Anda di halaman 1dari 2

Penatalaksanaan Syok Anafilaktik

No. Dokumen : SOP/UKP/2017/414


No. Revisi : 0
SOP TanggalTerbit : 16 Oktober 2017
Halaman : 1/1
Tandatangan Kepala Puskesmas
Dedeh Helpironi
PUSKESMAS NIP. 196706151988032010
NAGREG

1. Pengertian Reaksi hebat hipersensitifitas generalisata atau sistemik yang beronset


cepat, serius, dan mengancam.
2. Tujuan Sebagai acuan dalam penatalaksanaan syok anafilaktik di Puskesmas.
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Kesehatan
Kecamatan Nagreg Nomor 440/006/II/SK/UPT/2017 Tentang Kebijakan
Pelayanan Klinis di Puskesmas Nagreg
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
Hk.02.02/Menkes/514/2015 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
5. Alat dan Bahan Anafilaktik kit :
5.1 Tabung Oksigen
5.2 Tensimeter
5.3 Ambulance (Jika di rujuk)
5.4 Adrenalin ampul
5.5 Dexamethason Vial
5.6 Jarum suntik disposibel 2,5 ml, 3 ml
5.7 Cairan Ringer Lactat 500 ml

6. Prosedur 1. Pasien datang dan diperiksa tanda-tanda vital


2. Terdapat tanda-tanda syok
3. Pasien diposisikan trendelenburg atau berbaring dengan kedua
tungkai diangkat.
4. Pemberian Oksigen 3–5 liter/menit,.
5. Pemasangan infus, Ringer Laktat atau NaCl fisiologis dipakai
sebagai cairan. Pemberian cairan infus sebaiknya dipertahankan
sampai tekanan darah kembali optimal dan stabil.
6. Adrenalin 0,3 – 0,5 ml dari larutan 1 : 1000 diberikan secara
intramuskuler yang dapat diulangi 5–10 menit. Dosis ulangan
umumnya diperlukan, mengingat lama kerja adrenalin cukup
singkat. Jika respon pemberian secara intramuskuler kurang efektif,
dapat diberi secara intravenous setelah 0,1 – 0,2 ml adrenalin
dilarutkan dalam spuit 10 ml dengan NaCl fisiologis, diberikan
perlahan-lahan.
7. Antihistamin dan kortikosteroid merupakan pilihan kedua setelah
adrenalin. Kedua obat tersebut kurang manfaatnya pada tingkat
syok anafilaktik, dapat diberikan setelah gejala klinik mulai membaik
guna mencegah komplikasi selanjutnya berupa serum sickness atau
prolonged effect. Antihistamin yang biasa digunakan adalah
difenhidramin HCl 5–20 mg IV dan untuk golongan kortikosteroid
dapat digunakan deksametason 5–10 mg IV atau hidrokortison 100–
250 mg IV.
8. Resusitasi Kardio Pulmoner (RKP), seandainya terjadi henti jantung
(cardiac arrest) maka prosedur resusitasi kardiopulmoner segera
harus dilakukan sesuai dengan falsafah ABC dan seterusnya.u

7. Unit Terkait Poli Umum, Poli Gigi, KIA, Pelayanan Gawat Darurat, Poned
8. Rekaman
historis Tanggal mulai
No Yang diubah Isi Perubahan
perubahan diberlakukan

2/2

Anda mungkin juga menyukai