuran resistansi dengan metode Voltmeter - Amperemeter pada
sistem rangkaian sederhana keduanya tetap akan ada efek kesalahan. Sebab, jika voltmeter
dihubungkan pada posisi satu, maka penggunaan voltmeter akan tepat mengukur tegangan
sumber dari pada tegangan nyata sedangkan arus sebenarnya yang diukur oleh amperemeter
disalurkan ke beban Rx. Saat voltmeter dihubungkan pada posisi dua maka voltmeter mengukur
tegangan beban tetapi pengukuran arus dengan amperemeter sudah tepat yaitu mengukur arus
total yang menyebabkan sebagian arus akan melewati voltmeter.
3. Saran
1. Kepada laboran, disarankan untuk memperbaiki alat-alat praktikum yang sudah rusak atau
kurang berfungsi dengan baik seperti kabel agar praktikkan dapat melakukan praktikum dengan
cepat tanpa terkendala.
2. Kepada pembimbing, disarankan untuk lebih memperhatikan praktikkannya agar tidak salah
dalam pengambilan data.
3. Kepada praktikan, disarankan agar mempelajari penuntun sebelum melakukan praktikum agar
ketika praktikum dilaksanakan bisa dengan mudah merangkai rangkaian dengan baik dan benar.

Anda mungkin juga menyukai