Evaluasi PNPM Mandiri PDF
Evaluasi PNPM Mandiri PDF
Penanggung Jawab:
Yohandarwati Arifiyatno
Tim Penyusun:
Bambang Triyono
Haryo Raharjo
Faiq
Meitha Ika Pratiwi
Novi Mulia Ayu
Tini Partini Nuryawani
Tenaga Ahli:
Rani Toersilaningsih
ii
KATA PENGANTAR
Yohandarwati Arifiyatno
iii
DAFTAR ISI
Halaman
v
DAFTAR TABEL
Halaman
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
vii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Permasalahan
Dalam perkembangan pelaksanaan RPJMN 2004-2009, pada tahun 2008
banyak diperdebatkan jumlah dan jenis program yang termasuk di dalam program
penanggulangan kemiskinan, mengingat kemiskinan memiliki dimensi
pendapatan dan dimensi non-pendapatan yang lebih luas. Oleh karena itu,
program-program penanggulangan kemiskinan dikelompokkan menjadi 3 (tiga)
kluster yaitu: (1) Program bantuan dan jaminan sosial, yaitu program yang
ditujukan untuk membantu masyarakat dan keluarga miskin dalam menjangkau
akses pelayanan dasar guna memenuhi kebutuhan dasarnya. Bantuan ini diberikan
untuk meringankan beban hidup keluarga miskin; (2) Program pemberdayaan
masyarakat atau dikenal dengan PNPM Mandiri, yaitu program yang memberi
pendampingan dan pembekalan untuk memampukan masyarakat miskin
menentukan arah, langkah, dan upaya untuk memanfaatkan sumberdaya yang
tersedia dalam rangka mengentaskan dirinya dari kemiskinan; (3) Program yang
membantu usaha mikro dan kecil untuk meningkatkan dan memperluas usahanya
agar masyarakat miskin semakin stabil dan meningkat pendapatannya. Ketiga
kelompok program ini atau ketiga kluster inilah yang diarahkan sebagai program
penanggulangan kemiskinan. Rincian dari program-program yang termasuk di
dalam 3 (tiga) kluster ini selanjutnya dijabarkan di dalam Rencana Kerja
Pemerintah (RKP) setiap tahunnya.
Kelompok program pemberdayaan masyarakat (PNPM Mandiri)
dilaksanakan melalui harmonisasi dan pengembangan sistem serta mekanisme
dan prosedur program, penyediaan pendampingan dan pendanaan stimulan untuk
mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan
kemiskinan yang berkelanjutan. PNPM Mandiri pada dasarnya terbuka bagi semua
kegiatan penanggulangan kemiskinan yang diusulkan dan disepakati masyarakat,
meliputi: (1) Penyediaan dan perbaikan pasarana/sarana lingkungan permukiman,
sosial dan ekonomi secara kegiatan padat karya; (2) Penyediaan sumberdaya
keuangan melalui dana bergulir dan kredit mikro untuk mengembangkan kegiatan
ekonomi masyarakat miskin. Perhatian yang lebih besar diberikan bagi kaum
perempuan untuk memanfaatkan dana bergulir ini; (3) Kegiatan terkait
peningkatan kualitas sumberdaya manusia, terutama yang bertujuan
mempercepat pencapaian target MDGs; dan (4) Peningkatan kapasitas
masyarakat dan pemerintahan lokal melalui penyadaran kritis, pelatihan
keterampilan usaha, manajemen organisasi dan keuangan, serta penerapan tata
kepemerintahan yang baik.
Halaman | 2
Pada saat diluncurkan (30 April 2007) PNPM Mandiri terdiri dari: (1) PNPM
Mandiri Perdesaan yang merupakan pernyempurnaan dari Program
Pengembangan Kecamatan (PPK), dan (2) PNPM Mandiri Perkotaan yang
merupakan penyempurnaan dari Program Pengentasan Kemiskinan di Perkotaan
(P2KP). Pada Tahun 2008, pada PNPM Mandiri ditambahkan program-program
yang berbasis pemberdayaan masyarakat, sehingga PNPM Mandiri selain PNPM
Mandiri Perdesaan dan PNPM Mandiri Perkotaan ditambah dengan beberapa
program lainnya: (1) PNPM-P2DTK (Program Pembangunan Daerah Khusus dan
Tertinggal; (2) PNPM-PPIP ( Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan)
yang pada tahun 2009 menjadi RIS-PNPM (Rural Infrastructure Services; dan (3)
PNPM-PISEW/RISE (Program Infrastuktur Sosial Ekonomi Wilayah/Rural
Infrastructure for Social and Economic Activities).
Ke-5 program dalam PNPM Mandiri ini merupakan Program Inti (Core), yang
artinya program yang membangun sistem, proses dan prosedur serta wadah bagi
pemberdayaan masyarakat di setiap desa. Kemudian, sejak tahun 2008,
dikembangkan pula PNPM yang sifatnya sektoral, dalam artian tidak sepenuhnya
open menu namun sudah terfokus pada sektor tertentu, yaitu: (1) PNPM PUAP
(Program Usaha Agribisnis Perdesaan); (2) PNPM-KP (Kelautan dan Perikanan); (3)
PNPM-Pariwisata; dan (4) PNPM-Permukiman.
Halaman | 3
Selain itu juga dikembangkan skema-skema PNPM yang sifatnya
terfokus pada kelompok sasaran tertentu dan ditambahkan (on-top) pada PNPM
inti, yaitu: (1) PNPM Generasi Sehat Cerdas (PNPM untuk meningkatkan
Kesehatan Ibu dan anak dan pendidikan keluarga); (2) PNPM Hijau (Green KDP),
ditambahkan pada lokasi PNPM Perdesaan; dan (3) PNPM-Peduli, PNPM yang
diperuntukkan bagi Kelompok masyarakat rentan (korban trafficking, PSK,
transgender, anak yatim, para janda kepala keluarga, penyandang cacat, KAT,
penderita HIV/AIDS, penderita lepra, pecandu narkoba, kelompok marginal
lainnya).
Hasil Evaluasi Dua Tahun Pelaksanaan RPJMN 2010-2014 menunjukkan
telah dipenuhinya target (11,5-12,5 persen) angka kemiskinan tahun 2011, yaitu
sebesar 12,49 persen. Namun demikian, upaya penanggulangan kemiskinan masih
perlu ditingkatkan agar target tingkat kemiskinan sebesar 8-10 persen pada tahun
2014, dapat dicapai. Secara nasional, tingkat kemiskinan mengalami penurunan
meskipun tingkat penurunannya cenderung melambat. Pada tahun 2009 terjadi
penurunan kemiskinan 1,27 persen dari tahun 2008, namun kemudian terjadi
perlambatan penurunan pada tahun 2010 menjadi hanya 0,82 persen, dan sedikit
peningkatan pada tahun 2011 sebesar 0,84 persen.
Pencapaian upaya peningkatan keberdayaan masyarakat perdesaan
sampai dengan akhir tahun 2011 adalah penerapan dan penguatan PNPM-MP di
4.493 kecamatan di 30 provinsi. Sementara itu, dalam upaya meningkatkan
ekonomi perdesaan, hasil-hasil yang telah dicapai sampai dengan akhir tahun 2011
adalah terlaksananya pengembangan usaha ekonomi masyarakat tertinggal
termasuk PNPM-PISEW di sembilan provinsi.
Namun demikian, berbagai kebijakan dan program penanggulangan
kemiskinan termasuk yang dilaksanakan melalui pemberdayaan masyarakat
masih memiliki berbagai kelemahan, seperti halnya yang disampaikan oleh
Komite Penanggulangan Kemiskinan (KPK, 2003) antara lain: (1) Program-
program penanggulangan kemiskinan masih bersifat parsial, belum terpadu dan
komprehensif; (2) Belum tersedianya instrumen upaya penanggulangan
kemiskinan yang spesifik sesuai dengan keragaman dimensi permasalahan
kemiskinan di setiap daerah; (3) Berbagai kebijakan yang semula diproyeksikan
untuk mengatasi masalah kemiskinan pada kenyataannya melahirkan masalah
baru, yang menyebabkan berkurangnya kepercayaan publik terhadap pemerintah
dalam menangani masalah kemiskinan; dan (4) Lemahnya birokrasi pemerintah,
kecilnya peran masyarakat, LSM, tidak sinkronnya kebijakan pusat dan daerah,
terhambatnya komunikasi pembuat program dengan stakeholders.
Rahman et.al (2010) pada proposal penelitian di Pusat Analisis Sosial
Ekonomi dan Kebijakan Pertanian juga menyebutkan bahwa permasalahan pokok
pengentasan kemiskinan adalah koordinasi, sinergi, dan efektivitas program lintas
Halaman | 4
sektoral yang mencakup program pembangunan, pemberdayaan dan jaring
pengaman sosial. Alokasi dana program pengentasan kemiskinan yang dilakukan
berbagai kementerian terus ditingkatkan dari tahun ke tahun. Bahkan pada
momen tertentu (antisipasi pengurangan dampak subsidi BBM) dilakukan
peningkatan alokasi dana secara signifikan. Namun demikian, penurunan populasi
penduduk miskin relatif kecil dan bahkan cenderung mengalami perlambatan.
Kondisi di atas menunjukkan, bahwa permasalahan kemiskinan selalu
ada setiap tahunnya, sehingga membutuhkan kemauan (political will) dan kerja
ekstra keras dari berbagai komponen bangsa, supaya program-program yang
digulirkan beserta alokasi anggaran untuk penanggulangan kemiskinan tidak
berjalan di tempat. Oleh karena itu diperlukan suatu evaluasi implementasi dari
program penanggulangan kemiskinan, khususnya dalam hal ini yang berbasis pada
pemberdayaan masyarakat (PNPM Mandiri), yang dapat menunjukkan sejauh
mana perkembangan pelaksanaan program tersebut, hasil apa saja yang berhasil
dibuahkan, sekaligus reviu permasalahan, tantangan dan solusi yang diterapkan.
1.3 Tujuan
Tujuan kegiatan Evaluasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
(PNPM) Mandiri ini adalah untuk:
1. Mengidentifikasi perkembangan pelaksanaan PNPM Mandiri sejak
diluncurkan pada tahun 2007 sampai dengan saat ini;
2. Menganalisis baik secara teoritis dan empirik potensi PNPM Mandiri dalam
menanggulangi kemiskinan;
3. Menyusun rekomendasi kebijakan ataupun strategi penanggulangan
kemiskinan yang sesuai untuk percepatan penurunan angka kemiskinan di
Indonesia, khususnya yang relevan untuk memaksimalkan peran PNPM
dalam penanggulangan kemiskinan.
Halaman | 5
1.5 Keluaran yang Diharapkan
Keluaran yang diharapkan dari kegiatan Penyusunan Evaluasi Kinerja
Pembangunan Sektoral ini adalah Laporan Evaluasi Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri yang memuat rekomendasi dan
masukan guna perbaikan perencanaan penanggulangan kemiskinan di masa yang
akan datang.
1.6 Metodologi
1.6.1 Pendekatan Kajian
Kajian ini merupakan kajian yang menggunakan pendekatan kuantitatif
dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan mengolah data-data
sekunder yang berkaitan dengan pelaksanaan PNPM Mandiri, baik yang berasal
dari BPS maupun sumber-sumber lain yang dapat dipercaya. Adapun pendekatan
kualitatif dilakukan untuk mengumpulkan informasi pelaksanaan PNPM Mandiri di
tingkat akar rumput. Pendekatan kualitatif dengan menggunakan indepth
interview dengan para pemangku kepentingan maupun pelaksana di tingkat
lapangan.
1.6.2 Langkah-langkah Kajian
Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah:
1. Melakukan desk review tentang:
a. kebijakan pengentasan kemiskinan;
b. pemberdayaan masyarakat dan skema program pengentasan kemiskinan
yang sudah dilakukan, permasalahan dan kemungkinan mengatasi
permasalahan.
2. Melakukan pengolahan data sekunder dari berbagai sumber data
3. Melakukan penelitian lapangan dengan pedekatan kualitatif
a. penelitian akan dilakukan di 3 provinsi yaitu : Provinsi Jawa Barat, Provinsi
DI Yogyakarta, Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Bali;
b. pengumpulan data dilakukan dengan metode indepth interview pada
beberapa informan kunci, diantaranya ketua kelompok usaha, ketua
kelompok PNPM Mandiri di tingkat kecamatan.
4. Pengolahan data kuantitif dan kualitatif
5. Analisis dilakukan dengan metode deksriptif sederhana dan analisa isi
terhadap hasil pengumpulan data yang dilakukan baik melalui desk review,
data kualitatif lapangan maupun data sekunder.
Halaman | 6
BAB 2
KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
Halaman | 7
Gambar 2.1 Tingkat Kemiskinan Indonesia 2004-2012
Halaman | 10
miskin yang menunjukkan kecenderungan meningkat pada tahun-tahun terakhir
ini.
0,45
0,4 0,38
0,37
0,363 0,364
0,355 0,35
0,35 0,329
0,308
0,3
0,25
1996 1999 2002 2005 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Halaman | 11
a. Program Keluarga Harapan (PKH) yang diarahkan untuk meningkatkan
kualitas SDM melalui kesehatan dan pendidikan bagi angggota RTSM yang
diberikan dalam bentuk bantuan bersyarat dengan anggaran 2,8 Trilyun untuk
2,4 juta RTSM sasaran.
b. Pemberian beras murah untuk rakyat miskin yang dikenal dengan Raskin,
dengan anggaran Rp17,2 Trilyun untuk 15,5 juta RTS
c. Peningkatan pemberdayaan masyarakat melalui pelaksanaan program PNPM
Mandiri, yang antara lain terdiri atas: (1) PNPM Perdesaan di 5.230 kecamatan
(Rp8,0 T); dan (2) PNPM Perkotaan di 10.922 kelurahan (Rp1,7 T).
Adapun target penurunan kemiskinan dalam program MP3KI terlihat
dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 2.1 Target MP3KI 2012 - 2020
Tahapan
Tahapan Tahapan
Indikator Transformasi dan
Kondisi 2012 Rekonsolidasi Keberlanjutan
Nasional Perluasan (2015-
(2012-2014) (2021-2025)
2020)
Tingkat 12,49 9,00 – 10,75 6,50-8,00 4,00-5,00
Kemiskinan
Angka Harapan 70,90 72,00 – 73,50 7,50- 75,50 77,00-78,00
Hidup
Angka Rata-rata 7,92 8,20 9,20 12,00
Lama Sekolah
Angka Kematian 27 19 13 6-9
Bayi
Laju Pertumbuhan 1,49 1,39 1,2 0,98
Penduduk
PDB per kapita 3.540 4.500-5.000 8.000-10.000 14.000-16.000
Sumber: Susenas, Target MP3EI dan RPJPN
Halaman | 12
bahkan sejauh mana pemenuhan satu atau beberapa asset prioritas tersebut
mampu menjadi penggerak dari pemenuhan aset lainnya.1
1
Kementerian PPN/Bappenas. “Pedoman Umum Program Pengembangan Penghidupan Berkelanjutan
(P2B) TA 2014”.
Halaman | 13
perluasan aksesibilitas, akseptabilitas, peningkatan kualitas dan kuantitas
pelayanan terutama pelayanan kebutuhan dasar sandang, pangan, papan,
kesehatan, pendidikan dan hal dasar lainnya.
Upaya serius pemerintah pada waktu itu terbukti mampu menurunkan
angka kemiskinan yang tinggi dari 405 pada awal Repelita II sekitar tahun 1976
menjadi hanya 11persen pada awal repelita V yaitu tahun 1996 (Mubyarto,2003).
Namun ketika krisis ekonomi melanda dunia pada tahun 1997, dimana Indonesia
mengalami tidak hanya krisis ekonomi tetapi juga krisis multi dimensi yang
menyebabkan tatanan pemerintahan di Indonesia berubah dari Orde Baru ke Orde
reformasi yang ditandai dengan turunnya presiden Suharto digantikan oleh
presiden BJ Habibie pada tahun 1998.
Salah satu program khusus yang dikembangkan dalam Repelita VI adalah
program Inpres Desa Tertinggal (IDT) yang berprinsip pada pemberdayaan
penduduk miskin. Dalam melaksanakan Program IDT dipakai landasan pikir
bahwa penduduk miskin bukanlah penduduk yang sama sekali tidak memiliki apa-
apa tetapi memiliki sesuatu walaupun serba sedikit dan juga mempunyai potensi
yang dapat dikembangkan. Disamping itu, Program IDT mempunyai tiga misi
yaitu sebagai pemicu dan pemacu gerakan nasional penanggulangan kemiskinan;
sebagai strategi dalam pemerataan dan penajaman program pembangunan; dan
sebagai upaya pengembangan ekonomi rakyat. Program ini memberian bantuan
modal kerja bagi kelompok masyarakat. Selama Repelita VI jumlah desa yang
dijangkau, yaitu yang mendapat bantuan langsung program IDT adalah 28.376
desa dengan dana hibah bergulir sebesar Rp 1,5 triliun termasuk rencana anggaran
untuk tahun anggaran 1998/99. Jumlah desa yang mendapatkan bantuan langsung
pada tahun pertama Repelita VI (tahun 1994/95) adalah sebanyak 20.633 desa
dengan jumlah alokasi dana bantuan modal kerja langsung sebesar Rp412,66
miliar.
Program Inpres Desa Tertinggal (IDT) yang ditujukan untuk meningkatkan
kualitas kesejahteraan masyarakat miskin melalui pengembangan sumberdaya
manusia, modal, dan usaha produktif serta pengembangan kelembagaan. Lingkup
dari program IDT menyangkut kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang tinggal di
desa-desa tertinggal. Akselerasi kegiatan sosial ekonomi dilakukan melalui
pengembangan sumberdaya ekonomi dipedesaan, suplai kebutuhan dasar,
pelayanan jasa, dan penciptaan lingkungan pendukung bagi proses pengentasan
kemiskinan. Program IDT, selain memberikan dukungan dana 20 juta per desa
tertinggal, juga memberikan dukungan dalam bentukpelatihan, supervisi dan
tenaga pendamping. Lebih dari itu, program IDT juga membantu
mengembangkan infrastruktur seperti jalan, jembatan, air bersih dan kebutuhan
lainnya sesuai dengan kondisi pedesaan.
Halaman | 14
Tahun 1997/1998 diluncurkan pula program jaring pengaman social untuk
mengatasi krisis ekonomi diluncurkan jaring Pengaman Sosial untuk:
Memulihkan kecukupan pangan yang terjangkau oleh masyarakat miskin
Menciptakan kesempatan kerja yang dapat meningatkan pendapatan dan daya
beli masyarakat miskin
Memulihkan pelayanan kesehatan dan pendidikan yang terjangka bagi
masyarakat miskin
Memulihkan ekonomi rakyat
Program JPS yang diluncurkan meliputi jaring pengaman bidang
kesehatan, pendidikan, penciptaan lapangan kerja produktif dan dana
pemberdayaan masyarakat. Program Pemberdayaan daerah Dalam Mengatasi
dampak ekonomi (PDM DKE) adalah program JPS untuk bidang pemberdayaan
masyarakat.
Selain jaring pengaman sosial terdapat pula program Tabungan Keluarga
Sejahtera, Kredit Keluarga Sejahtera, Usaha peningkatan pendapatan Keluarga
dan lain sebagainya. Berbagai program tersebut didasarkan pada prinsip
pembangunan yang berorientasi pada pengentasan kemiskinan baik perorangan,
keluarga maupun kelompok dalam masyarakat. Tujuan utamanya adalah untuk
mendorong penduduk miskin meningkatkan kemandirian dan membebaskan
dirinya sendiri dan keluarganya dari kemiskinan.
Program-rogram di atas merupakan program yang sifatnya top down, yang
memperlakukan masyarakat miskin sebagai obyek dan belum sepenuhnya
menjadi pelaku pembangunan sendiri. Oleh sebab itu berbagai program tersebut
tidak menjadikan masyarakat menjadi responsive karena sebagian beranggapan
bahwa setiap program penanggulangan kemiskinan yang diluncurkan semata
mata bukan untuk kepentingan kelompok miskin tetapi karena kepentingan
aparat pemerintah, karena pelibatan masyarakat miskin dinilai masih kurang.
Pemberian bantuan untuk masarakat miskin juag sering dimaknai sebagai upaya
untuk membagi-bagi rejeki untuk masyarakat miskin, oleh sebab itu tidak
mengherankan apabila sasaran program tersebut tidak sesuai dengan kenyataan
di lapangan.
Menurut Muktasam (2001) yang mengutip Chambers (1983), Harrison
(1995), Burkey (1993), Esman and Uphoff (1984), atas dasar pengalaman para ahli
tersebut dalam proses pembangunan pedesaan dan program pengentasan
kemiskinan di negara-negara Asia dan Afrika, disimpulkan bahwa faktor-faktor
penyebab kegagalan programpengentasan kemiskinan adalah: (1) Karena
pendekatan 'target' dan 'top-down'; (2)Pengabaian nilai-nilai lokal dan bias
'outsiders'; (3) Kurangnya partisipasi; (4)Pendekatan yang tidak holistik; dan (5)
Ilusi investasi. Dalam hal pendekatan 'target' dan 'top-down', program
Halaman | 15
pengentasan kemiskinan seringkali menetapkan tujuan tanpa melibatkan
kelompok miskin itu sendiri.
Kebijakan pengentasan kemiskinan terus dilanjutkan pada orde reformasi,
mengingat sejak terjadinya krisis ekonomi jumlah penduduk miskin di Indonesia
meningkat signifikan, Banyak penduduk yang berada sedikit di atas garis
kemiskinan berubah menjadi penduduk miskin dan sangat miskin karena
penurunan daya beli dan banyaknya kasus PHK yang dilakukan oleh berbagai
pelaku usaha di Indonesia. Salah satu program pengentasan kemiskinan yang
dilakukan adalah PPK (Program Pengembangan Kecamatan) yang dilaksanakan
Departemen Dalam Negeri, P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan
diPerkotaan) yang dilaksanakan Departemen Pekerjaan Umum, P4K (Proyek
Peningkatan Pendapatan Petani dan Nelayan Kecil) yang dilaksanakan
Departemen Pertanian, PEMP (Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir) yang
dilaksanakan Departemen Kelautan dan Perikanan, KUBE (Kelompok Usaha
Bersama) yangdilaksanakan Departemen Sosial, dan lain-lain. Program-program
tersebut berjalansendiri-sendiri menurut kebijakan Departemen yang
bersangkutan, tidak terintegrasi, parsial dan sektoral. Berbagai hasil penelitian
yang mengkaji implementasi program-program pengentasan kemiskinan dan
pemberdayaan masyarakat tersebut, melaporkan berbagai keberhasilan dan juga
ketidakberhasilan program-program tersebut.
Program Pengembangan Kecamatan (PPK) merupakan salah satu upaya
Pemerintah Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat perdesaan, memperkuat institusi lokal, dan meningkatkan kinerja
pemerintah daerah. PPK telah dimulai sejak Indonesia mengalami krisis
multidimensi dan perubahan politik pada 1998.PPK dirancang sebagai bagian dari
program pembangunan untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan
khususnya di wilayah perdesaan. Program diimplementasikan melalui pengelolaan
di tingkat kecamatan dalam bentuk pemberian dana bergulir untuk usaha
ekonomi produktif dan penyediaan prasarana dan sarana yang menunjang
kegiatan ekonomi, yang kesemuanya itu diarahkan sebagai upaya peningkatan
kemampuan masyarakat (capacity building investment).
Pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat terbesar di Indonesia ini
(terbesar karena cakupan wilayah, serapan dana, kegiatan yang dihasilkan dan
jumlah pemanfaatnya), berada di bawah binaan Direktorat Jenderal
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (Ditjen PMD), Kementerian Dalam Negeri
(Kemendagri). Pembiayaan program berasal dari alokasi APBN, APBD, dana hibah
lembaga/negara pemberi bantuan, serta pinjaman dari Bank Dunia.
PPK menyediakan dana bantuan secara langsung bagi masyarakat (BLM)
sekitar Rp500 juta hingga Rp1 miliar per kecamatan, tergantung dari jumlah
penduduk. PPK memusatkan kegiatannya pada masyarakat perdesaan Indonesia
Halaman | 16
yang paling miskin. Masyarakat desa kemudian bersama-sama terlibat dalam
proses perencanaan partisipatif dan pengambilan keputusan untuk
mengalokasikan sumberPPK menekankan beberapa prinsip sebagai berikut ini :
1. Transparansi. PPK menekankan transparansi dan penyebarluasan informasi
disemua tahapan program. Pengambilan keputusan dan pengelolaan
keuanganharus dilaksanakan secara terbuka dan disebarluaskan kepada
seluruh masyarakat.
2. Keberpihakan pada orang miskin. Setiap kegiatan ditujukan untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat, dengan mempertimbangkan dan
melibatkan masyarakat kurang mampu dalam setiap tahap kegiatan, termasuk
kaum perempuan. Bahkan PPK memiliki mekanisme khusus untuk menampung
aspirasi kaum perempuan dalam mengajukan usulan dan terlibat dalam
program, yakni Musyawarah Khusus Perempuan (MKP).
3. Partisipasi/Pelibatan Masyarakat. Partisipasi masyarakat ditekankan,
khususnya pada kelompok miskin dan perempuan. Partisipasi harus
menyeluruh, melalui pengambilan keputusan atas kesepakatan seluruh
masyarakat.
4. Kompetisi Sehat untuk Dana. Harus ada kompetisi sehat antar desa untuk
mendapatkan dana PPK.
5. Desentralisasi. PPK memberikan wewenang kepada masyarakat untuk
membuat keputusan mengenai jenis kegiatan yang mereka butuhkan atau
inginkan, serta mengelolanya secara mandiri dan partisipatif.
6. Sejak pelaksanaan PPK III, mulai 2005, PPK menambah dua prinsip utamanya.
Hal ini seiring dengan tujuan utama PPK III yang ingin menekankan
akuntabilitas publik dan keberlanjutan kegiatan dengan upaya integrasi ke
dalam program pembangunan reguler atau bekerjasama dengan berbagai
pihak.
7. Akuntabilitas. Masyarakat harus memiliki akses yang memadai terhadap segala
informasi dan proses pengambilan keputusan, sehingga pengelolaan kegiatan
dapat dilaksanakan secara terbuka dan dipertanggung-gugatkan, baik secara
moral, teknis, legas maupun administratif
8. Keberlanjutan. Setiap pengambilan keputusan harus mempertimbangkan
kepentingan peningkatan kesejahteraan masyarakat, tidak hanya untuk saat ini
tetapi juga di masa depan, dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.
Setelah PPK teritegrasi dalam PNPM Mandiri Perdesaan, maka prinsip
prinsip PPK ditambah dengan beberapa prinsip lain yang merupakan penekanan
terhadap prinsip-prinsip yang telah ada dan dilakukan sebelumnya dalam PPK
atau PNPM-PPK, yakni:
Halaman | 17
1. Bertumpu pada Pembangunan Manusia. Setiap kegiatan diarahkan untuk
meningkatkan harkat dan martabat manusia seutuhnya
2. Otonomi. Masyarakat diberi kewenangan secara mandiri untuk berpartisipasi
dalam menentukan dan mengelola kegiatan pembangunan secara swakelola
3. Desentralisasi. Kewenangan pengelolaan kegiatan pembangunan sektoral dan
kewilayahan dilimpahkan kepada Pemerintah Daerah atau masyarakat, sesuai
dengan kapasitasnya
4. Berorientasi pada Masyarakat Miskin. Semua kegiatan yang dilaksanakan
mengutamakan kepentingan dan kebutuhan masyarakat miskin dan kelompok
masyarakat yang kurang beruntung
5. Partisipasi/ Pelibatan Masyarakat. Masyarakat terlibat secara aktif dalam setiap
proses pengambilan keputusan pembangunan dan secara gotong-royong
menjalankan pembangunan
6. Kesetaraan dan Keadilan Gender. Laki-laki dan perempuan mempunyai
kesetaraan dalam perannya di setiap tahap pembangunan secara adil manfaat
kegiatan pembangunan tersebut
7. Demokratis. Setiap pengambilan keputusan pembangunan dilakukan secara
musyawarah dan mufakat dengan tetap berorientasi pada kepentingan
masyarakat miskin
8. Transparansi dan Akuntabel. Masyarakat harus memiliki akses yang memadai
terhadap segala informasi dan proses pengambilan keputusan, sehingga
pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka dan
dipertanggunggugatkan, baik secara moral, teknis, legas maupun administratif
9. Prioritas. Pemerintah dan masyarakat harus memprioritaskan pemenuhan
kebutuhan untuk pengentasan kemiskinan, kegiatan mendesak dan
bermanfaat bagi sebanyak-banyaknya masyarakat, dengan mendayagunakan
secara optimal berbagai sumberdaya yang terbatas
10. Kolaborasi. Semua pihak yang berkepentingan dalam penanggulangan
kemiskinan didorong untuk mewujudkan kerjasama dan sinergi antar-
pemangku kepentingan dalam penanggulangan kemiskinan
11. Keberlanjutan. Setiap pengambilan keputusan harus mempertimbangkan
kepentingan peningkatan kesejahteraan masyarakat, tidak hanya untuk saat ini
Program pemberdayaan masyarakat terbesar di tanah air ini telah
dilaksanakan di lebih dari 54 persen desa di seluruh Indonesia, sejak 1998. Cakupan
wilayah PPK dari 1998 sampai 2006 ini menjangkau 34.103 desa termiskin di
Indonesia.
Halaman | 18
Tabel 2.2 Pelaksanaan PPK Menurut Wilayah 2007-2008
Provinsi 30 32 32
Halaman | 19
5. Akuntabilitas dan laporan perkembangan. Selama pelaksanaan kegiatan, TPK
harus memberikan laporan perkembangan kegiatan dua kali dalam pertemuan
terbuka di desa, yakni sebelum proyek mencairkan dana tahap berikutnya.
Pada pertemuan akhir, TPK akan melakukan serah terima proyek kepada
masyarakat,desa, dan Tim Pemelihara kegiatan.
Berbagai hasil penelitian, termasuk laporan Bank Dunia melaporkan
keberhasilan pelaksanaan PPK yang mengusung sistem pembangunan bottom up
planning ini, sehingga Pemerintah meluncurkan Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM) untuk melanjutkan upaya mempercepat penanggulangan
kemiskinan dalam skala yang lebih luas, salah satunya dengan menggunakan
skema PPK.
Hasil penelitian Khotimah (2006) tentang pendekatan partisipatif yang
dikembangkan PPK menyimpulkan bahwa: (1) Antara penggunaan pendekatan
pembelajaran partisipatif pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian
dengan keberhasilan kegiatan PPK terdapat hubungan fungsional linier, positif
searah. Hal ini membawa implikasi bahwa untuk memprediksi besaran
peningkatan keberhasilan kegiatan PPK harus diperhitungkan besaran
peningkatan penggunaan pendekatan pembelajaran partisipatif pada tahap
perencanaan, pelaksanaan dan penilaian secara sendiri-sendiri maupun bersama-
sama; dan (2) Penggunaan pendekatan pembelajaran partisipatif pada tahap
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian secara sendiri-sendiri (tunggal) maupun
secara bersama-sama mempunyai hubungan dan kontribusi yang berarti terhadap
keberhasilan kegiatan PPK.
PPK sebagai salah satu bentuk program pemberdayaan masyarakat yang
berkembang di Indonesia telah memberi banyak manfaat bagi masyarakat di
Indonesia. Sekalipun demikian program ini, dalam beberapa hal mungkin kurang
efisien dan masih ada beberapa kekurangan dalam pelaksanaannya. PPK sebagai
salah satu bentuk program pemberdayaan masyarakat yang berkembang di
Indonesia telah memberi banyak manfaat bagi masyarakat di Indonesia. Sekalipun
demikian program ini, dalam beberapa hal mungkin kurang efisien dan masih ada
beberapa kekurangan dalam pelaksanaannya. Gunawan(2008) mengutip hasil
survey yang dilakukan oleh Menayang dkk (2001) di enam propinsi yang telah
melaksanakan PPK menunjukkan adanya kelemahan-kelemahan, baik itu dari segi
manajemen pelaksanaan, kesiapan masyarakatnya dan lebih-lebih proses
sosialisasinya. Demikian juga penelitian yang pernah dilakukan Widodo dkk(2003)
di empat propinsi, juga membuktikan bahwa masyarakat tidak memiliki
kecukupan informasi tentang PPK dan masih memahami program ini sebagai
program bantuan murni. Padahal program tersebut adalah program bantuan yang
bersifat pinjaman yang mementingkan aspek pemberdayaan.
Halaman | 20
Dari sejumlah permasalahan yang menghambat kelancaran pelaksanaan
program tersebut, kiranya proses sosialisasi adalah yang perlu mendapatkan
perhatian utama diawal-awal program sebelum dijalankan. Hal ini menjadi penting
karena ketidak lancaran pelaksanaan program tersebut sementara ini banyak
diakibatkan oleh proses sosialisasi yang seringkali dijalankan secara sepihak
olehpara perencana program pemberdayaan masyarakat. Model dilakukan
bersifat searah (one way communication) dan instruktif.
Selain itu dimungkinkan juga karena kurang memperhatikan kondisi
masyarakat seperti halnya pada; konteks sistem komunikasinya, struktur
masyarakatnya dan fungsi institusi/lembaga lokal masyarakat setempat.
Sekalipun para petugas lapangan (pendampingan) telah dilatih keterampilan
berkomunikasi dan atau kemampuan bersosialisasi, tetapi tanpa mengenal,
memahami dan menggunakan peta komunikasi sosial, serta pengetahuan tentang
struktur masyarakat dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat setempat, maka
kemungkinan besar mereka akan menuai kegagalan (Gunawan, 2008).
Kelemahan PPK lainnya di awal-awal program adalah pada perekrutan dan
lemahnya pembekalan fasilitator. Tugas dan peran fasilitator dalam
pendampingan masyarakat membutuhkan lebih dari sekedar kecakapan teknik
dan penguasaan metodologi, namun juga empati dan keberpihakan dari para
fasilitator. Empati semacam itu tidak bisa ditumbuhkan hanya dengan seminggu
pelatihan fasilitator.
Halaman | 22
kemasyarakatan (nilai-nilai dan prinsip-prinsip di P2KP), sebagai nilai-nilai utama
yang melandasi aktivitas penanggulangan kemiskinan oleh masyarakat setempat.
Melalui kelembagaan masyarakat tersebut diharapkan tidak ada lagi
kelompok masyarakat yang masih terjebak pada lingkaran kemiskinan, yang pada
gilirannya antara lain diharapkan juga dapat tercipta lingkungan kota dengan
perumahan yang lebih layak huni di dalam permukiman yang lebih responsif, dan
dengan sistem sosial masyarakat yang lebih mandiri melaksanakan prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan.
Kepada kelembagaan masyarakat tersebut yang dibangun oleh dan untuk
masyarakat, selanjutnya dipercaya mengelola dana abadi P2KP secara partisipatif,
transparan, dan akuntabel. Dana tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat untuk
membiayai kegiatan-kegiatan penanggulangan kemiskinan, yang diputuskan oleh
masyarakat sendiri melalui rembug warga, baik dalam bentuk pinjaman bergulir
maupun dana waqaf bagi stimulan atas keswadayaan masyarakat untuk kegiatan
yang bermanfaat langsung bagi masyarakat, misalnya perbaikan prasarana serta
sarana dasar perumahan dan permukiman.
Model tersebut diharapkan mampu memberikan kontribusi untuk
penyelesaian persoalan kemiskinan yang bersifat multi dimensional dan struktural,
khususnya yang terkait dengan dimensi-dimensi politik, sosial, dan ekonomi, serta
dalam jangka panjang mampu menyediakan aset yang lebih baik bagi masyarakat
miskin dalam meningkatkan pendapatannya, meningkatkan kualitas perumahan
dan permukiman meraka maupun menyuarakan aspirasinya dalam proses
pengambilan keputusan. Untuk mewujudkan hal-hal tersebut, maka dilakukan
proses pemberdayaan masyarakat, yakni dengan kegiatan pendampingan intensif
di tiap kelurahan sasaran.
Melalui pendekatan kelembagaan masyarakat dan penyediaan dana
bantuan langsung ke masyarakat kelurahan sasaran, P2KP cukup mampu
mendorong dan memperkuat partisipasi serta kepedulian masyarakat setempat
secara terorganisasi dalam penanggulangan kemiskinan. Artinya, Program
penanggulangan kemiskinan berpotensial sebagai “gerakan masyarakat”, yakni;
dari, oleh dan untuk masyarakat
Disadari bahwa selama ini banyak pihak lebih melihat persoalan
kemiskinan hanya pada tataran gejala-gejala yang tampak terlihat dari luar atau di
tataran permukaan saja, yang mencakup multidimensi, baik dimensi politik, sosial,
ekonomi, aset dan lain-lain. Orientasi berbagai program penanggulangan
kemiskinan yanghanya menitikberatkan pada salah satu dimensi dari gejala-gejala
kemiskinan ini, pada dasarnya mencerminkan pendekatan program yang bersifat
parsial, sektoral, charity dan tidak menyentuh akar penyebab kemiskinan itu
Halaman | 23
sendiri. Akibatnya program-program dimaksud tidak mampu menumbuhkan
kemandirian masyarakatyang pada akhirnya tidak akan mampu mewujudkan
aspek keberlanjutan (sustainability) dari program-program penanggulangan
kemiskinan tersebut.
Mulai tahun 2006, Pemerintah telah memiliki konsep penanggulangan
kemiskinan secara terpadu dengan basis pemberdayaan masyarakat. Program
yang diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Palu pada tanggal 1
Mei 2007 ini, bernama Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
Mandiri dengan tujuan meningkatkan keberdayaan dan kemandirian masyarakat.
Program ini merupakan salah satu program utama pemerintah dalam
menanggulangi kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja, selain program-
program lain yang telah ada, seperti Raskin, Askeskin, pengembangan usaha
mikro, kecil dan menengah, pengembangan bahan bakar nabati dan energi
alternatif, peningkatan ketahanan pangan, sertifikasi tanah bagi masyarakat
miskin (Sinar Harapan, 26 April 2007).
PNPM bukan program yang sama sekali baru, namun merupakan wadah
bagi terintegrasinya program-program penanggulangan kemiskinan yang berbasis
pemberdayaan masyarakat dan diperluas secara nasional. Untuk tahun 2007, dua
program diintegrasikan, yaitu Program Pengembangan Kecamatan(PPK) dan
Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP). PNPM 2007
mencakup 1.993 kecamatan di perdesaan dan 834 kecamatan di perkotaan
atausekitar 50.000 desa. Tahun 2008, PNPM akan mengintegrasikan seluruh
program penanggulangan kemiskinan di berbagai kementerian dan lembaga dan
mencakup 3.800 kecamatan, dan selanjutnya pada tahun 2009 secara kumulatif
seluruh kecamatan di Indonesia (5.263 kecamatan) akan mendapat PNPM (Sinar
Harapan, 26 April 2007).
PNPM Mandiri merupakan instrumen program untuk pencapaian
Millenium Developmen Goals atau MDGs. Oleh karena itu, kurun waktu PNPM
Mandiri akan dilaksanakan setidaknya hingga tahun 2015 sesuai target pencapaian
MDGs. Anggaran yang diperlukan hingga tahun 2009 sebesar Rp20,1 triliun
dimana pada tahun 2007 besarnya Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) setiap
kecamatan antara milyar/kecamatan/tahun. Pembiayaan program berasal dari
Pemerintah Pusat(APBN), Pemerintah Daerah (APBD), dan swadaya masyarakat.
P2KP memfasilitasi masyarakat serta Pemerintah Daerah Untuk Mampu
Menangani Akar Penyebab Kemiskinan Secara Mandiri dan Berkelanjutan P2KP
meyakini bahwa pendekatan yang lebih efektif untuk mewujudkan proses
perubahan perilaku masyarakat adalah melalui pendekatan pemberdayaan atau
proses pembelajaran (edukasi) masyarakat dan penguatan kapasitas untuk
Halaman | 24
mengedepankan peran pemerintah daerah dalam mengapresiasi dan mendukung
kemandirian masyarakatnya.
Kedua substansi P2KP tersebut sangat penting sebagai upaya proses
transformasi P2KP dari 'tataran Proyek' menjadi 'tataran program' oleh
masyarakat bersama pemerintah daerah setempat. Bagaimanapun harus disadari
bahwa upaya dan pendekatan penanggulangan kemiskinan tidak hanya menjadi
perhatian pemerintah pusat, melainkan justru yang terpenting harus menjadi
prioritas perhatian dan kebutuhan masyarakat bersama pemerintah daerah itu
sendiri.
Substansi P2KP sebagai proses pemberdayaan dan pembelajaran
masyarakat dilakukan dengan terus menerus untuk menumbuh kembangkan
kesadaran kritis masyarakat terhadap nilai-nilai universal kemanusiaan, prinsip-
prinsip kemasyarakatan dan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan sebagai
landasan yang kokoh untuk membangun masyarakat yang mandiri dan sejahtera.
Proses pembelajaran di tingkat masyarakat ini berlangsung selama masa Program
P2KPmaupun paska Program P2KP oleh masyarakat sendiri dengan membangun
dan melembagakan Komunitas Belajar Kelurahan (KBK).
Sedangkan substansi P2KP sebagai penguatan kapasitas pemerintah
daerah dalam rangka mengedepankan peran dan tanggungjawab pemerintah
daerah, dilakukan melalui; pelibatan intensif Pemda pada pelaksanaan siklus
kegiatan P2KP, penguatan peran dan fungsi Komite Penanggulangan Kemiskinan
Daerah (KPK-D) agar mampu menyusun Dokumen Strategi Penanggulangan
Kemiskinan Daerah(SPK-D) dan PJM Pronangkis Kota/Kab berbasis program
masyarakat (t (PronangkisKelurahan), serta melembagakan Komunitas Belajar
Perkotaan (KBP).Semua pendekatan yang dilakukan P2KP di atas, ditujukan untuk
mendorongproses percepatan terbangunnya landasan yang kokoh bagi
terwujudnya kemandirianpenanggulangan kemiskinan dan juga melembaganya
pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Dengan demikian,
pelaksanaan P2KP sebagai ‘gerakan bersama membangun kemandirian dan
pembangunan berkelanjutan yang berbasis nilai-nilai universal’ diyakini akan
mampu membangun kesadaran kritis dan perubahan perilaku individu ke arah
yang lebih baik. Perubahan perilaku individu yang secara kumulatif menimbulkan
perubahan kolektif masyarakat inilah yang menjadi inti pendekatan TRIDAYA,
yakni proses pemberdayaan masyarakat agar terbangun: daya sosial sehingga
tercipta masyarakat efektif, daya ekonomi sehingga tercipta masyarakat produktif
dan daya pembangunan sehingga tercipta masyarakat pembangunan yang peduli
lingkungan dan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.
Halaman | 25
Visi P2KP adalah terwujudnya masyarakat madani, yang maju, mandiri,
dansejahtera dalam lingkungan permukiman sehat, produktif dan lestari.
Sedangkan misi P2KP adalah membangun masyarakat mandiri yang mampu
menjalin kebersamaan dan sinergi dengan pemerintah maupun kelompok peduli
setempat dalam menanggulangi kemiskinan secara efektif dan mampu
mewujudkan terciptanya lingkungan permukiman yang tertata, sehat, produktif
dan berkelanjutan.
Halaman | 26
ekonomi dengan daerah sekitarnya. PNPM Mandiri diperkuat dengan berbagai
program pemberdayaan.
Tujuan PNMN Mandiri adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dan
penyediaan kesempatan kerja bagi masyarakat miskin, sementara tujuan
khususnya adalah untuk :
Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan termasuk kelompok
miskin.
Pengembangan kapasitas masyarakat dan Pemda dalam pengentasan
kemiskinan.
Membangun sinergi antara berbagai stakeholder dalam pengentasan
kemiskinan.
Memperkuat sosial kapital, inovasi dalam pemberdayaan masyarakat untuk
pengentasan kemiskinan.
Melihat perkembangan kebijakan pengentasan kemiskinan di Indonesia,
pemerintah menetapkan Peraturan Presiden No. 15 tahun 2010 tentang
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. Dalam pasal 3 disebutkan bahwa
strategi percepatan penanggulangan kemiskinan dilakukan dengan:
a. Mengurangi beban pengeluaran masyarakat miskin
b. Meningkatkan kemampuan dan pendapatan masyarakat miskin
c. Mengembangkan dan menjamin keberlanjutan usaha mikro dan kecil
d. Mensinergikan kebijakan dan programpenanggulangan kemiskinan
Terkait dengan strategi tersebut, dalam pasal 5 ditetapkan bahwa
percepatan penanggulangan kemiskinan dilakukan dalam 4 klaster yaitu:
Klaster 1 yang merupakan kelompok program bantuan sosial terpadu
berbasis keluarga, bertujuan untuk melakukan pemenuhan hak dasar,
pengurangan beban hidup, dan perbaikan kualitas hidup masyarakat miskin.
Klaster 2 yang merupakan kelompok program penanggulangan
kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat, bertujuan untuk
mengembangkan potensi dan memperkuat kapasitas kelompok masyarakat
miskin untuk terlibat dalam pembangunan yang didasarkan pada prinsip-prinsip
pemberdayaan masyarakat.
Klaster 3 yang merupakan kelompok program penanggulangan
kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil, bertujuan
untuk memberikan akses dan penguatan ekonomi bagi pelaku usaha berskala
mikro dan kecil.
Halaman | 27
Klaster 4 yang merupakan kelompok program-program lainnya yang baik
secara langsung ataupun tidak langsung dapat meningkatkan kegiatan ekonomi
dan kesejahteraan masyarakat miskin.
Klaster 3 telah dilaksanakan dan untuk menjaga keberlanjutannya
dilaksanakan klaster 4 yang merupakan upaya berbasis pendekatan sustainable
livelihood.
Gambar 2.4 Pentahapan Strategi Penanggulangan Kemiskinan Nasional
Salah satu unsur keberhasilan PNPM Mandiri terait erat dengan fasilitasi
dan pendampingan masyarakat yang efektif.Dalam temu nasional PNPM Mandiri
2
Paket Informasi 2012-2013,PNPM Mandiri
Halaman | 28
dideklarasikan upaya memperkuat kapasitas dan kompetensi pendamping
masyarakat sebagai ujung tombak pemberdayaan masyarakat, serta pengakuan
profesi dan kinerja mewujudkan kewirausahaan sosial.Pengakuan profesi
fasilitator pemberdayaan masyarakat melalui sertifikasi, uji kompetensi, perbaikan
standar imbalan kerja/renumerasi, merupakan upaya untuk memelihara investasi
dan mengembangkan aset sumberdaya manusia.
Tata kelola yang baik (good governance) telah ditetapkan sebagai salah
satu penanda (legasi) yang penting dari penyelenggaraan program pemberdayaan
masyarakat di indonesia. dengan demikian, diperlukan kebijakan ‘percepatan’
dalam menginternalisasi prinsip dan mekanisme tata kelola, transparansi dan
akuntabilitas, sehingga menjadi komponen yang secara inheren melekat dalam
setiap tahap dan model penyelenggaraan pembangunan.
Halaman | 29
2.3 Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan di negara Lain
Tidak hanya Indonesia yang melaksanakan program pengentasan
kemiskinan, hamper semua negara berkembang dan negara miskin sedang
mengupayakan berbagai program untuk mengurangi jumlah penduduk miskin di
negaranya. Beberapa pengalaman beberapa negara lain yang melakukan upaya
penanggulangan kemiskinan seperti misalnya India dan Bangladesh.
Pengentasan Kemiskinan di India.
India melakukan program pengentasan kemiskinan yang disebut The
Marginalised Community Empowerment (MCE) Program, yang difokuskan untuk
penduduk migran miskin di wilayah pedesaan yaitu Himachal Pradesh dan Punjab.
Kaum migran ini tidak mempunyai akses pada pendidikan, kesehatan dan
pelayanan sosial lainnya termasuk kekurangan pangan dan perumahan. Mereka
sangat rentan terhadap penyakit, bencana alam dan lain sebagainya. Tujuan dari
pengentasan kemiskinan ini adalah untuk meningkatkan pemberdayaan
masyarakat melalui program-program:
a. Pendidikan kesehatan termasuk informasi dan pendampingan untuk
mengakses fasilitas kesehatan.
b. Usaha mikro dalam format kelompok, pemahaman tentang permodalan dan
proyek usaha mikro.
c. Kesenian termasuk pengembangan kerajinan dan teater.
d. Kegiatan untuk anak-anak untuk menumbuhkan kreatifitas dan kebersamaan.
e. Pendidikan seperti pengajaran baca dan tulis, matematika, bahasa Inggris dan
bahasa Hindi.
Pendekatan yang dilakukan adalah memberdayakan masyarakat dengan
membangun jejaring yang kuat untuk membantu masyarakat tersebut, bukan
untuk memutuskan apa yang terbaik atau apa yang dibutuhkan mereka tetapi
untuk memperoleh saling pengertian dan mendengarkan apa aspirasi dan
keinginan serta kebutuhan masyarakat.
Halaman | 30
di sektor pertanian, dengan beras sebagai produk tunggal paling penting. Meski
demikian Bangladesh saat ini sedang bergerak dan menjadi negara produsen
garmen terbesar di dunia.
Dalam mengatasi kemiskinan, negara ini mempunyai kebijakan untuk
memberikan modal kecil bagi penduduk miskin melalui gramin bank yang digagas
oleh Muhammad Yunus. Gramin bank memudahkan penduduk memperoleh
pinjaman modal dibandingkan dengan bank-bank konvensional yang memerlukan
banyak persyaratan. Keberhasilan dari sistem ini terletak pada pemberdayaan
perempuan dan sistem open source. Dalam Gramin bank 97 persen dari 25 juta
nasabahnya adalah perempuan. Pemberdayaan terhadap perempuan lebih
ditekankan karena perempuan lebih berorientasi pada keluarga dan pada nilai-nilai
kebaikan. Dalam bertindak nilai-nilai keluarga ini menjadi pertimbangan utama,
sehingga mereka lebih patuh untuk membayar cicilan kredit pinjaman mereka. Ini
merupakan salah satu faktor yang menjadikan Gramin bank cukup berhasil, karena
tingkat pengembalian kredit mencapai 97,11 persen.
Faktor yang kedua adalah penerapan system teknologi informasi berbasis
open source untuk infrastruktur TI, kita pergunakan seadanya dan semurah-
murahnya. Open source adalah pilihan terbaik kami aplikasi berbasis open source
yang menjadi andalan Grameen Bank adalah MIFOS (Microfinance Opensource).
Aplikasi tersebut menerapkan konsep web based management information
sistem.
Halaman | 31
2. Mendorong penduduk miskin untuk berpartisipasi dalam proyek-proyek
pembangunan infrastruktur dasar dengan sistem padat karya yang
memberikan mereka pekerjaan dan pendapatan.
3. Meningkatkan penanggulangan banjir dan bencana alam lainnya dengan
melakukan pembangunan infrastruktur dan upaya preventif terhadap bencana
alam.
4. Menciptakan peluang lebih untuk tempat di mana komunitas dan daerah
miskin untuk mengambil prakarsa dalam manajemen pembangunan dan
pemeliharaan infrastruktur pengangkutan pedesaan mereka sendiri.
5. Mendorong masyarakat untuk ambil bagian dalam pembangunan infrastruktur
pedesaan mereka sendiri, terutama listrik pedesaan, penghematan air, sekolah
sekolah, pusat-pusat kesehatan, pusat aktivitas masyarakat, pasar dan lainnya.
Pada tahun 2011, karena instabilitas ekonomi, inflasi tinggi beserta akibat
besar yang ditimbulkan bencana alam, bencana banjir, maka kehidupan rakyat
pada umumnya dan terutama kaum miskin menjumpai banyak kesulitan.
Menghadapi situasi itu, Pemerintah Vietnam memberlakukan Resolusi No.11
tentang solusi-solusi tata laksana perkembangan sosial-ekonomi dalam situasi
baru, diantaranya melaksanakan kebijakan tahun fiskal yang ketat, memangkas
dan membenahi kembali investasi publik, tetapi, mengutamakan pengarahan
dalam menjamin jaring pengaman sosial dan kesejahteraan sosial, bersamaan itu
terus menggelarkan secara efektif kebijakan-kebijakan tentang pengurangan
yang sedang berlaku. Oleh karena itu, mengakhiri tahun 2011, prosentase kepala
keluarga di seluruh negeri menurun lebih dari 2 persen, sehingga menjadi hanya
tinggal 14 persen. Dengan hasil ini, pekerjaan mengurangi kemiskinan tahun 2011
menyelesaikan target yang ditetapkan oleh Majelis Nasional .
Halaman | 32
BAB 3
PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PNPM MANDIRI
Enny Sri Hartati (2013)3 salah satu peneliti INDEF menyoroti bahwa
pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat 6,3 persen sepanjang 2012-2013,
namun peningkatan tersebut tidak sebanding dengan anggaran untuk kemiskinan
setiap tahunnya meningkat tetapi angka kemiskinan tidak turun secara signifikan.
Anggaran kemiskinan padatahun 2011 sebesar Rp93,8 trilyun dengan jumlah
penduduk miskin 29,89 juta Dengan anggaran tersebut, angka kemiskinan hanya
turun 3,67 persen. Adapun di 2012, anggaran kemiskinan sebesar Rp99,2 triliun
dengan jumlah orang miskin 28,59 juta dan penurunan angka kemiskinan 4,35
persen. Sedangkan anggaran kemiskinan untuk 2013 sebesar Rp106,8 triliun.
"Walaupun anggaran kemiskinan setiap tahun naik, tapi efektifitas anggaran
program pengentasan kemiskinan turunnya tidak signifikan," ujar Enny, saat
diskusi Efektivitas APBN dan Kesenjangan Ekonomi, di Energy Tower, Jakarta,
Kamis (21/2/2013). Enny menambahkan, dari 2007-2012, pemerintah sudah
mengeluarkan anggaran sebesar Rp468,2 triliun dengan rata-rata penduduk
miskin sebesar 8,61 juta.
3
sumber :http://economy.okezone.com/read/2013/02/21/20/765232/redirect.
Halaman | 33
3.1 Lokasi dan Alokasi
Lokus kegiatan PNPM Mandiri adalah pada tingkat kecamatan. Sebelum
PNPM Mandiri dapat dilaksanakan di seluruh kecamatan, pemilihan lokasi
diutamakan pada kecamatan dengan kriteria berikut: 1) Memiliki jumlah penduduk
miskin cukup besar, 2) Tingkat pelayanan dasar rendah, dan 3) Tingkat kapasitas
fiskal rendah. Untuk tahun 2007 dan 2008, penentuan lokasi ditetapkan oleh Tim
Pengendali PNPM dengan mempertimbangkan usulan sektor dan daerah.
Dalam rangka menghindari tumpang tindih proyek dalam satu kecamatan
dan kesenjangan antar kecamatan, lokasi program–program PNPM -penguatan
diarahkan pada kecamatan yang ditetapkan sebagai lokasi program-program
PNPM-inti. Tumpang tindih antar program PNPM-inti dihindari mengingat
perbedaan pendekatan penanggulangan kemiskinan yang berdasar pada karakter
wilayah sebagai berikut:
a. Daerah perkotaan, ditandai antara lain oleh karakter masyarakat miskin
perkotaan, seperti banyaknya migran/pendatang, kepadatan tempat tinggal
yang tinggi, serta kualitas pelayanan dasar yang kurang memadai.
b. Daerah perdesaan, ditandai antara lain oleh aktivitas masyarakat yang berbasis
pertanian, serta fasilitas pelayanan dasar dan akses informasi yang tidak
memadai. Sebagian dari wilayah ini terdapat daerah-daerah cepat tumbuh
yang membutuhkan proses pemberdayaan masyarakat tersendiri.
c. Daerah tertinggal dan khusus, yang ditandai antara lain oleh keterisolasian
wilayah (daerah-daerah perbatasan, pulau-pulau terpencil dan pulau-pulau
terdepan) dan/atau permasalahan khusus (bencana dan paska konflik).
Berkenaan dengan dana BLM yang dialokasikan untuk PNPM Mandiri,
pada tahun 2012 anggaran dan sasaran yang menjadi target program PNPM
Mandiri Perdesaan dan Perkotaan menunjukkan peningkatan alokasi dana yang
lebih besar dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Tetapi untuk tahun 2013
mengalami penurunan. Kemungkinan besar karena berkaitan dengan telah
berhasilnya program pemberdayaan PNPM selama kurun waktu 2007-2012.
Selanjutnya dari anggaran yang dialokasikan pada tahun 2012 dapat
dilihat jumlah kecamatan yang menjadi target sasaran dari setiap program PNPM.
Seperti terlihat dalam Tabel 3.2 bahwa Target sasaran untuk PNPM Perdesaan
pada tahun 2012 adalah 5.100 buah kecamatan, PNPM Perkotaan harus
mengalokasikan dananya bagi pemberdayaan di 1.153 kecamatan. Sedangkan
untuk PNPM Infrastruktur Perdesaan akan mengalokasikan dana Rp150 milyar
untuk 187 kecamatan, dan untuk PNPM PISEW harus membagikan dana sebesar
Rp536,5 milyar kepada 237 kecamatan di Indonesia.
Halaman | 34
Tabel 3.1 Dana BLM Yang Dialokasikan untuk PNPM Mandiri Pagu Indikatif
(dalam Rp. Milyar)
PNPM Infrastruktur PNPM Infrastruktur
PNPM PNPM
Tahun Perdesaan Sosial Ekonomi
Perdesaan Perkotaan
(RIS-PNPM) Wilayah (PISEW
2011 8.234,3 1.218,6 480,6 355,5
2012 8.889,0 1.414,7 150,0 355,5
2013 7.806,2 1.391,3 150,0 355,5
Sumber : Daftar Lokasi BLM PNPM Mandiri 2013 ditetapkan Pokja Pengendali tanggal 5 Oktober
2012
2012 2013
PNPM
Anggaran Sasaran Anggaran Sasaran
PNPM Perdesaan Rp597,65 T 5.100 kec Rp597,65 T 5.100 kec
Selain menetapkan alokasi dana untuk program PNPM Mandiri pada tahun
2012 juga ditetapkan pula rencana jumlah sasaran program untuk tahun 2013.
Informasi tentang hal ini dapat dilihat pada Tabel 3.2.3 di bawah ini. Sebanyak 32
provinsi akan menerima program PNPM Perdesaan, 33 provinsi menerima
Program PNPM Perkotaan, dan hanya 4 serta 9 provinsi yang akan menerima
PNPM IP dan PNPM PISEW. PNPM Perdesaan akan memberdayakan 5.146
Halaman | 35
kecamatan di 394 Kabupaten, sedangkan PNPM Perkotaan di tahun 2013 akan
memberdayakan 1.183 kecamatan di 256 Kota.
Tabel 3.4 Alokasi Jumlah Kecamatan PNPM Mandiri untuk PNPM Inti
2007-2014
Skema PNPM 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
PNPM Pedesaan 1994 2731 4371 4805 5020 5100 5146 5300
PNPM Perkotaan 838 917 1145 885 1153 1151 1183 1189
PNPM daerah
Tertinggal dan
Khusus 186 156 186 186 0 0 0 0
PNPM
Infrastruktur
Pedesaan 0 457 479 215 215 187 186 188
PNPM
Infrastrutur Sosek
Wilayah 0 109 237 237 237 237 237
Total kecamatan 3018 4370 6418 6091 6625 6675 6752 6914
% PNPM
Perdesaan 66.07 62.49 68.11 78.89 75.77 76.40 76.21 76.66
Sumber: Daftar alokasi dan lokasi PNPM Mandiri
PNPM Mandiri Perdesaan adalah PNPM yang memiliki cakupan paling luas
dan oleh sebab itu lebih banyak dijadikan sebagai acuan dalam membahas
program PNPM ini. Dengan mengacu pada pendekatan dalam PNPM Mandiri
Perdesaan yang berbentuk perencanaan partisipatif oleh masyarakat melalui
Siklus Tahapan PNPM Mandiri Perdesaan maka tampaknya juga telah
menyebabkan terjadinya perubahan sikap dan dinamika di tengah masyarakat.
Misalnya saja dampak kemajuan partisipasi telah menghadirkan tahapan sosial
yang tidak saja mampu merumuskan dan memutuskan usulan sesuai dengan
kebutuhan (bukan keinginan), yang juga didukung dengan ketersediaan dan untuk
memenuhinya. Selain itu adalah adanya peningkatan kapasitas pelaku
masyarakat secara berkesinambungan yang merupakan akibat dari intervensi
program, yang tidak hanya dalam bentuk pelatihan, tetapi juga pembiasaan
kegiatan. Berdasarkan contoh ini pula berarti para pelaku (di Desa,
Kecamatan,dan Kabupaten) telah mengambil peran dalam keputusan penting
Halaman | 37
pembangunan perdesaan dan penyelesaian masalah baik litigasi maupun non-
litigasi, sehingga terjadi sinergi positif antar keputusan masyarakat secara
partisipatif dengan keputusan pembangunan di daerah.
Halaman | 38
maka pada tahun 2010 dan 2011 disediakan BLM untuk melakukan fasilitasi dalam
melakukan Review RPJM-Desa agar bersifat partisipatif dan dinyatakan sebagai
berhasil untuk menstimulasi proses penyusunan RPJM Desa secara partisipatif.
Dalam perkembangaannya proses fasilitasi ini dijadikaan pedoman untuk
melahirkan Strategi Integrasi.
Halaman | 39
Tabel 3.5 Kondisi Kecamatan yang Menerapkan Strategi Perencanaan
Strategi
% Kecamatan
No. Provinsi Σ Kec Perencanaan Kec
I N O I N O
1 Aceh 255 255 0 0 100% 0% 0%
2 Sumatera Utara 297 191 41 65 64% 14% 22%
3 Riau 59 59 0 0 100% 0% 0%
4 Kepulauan Riau 38 38 0 0 100% 0% 0%
RMC 1 649 543 41 65 84% 6% 10%
5 Sumatera Barat 141 0 141 0 0% 100% 0%
6 Jambi 78 77 1 0 99% 1% 0%
7 Sumatera Selatan 117 83 0 34 71% 0% 29%
8 Bengkulu 82 82 0 0 100% 0% 0%
9 Lampung 143 110 30 3 77% 21% 2%
10 Bangka Belitung 15 0 10 5 0% 67% 33%
11 Banten 107 107 0 0 100% 0% 0%
RMC 2 683 459 182 42 67% 27% 6%
12 Jawa Barat 422 412 5 5 98% 1% 1%
13 Kalimantan Barat 140 137 1 2 98% 1% 1%
14 Kalimantan Tengah 124 35 10 79 28% 8% 64%
15 Kalimantan Selatan 104 86 6 12 83% 6% 12%
16 Kalimantan Timur 116 51 28 37 44% 24% 32%
RMC 3 906 721 50 135 80% 6% 15%
17 Jawa Tengah
Daerah Istimewa 425 425 0 0 100% 0% 0%
18 Yogyakarta 36 36 0 0 100% 0% 0%
19 Jawa Timur 509 509 0 0 100% 0% 0%
20 Bali 46 46 0 0 100% 0% 0%
RMC 4 1.016 1016 0 0 100% 0% 0%
21 Nusa Tenggara Barat 64 64 0 0 100% 0% 0%
22 Nusa Tenggara Timur 284 257 4 23 90% 1% 8%
23 Sulawesi Selatan 236 222 0 14 94% 0% 6%
24 Sulawesi Barat 48 48 0 0 100% 0% 0%
25 Maluku 76 2 38 36 3% 50% 47%
RMC 5 708 593 42 73 84% 6% 10%
26 Sulawesi Utara 127 74 36 18 58% 28% 14%
27 Sulawesi Tengah 150 115 7 28 77% 5% 19%
28 Sulawesi Tenggara 184 171 4 9 93% 2% 5%
29 Gorontalo 65 54 5 5 83% 8% 8%
30 Maluku Utara 79 10 4 65 13% 5% 82%
RMC 6 605 424 56 125 70% 9% 21%
31 Papua 434 0 434 0 0% 100% 0%
32 Papua Barat 145 0 145 0 0% 100% 0%
RMC 7 579 0 579 0 0% 100% 0%
Halaman | 41
Klasifikasi tingkat kemiskinan untuk lokasi sasaran PNPM Mandiri Perdesaan
ditentukanmelalui kriteria berikut ini:
Tabel 3.7 Klasifikasi Tingkat Kemiskinan Lokasi Sasaran PNPM Mandiri Perdesaan
(Rp)
< 40.000 TidakMiskin 700.000.000,-
Sedang 1.000.000.000,-
Miskin 3.000.000.000,-
40.000 – 60.000 TidakMiskin 800.000.000,-
JAWA BALI Sedang 1.150.000.000,-
Miskin 3.000.000.000,-
>60.000 Tidak Miskin 900.000.000,-
Sedang 1.350.000.000,-
Miskin 3.000.000.000,-
Tidak Miskin 600.000.000,-
<7.500 Sedang 750.000.000,-
Miskin 1.750.000.000,-
Tidak Miskin 700.000.000,-
7.500 – 15.000
Sedang 850.000.000,-
LUAR JAWA BALI Miskin 3.000.000.000,-
Tidak Miskin 800.000.000,-
15.001 – 25.000
Sedang 1.000.000.000,-
Miskin 3.000.000.000,-
Tidak Miskin 900.000.000,-
>25.000
Sedang 1.200.000.000,-
Miskin 3.000.000.000,-
Tidak Miskin 400.000.000,-
<2.500
Sedang 500.000.000,-
Miskin 900.000.000,-
Tidak Miskin 500.000.000,-
2.500 – 5000
Sedang 600.000.000,-
PAPUA DAN PAPUA Miskin 1.150.000.000,-
BARAT Tidak Miskin 600.000.000,-
5000 – 7.500
Sedang 700.000.000,-
Miskin 1.400.000.000,-
Tidak Miskin 700.000.000,-
>7.500 Sedang 800.000.000,-
Miskin 1.650.000.000,-
Sumber: Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan, 2013
Halaman | 42
Disamping alokasi BLM pada tabel tersebut di atas, untuk seluruh kecamatan
dengan kategori geografis Sangat Sulit dan Ekstrim, akan mendapatkan tambahan
BLM yang bersumber dari APBN sebesar :
Rp100 juta/kec untuk kecamatan dengan kategori geografis Sangat Sulit
Rp200 juta/kec untuk kecamatan dengan kategori geografis Ekstrim
Selain pendanaan BLM Dana Kegiatan yang sesuai dengan lokasi dan alokasi
PNPM Mandiri yang ditetapkan oleh Kemenkokesra, struktur pendanaan BLM di
dalam PNPM Mandiri Perdesaan juga mengikuti prioritas kegiatan dan jenis
program khusus, pilot program dan kegiatan pendukung yang dilakukan pada
tahun anggaran terkait. Dana BLM yang dikelola PNPM Mandiri Perdesaan di
tahun 2013 sebagai berikut :
Tabel 3.8 Dana BLM yang Dikelola PNPM Mandiri Perdesaan Tahun 2013
Halaman | 43
Tabel 3.9 Kriteria penentuan Alokasi Anggaran Dana BLM yang Dikelola PNPM
Mandiri Perkotaan Tahun 2013
Kategori Lokasi Kategori Jumlah Penduduk Kelurahan (Jiwa)
Jawa Bali <3.000 3000-10.000 >10.000
Lokasi kelurahan dg persentase
miskin > 10% 150 Juta 200 juta 350 juta
Lokasi kelurahan dg persentase Jumlah Penduduk miskin <1.500, BLM 75 Juta, Jumlah
miskin < 10% Penduduk Miskin >=1.500, BLM = 100 juta
Luar Jawa Bali < 1.500 1.500 - 7.500 > 7.500
Lokasi kelurahan dg persentase
miskin > 10% 150 Juta 200 juta 350 juta
Lokasi kelurahan dg persentase Jumlah Penduduk miskin <1.500, BLM 75 Juta, Jumlah
miskin < 10% Penduduk Miskin >=1.500, BLM = 100 juta
3.2 Kelembagaan
Kelembagaan PNPM Mandiri pada hakekatnya bertujuan untuk penguatan
terhadap hak kepemilikan dan memberi kesempatan yang sama bagi semua
individu untuk mengerjakan aktivitas, khususnya dalam meningkatkan kapasitas
dan berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi produktif. Struktur kelembagaan
PNPM Mandiri terdiri dari pemerintah, masyarakat, dunia usaha, fasilitator,
konsultan pendamping dan pemangku kepentingan lainnya yang terlibat dalam
penanggulangan kemiskinan serta upaya pencapaian tujuan PNPM Mandiri.
Sesuai dengan Perpres 15/2010 mengenai percepatan penanggulangan
kemiskinan, pengendalian seluruh program kemiskinan, termasuk PNPM Mandiri
dilaksanakan oleh Tim Nasional Percepatan Penanggulangan kemiskinan (TNP2K)
yang diketuai oleh Wakil Presiden Republik Indonesia serta dibantu oleh Kelompok
Kerja Pengendali (Pokja Pengendali) yang terdiri dari para pejabat Menko kesra,
Bappenas, Kemendagri, Kementerian Pekerjaan Umum dan kementerian terkait
lainnya yang terlibat dalam PNPM Mandiri.
Pada tingkat Pusat ini koordinasi yang dilakukan di antara sesama
program yang ada dalam PNPM Mandiri belum banyak dilakukan karena baru
dilakukan pada penentuan lokasi dan alokasi anggaran masing-masing program
PNPM serta perumusan Road Map PNPM Mandiri.
Dalam upaya meningkatkan koordinasi penanggulangan kemiskinan di
tingkat Provinsi dan kabupaten/kota dibentuk Tim Koordinasi Penanggulangan
Kemiskinan (TKPK) Daerah. Pada tingkat provinsi, TKPK Provinsi berkedudukan di
bawah dan bertanggung jawab kepada gubernur. Di tingkat kabupaten/kota,
TKPK berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota.
Halaman | 44
Struktur kelembagaan PNPM Mandiri mencakup seluruh pihak yang
bertanggung jawab dan terkait dalam pelaksanaan serta upaya pencapaian tujuan
PNPM Mandiri, meliputi unsur pemerintah, fasilitator dan konsultan pendamping,
serta masyarakat baik di Pusat maupun daerah. Secara umum, struktur organisasi
PNPM Mandiri terdiri dari :
1. Pusat
Dalam rangka pengendalian dan koordinasi pelaksanaan PNPM Mandiri,
dibentuk Tim Pengendali PNPM Mandiri.Tim Pengendali berikut keanggotaannya
ditetapkan oleh dan bertanggung jawab kepada Menteri Koordinator Bidang
Kesejahteraan Rakyat selaku Ketua Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan
(TKPK). Tim Pengendali PNPM Mandiri terdiri atas Tim Pengarah dan Tim
Pelaksana, dengan penjelasan sebagai berikut:
a. Tim Pengarah: terdiri atas Menteri-Menteri dan Kepala Lembaga terkait
pelaksanaan PNPM Mandiri.
b. Tim Pelaksana: terdiri atas pejabat eselon I ke bawah dari berbagai
kementerian/lembaga terkait pelaksanaan PNPM Mandiri.
Halaman | 46
a.Tim Koordinasi Provinsi
Penanggung jawab kelancaran pelaksanaan PNPM di provinsi adalah
Gubernur.Untuk menjamin kelancaran tersebut Gubernur membentuk Tim
Koordinasi Provinsi dengan keanggotaan terdiri dari pejabat instansi daerah
terkait. Untuk daerah-daerah yang sudah memiliki Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) yang berfungsi baik dapat
memanfaatkan tim tersebut sebagai Tim Koordinasi PNPM Mandiri. Susunan
keanggotaan Tim Koordinasi Provinsi dilaporkan kepada Tim Pengendali PNPM.
Tugas Tim Koordinasi PNPM Provinsi, adalah sebagai berikut:
a. Mengkoordinasikan substansi pedoman teknis dari berbagai sektor di tingkat
provinsi.
b. Mengkoordinasikan penyusunan anggaran dan bantuan teknis berbagai
kegiatan program sektoral di tingkat provinsi.
c. Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan PNPM di tingkat provinsi.
d. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan PNPM di tingkat provinsi.
e. Mensinergikan kegiatan pusat dan daerah.
f. Memantau dan membantu penyelesaian berbagai permasalahan yang timbul di
dalam pelaksanaan kegiatan serta mengambil tindakan/sanksi yang diperlukan.
g. Melaporkan perkembangan kegiatan, hasil audit, dan evaluasi kepada
Gubernur.
h. Memastikan bahwa proses kegiatan sesuai dengan pedoman PNPM.
Untuk memperlancar pelaksanaan operasional Tim Koordinasi PNPM, di
provinsi dapat dibentuk Satuan Kerja (Satker) yang mendukung operasional di
ruang lingkup wilayah provinsi untuk pelaksanaan tugas-tugas tim yang
bersumber dari APBD Provinsi. Penunjukan satuan kerja tersebut ditentukan oleh
Gubernur.
d. Masyarakat/Komunitas
Agar masyarakat mampu mengelola kegiatan pembangunan dengan baik
dan benar, maka masyarakat difasilitasi untuk membentuk atau mengembangkan
lembaga-lembaga pembangunan yang memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut :
Lembaga pengelola kegiatan di kecamatan, yang dibentuk dan ditetapkan
melalui musyawarah antar desa.
Halaman | 48
Lembaga pengelola kegiatan di desa/kelurahan, yang dibentuk dan ditetapkan
melalui musyawarah desa dan pengurusnya dipilih langsung oleh warga dewasa
desa/ kelurahan, tanpa pencalonan, rahasia dan demokratis berdasarkan rekam
jejak. Masyarakat dapat menggunakan lembaga kemasyarakatan yang telah
ada, atau membentuk kelompok masyarakat setempat yang dapat berasal dari
unsur-unsur organisasi/kelompok yang mengakar yang telah hidup di
masyarakat.
Lembaga masyarakat sebagai penanggung jawab kegiatan penanggulangan
kemiskinan di tingkat desa/kelurahan, yang dibentuk dan ditetapkan oleh
seluruh representasi masyarakat di kelurahan/desa tersebut dan anggota-
anggotanya harus dipilih langsung oleh warga dewasa desa/kelurahan, melalui
mekanisme tanpa pencalonan dan tanpa kampanye, secara tertulis dan rahasia
serta melalui proses demokratis tanpa rekayasa berdasarkan rekam jejak
perilaku dan perbuatannya.
Selain itu perlu adanya upaya-upaya untuk menggagas muncul dan
berkembangnya tenaga penggerak/pelopor masyarakat di dalam
melaksanakan kegiatan PNPM Mandiri dan lebih jauh lagi menjadi motor
penggerak pembangunan secara keseluruhan di lingkungannya yang
diharapkan lebih berkelanjutan setelah PNPM Mandiri selesai. Para penggerak
tersebut diambil dari warga masyarakat setempat sendiri yang peduli dengan
lingkungannya, memiliki komitmen yang besar terhadap pembangunan
masyarakatnya, dan tidak pamrih.
Halaman | 49
Gambar 3.2 Skema Struktur Organisasi PNPM Mandiri
PUSAT
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
PROVINSI
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
KABUPATEN/KOTA
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
KECAMATAN/DESA
LEMBAGA KESWADAYAAN MASYARAKAT/
TIM PELAKSANA KEGIATAN
Keterangan :
SKPD : Satuan Kerja Perangkat Desa
TKPK : Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan
BKAD : Badan Kerjasama Antar Desa
MAD/K : Musyawarah Antar Desa/ Kelurahan/Kampung
TNP2K : Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
UPT : Unit Pengelola Kegiatan
PENGELOLAAN PENGADUAN
Sampai dengan bulan ketiga pada Semester ke Dua di tahun 2013, yaitu
terhitung sejak Bulan Januari 2013 sampai denganakhir bulan Oktober 2013,total
jumlah pengaduan yang masuk melalui Sms, email, web, Fax, telepon, surat, Tatap
Muka, media Cetak/Elektronik, Hasil audit, supervisi, keseluruhannyaberjumlah
4.819 pengaduan dan telah dilakukan Proses Penyaringan.
Halaman | 51
Tabel 3.10 Rekap Pengaduan Masuk Berdasarkan Media dan Hasil Telaah
Periode 01-01-2013 s/d 31-10-2013
Media
Tatap Hasil % Jmlh
No Penyaringan SMS Email Web Fax Telp Surat Cetak/ Supervisi Jumlah
Muka Audit dr Total
Elektronik
Belum di
1. 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00
telaah
2. Dihapus 1603 461 109 0 1 0 16 2 2 9 2.203 40,76
Tidak
3. 322 36 9 0 1 0 1 0 0 0 369 6,83
Relevan
Relevan
4. tidak 820 29 19 0 0 0 0 0 1 0 869 16,08
lengkap
5. Relevan 1344 153 354 0 13 12 33 3 21 31 1.964 36,34
% Jmlh dr Total 75,65 12,56 9,08 0,00 0,28 0,22 0,93 0,09 0,44 0,74 100,00
PENANGANAN MASALAH
Berdasarkan data masalah yang tercatat didalam CHS Online periode Oktober
2013 maka 75,22% temuan masalah bersumber dari warga masyarakat dan
kemudian oleh lembaga kemasyarakatan seperti LSM, serta lain-lainnya sebesar
13,67%. Sementara temuan fasilitator/konsultan yang berasal dari hasil supervisi
maupun audit internal, baik itu yang dilakukan fasilitator/konsultan di level
kabupaten maupun provinsi adalah sebesar 10,15%. Secara total pada periode
Oktober 2013 terjadi peningkatan sebanyak 3,59% terhadap masalah yang
dilaporkan. Prosentase peningkatan terbesar terjadi pada masalah yang
ditemukan oleh konsultan/ fasilitator, yakni sebesar 23,30%.
TEMUAN BPKP
3.3 Pemberdayaan
PNPM Mandiri adalah gerakan nasional dalam wujud kerangka kebijakan
sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program penanggulangan
kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat
adalah upaya untuk menciptakan/meningkatkan kapasitas masyarakat, baik
secara individu maupun berkelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan
terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian, dan kesejahteraannya.
Melalui PNPM Mandiri dilakukan harmonisasi dan pengembangan sistem serta
mekanisme dan prosedur program, penyediaan pendampingan, dan pendanaan
stimulan untuk mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya
penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan. Keterlibatan yang lebih besar
dari perangkat pemerintah daerah serta berbagai pihak untuk memberikan
kesempatan, dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil yang dicapai menjadi
kunci keberhasilan proses pemberdayaan masyarakat.
Masyarakat yang mandiri tidak mungkin diwujudkan secara instan,
melainkan melalui serangkaian kegiatan pemberdayaan masyarakat yang
direncanakan, dilaksanakan dan dimanfaatkan oleh masyarakat sendiri. Melalui
kegiatan yang dilakukan dari, untuk, dan oleh masyarakat, diharapkan upaya
Halaman | 54
penanggulangan kemiskinan dapat berjalan lebih efektif. Untuk harmonisasi dan
sinergi pelaksanaan berbagai program pemberdayaan, pada bagian ini akan
diuraikan mengenai kategori program, komponen,dan ruang lingkup kegiatan
dalam PNPM Mandiri.
1. Kategori Program PNPM Mandiri
Penanggulangan kemiskinan yang berbasis pemberdayaan masyarakat
dapat dikategorikan sebagai berikut:
a. PNPM-Inti: terdiri dari program/proyek pemberdayaan masyarakat
berbasis kewilayahan, yang mencakup PPK, P2KP, PISEW, dan P2DTK.
b. PNPM-Penguatan: terdiri dari program-program pemberdayaan
masyarakat berbasis sektor untuk mendukung penanggulangan
kemiskinan yang pelaksanaannya terkait pencapaian target sektor
tertentu. Pelaksanaan program-program ini di tingkat komunitas mengacu
pada kerangka kebijakan PNPM Mandiri.
Pada Tahun Anggaran 2013 dalam PNPM Mandiri Perdesaan, terdapat
beberapa program pendukung sebagai upaya untuk menangani persoalan
kemiskinan secara lebih serius dengan pola dan pendekatan yang lebih khusus.
Program-program tersebut adalah:
Halaman | 55
Dasar Implementasi kegiatan PNPM Integrasi merupakan amanat dan
tindak lanjut dari Instruksi Presiden Republik Indonesia (Inpres) Nomor 3 Tahun
2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan. Melihat kebutuhan
dan upaya menjembatani kepentingan tersebut, telah disusun pedoman
program secara nasional, yaitu: a) Panduan Teknis Integrasi Perencanaan
Pembangunan sebagaimana surat Menteri Dalam Negeri nomor:
414.2/2207/PMD tanggal 18 Mei 2010: b) Petunjuk Teknis Perencanaan
Pembangunan Desa, Surat Menteri Dalam Negeri nomor 414.2/1408/PMD
tanggal 31 Maret 2010 dan; c) Pedoman Pelaksanaan PNPM MPd lntegrasi SPP -
SPPN TA 2012. Agenda utama dalam program PNPM Integrasi dalam
penguatan pemerintahan lokal. Adapun serangkaian kegiatan yang dilakukan
untuk mendorong terwujudnya pengintegrasian, yaitu:
Halaman | 56
PNPM BKPG - Aceh
Halaman | 57
Perdesaan (PNPM MPd) Pertanian. Pada TA. 2013, melalui surat Dirjen PMD
Nomer: 904/8284/PMD tanggal 6 Desember 2012 ditetapkan lokasi dan alokasi
Dana Bantuan Langsung Masyarakat; BLM PNPM MPd Pertanian T.A 2013, yang
dialokasikan melalui DIPA Urusan Bersama (DUB) pada 9 Kabupaten, 43
Distrik (Kecamatan) dan 215 Kampung (Desa) dengan total BLM sebesar
Rp.25,8 Milyar. PNPM MPd Pertanian, merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari PNPM Mandiri Perdesaan regular yang dilaksanakan di Provinsi
Papua dan Papua Barat. Sistem dan mekanisme pelaksanaan PNPM MPd
Pertanian, tetap mengacu pada kebijakan umum dan ketentuan-ketentuan teknis
yang, berlaku dalam PNPM Mandiri Perdesaan. Namun demikian, secara
spesifik berkenaan dengan bidang kegiatan dan pengelolaannya di lapangan
agar mengacu pada Surat menteri Dalam Negeri Nomor 900/6930/ PMD,
tanggal 28 November 2011, Hal Petunjuk Teknis Operasional (PTO) dan Penjelasan
PNPM Mandiri Perdesaan-Pertanian;
2. Komponen Kegiatan
Rangkaian proses pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui komponen
kegiatan sebagai berikut:
a.Pengembangan Masyarakat
Komponen pengembangan masyarakat mencakup serangkaian kegiatan
untuk membangun kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat yang terdiri dari
pemetaan potensi, masalah dan kebutuhan masyarakat; perencanaan partisipatif,
pengorganisasian, pemanfaatan sumberdaya, pemantauan, dan pemeliharaan
hasil-hasil yang telah dicapai.
Untuk mendukung rangkaian kegiatan tersebut, disediakan dana
pendukung kegiatan pembelajaran masyarakat, pengembangan relawan, dan
operasional pendampingan masyarakat; dan fasilitator untuk fasilitasi,
pengembangan kapasitas, mediasi dan advokasi. Peran fasilitator terutama pada
saat awal pemberdayaan, sedangkan relawan masyarakat adalah yang utama
sebagai motor penggerak masyarakat di wilayahnya.
Halaman | 58
b.Bantuan Langsung Masyarakat (BLM)
Komponen Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) adalah dana stimulan
keswadayaan yang diberikan kepada kelompok masyarakat untuk membiayai
sebagian kegiatan yang direncanakan oleh masyarakat dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan, terutama masyarakat miskin.
BLM Dana Kegiatan yang diberikan kepada masyarakat digunakan sebagai
praktek hasil pendampingan masyarakat oleh program dan pemilihan kegiatan
bersifat open menu sesuai dengan keputusan perencanaan partisipatif.Berikut ini
adalah contoh kategori hasil kegiatan yang dapat diolah menjadi bagian dari
pelaporan pada Tahun Anggaran 2012.
Tabel 3.15 Kategori Hasil Kegiatan TA. 2012 PNPM Mandiri Perdesaan
Dari rekap pendanaan jenis kegiatan PNPM MPd T.A 2012 menunjukkan
bahwa pendanaan kegiatan prasarana mempunyai prosentase pendanaan
terbesar yaitu 85% dan kegiatan peningkatan kapasitas kelompok merupakan
kegiatan dengan prosentase pendanaan terkecil, yakni dibawah 0.1%. Total
pemanfaat dari kegiatan yang didanai mencapai 29,996,736 orang dan 55%
diantaranya adalah anggota RTM. Total dana BLM Rp.7,330,593,907,724,- dan
swadaya masyarakat yang bisa digali sebesar Rp.197,557,329,569,- atau berkisar
3% dari BLM.
Halaman | 59
Tabel 3.16 Komponen Kegiatan Infrastruktur TA. 2012
PNPM Mandiri Perdesaan
INFRASTRUKTUR
1 Jalan 17.744 15.717.683 - - 2.873.552.981.762 99.202.663.614 7.799.490 7.679.988 8.244.123
2 Jembatan 1.361 39.367 - 2.132 192.365.555.696 5.038.459.915 547.024 523.379 574.493
3 Pasar 200 - 38.998 656 33.871.420.908 823.664.086 101.296 106.270 85.519
4 Tambatan Perahu 165 11.367 - - 31.592.661.843 504.998.325 44.697 41.168 55.968
5 Gedung (PTO Bencana) 241 - 30.808 242 51.792.995.363 1.044.418.617 87.292 95.198 104.040
6 Irigasi 4.542 3.388.760 1.005 2.897 700.592.544.504 15.119.904.598 1.611.380 1.586.766 1.775.760
7 Listrik 254 44.236 - 1.381 60.581.244.083 3.160.854.165 55.953 53.069 80.078
8 Sekolah 4.026 - 420.832 4.769 653.076.971.913 20.853.323.347 604.089 624.331 746.032
9 Gedung Kesehatan 1.628 - 110.348 2.201 223.695.974.935 7.108.840.240 623.422 681.089 708.709
10 Air Bersih 1.378 1.869.584 - 25.702 220.936.549.253 5.539.597.823 467.396 462.002 576.765
11 MCK 635 - 15.758 4.154 94.403.581.573 2.242.315.418 177.639 179.985 235.802
12 Bangunan Pelengkap 4.301 2.009.464 4.570 718 544.068.601.054 17.764.732.021 1.762.479 1.741.356 1.829.490
13 Aneka Bangunan 19 7.700 2.213 27 3.246.432.500 25.760.000 10.390 11.497 11.695
14 Prasarana Umum Lainnya 1.253 716.226 216.867 2.267 232.050.807.955 5.689.654.738 372.505 365.899 462.062
15 Prasarana Pendidikan Lainnya 655 18.439 79.253 1.917 99.648.614.786 3.351.837.800 136.512 135.071 140.419
16 Prasarana Kesehatan Lainnya 137 29.180 7.239 982 19.439.100.256 457.628.362 46.104 43.530 57.924
TOTAL INFRASTRUKTUR 38.539 6.034.916.038.384 187.928.653.069 14.447.668 14.330.598 15.688.879
Sumber: Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan, 2013.
Halaman | 61
Tabel dan grafik berikut ini menyajikan informasi tentang tingkat
pengembalian yang dikonsolidasikan dari Laporan Perkembangan Pinjaman SPP
dan UEP. Berdasarkan data per September 2013 terlihat bahwa rata-rata tingkat
pengembalian nasional 95% untuk kegiatan SPP dan 92% untuk kegiatan UEP.
Kondisi ini menggambarkan bila belum ada perbaikan jika dibandingkan dengan
capaian bulan Maret 2013.
Prosentase kegiatan SPP yang rata-rata terendah ada di RMC 5, yakni sebesar
77% dan disebabkan 2 provinsi yaitu NTB dan Sulawesi Selatan memiliki tingkat
validitas data yang perlu diperhatikan. Prosentase kegiatan UEP rata-rata
terendah ada di RMC 2 dengan capaian rata-rata 71 %.
Kondisi performa kegiatan dana bergulir juga dapat dilihat dari hasil
penilaian kesehatan UPK sebagai institusi pengelola dana bergulir yang dilakukan
oleh fasilitator di 4.754 kecamatan dampingannya, dari total penilaian 61% UPK
dinilai “Sehat”/baik dalam mengelola kinerja keuangan kegiatan dana bergulir dan
470 kecamatan yang diantaranya dinilai memiliki kinerja kelembagaan pengelola
kegiatan dana bergulir “lemah”. Capaian ini lebih rendah dari posisi penilaian yang
dilakukan pada bulan Desember 2012.
Halaman | 63
komponen ini antara lain seminar, pelatihan, lokakarya, kunjungan lapangan yang
dilakukan secara selektif, dan sebagainya.
d.Bantuan Pengelolaan dan Pengembangan Program
Komponen bantuan pengelolaan dan pengembangan program meliputi
kegiatan-kegiatan untuk mendukung pemerintah dan berbagai kelompok peduli
lainnya dalam pengelolaan kegiatan seperti penyediaan konsultan manajemen,
pengendalian mutu, evaluasi dan pengembangan program.
Halaman | 64
b. Peruntukan Dana
Sumber-sumber dana bagi pelaksanaan PNPM tersebut di atas digunakan
untuk keperluan komponen-komponen program yaitu: a).Pengembangan
Masyarakat; b). Bantuan Langsung Masyarakat (BLM); c). Peningkatan Kapasitas
Pemerintahan dan Pelaku Lokal; dan d). Bantuan Pengelolaan dan Pengembangan
Program. Dalam pelaksanaan komponen-komponen program tersebut di atas,
khususnya komponen BLM, harus memperhatikan aspek peruntukan dana dan
daftar negatif (negatif list) yang telah ditetapkan dan disepakati oleh masing-
masing program.
c. Penganggaran dan penyaluran dana PNPM Mandiri
Harus diupayakan terjadi pendampingan pendanaan (cost-sharing) dengan
menggunakan ketentuan yang berlaku. Dana yang berasal dari pendanaan luar
negeri, baik hibah maupunpinjaman, untuk PNPM selain mengikuti ketentuan
yang berlaku, perlu mengikuti ketentuan PNPM Mandiri sebagai berikut:
Dana tersebut bersifat co-financing, sehingga memungkinkan pemanfaatan
berbagai sumber pendanaan secara optimal dalam membiayai PNPM Mandiri.
Pemanfaatan dana tersebut dikoordinasikan oleh Tim Pengendali PNPM
Mandiri.
Mekanisme penyaluran, termasuk pengadaan di tingkat komunitas (community
procurement), harus mengikuti ketentuan yang berlaku bagi program-program
pemberdayaan masyarakat. Pengaturan penganggaran dan penyaluran dana
BLM diharapkan menggunakan mekanisme yang mendukung pembangunan
partisipatif, antara lain melalui:
BLM yang berasal dari APBN dan APBD menggunakan rekening bagian
anggaran non sektor.
Penyaluran dana BLM ini langsung ke rekening masyarakat sesuai dengan
usulan yang diajukan.
Bendahara Satker mencatat sistem administrasi dan realisasi pencairan DIPA
yang dikelolanya.
Di tingkat masyarakat, BLM tersebut dikelola secara swadaya oleh masyarakat.
Pemanfaatan anggaran sektoral untuk program penanggulangan kemiskinan
berbasis pemberdayaan masyarakat menggunakan aturan berbasis kinerja
dengan tetap mengedepankan sinkronisasi anggaran antar sektor dan
masyarakat melalui proses perencanaan partisipatif.
Penganggaran untuk kegiatan-kegiatan atau program-program
pemberdayaan, khususnya komponen dana BLM diupayakan dapat
diperlakukan sebagai kegiatan dan anggaran yang bersifat lebih dari satu tahun
(multi years).
Halaman | 65
Untuk menjamin keterpaduan dan sinkronisasi semua kegiatan
penanggulangan kemiskinan berbasis masyarakat beserta anggarannya harus
dikoordinasikan dan mendapat persetujuan dari Tim Koordinasi Nasional atau
Provinsi atau Kabupaten/Kota, sesuai jenjang pemerintahan, sebelum pengesahan
DPRD/DPR.
REKENING KHUSUS
BANK INDONESIA
REKENING SUMBER
Nasional DANA LAIN
KPPN
Bank Operasional
MASYARAKAT/KELOMPOK
Kecamatan/Desa
Halaman | 67
3.4.2 SDM Pengelola Program PNPM Mandiri
Halaman | 70
Dalam mengendalikan pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan di Tingkat
Regional dan Provinsi dibutuhkan institusi yang bertanggung jawab dalam
pengendalian pelaksanaan program secara taktis dan operasional yang
kesemuanya terkait dengan pengembangan program dan kontrol kualitas.Satker
Pusat membentuk RMC atau KMW (Konsultan Manajemen Wilayah) berkantor
pusat di Jakarta. Pembagian wilayah kerja RMC mencakup:
No Position
1 Team Leader
2 Infrastructure Specialist
3 Micro Credit Specialist
4 Internal Audit Specialist
5 MIS Specialist
6 Financial Management Support Specialist
7 Case and Complain Handling Specialist
8 Human Resurce Specialist
9 Assistant MIS Specialist'
Sumber: Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan, 2013.
Halaman | 71
Tabel 3.21 Posisi Specialist Provinsi
No Position
1 Provincial Coordinator
2 Deputy Provincial Coordinator
3 Financial Management Support Specialist
4 Assistant Financial Management Support Specialist
5 Case and Complain Handling Specialist
6 Assistant Case and Complain Handling Specialist
7 Communication, Information & Education Specialist
8 Infrastructure Specialist
9 Training Specialist
10 Assistant Training Specialist
11 MIS Specialist
12 Assistant MIS Specialist
13 Human Resource Specialist
14 Assitant Human Resource Specialist
Sumber: Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan, 2013.
Regional Coordinator
Kantor Jakarta
Spesialist Jakarta
Staff Pendukung
Jakarta
Koordinator Provinsi
Kantor Provinsi
Deputy Korprov
Spesialist Provinsi
Staff Pendukung
Provinsi
Halaman | 72
Sumber: Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan, 2013.
3.4.3 Lembaga
Lembaga-lembaga di masyarakat yang terlibat dalam kegiatan PNPM
Mandiri mencakup kelompok sosial, kelompok ekonomi, maupun kelompok
perempuan. Mereka adalah LSM, kelompok arisan, kelompok pengajian,
kelompok ibu-ibu PKK, kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP), kelompok
usaha usaha ekonomi, kelompok pengelola air, kelompok pengelola pasar desa,
kelompok olah raga, Karang Taruna, Remaja Masjid, Pesantren, Posyandu,
dsb.nya.
Beberapa institusi sosial tersebut telah memberikan kontribusi dalam
memberikan perlindungan sosial kepada para anggotanya dengan; (1) kelompok
arisan membantu anggota yang terkena musibah atau membantu mendapatkan
pinjaman, (2) kelompok pengajian membantu anggota memberikan pengetahuan
mendidik anak dan menjaga hubungan baik dengan tetangga, (3) kelompok PKK
membantu anggota yang terkena musibah dan mendapatkan sarana menabung,
(4) dst.nya. (Nugroho, et all, 2010). Sejumlah insitusi sosial seperti pesantren,
kelompok pengajian, dan karang taruna juga adalah institusi sosial yang terlibat
dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur sosial ekonomi perdesaan pada
PNPM-PISEW setelah mereka terlebih dulu mendapatkan pelatihan teknis dan
administratif untuk melaksanakan pembangunan tersebut.
Demikian pula dengan kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP) dari
program PNPM Mandiri Perdesaan seperti yang ada di Desa Mendelem,
Kecamatan Belik, Kabupaten Pemalang yang berperan dalam memberikan
Halaman | 73
pinjaman kepada anggotanya. Kelompok ini sebagian besar cukup berkembang
dan hanya sebagian kecil yang tersendat angsurannya. Jumlah kelompok SPP di
desa tersebut ada sekitar 55 kelompok SPP. Keanggotaan Rumah Tangga Miskin
mencapai sekitar 40persen dalam kelompok yang rata-rata memiliki jumlah
anggota sekitar 10 orang.
Dengan demikian tampak bahwa peran-peran kelompok masyarakat yang
berada di grass root level ini cukup besar dalam membantu dan meningkatkan
kesejahteraan anggotanya. Baik itu untuk kehidupan ekonomi maupun kehidupan
sosial dan keagamaan.
Halaman | 76
(18) Di Bali peran TKPKD belum optimal dalam melakukan koordinasi kebijakan
penanggulangan kemiskinan (Seminar Pengayaan PNPM Mandiri, 2013);
(19) Kelompok mayoritas kurang memiliki peran aktif dan tidak berpengaruh
dalam proses pengambilan keputusan, tetapi relatif lebih memiliki
pengetahuan mengenai program di desa. Hanya akan berperan aktif apabila
memiliki jaringan dekat dengan elit tradisional atau adat (Akatiga, 2010);
(20) Kelompok marjinal kurang atau tidak memiliki akses informasi dan
pengetahuan mengenai program di desa sehingga tidak aktif dalam
pertemuan desa. Kelompok ini mengetahui program apabila mereka menjadi
target penerima pembangunan di desa seperti BLT atau raskin. Hanya akan
mengetahui apabila mereka memiliki jaringan dekat dengan elit tradisional
atau adat (Akatiga, 2010).
Halaman | 77
BAB 4
ANALISIS
Namun sekali lagi hendaknya dapat disadari bahwa PNPM Mandiri itu
adalah program pemberdayaan masyarakat, community development dan bukan
local development. Sehingga kalau suatu daerah kurang terbangun maka
Halaman | 79
kesalahannya bukanlah pada PNPM karena PNPM sebetulnya membangun
masyarakatnya, bukan membangun wilayah. Sebagaimana diketahui bahwa
dalam Pedoman Umum untuk semua PNPM ada 4 komponen, yaitu : (1)
pembangunan manusianya, (2) grant/Bantuan Langsung Masyarakat untuk
memastikan bagaimana masyarakat yang sudah dibangun menyiapkan berbagai
hal seperti dengan melakukan rapat misalnya, (3) peningkatan kapasitas
pemerintah daerah, (4) pendukung-pendukungnya.
Dengan demikian ada sebuah pelajaran yang dapat diperoleh dari adanya
pelaksanaan PNPM ini, dengan memahami semua dokumen yang ada, baik itu
Panduan Pelaksanaan maupun Panduan Teknis dari program-program PNPM.
Dalam dokumen-dokumen tersebut tergambarkan bahwa pertemuan-pertemuan
yang dilakukan dalam kegiatan PNPM bukan hanya menghasilkan sebuah output,
tetapi lebih kepada bagaimana caranya supaya proses-proses itu harus
ditanamkan. Proses-proses bagaimana melibatkan masyarakat dalam forum-
forum pertemuan misalnya, dan juga bagaimana melibatkan camat di garda
terdepan pelayanan masyarakat. Dengan demikian bila ada yang memplesetkan
PNPM sebagai Program Nasional Pertemuan Melulu, maka ini adalah penjelasan
untuk hal tersebut.
Selain menetapkan alokasi dana untuk program PNPM Mandiri pada tahun
2012 juga ditetapkan pula rencana jumlah sasaran program untuk tahun 2013.
Sebanyak 32 provinsi akan menerima program PNPM Perdesaan, 73 provinsi
menerima Program PNPM Perkotaan, dan hanya 4 serta 9 provinsi yang akan
menerima PNPM IP dan PNPM PISEW. PNPM Perdesaan akan memberdayakan
5.146 kecamatan di 394 Kabupaten, sedangkan PNPM Perkotaan di tahun 2013
akan memberdayakan 1.183 kecamatan di 256 buah Kota.
Berdasarkan gambaran ini dapat diperkirakan bahwa belum semua
kecamatan di Indonesia dapat memperoleh Program PNPM, karena pada
dasarnya memang (1) belum ada kerangka kebijakan penyelenggaraan negara
yang membatasi kerangka waktu dan cakupan wilayah program pemberdayaan
masyarakat, dan (2) secara empiris tidak ada negara yang mampu secara terus
menerus membiayai kegiatan pemberdayaan masyarakat di seluruh wilayahnya
secara merata dalam periode yang sama.
Dengan demikian sudah saatnya dipertimbangkan untuk memperbaiki
mekanisme pendanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat ini melalui beberapa
alternatif pendanaan seperti menggunakaan dana kemitraan, dana ADD, ataupun
bila mengacu kepada UU adalah melalui earmarking di dalam Dana Alokasi
Khusus. Hal ini disebabkan UU 33/2004 mengamanatkan bahwa dana-dana
Halaman | 80
pembangunan melalui penganggaran Dekon/TP secara bertahap dialihkan ke
DAK.
Pendanaan PNPM Mandiri yang berasal dari hutang luar negeri dari
Negara-dan institusi donor, sudah waktunya untuk dipertimbangkan kembali,
mengingat bahwa setiap rupiah yang diucurkan tersebut semakin memberikan
beban bagi seluruh rakyat Indonesia. Oleh sebab itu penggunaan dana harus
diawasi secara ketat untuk meminimalisir kesalahan penggunaan bai oleh
masyarakat maupun pengelola program secara keseluruhan baik di pusat sampai
dengan kecamatan yang diintervensi.
Halaman | 83
Prinsipnya adalah adanya transfer of knowledge yang dapat diterima
melalui pendampingan PNPM Mandiri selama ini. Bagaimana melakukan
pengelolaan program secara efektif dan efisien melalui penyusunan sebuah
dokumen perencanaan dan proses-proses yang dilaluinya. Paling tidak proses-
proses yang dilalui melalui kegiatan-kegiatan dalam PNPM Mandiri itu dapat
berbekas dan meninggalkan jejaknya, sehingga untuk selanjutnya dapat
melakukan kegiatan sesuai dengan proses tersebut. Selanjutnya pula adalah
bagaimana mensinergikan proses dan hasil dari proses tersebut ke dalam kegiatan
yang bersifat regular seperti musrenbang. Dokumen-dokumen yang dihasilkan
melalui proses perencanaan dalam kegiatan PNPM Mandiri bukanlah sesuatu yang
bertentangan, melainkan mendukung perencanaan yang dilakukan secara regular.
Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya bahwa perencanaan partisipatif
di tingkat kecamatan berfungsi untuk mensinergikan hasil perencanaan tingkat
desa/kelurahan dengan rencana pembangunan di tingkat kabupaten/ kota
berdasarkan skala pelayanan kegiatan (dikerjakan oleh masyarakat (swadaya),
skala desa/kelurahan, kecamatan, atau memerlukan penanganan di tingkat
kabupaten/kota/propinsi/nasional). Dengan demikian untuk mewujudkan sinergi
pembangunan terkait dengan penanggulangan kemiskinan, perlu disusun Rencana
Strategis (Renstra) Kecamatan yang memprioritaskan hasil perencanaan
pembangunan partisipatif dari masyarakat di tingkat desa/kelurahan serta
mempertimbangkan renstra dan berbagai kebijakan di tingkat kabupaten/kota.
Hal ini berarti pula bahwa perencanaan yang dilakukan di kecamatan memiliki
peran yang strategis karena merupakan tempat bertemunya perencanaan
nasional-kabupaten yang bersifat top-down dan aspirasi masyarakat-perencanaan
kabupaten yang bersifat bottom-up. Oleh sebab itu kecamatan sebagai SKPD
hendaknya juga dapat menyusun rencana kerja dan rencana startegis dengan
berbasis pada program kewilayahan kecamatan. Program pemberdayaan
masyarakat harus dipastikan menjadi program kewilayahan kecamatan dan dalam
kaitannya dengan penanggulangan kemiskinan maka kecamatan bertugas untuk
menyusun perencanaan pembangunan berdasarkan program kewilayahan
kecamatan dengan memanfaatkan instrumen perencanaan dan penganggaran
pembangunan yang berpihak pada masyarakat miskin (P3BM).
Rencana kegiatan antar desa/kelurahan dan/atau antar kecamatan yang
memerlukan penanganan pada tingkat lebih lanjut disampaikan ke
kabupaten/kota oleh delegasi kecamatan untuk dibahas dalam Forum SKPD.Di
dalam Forum SKPD, Rencana Kerja Masyarakat tersebut menjadi prioritas untuk
disinkronkan dalam Rencana Kerja (Renja) SKPD.Renja SKPD yang telah memuat
usulan masyarakat selanjutnya menjadi bahan penyusunan RKPD dalam
Musrenbang kabupaten/kota yang juga dihadiri oleh delegasi kecamatan. Oleh
Halaman | 84
sebab itu RKPD selain sebagai pelaksanaan RPJMD sekaligus adalah sebagai
penjabaran RPJMN dan juga sebagai akomodasi kebutuhan masyarakat
desa/kelurahan. Ini berarti pula bahwa RKPD merupakan instrumen pelaksanaan
RPJMN di daerah dan sekaligus instrumen pelaksanaan pemenuhan
aspirasi/kebutuhan masyarakat.
Apa yang telah dilakukan oleh PNPM adalah keberhasilan untuk
memfasilitasi kegiatan pra-musrenbang desa/kelurahan, pra-musrenbang
kecamatan, dan memorandum program koordinatif di tingkat kabupaten di mana
kesemuanya ini telah berhasil mengakomodasikan kebutuhan masyarakat
desa/kelurahan sampai dengan komitmen penganggarannya dari pemerintah
daerah. PNPM-PISEW bahkan telah berhasil mengakomodasikan kebutuhan
masyarakat desa sampai dengan komitmen penganggaran activity sharing
(kegiatan pendamping) dari pemerintah daerah dan menghapuskan cost sharing
(dana pendamping).
Halaman | 88
Adapun jadwal pelaksanaannya sudah dapat dilaksanakan pada tahun
2015 untuk hal yang bersifat kajian, dan perencanaan kegiatannya sudah dilakukan
pada tahun 2014 ini.
Halaman | 90
Kegiatan pemberdayaan masyarakat kalau betul-betul dihayati adalah
bagian daripada kewenangan yang menjadi urusan Pemerintah Daerah. Peran
Pemerintah Pusat dalam hal ini adalah memfasilitasi agar kegiatan tersebut dapat
berjalan lancar dilaksanakan oleh daerah. Selama ini dengan pendekatan adhoc
melalui program dan proyek, Pemerintah Pusat sudah memberikan contoh
bagaimana melaksanakan sebuah kegiatan pemberdayaan masyarakat untuk
menanggulangi kemiskinan. Selanjutnya adalah bagaimana Pemerintah Daerah
bisa melaksanakannya dengan sumberdaya lokal yang mereka miliki, sekalipun
tentunya masih harus ada dukungan pendanaan bagi daerah yang belum mampu
mendanai sendiri penyelenggaraan program pemberdayaan masyarakatnya.
Dukungan pendanaan melalui instrument DAK adalah yang paling memungkinkan
karena bila tetap mengandalkan kepada pendekatan Tugas Pembantuan atau
Dekonsentrasi, maka akan cukup menyulitkan pertanggungjawabannya nanti.
Demikian pula halnya bila menggunakan instrumen DAU, akan timbul masalah
dengan DPRD dalam pengalokasian anggarannya untuk keperluan kegiatan
pemberdayaan masyarakat. DAK sebagai dana dari Pemerintah Pusat untuk
membiayai hal-hal yang merupakan urusan Pemerintah Daerah dan menjadi
prioritas nasional, maka penetapan prioritas-prioritas itu tidak dapat dilakukan
oleh setiap kementerian begitu saja, karena kalau dibiarkan nanti semua urusan
yang ada di daerah akan ada DAK-nya. Kalau sekarang dapat dilihat bahwa hampir
semua kementerian ada DAK-nya, sehingga semakin lama jumlahnya akan sama
dengan jumlah kementerian. Dengan demikian PP 55/2005 tentang Dana
Perimbangan, khususnya yang menyangkut DAK mungkin masih perlu
disempurnakan.
Karena kegiatan pemberdayaan masyarakat masih harus berlanjut di
tingkat daerah, maka kegiatan PNPM harus direformat dari model yang sekarang,
untuk menjadi bantuan dana ke daerah dalam bentuk DAK tadi. Dengan demikian
dalam konteks perencanaan dan perannya, kegiatan pemberdayaan masyarakat
dalam menanggulangi kemiskinan nantinya akan betul-betul fokus dan
dilaksanakan oleh daerah bersangkutan. Trend yang muncul nantinya adalah akan
semakin besarnya belanja Pemerintah Pusat menjadi belanja transfer ke daerah.
Akan lebih banyak anggaran yang diserahkan kepada Pemerintah Daerah. Mereka
semua di daerah yang akan menggunakan dan mempertanggungjawabkannya.
Penanggulangan kemiskinan juga tidak akan bisa selesai kalau dibawa
sendiri, dalam artian bila komoditas itu tidak memulainya, tidak berjuang
melawan kemiskinan itu sendiri, maka kemiskinan tidak akan bisa diatasi.
Pemerintah Pusat hanya memfasilitasi dengan membina kemampuan-
kemampuan di daerah untuk menolong dirinya sendiri. Adapun tanggungjawab
untuk memampukan masyarakat miskin itu tadi ada di tangan Pemerintah Daerah.
Halaman | 91
Tanpa kerjasama dengan Pemerintah Daerah, tanpa ada suatu pemahaman yang
sungguh-sungguh dari para pemimpin di daerah, baik pemimpin formal maupun
informal, maka program-program pemberdayaan masyarakat seperti PNPM
Mandiri tidak akan berjalan. Di tataran Pemerintah Kabupaten ada posisi SKPD
Camat, SKPD Bappeda, dan beberapa SKPD Teknis yang lain. Keseluruhan SKPD
ini bergerak secara bersama-sama untuk menanggulangi kemiskinan.
Halaman | 94
PNPM Perkotaan: Surat penetapan lokasi hanya diberikan ke dinas tidak
kepada bupati/walikota. Akibatnya peran dan kontribusi pemerintah
daerah kurang.
Diharapkan tetap ada pendampingan (exit strategy) yang tepat kepada
masyarakat meski program telah selesai dilaksanakan (untuk
meningkatkan kemandirian masyarakat
b. Di Yogyakarta ditemukan hal-hal sebagai berikut:
Isu exit strategy. Harapan masyarakat PNPM tetap dilanjutkan, namun
dengan format yang berbeda. Karena jika PNPM terus dilakukan maka
ketergantungan masyarakat akan tinggi, sehingga pemberdayaan yang
dilakukan tidak membawa pengaruh positif pada masyarakat. PNPMsudah
waktunya direplikasi oleh pemerintah daerah dengan lebih banyak
melibatkan partisipasi masyarakat.
Modal sosial masyarakat sudah terbangun baik, tetapi pertanyaannya
apakah cukup untuk mengembangkan pembangunan
Perlu ada pembeda di tiap daerah untuk model pemberdayaan, yaitu
untuk masyarakat yang sudah siap dan yang belum siap.
c. Di Bali ditemukan hal-hal sebagai berikut:
Kecenderungan ketergantungan masyarakat kepada PNPM Mandiri
sebagai BLM masih tinggi (perlu dukungan pemda dalam membangun
kemandirian masyarakat).
Keberlanjutan PNPM Mandiri cenderung lebih menekankan pada
keberlanjutan bantuan.
Peran TNP2KD belum optimal dalam melakukan koordinasi kebijakan
penanggulangan kemiskinan.
Dari hasil kajian yang lain ditemukan adanya dampak signifikan dari PNPM
mandiri terhadap peningkatan belanja rumah tangga di perdesaan. Hasil studi di
kecamatan program PPK II ditemukan adanya belanja rumahtangga yang
meningkat hingga 11% dibanding lokasi lain. semakin lama kecamatan menerima
bantuan program, semakin besar peningkatan belanja rumahtangganya. Kegiatan
ekonomi masyarakat melalui kegiatan simpan pinjam semakin meningkat, dan
sampai dengan November 2011 ditemukan bahwa total modal kegiatan pinjaman
bergulir PNPM Mandiri Perdesaan secara nasional sebesar Rp 6,6 triliun. Dana
pinjaman bergulir ini diberikan kepada 439.974 kelompok 310.673 kelompok SPP
dan 129.301 kelompok UEP dengan jumlah peminjam lebih dari 4 juta orang.
Halaman | 95
Ketersediaan unit simpan pinjam ini memberikan kemudahan bagi masyarakat
untuk memperoleh sumber ekonomi secara mudah di pedesaan yang dapat
mendorong kegiatan ekonomiproduktif yang dilakukan oleh masyarakat.
Meskipun demikian pertanyaannya adalah apakah seluruh penduduk miskin dapat
mengakses fasilitas ini ?jika tidak maka penduduk yang memanfaatkan fasilitas ini
hanya meliputi penduduk yang tidak miskin, jika ini terjadi maka program ini dapat
dikatakan belum berjalan dengan optimal. Oleh sebab itu ukuran untuk menilai
keberhasilan program PNPM mandiri seyogayanya dilakukan dengan tidak hanya
melihat penyerapan dana dan besarnya masyarakat yang terlibat, tetapi lebih
mendalam lagi meliputi berapa banyak kelompok sasaran yang mampu hidup
mandiri.
Halaman | 96
Akses terhadap pendidikan dasar tersebar di wilayah perkotaan (98 persen)
dan wilayah perdesaan (71 persen) di seluruh Indonesia.
Halaman | 99
Mandiri Perkotaan mencapai 70 persen dari total dana pelaksanaan kegiatan di
kelurahan.
Halaman | 100
BAB 5
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1 Kesimpulan
PNPM Mandiri adalah program pemberdayaan masyarakat yang memiliki
tujuan utama untuk menanggulangi kemiskinan atau mensejahterakan
masyarakat, baik di perkotaan maupun di perdesaan, atau di wilayah-wilayah yang
tertinggal. Penanggulangan kemiskinan yang berbasis pemberdayaan masyarakat
terdiri atas PNPM-Inti yang teridiri dari program/proyek berbasis kewilayahan dan
PNPM-Penguatan yang terdiri dari program-program pemberdayaan masyarakat
berbasis sektor untuk mendukung penanggulangan kemiskinan yang
pelaksanaannya terkait pencapaian target sektor tertentu.
Penyelenggaraan PNPM Mandiri melibatkan banyak stakeholders, mulai
dari tingkat Pusat hingga ke daerah di desa. Melibatkan lintas kementerian dan
antar pemerintahan serta melibatkan pihak pemerintah maupun swasta.
Masyarakat adalah pengelola utama PNPM Mandiri karena merupakan program
yang memiliki kriteria dan berorientasi pada Community Driven Development
(CDD).
Lokus kegiatan PNPM Mandiri adalah pada tingkat kecamatan, dimana
dalam pemilihan lokasinya ditentukan dengan kriteria-kriteria tertentu. Besarnya
jumlah anggaran dan target sasaran yang tertinggi adalah pada program PNPM
Mandiri Perdesaan dan terendah program PNPM Mandiri Infrastruktur Perdesaan.
Hal ini disebabkan oleh jumlah desa yang lebih banyak untuk diberdayakan dan
kegiatan yang lebih banyak untuk dilakukan pada Mandiri Perdesaan.
Pengendalian seluruh program kemiskinan, termasuk PNPM Mandiri
dilaksanakan oleh Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K)
yang diketuai oleh Wakil Presiden Republik Indonesia serta dibantu oleh Kelompok
Kerja Pengendali (Pokja Pengendali) yang terdiri dari pejabat Menko Kesra,
Bappenas, Kemendagri, Kementerian Pekerjaan Umum, dan kementerian terkait
lainnya yang terlibat dalam PNPM Mandiri. Untuk meningkatkan koordinasi
penanggulangan kemiskinan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota dibentuk Tim
Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah.
Struktur kelembagaan PNPM Mandiri mencakup seluruh pihak yang
bertanggung jawab dan terkait dalam pelaksanaan serta upaya pencapaian tujuan
PNPM Mnadiri, yang meliputi unsur pemerintah, fasilitator dan konsultan
pendamping, serta masyarakat baik di Pusat dan daerah. Rangkaian proses
kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam PNPM Mandiri mencakup
Halaman | 101
pengembangan masyarakat, pemberian dana BLM yang merupakan dana
stimulan keswadayaan untuk membiayai sebagian kegiatan yang dilakukan,
peningkatan kapasitas pemerintahan dan pelaku lokal, dan pendukung-
pendukungnya berupa bantuan pengelolaan dan pengembangan program. Ruang
lingkup kegiatan PNPM Mandiri pada prinsipnya terbuka bagi semua kegiatan
penanggulangan kemiskinan yang diusulkan dan disepakati masyarakat.
Sumber dana untuk pelaksanaan program PNPM Mandiri berasal dari
APBN (baik yang bersumber dari rupiah murni maupun loan/grant/hibah), APBD
(provinsi/kabupaten/kota), dunia usaha, dan swadaya masyarakat. Dana bagi
pelaksanaan program PNPM Mandiri digunakan untuk pengembangan
masyarakat, BLM, peningkatan kapasitas pemerintahan dan pelaku local, dan
bantuan pengelolaan dan pengembangan program. Dalam penganggaran dan
penyaluran dana PNPM Mandiri diupayakan terjadi pendampingan pendanaan
(cost-sharing), dengan mengikuti ketentuan yang berlaku. Masing-masing
program dalam PNPM Mandiri memiliki formatnya sendiri dalam hal SDM
pengelola program, termasuk forum yang dipergunakan. Lembaga-lembaga di
grassroot terbukti memiliki peran yang penting dalam kegiatan PNPM Mandiri.
Mereka itu mencakup kelompok sosial, kelompok ekonomi, maupun kelompok
perempuan.
Berdasarkan review pelaksanaan PNPM Mandiri, secara umum dapat
disimpulkan beberapa poin berikut:
1) Koordinasi yang dilakukan di antara sesama program dalam PNPM masih
sangat terbatas, baru dilakukan pada penentuan lokasi dan alokasi anggaran
program masing-masing serta perumusan Road Map PNPM;
2) PNPM Mandiri adalah program pemberdayaan masyarakat, community
development, dan bukan local development;
3) Perencanaan PNPM memiliki peran strategis karena merupakan aspirasi
masyarakat yang bersifat bottom-up;
4) Daerah dapat mereplikasi program pemberdayaan masyarakat (PNPM
Mandiri) untuk menjadi program pemberdayaan masyarakat milik mereka
sendiri
5) Secara Nasional pengaruh PNPM Mandiri sebagai salah satu upaya
percepatan penurunan kemiskinan masih belum dapat terukur pengaruhnya
terhadap perlambatan penurunan angka kemiskinan. Namun demikian,
secara wilayah, berdasar lokasi penerima, terdapat keberhasilan yaitu:
Integrasi proses perencanaan partisipatif telah dilakukan dengan cukup
baik;
Halaman | 102
Partisipasi warga yang cukup tinggi dalam proses pemberdayaan;
Peningkatan konsumsi perkapita masyarakat penerima bantuan;
Peningkatan kesempatan mendapat pekerjaan dan akses pelayanan
dasar;
Peningkatan pembangunan infrastruktur untuk membuka akses ke
pusat-pusat kegiatan ekonomi.
5.2 Rekomendasi
Terkait pelaksanaan PNPM Mandiri sebagai salah satu upaya pemerintah
guna mengentaskan kemiskinan, para pelaksana dan pengelolan program
hendaknya melakukan perbaikan sebagai berikut:
1) Koordinasi pada tataran strategi kebijakan hingga pelaksanaan program
perlu dilakukan lebih optimal khususnya terkait integrasi kebijakan
program;
2) Pelembagaan sistem dan kelembagaan PNPM Mandiri secara bertahap
perlu diupayakan menjadi bagian dari sistem dan kelembagaan formal;
3) Dibutuhkan perangkat payung hukum bagi instansi pelaksana program dan
pemerintah daerah dalam pengelolaan program;
4) Fasilitasi TKPKD perlu dioptimalkan guna mendorong peran pemerintah
daerah dalam pengelolaan dan pengembangan program pengentasan
kemiskinan.
Dalam kaitannya dengan pengukuran dampak pelaksanaan PNPM Mandiri
terhadap penurunan kemiskinan, salah satu cara yang dapat diimplementasikan
adalah membangun suatu mekanisme open data. Mekanisme open data dimaksud
adalah mekanisme pengumpulan data secara terbuka (portal) untuk menampung
data, informasi, dan hasil-hasil penelitian terkait PNPM yang dilakukan oleh
masyarakat. Data dan hasil penelitian tersebut dapat menjadi bahan masukan bagi
pengembangan dan masukan perancangan PNPM atau program sejenis lainnya.
Portal data pelaksanaan PNPM ini hendaknya dikelola oleh kementerian/lembaga
yang mengkoordinasikan pelaksanaan program.
Halaman | 103
DAFTAR PUSTAKA
Halaman | 104
TNP2K dan Kementerian Koodinator Kesejahteraan Sosial,2013. Daftar Lokasi dan
Alokasi Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri. 2013.
Undang Undang No 13 tahun 2011 tentang Fakir Miskin.
Halaman | 105