Anda di halaman 1dari 6

Budiman et al. / Perancangan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan / SNTI UK. Petra / Surabaya, November 2014 / pp.

196–201

Perancangan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan


Kerja di PT X

Fenni Suryanita Budiman1, Togar Wiliater Soaloon Panjaitan1

Abstract: PT X is a vegetable oils company that produces coconut oil and palm oil. PT X has not
have Occupational Safety and Health Management System, so the numbers of accidents tends to
increase. This thesis was conducted to design Occupational Safety and Health Management
System for production area. The design includes fire and flood prevention, health service,
personal protective equipment (PPE), safety signs, and B3 spills. Firstly, hazard identification
and risk assessment were conducted to determine the level of danger based on Risk Priority
Number (RPN). The greater the RPN, the more dangerous. Hazard identification and risk asses-
sment were carried out in the production area namely Plant-1, Plant-2, and Plant-3. Source of
the greatest danger at Plant-1 (RPN=108) is the open conveyor. Source of the greatest danger at
Plant-2 (RPN=84) is loud noise produced by vacuum forming machine. Source of the greatest
danger at Plant-3 extraction (RPN=64) is hexane tank. Source of the greatest danger at Plant-3
pelletizing (RPN=96) is dusty work area and workers negligent in use of PPE. The risk asses-
sment also accompanied by precautions so that accidents do not happen again.

Keywords: Occupational Safety and Health Management System, Hazard Identification, Risk
Priority Number (RPN), Risk Assessment.

Pendahuluan Metode Penelitian

Perusahaan yang berdiri di Indonesia harus mengi- Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuti dan memenuhi standar dan peraturan yang te- Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) untuk
lah ditetapkan oleh pemerintah Indonesia, termasuk melakukan identifikasi bahaya dan penilaian risiko.
standar dan peraturan tentang keselamatan dan Patokan dalam penilaian FMEA adalah mengguna-
kesehatan kerja (K3). PT X merupakan perusahaan kan RPN (Risk Priority Number).
industri pengolahan minyak nabati dengan menggu-
nakan bahan baku kelapa dan kelapa sawit. Perusa- Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
haan tersebut memiliki ±300 orang pekerja dan
telah beroperasi lebih dari 33 tahun. Tidak adanya Mankunegaran [1] mengatakan “Kesehatan dan ke-
penerapan SMK3 di PT X menyebabkan tingginya selamatan kerja merupakan suatu pemikiran dan
risiko kecelakaan kerja. Frekuensi kecelakaan kerja upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurna-
yang terjadi yaitu dua kejadian/tahun untuk kecela- an baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja
pada khususnya, dan manusia pada umumnya, ha-
kaan besar dan lima kejadian/tahun untuk kecela-
sil karya dan budaya untuk menuju masyarakat
kaan kecil. Perhitungan frekuensi kecelakaan yang
adil dan makmur”.
ada belum akurat sebab belum adanya sistem pen-
catatan yang benar. Zwetsloot [2], mengatakan if we want to achieve
excellence in health and safety management, as well
Perusahaan yang memiliki SMK3 yang baik dan as environmental or quality management, it is essen-
terkontrol akan dapat menurunkan risiko kecela- tial to have a combination of the “rationalities of pre-
kaan kerja yang ada. Hal ini dapat meningkatkan vention” as organized through OSH management
produktivitas kerja, menghemat cost, dan mencipta- systems, which are essential for “doing things right”,
kan image yang baik di masyarakat. SMK3 akan with value management, which is important for
berjalan efektif jika pekerja dan pihak manajemen “doing the right things.
berperan aktif.
Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
1Fakultas Teknologi Industri, Program Studi Teknik Industri,
Universitas Kristen Petra. Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya
Menurut Stamatis [3], FMEA adalah teknik yang
60236. Email: fennisb2006@yahoo.co.id, togar@petra.ac.id digunakan untuk mendefinisikan, mengidentifikasi,
dan menghilangkan bahaya yang ada dari sebuah

196
Budiman et al. / Perancangan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan / SNTI UK. Petra / Surabaya, November 2014 / pp. 196–201

sistem, desain, dan proses. Tiga tahapan yang harus namun pekerja sering tidak mengenakan APD dan
dilakukan yaitu identifikasi bahaya, penentuan prio- tidak semua area kerja menyediakan APD. Hal ini
ritas bahaya, dan tindakan pengendalian. Identifi- tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga
kasi bahaya dilakukan dengan tujuan untuk menge- Kerja dan Transmigrasi No. PER. 08/MEN/VII/2010
tahui sumber bahaya, faktor penyebab bahaya, dan tentang Alat Pelindung Diri [7]. Usulan perbaikan
dampak bahaya, sehingga dapat diambil tindakan yang diberikan yaitu adanya pembuatan daftar
pencegahan secara tepat (Anton [4]). Penentuan penggunaan APD sesuai jenis risiko dan area baha-
prioritas bahaya dengan menggunakan Risk Priority yanya, seperti pada Tabel 1.
Number (RPN), semakin besar nilai RPN maka se-
makin berbahaya dan harus segera diambil tinda- Rambu Keselamatan di Perusahaan
kan. Tahap terakhir yang harus dilakukan yaitu
pemberian tindakan pengendalian sesuai dengan Rambu-rambu yang ada di perusahaan hanya beru-
identifikasi bahaya yang telah dibuat. Metode pe- pa rambu pemberitahuan umum (contoh: dilarang
ngendalian yang dilakukan (Ashfal, [5]), yaitu elimi- parkir, penunjuk arah, laju kecepatan maksimum,
nasi, substitusi, dan/atau pengurangan proses atau dan lain-lain). Hal ini tidak sesuai dengan Peratur-
sumber bahaya. Metode lainnya yaitu penggunaan an Pemerintah no. 1 tahun 1970 tentang Keselamat-
APD (alat pelindung diri), pemberian barrier batas an Kerja Pasal 14b. Perancangan perbaikan yang
bahaya, dan pemberian alarm atau rambu tanda dilakukan yaitu dengan membuat rambu ekspektasi
bahaya. (harapan) dalam area kerja dan rambu APD serta
peringatan bahayanya. Rambu ekspektasi memuat
Risk Priority Number (RPN) larangan dan himbauan yang harus diperhatikan
jika memasuki area tersebut.
RPN digunakan sebagai prioritas pengambilan
Tabel 1. Daftar APD sesuai jenis risiko dan area bahaya
tindakan pencegahan dalam penilaian risiko. Faktor
penilaian dalam RPN yaitu frekuensi terjadinya Jenis risiko APD yang
Area bahaya
bahaya/kecelakaan (occurence), kesulitan pendetek- bahaya digunakan
sian bahaya (detection), dan keparahan dari dampak Terkena bahan Plant-2 Sarung tangan
bahaya yang terjadi (severity). Ketiga faktor tersebut kimia karet, kacamata,
kemudian dinilai dengan menggunakan skala 1–10. masker
Nilai 1 menunjukkan bahaya yang ada tidak terlalu Bahaya panas Plant-1, Plant-2, Sarung tangan
Plant-3 (ekstraksi), tahan panas
berisiko, nilai 10 berarti bahaya yang ada perlu
Plant-3 (pelletizing)
untuk segera dilakukan pengendalian. Nilai RPN Suara keras Plant-2, Plant-3 Ear plug, ear muff
didapat dengan mengalikan ketiga faktor tersebut. (>85dB) (pelletizing) (jangka waktu
lama)
RPN = OCC X DET X SEV (1) Tersetrum listrik Plant-2 Safety shoes,
sarung tangan
Persamaan (1) merupakan cara perhitungan atau Terpeleset Plant-1, Plant-2 Helm, sepatu
(minyak) karet antiminyak
penentuan nilai RPN. Nilai RPN yang semakin
Terpeleset Plant-2, Plant-3 Helm, sepatu
besar, maka semakin berbahaya dan harus segera (debu/air) (pelletizing) karet/safety shoes
diperbaiki atau dilakukan tindakan pengendalian. Gangguan Plant-1, Plant-2, Masker
pernapasan Plant-3 (ekstraksi),
Hasil dan Pembahasan Plant-3 (pelletizing)
Kaki dan tangan Plant-1, Plant-2, Safety shoes,
Adanya SMK3 bertujuan untuk menjamin kesela- terluka oleh Plant-3 (ekstraksi), sarung tangan
material Plant-3 (pelletizing)
matan dan melindungi pekerja dalam melakukan
Kaki dan tangan Plant-1, Plant-2, Safety shoes,
pekerjaan, juga memelihara dan menggunakan terluka oleh alat Plant-3 (ekstraksi), sarung tangan
sumber produksi secara aman dan efisien kerja Plant-3 (pelletizing)
(Suma’mur [6]). PT X belum menerapkan SMK3 Kehilangan Plant-1 Safety shoes,
dan hal ini menyebabkan kecelakaan terus terjadi. anggota tubuh sarung tangan
Perancangan SMK3 dilakukan pada beberapa aspek Tertimpa Plant-1, Plant-2 Safety shoes, helm
yaitu alat pelindung diri (APD), safety signs, penang- material/alat
kerja
gulangan kebakaran dan banjir, pelayanan kese-
Kepala terbentur Plant-1, Plant-3 Helm
hatan kerja, dan penanganan B3. (ekstraksi), Plant-3
(pelletizing)
Alat Pelindung Diri (APD) Gangguan mata Plant-1, Plant-3 Kacamata/googles
akibat debu/uap (pelletizing)
APD merupakan salah satu komponen yang penting Terjatuh dari Plant-1, Plant-2, Helm, safety climb
dalam menjaga keselamatan dan kesehatan kerja, ketinggian Plant-3 (ekstraksi)

197
Budiman et al. / Perancangan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan / SNTI UK. Petra / Surabaya, November 2014 / pp. 196–201

Rambu APD dan peringatan bahaya berfungsi un-


tuk memberikan informasi dan pengingat tentang
APD apa yang wajib dikenakan dan risiko bahaya
yang ada di area tersebut.

Sistem Penanggulangan Kebakaran

Perancangan sistem penanggulangan kebakaran


dibedakan menjadi dua bagian. Bagian pertama
adalah unit dan prosedur penanggulangan kebaka-
ran dan bagian kedua adalah kelengkapan pema-
Gambar 1. Kartu inspeksi pengecekan bulanan APAR
dam kebakaran.

Sistem Unit dan Prosedur Penanggulangan


Kebakaran
Merah
Tidak adanya unit dan prosedur penanggulangan
kebakaran pada PT X tidak sesuai dengan Ke-
putusan Menteri Tenaga Kerja No. 186 Tahun 1999
tentang Unit Penanggulangan Kebakaran. Peran-
cangan yang dilakukan yaitu dengan menyusun
unit penanggulangan kebakaran sesuai dengan
peraturan pemerintah untuk klasifikasi tingkat risi-
ko bahaya kebakaran sedang III. Perbaikan lainnya
yaitu perancangan prosedur penanggulangan keba-
karan. Prosedur dimulai dari pelaporan kejadian,
pengidentifikasian area, pengevakuasian, pema-
daman, sampai pendokumentasian kejadian. Penyu-
Gambar 2. Tanda APAR dan ukurannya (cm)
sunan prosedur juga dilengkapi dengan PIC atau
orang yang bertanggung jawab atas kegiatan/proses Peletakkan tanda APAR di dinding juga tidak sesuai
yang berlangsung. dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No. PER.04/MEN/1980 tentang Sya-
Pelaksanaan penanggulangan kebakaran juga didu- rat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pe-
kung dengan pelatihan simulasi kebakaran dalam madam Api Ringan. Perbaikan yang dilakukan
dua kali dalam setahun. Hasil pelaksanaan simulasi yaitu memberikan desain tanda APAR pada dinding
ini akan dicatat dalam Form Hasil Pelaksanaan yang sesuai dengan peraturan, seperti pada Gambar
Simulasi. Perancangan form ini mengacu pada Ins- 2.
truksi Menteri Tenaga Kerja No. Ins. 11/M/BW/1997
tentang Pengawasan Khusus K3 Penanggulangan Sistem Penanggulangan Banjir
Kebakaran. Form ini berfungsi untuk mengetahui
apakah kelengkapan pemadam kebakaran berfung- PT X tidak memiliki unit dan prosedur penanggu-
si dengan baik dan petugas penanggulangan dapat langan banjir dan hal ini cukup berisiko. Risiko ban
mengetahui tugasnya dengan baik. jir tersebut disebabkan posisi pabrik yang bersebe-
rangan dengan sungai besar dan bagian dalam pa-
Kelengkapan Pemadam Kebakaran brik cepat terjadi genangan jika terjadi hujan lebat.
Perancangan perbaikan yang dilakukan dengan
Pemadam kebakaran yang ada di area kerja yaitu membentuk unit dan prosedur penanggulangan
APAR (Alat Pemadam Api Ringan) dan hydran yang banjir. Unit penanggulangan terdiri dari: 15 pemim-
terletak di beberapa area pabrik. Terdapat 17 buah pin petugas peran banjir, 3 regu penanggulangan
hydran dalam kondisi siap digunakan dan satu banjir, dan 1 koordinator unit penanggulangan seba-
hydran pusat di depan area pabrik. APAR yang gai penanggung jawab. Prosedur penanggulangan
digunakan yaitu gas dan powder. Tidak adanya mulai dari pemantauan debit air, pemadaman lis-
kartu inspeksi pada tabung APAR sangat berbahaya trik, pengevakuasian, penutupan jalur banjir, pem-
jika ada kebakaran. Kondisi APAR harus selalu buangan air, dan pendokumentasian kejadian. Pe-
terkontrol dan tidak melewati masa kadaluarsa, nyusunan prosedur juga dilengkapi dengan PIC
oleh karena itu dibuat Kartu Inspeksi Bulanan atau orang yang bertanggung jawab atas kegiatan/
APAR, seperti pada Gambar 1. proses yang berlangsung.

198
Budiman et al. / Perancangan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan / SNTI UK. Petra / Surabaya, November 2014 / pp. 196–201

Sistem Pelayanan Kesehatan Kerja Tabel 2. Isi kotak P3K dan jumlahnya menurut tipe kotak
Isi Kotak A Kotak B Kotak C
Sistem pelayanan kesehatan kerja dibagi menjadi Kasa steril terbungkus 20 40 40
tiga bagian. Bagian-bagian tersebut yaitu sistem Perban (lebar 5 cm) 2 4 6
penyelenggaraan kerja, kelengkapan isi kotak P3K, Perban (lebar 10 cm) 2 4 6
dan sistem pencatatan sakit atau kecelakaan akibat Plester (lebar 1,25 cm) 2 4 6
kerja. Plester cepat 10 15 20
Kapas (25 gr) 1 2 3
Kain segitiga/mitela 2 4 6
Sistem Penyelenggaraan Kesehatan Kerja
Gunting 1 1 1
Peniti 12 12 12
PT X belum memiliki pelayanan kesehatan, seperti Sarung tangan sekali 2 3 4
klinik perusahaan, dokter atau tenaga medis yang pakai (pasangan)
siap di tempat. Hal ini tidak sesuai dengan Keputus- Masker 2 4 6
an Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Pinset 1 1 1
Ketenagakerjaan No. KEP.22/DJPPK/V/2008 ten- Lampu senter 1 1 1
Gelas untuk cuci mata 1 1 1
tang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Kesehatan
Kantong plastik bersih 1 2 3
Kerja. Berdasarkan peraturan yang berlaku seharus Aquades (100% lar. Saline) 1 1 1
PT X memiliki dua macam pelayanan. Pertama, Povidon Iodin (60 ml) 1 1 1
secara preventif dan promotif yaitu berupa pembi- Alkohol 70% 1 1 1
naan dan pengawasan kesehatan dan lingkungan Buku Panduan P3K 1 1 1
kerja dari pihak luar (minimal dua bulan sekali). Buku catatan 1 1 1
Kedua, secara kuratif, rehabilitatif, dan rujukan Daftar isi kotak 1 1 1
yaitu berupa pelayanan kesehatan kerja yang
Tabel 3. Pembagian tipe kotak berdasarkan jumlah
diberikan selama jam kerja perusahaan. Menurut
pekerja
Pedoman Klinik Perusahaan [5], PT X masuk ke da-
lam tingkat I (awal) sebab belum memiliki pelaya- Jumlah Tipe
Jumlah kotak tiap 1 unit kerja
nan kesehatan pada awalnya. Jenis tenaga kesehat- pekerja kotak
an yang harus dimiliki pada tingkat I, yaitu perawat <25 org A 1 kotak A
26 – 50 org B/A 1 kotak B / 2 kotak A
dan petugas sanitasi yang telah mengikuti pelatihan
51–100 org C/B/A 1 kotak C / 2 kotak B / 4 kotak A / 1
jangka pendek di bidang pelayanan kesehatan kerja kotak B dan 2 kotak A
dan bekerja di unit perawatan kesehatan dasar.
Jenis pelayanan yang diberikan berfokus pada Tabel 4. Penentuan tipe dan jumlah kotak P3K
penurunan risiko kecelakaan kerja, kerja fisik berat,
Jumlah Jumlah pekerja Tipe
penjagaan sanitasi dan kebersihan dasar, juga Area kerja
kotak (org) kotak
memperhatikan seputar bahaya kimia, fisik, dan Plant-1 1 30 B
biologis. Hal ini dilaksanakan untuk memenuhi Plant-2 1 20 A
peraturan pelayanan secara kuratif, rehabilitatif, Plant-3 1 10 A
dan rujukan. Kantor depan 1 28 B
Kantor belakang 1 16 A
Kelengkapan Isi Kotak P3K Logistik 1 16 A
IPAL 1 5 A
Laboratorium 1 6 A
Kondisi awal dari kotak P3K hanya berisi rivanol, Boiler 1 24 A
minyak tawon, obat mata, bioplacenton, kapas, Workshop 1 36 B
betadine, masing-masing 1 buah, dan hansaplast (4 Listrik 1 6 A
buah). Hal ini tidak sesuai dengan Peraturan Men- Pos satpam 1 4 A
teri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER.15/
MEN/VIII/2008 tentang Pertolongan Pertama pada Sistem Pencatatan Sakit atau Kecelakaan
Kecelakaan di Tempat Kerja. perancangan perbaik- Akibat Kerja
an yang dilakukan sesuai dengan peraturan yang
berlaku. Jumlah masing-masing dibedakan menjadi Sistem pencatatan yang digunakan oleh perusahaan
tiga tipe kotak, pembagian ini berdasarkan jumlah hanya untuk kejadian berskala besar. Pencatatan
pekerja di masing-masing area kerja. Rincian isi hanya berfokus pada apa yang terjadi, penyebab
kotak P3K beserta jumlah tiap kotak dapat dilihat kejadian, dan tindakan korektif. Hal ini menye-
pada Tabel 2 dan pembagian tipe kotak berdasarkan babkan perhitungan kecelakaan kerja yang terjadi
jumlah pekerja pada Tabel 3. Hasil dari pembagian menjadi kurang akurat dan tidak sesuai dengan
kotak P3K menurut peraturan dapat dilihat pada Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. PER.03/
Tabel 4. MEN/1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan Peme-

199
Budiman et al. / Perancangan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan / SNTI UK. Petra / Surabaya, November 2014 / pp. 196–201

riksaan Kecelakaan. Perancangan perbaikan sistem Tabel 5. Penilaian tingkat penerapan SMK3
dilakukan dengan menggunakan dua macam sistem Kategori Tingkat pencapaian penerapan
pencatatan. Sistem pencatatan yang digunakan perusahaan 0 – 59% 60 – 84% 85 – 100%
yaitu untuk kecelakaan mayor (terdapat lost day) Kategori Tingkat Tingkat Tingkat
dan kecelakaan minor (tidak ada lost day). Sistem tingkat awal Penilaian Penilaian Penilaian
pencatatan mayor lebih lengkap meliputi iden- (64 kriteria) Penerapan Penerapan Penerapan
tifikasi kerugian, data korban, investigasi penyebab, Kurang Baik Memuaskan
tindakan pengendalian, dan rekomendasi mana- Kategori Tingkat Tingkat Tingkat
jemen. Sistem pencatatan minor hanya meliputi tingkat Penilaian Penilaian Penilaian
data korban, sumber bahaya/area kejadian, dan transisi (122 Penerapan Penerapan Penerapan
kriteria) Kurang Baik Memuaskan
jenis kecelakaan yang dialami. Hasil pencatatan ter-
Kategori Tingkat Tingkat Tingkat
sebut kemudian dianalisa untuk mengetahui apa- tingkat Penilaian Penilaian Penilaian
kah terjadi perubahan jumlah kecelakaan. Analisa lanjutan (166 Penerapan Penerapan Penerapan
perhitungan yang dilakukan menggunakan tingkat kriteria) Kurang Baik Memuaskan
kekerapan (FR), Safe-T-Score (STS), dan tingkat
keparahan (SR). Form pencatatan ini direkap setiap Sumber bahaya terbesar yang ada di plant-2
sebulan sekali. berdasarkan penilaian risiko yaitu suara keras dari
mesin pembentukan vacuum (RPN=84). Pekerja
Sistem Penanganan B3 dapat terkejut dan terjatuh dari ketinggian. Tin-
dakan pencegahan yang diberikan yaitu pemberian
PT X menggunakan bahan kimia dalam proses APD (earplug).
produksinya, oleh karena itu berpotensi terjadi
tumpahan bahan kimia, sedangkan belum ada Sumber bahaya terbesar yang ada di plant-3
prosedur penanganan tumpahan B3. Hal ini tidak (ekstraksi) berdasarkan penilaian risiko yaitu tangki
sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI hexane (RPN=64). Pekerja dapat pening, pusing,
No. Kep. 187/MEN/1999 tentang Pengendalian ba-
bahkan pingsan. Dampak yang timbul adalah pe-
han Kimia Berbahaya di Tempat Kerja. Perancang-
kerja tersebut tidak dapat bekerja kembali. Tin-
an perbaikan yang dilakukan dengan membuat
dakan pencegahan yang diberikan yaitu pemberian
prosedur penanganan tumpahan B3. Penanganan
APD (masker).
tumpahan dibedakan menjadi dua macam, yaitu
untuk kategori kecil (<300 cc) dan sedang (300 cc –
500 liter), juga untuk ketegori besar (>5 liter). Sumber bahaya terbesar yang ada di plant-3
Penanganan kategori kecil dan sedang dapat dilaku- (pelletizing) berdasarkan penilaian risiko yaitu area
kan sendiri oleh pekerja yang telah dilatih. Pena- kerja yang berdebu dan pekerja sering tidak
nganan kategori besar harus dilakukan oleh pihak menggunakan APD (RPN=64). Debu yang ada
yang berwenang. Perancangan prosedur penangan- dapat terhirup oleh pekerja dan dampaknya adalah
an tumpahan mulai dari pemantauan skala pekerja tersebut bisa mengalami gangguan per-
tumpahan, pengevakuasian, pembersihan tum- napasan. Tindakan pencegahan yang diberikan
pahan, pembuangan limbah tumpahan, pemantau- yaitu pemberian APD (masker).
an efek samping tumpahan, sampai pendokumen-
tasian kejadian. Kesesuaian Penerapan Standar SMK3

Penilaian Risiko (Risk Assessment) Penilaian Kesesuaian Penerapan Standar SMK3


yang dilakukan mengacu pada Peraturan Pemerin
Penilaian risiko ini dilakukan untuk mengetahui tah Republik Indonesia No. 50 Tahun 2012 tentang
sumber bahaya terbesar yang ada di tiap plant, Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
sebab penilaian ini hanya dilakukan pada bagian Kesehatan Kerja. Penilaian kesesuaian ini berguna
area produksi saja. Metode yang digunakan yaitu untuk melihat bagaimana penerapan SMK3 yang
FMEA (Failure Mode and Effect Analysis). ada di perusahaan baik sebelum maupun setelah
perbaikan. Tingkat penerapan SMK3 dapat dilihat
Sumber bahaya terbesar yang ada di plant-1 pada Tabel 5. PT X masuk ke dalam kategori peru-
berdasarkan penilaian risiko yaitu adanya conveyor sahaan tingkat awal sebab belum memiliki pene-
yang terbuka (RPN=108). Pekerja atau orang yang rapan SMK3, oleh karena itu hanya menggunakan
berada di sekitarnya berisiko untuk terpeleset dan pemenuhan 64 kriteria.
dapat terkena pisau conveyor. Dampak bahayanya
yaitu dapat terluka/kehilangan anggota tubuh. Tin- Kondisi awal perusahaan sebelum dilakukan per-
dakan pencegahan yang diberikan yaitu pemberian baikan SMK3 hanya memenuhi 23 kriteria atau
APD (helm, sepatu karet anti-minyak, sarung sebesar 35,9% sehingga dinyatakan dalam Tingkat
tangan) dan perbaikan tutup conveyor. Penilaian Penetapa Kurang. Perancangan perbaik-

200
Budiman et al. / Perancangan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan / SNTI UK. Petra / Surabaya, November 2014 / pp. 196–201

an SMK3 telah dilakukan pada beberapa aspek dan lainnya yang diperbaiki juga yaitu sistem penyeleng-
terjadi peningkatan dalam pemenuhan kriteria. garaan kesehatan kerja yang menyatakan bahwa
Saat ini PT X telah memenuhi 51 kriteria atau perusahaan seharusnya memiliki tenaga medis di
sebesar 79,6% sehingga dalam Tingkat Penilaian tempat.
Penerapan Baik.
Kondisi awal perusahaan hanya memenuhi 35,9%
Simpulan kriteria penilaian pemenuhan standar SMK3 dan
masuk dalam Tingkat Penilaian Penetapan Kurang.
PT X merupakan pabrik minyak nabati dengan Perbaikan yang dilakukan berhasil meningkatkan
±300 orang pekerja, namun belum memiliki SMK3. pemenuhan standar SMK3 menjadi 79,6% kriteria
Hal ini menyebabkan kecelakaan kerja terus terjadi. atau terjadi peningkatan sebanyak 43,7% dan
Langkah awal yang dilakukan yaitu melakukan dinyatakan dalam Tingkat Penilaian Penerapan
identifikasi bahaya dan penilaian risiko (hanya pada Baik
plant-1, plant-2, plant-3). Sumber bahaya terbesar
pada plant-1 (RPN=108) adalah adanya conveyor Daftar Pustaka
yang terbuka. Sumber bahaya terbesar pada plant-2
(RPN=84) adalah suara keras yang dihasilkan 1. Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Ma-
mesin pembentukan vacuum. Sumber bahaya nusia Perusahaan, Bandung, PT. Remaja Rosda
terbesar pada plant-3 ekstraksi (RPN=64) adalah Karya, 2002.
tangki hexane. Sumber bahaya terbesar pada plant- 2. Zwetsloot, , A R. van Scheppingen, E H. Bos, A
3 pelletizing (RPN=96) adalah area kerja yang Dijkman,a nd A Starren, The Core Values that
berdebu dan pekerja seringkali lalai dalam peng- Support Health, Safety, and Well-being at Work,
gunaan APD. Safety and Health at Work, 4, 2013, pp 187-196.
3. Stamatis, D.H. Failure Mode and Effect Analysis:
Perancangan perbaikan SMK3 dilakukan pada FMEA from Theory to Execution. Milwaukee:
beberapa aspek dan dibuat berdasarkan peraturan Wisconsin, 1995.
pemerintah yang berlaku. Aspek keselamatan kerja 4. Anton, T. J. Occupational Safety and Health
meliputi penggunaan APD dan pemasangan rambu- Management. Singapore: McGraw-Hill. 1989.
rambu mengacu pada bahaya yang ada, pembuatan 5. Asfahl, R. C and David W. R., Industrial Safety
prosedur dan unit penanggulangan kebakaran dan and Health Management. New Jersey: Upper
kebanjiran, juga prosedur penanganan B3 khusus- Saddle River, 2010.
nya tumpahan B3. Aspek kesehatan kerja ditingkat- 6. Suma'mur, Keselamatan Kerja dan Pencegahan
kan dengan melakukan perbaikan pada sistem Kecelakaan, Jakarta: PT. Gunung Agung, 1985.
pelayanan kesehatan kerja, seperti perbaikan ke- 7. Direktorat Bina Kesehatan Kerja, Pedoman
lengkapan isi kotak P3K dan pembuatan form Klinik di Tempat Kerja/Perusahaan. Direktorat
pencatatan kecelakaan kerja untuk kecelakaan Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Depart-
mayor dan minor. Sistem pelayanan kesehatan kerja emen Kesehatan R.I. 2009.

201

Anda mungkin juga menyukai