Isi Paru Case Ppok
Isi Paru Case Ppok
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Di Indonesia tidak ada data yang akurat tentang kekerapan PPOK. Pada Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1986 asma, bronkitis kronik dan emfisema
menduduki peringkat ke - 5 sebagai penyebab kesakitan terbanyak dari 10 penyebab
kesakitan utama. SKRT Depkes RI 1992 menunjukkan angka kematian karena
asma, bronkitis kronik dan emfisema menduduki peringkat ke-6
dari10penyebabtersering kematian di Indonesia.
1.2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Penulis laporan kasus ini bertujuan untuk melengkapi syarat kepanitraan
klinik senior (KKS) bagian pulmonologi dan ilmu kedokteran respirasi di
Rumah Sakit Umum Daerah Solok.
b. Tujuan Khusus
Mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan PPOK
Definisi dan Klasifikasi
Epidemiologi
Etiologi
Patogenesis
Gejala klinis
Diagnosis
Penatalaksanaan
1
1.3.Manfaat
a. Bagi Mahasiswa
Sebagai bahan acuan dalam memahami dan mempelajari mengenai PPOK
b. Bagi Masyarakat
Dapat menambah pengetahuan terhadap penyakit ini beserta pencegahan
dan pengobatan. Dengan demikian penderita dapat mengatahui bagaimana
tindakan selanjutnya apabila mengalami gejala-gejala yang mengarah pada
penyakit tersebut.
2
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1.Definisi PPOK
Pertambahan penduduk
Industrialisasi
3
Dalam pencatatan riwayat merokok perlu diperhatikan :
a. Riwayat merokok
Perokok aktif
Perokok pasif
Bekas perokok
b. Derajat berat merokok dengan Indeks Brikman (IB), yaitu
perkalian jumlah rata-rata batang rokok dihisap sehari dikalikan
lama merokok dalam tahun :
Ringan : 0-200
Sedang : 200-600
Berat :>600
2. Riwayat terpajan polusi udara di lingkungan dan tempat kerja
Polusi di dalam ruangan
Asap rokok
Asap kompor
Bahan kimia
Zat iritasi
Gas beracun
3. Infeksi saluran nafas bawah berulang
4. Sosial ekonomi
5. Tumbuh kembang paru
6. Asma
4
2.3.Patofisiologi
5
Ada beberapa karakteristik inflamasi yang terjadi pada pasien PPOK,
yakni : peningkatan jumlah neutrofil (didalam lumen saluran nafas),
makrofag (lumen saluran nafas, dinding saluran nafas, dan parenkim),
limfosit CD 8+ (dinding saluran nafas dan parenkim). Yang mana hal ini
dapat dibedakan dengan inflamasi yang terjadi pada penderita asma.
2.4.Klasifikasi PPOK
Keterbatasan / hambatan aliran udara yang berat (VEP1 / KVP < 70%;
VEP1 < 30% prediksi) atau VEP1 < 50% prediksi ditambah dengan adanya
gagal nafas kronik dan gagal jantung kanan.
6
Terdapat ketidak sesuaian antara nilai VEP1 dan gejala penderita, oleh
sebab itu perlu diperhatikan kondisi lain. Gejala sesak napas mungkin tidak
bisa diprediksi dengan VEP1
2.5.Diagnosis
Gejala dan tanda PPOK sangat bervariasi, mulai dari tanpa gejala,
gejala ringan hingga berat. Pada pemeriksaan fisis tidak ditemukan kelainan
jelas dan tanda inflasi paru. Diagnosis PPOK di tegakkan berdasarkan :
1. Gambaran klinis
a.Anamnesis
b.Pemeriksaan Fisik
7
Pelebaran sela iga
Terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau
pada ekspirasi paksa ekspirasi memanjang bunyi jantung terdengar
jauh
Pink puffer: Gambaran yang khas pada emfisema, penderita kurus, kulit
kemerahan dan pernapasan pursed – lips breathing.
2.6.Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan rutin
Faal paru
8
Obstruksi ditentukan oleh nilai VEP1 prediksi (%) dan atau
VEP1/KVP (%).
Obstruksi: % VEP1(VEP1/VEP1 pred) < 80% VEP1%
(VEP1/KVP) < 75 %
VEP1 merupakan parameter yang paling umum dipakai untuk
menilai beratnya PPOK dan memantau perjalanan penyakit.
Apabila spirometri tidak tersedia atau tidak mungkin dilakukan,
APE meter walaupun kurang tepat, dapat dipakai sebagai alternatif
dengan memantau variabiliti harian pagi dan sore, tidak lebih dari
20%
Hiperinflasi
Hiperlusen
Ruang retrosternal melebar
Diafragma mendatar
Jantung menggantung (jantung pendulum / tear drop / eye
drop appearance)
Normal
Corakan bronkovaskuler bertambah pada 21 % kasus
b. Pemeriksaan khusus
Faal paru
9
Sgaw meningkat
Variabiliti Harian APE kurang dari 20 %
Radiologi
Asma
2.8.Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan:
Mengurangi gejala
Mencegah eksaserbasi berulang
10
Memperbaiki dan mencegah penurunan faal paru
Meningkatkan kualiti hidup penderita
1. Edukasi
2. Obat – obatan
3. Terapi oksigen
4. Ventilasi mekanik
5. Nutrisi
6. Rehabilitasi
1. Edukasi
11
Secara umum bahan edukasi yang harus diberikan adalah
5. Penyesuaian aktiviti
1. Berhenti merokok
3. Penggunaan oksigen
Berapa dosisnya
12
5. Tanda eksaserbasi :
Sputum bertambah
Ringan
Sedang
Berat
2. Obat – obatan
a. Bronkodilator
13
Diberikan secara tunggal atau kombinasi dari ketiga jenis
bronkodilator dan disesuaikan dengan klasifikasi derajat berat penyakit (
lihat tabel 2 ). Pemilihan bentuk obat diutamakan inhalasi, nebuliser tidak
dianjurkan pada penggunaan jangka panjang. Pada derajat berat
diutamakan pemberian obat lepas lambat (slow release) atau obat berefek
panjang (long acting).
Golongan antikolinergik
Contoh : Salbutamol
14
Golongan xantin
b. Antiinflamasi
Digunakan bila terjadi eksaserbasi akut dalam bentuk oral atau injeksi
intravena, berfungsi menekan inflamasi yang terjadi, dipilih golongan
metilprednisolon atau prednison. Bentuk inhalasi sebagai terapi jangka
panjang diberikan bila terbukti uji kortikosteroid positif yaitu terdapat
perbaikan VEP1 pascabronkodilator meningkat > 20% dan minimal
250 mg.
c. Antibiotika
Sefalosporin
Kuinolon
Makrolid baru
d. Antioksidan
15
e. Mukolitik
f. Antitusif
3. Terapi Oksigen
a. Manfaat oksigen:
Mengurangi sesak
Memperbaiki aktiviti
Mengurangi hipertensi pulmonal
Mengurangi vasokonstriksi
Mengurangi hematokrit
Memperbaiki fungsi neuropsikiatri
Meningkatkan kualiti hidup
b. Indikasi
16
4. Nutrisi
17
Hipofosfatemi
Hiperkalemi
Hipokalsemi
Hipomagnesemi
1. Bulektomi
3. Transplantasi paru
2.8.Komplikasi
1. Gagal napas
2. Infeksi berulang
3. Kor pulmonal
18
Gagal napas kronik :
Hasil analisis gas darah Po2 < 60 mmHg dan Pco2 > 60
mmHg, dan pH normal, penatalaksanaan :
Jaga keseimbangan Po2 dan PCo2
Bronkodilator adekuat
Terapi oksigen yang adekuat terutama waktu latihan atau waktu
tidur
Antioksidan
Latihan pernapasan dengan pursed lips breathing Gagal napas akut pada
gagal napas kronik, ditandai oleh :
2.9.Pencegahan
19
2. Mencegah perburukan PPOK
Berhenti merokok
Gunakan obat-obatan adekuat
Mencegah eksaserbasi berulang
20
BAB III
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien :
Anamnesis.
Keluhan Utama : Sesak nafas meningkat sejak 1 hari yang lalu sebelum
masuk Rumah Sakit.
Sesak nafas meningkat sejak 1 hari yang lalu sebelum masuk Rumah
Sakit. Sesak sudah dirasakan sejak 10 tahun yang lalu. Sesak menciut,
dipengaruhi oleh aktivitas, cuaca panas, dan tidak dipengaruhi oleh
emosi dan makanan.
Sesak nafas muncul sering dalam 1 bulan ini dan sering membangunkan
pasien dari tidur pada malam hari.
Batuk berdahak sudah dirasakan sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit.
Sudah dirasakan sejak 15 tahun. Dahak berwarna putih kekuningan,
kental, tidak berdarah dan hilang timbul.
Nyeri dada sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Sudah dirasakan
sejak 1 bulan. Hilang timbul dan tidak menjalar.
Nafsu makan menurun sejak 1 bulan yang lalu.
Tidak ada penurunan berat badan.
Tidak ada demam.
Tidak ada keringat malam
21
BAB dan BAK normal.
Pasien pernah dirawat dibangsal Paru RSUD Solok lebih kurang 1 bulan
yang lalu dengan keluhan yang sama.
Riwayat asma
Riwayat minum OAT disangkal.
Riwayat hipertensi disangkal
Pemeriksaan Umum :
22
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Leher : JVP 5-2 Cm H2O
Pembesaran KGB : Tidak ada pembesaran.
Thoraks :
Paru- paru.
Inspeksi : Gerakan dinding dada simetris kiri dan kanan
dalam keadaan statis dan dinamis.
Palpasi : Fremitus taktil kiri melemah dari kanan
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru.
Auskultasi : Suara nafas vesikuler. Ekspirasi memanjang (+/+),
whezing (+/+), rhonki (-/-)
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat.
Palpasi :Iktus cordis tidak teraba.
Perkusi : jantung dalam batas normal
Auskultasi : Reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Normal, tidak tampak membuncit, Sikatrik (-),
kelainan kulit (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), nyeri lepas (-)Hepar dan lien tidak
teraba
Perkusi :Timpani
Auskultasi : Bising Usus (+) Normal
Ekstremitas
Edema : Tidak ada
Akral : Hangat
Pemeriksaan Laboratorium
Darah Rutin :
Hb : 14,3 gr/dl
23
Leukosit: 5,64x 103 /UL Trombosit: 179 x 103 /UL
Diagnosa Kerja :
Diagnosa Banding :
Penatalaksanaan
o Edukasi
Menyesuaikan kebiasaan hidup dengan keterbatasan aktivitas seperti
berbicara dan bergerak
Mencegah penyakit menjadi berat dengan menghindari pencetus
Memberikan informasi tentang diet PPOK tinggi protein rendah
karbohidrat.
o Pemberian Oksigen 2-3 liter/menit
o IVFD RL 12 jam/kolf
o Aminofilin drip : 240 mg/12 jam
o Bronkodilator : (nebulizer)
Salbutamol : 200 mcg 3-4x/hari
Ipratropium bromide : 40 mcg 3-4x/hari
o Ambroxol 30 mg 3x1 (P.O)
o Antiinflamasi : Metyl prednisolon 2 x 4 mg
o Amoksisilin : 500 mg 3 x 1
24
Saran atau Nasehat
25
BAB IV
KESIMPULAN
Penyakit Paru Obstrutif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang
ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat reversibel
parsial, bersifat progresif, dan berhubungan denganrespons inflamasi paru yang
disebabkan oleh pajanan gas berbahaya yang dapat memberikan gambaran
gangguan sistemik. Gangguan ini dapat dicegah dan dapat diobati. Penyebab
utama PPOK adalah rokok, asap polusi dari pembakaran, dan partikel gas
berbahaya.
26
DAFTAR PUSTAKA
27