Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Media Ilmu Keolahragaan Indonesia

Volume 1. Edisi 1. Juli 2011. ISSN: 2088-6802 http://journal.unnes.ac.id

Artikel Review

Faktor Timbulnya Cedera Olahraga

Arif Setiawan*

Diterima: Mei 2011. Disetujui: Juni 2011. Dipublikasikan: Juli 2011


© Universitas Negeri Semarang 2011

Abstrak Olah raga tidak terlepas dari adanya gerakan yang Syndrome (Sindrom Pemakaian Berlebih).
selanjutnya akan melibatkan berbagai struktur/jaringan
Trauma akut adalah suatu cedera berat yang
pada tubuh manusia, misalnya sendi, otot,
meniscus/discus, kapsuloligamenter dan otot. Gerakan terjadi secara mendadak, seperti robekan
terjadi bilamana mobilitas serta elastisitas dan kekuatan ligament, otot, tendo atau terkilir, atau bahkan
jaringan penompang dan penggerak sendi terjamin. patah tulang. Cedera akut biasanya
Semakin mobile suatu persendian mempunyai
memerlukan pertolongan profesional.
konsekuensi berupa semakin tidak stabilnya sendi
tersebut. Ketidakstabilan suatu sendi akan mengakibatkan Sindrom pemakaian berlebih sering dialami
struktur sekitarnya mudah cedera apalagi bila elastisitas oleh atlet, bermula dari adanya suatu kekuatan
dan kekuatan jaringan penompang dan penggerak sendi yang sedikit berlebihan, namun berlangsung
tidak memadai. Stabilitas suatu persendian akan
berulang-ulang dalam jangka waktu lama.
dipengaruhi oleh konfigurasi tulang pembentuknya,
keadaan kapsuloligamenter, keadaan otot penggerak, Sindrom ini kadang memberi respon yang baik
tekanan intra artikuler, keadaan discus/meniscus, derajat dengan pengobatan sendiri.
kebebasan gerak serta pengaruh gaya gravitasi. Kejadian Cedera olahraga seringkali direspon oleh
cedera bila tidak segera ditangani maka akan
tubuh dengan tanda radang yang terdiri atas
mengakibatkan cedera yang lebih parah.
rubor (merah), tumor (bengkak), kalor (panas),
Kata Kunci: olahraga; cedera dolor (nyeri) dan functiolaesa (penurunan
fungsi).
Abstract The sport is inseparable from the movement
Pembuluh darah di lokasi cedera akan
which in turn will involve a variety of structures / tissues in melebar (vasodilatasi) dengan maksud untuk
the human body, such as joints, muscles, meniscus / disc, mengirim lebih banyak nutrisi dan oksigen
ligament of capsule, and muscle. The Movement dalam rangka mendukung penyembuhan.
happened how ever when mobility and tissue elasticity
and strength and drive standard of joint. The more mobile a
Pelebaran pembuluh darah inilah yang
joint has the consequence of the increasingly unstable mengakibatkan lokasi cedera terlihat lebih
joints. Instability of a joint will result in surrounding merah (rubor). Cairan darah yang banyak
structures easily injured, especially if the elasticity and dikirim di lokasi cedera akan merembes keluar
strength of the network and drive joints standard
inadequate. The stability of the joints will be influenced by:
dari kapiler menuju ruang antar sel dan
its constituent bones configuration, capsule of ligament menyebabkan bengkak ( tumor ). Dengan
circumstances, the state of muscle force, pressure intra dukungan banyak nutrisi dan oksigen,
articuler, state disc/meniscus, degrees of freedom of metabolisme di lokasi cedera akan meningkat
movement and the influence of gravity. Accident injury of
sport if not have good treatment that is can make akut
dengan sisa metabolisme berupa panas.
injury. Kondisi inilah yang menyebabkan lokasi
cedera akan lebih panas (kalor) dibanding
Keywords: sport; injury dengan lokasi lain. Tumpukan sisa
metabolisme dan zat kimia lain akan
PENDAHULUAN merangsang ujung saraf di lokasi cedera dan
Ada dua jenis cedera yang sering dialami menimbulkan nyeri (dolor). Rasa nyeri juga
oleh atlet, yaitu trauma akut dan overuse dipicu oleh tertekannya ujung saraf karena
pembengkakan yang terjadi di lokasi cedera.
*Jurusan Pendidikan dan Kepelatihan Olahraga
Baik rubor, tumor, kalor maupun dolor akan
Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Mobile Phone: 0816627918 menurunkan fungsi organ atau sendi di lokasi
Email: arif_setiawan@yahoo.com cedera yang dikenal dengan istilah
Arif Setiawan - Faktor Timbulnya Cedera Olahraga 95

functiolaesa (Micheli, 1995). sempurna, ukuran tungkai yang tidak sama


Cedera yang sering terjadi pada atlet panjang, ketidak seimbangan otot antagonis
adalah sprain yaitu cedera pada sendi yang (Kullun, 1988).
mengakibatkan robekan pada ligament. Sprain
terjadi karena adanya tekanan yang berlebihan PEMBAHASAN
dan mendadak pada sendi, atau karena Penyebab cedera olahraga biasanya
penggunaan berlebihan yang berulang-ulang. akibat dari trauma/benturan langsung
Sprain ringan biasanya disertai hematom ataupun latihan yang berulang-ulang dalam
dengan sebagian serabut ligament putus, waktu lama. Penyebab ini dapat dibedakan
sedangkan pada sprain sedang terjadi efusi menjadi: 1) Faktor dari luar, yaitu: (a) Body
cairan yang menyebabkan bengkak. Pada contact sport: sepakbola, tinju, karate. (b) Alat
sprain berat, seluruh serabut ligamen putus olahraga: stick hokey, raket, bola. (c) Kondisi
sehingga tidak dapat digerakkan seperti biasa lapangan: licin, tidak rata, becek. 2) Faktor dari
dengan rasa nyeri hebat, pembengkakan dan dalam, yaitu: (a) Faktor anatomi. Panjang
adanya darah dalam sendi (Petersion, 1986). tungkai yang tidak sama, arcus kaki rata, kaki
Dislokasi sendi juga sering terjadi pada cinjit, sehingga pada waktu lari akan
olahragawan yaitu terpelesetnya bonggol mengganggu gerakan. (b) Latihan gerakan
sendi dari tempatnya. Apabila sebuah sendi /pukulan yang keliru misalnya: pukulan
pernah mengalami dislokasi, maka ligament backhand. (c) Adanya kelemahan otot. d)
pada sendi tersebut akan kendor, sehingga Tingkat kebugaran rendah 3) Penggunaan
sendi tersebut mudah mengalami dislokasi yang berlebihan/overuse. Gerakan atau
kembali (dislokasi habitualis). Penanganan latihan yang berlebihan dan berulang-ulang
yang dapat dilakukan pada saat terjadi dalam waktu relative lama/mikro trauma
dislokasi adalah segera menarik persendian dapat menyebabkan cedera.
tersebut dengan sumbu memanjang. Berat ringannya cedera meliputi: 1)
Cedera olahraga berat yang sering terjadi Cedera ringan: cedera yang tidak diikuti
pada olahragawan adalah patah tulang yang kerusakan berarti pada jaringan, bengkak
dapat dibagi menjadi patah tulang terbuka dan tidak mempengaruhi penampilan, misalnya:
tertutup. Patah tulang terbuka terjadi apabila lecet, memar. 2) Cedera sedang: ada kerusakan
pecahan tulang melukai kulit, sehingga tulang jaringan, nyeri, bengkak nyata, mengganggu
terlihat keluar, sedangkan pada patah tulang penampilan, misalnya; sprain, strain grade 2. 3)
tertutup, pecahan tulang tidak menembus Cedera berat: kerusakan jaringan parah,
permukaan kulit. Pada kasus patah tulang, bengkak besar, nyeri tak tertahankan, tidak
olahragawan harus berhenti dari pertan- bisa tampil/ harus berhenti olahraga.
dingan, dan secepat mungkin harus dibawa ke Penyebab timbulnya cedera olahraga
professional karena harus direposisi adalah trauma langsung/benturan langsung
secepatnya. Reposisi yang dilakukan sebelum pada yang melakukan aktivitas olahraga dapat
lima belas menit akan member hasil mengalami cedera karena trauma/benturan
memuaskan karena pada saat itu belum terjadi langsung yang menyebabkan cedera olahraga
nyeri pada tulang (neural shock). Setelah akut atau akibat latihan yang berlebih/overuse
reposisi bias dipasang spalk untuk yang menyebabkan cedera kronis. Overuse
mempertahankan posisi dan sekaligus injury adalah terjadi akibat proses akumulasi
menghentikan perdarahan (Kullun, 1988). dari cedera berulang-ulang dan baru dirasakan
Penyebab terjadinya cedera olahraga atau diketahui setelah bertahun-tahun
dapat berasal dari luar seperti misalnya kontak melakukan aktivitas olahraga. Sedangkan
keras dengan lawan pada olahraga body factor-faktor yang dapat meningkatkan resiko
contact, karena benturan dengan alat-alat cedera olahraga antara lain: a) Faktor atlet,
olahraga seperti misalnya stick hockey, bola, semakin usia bertambah semakin berpengaruh
raket dan lain-lain. Dapat pula disebabkan oleh terhadap kondisi fisik atlet serta lamanya
keadaan lapangan yang tidak rata yang penyembuhan cedera. Pada usia 30-40 tahun
meningkatkan potensi olahragawan untuk kekuatan otot relative menurun, sedangkan
jatuh, terkilir atau bahkan patah tulang. elastisitas tendon menurun setelah usia 30
Penyebab dari dalam biasanya terjadi karena tahun dan kekuatan otot menurun setelah usia
koordinasi otot dan sendi yang kurang 40 tahun. Kekuatan otot mencapai maksimal
96 Jurnal Media Ilmu Keolahragaan Indonesia (2011) 1: 94-98

pada 25 tahun. Atlet yang perilakunya kasar. olahraga dapat dibedakan menjadi: 1)
Sangat emosional, temperamen tinggi Traksi: jaringan mengalami tarikan yang
cenderung mengalami cedera baik cedera yang cukup kuat melebihi batas kelenturan
mengenai dirinya atau terhadap lawan main, sehingga mengakibatkan kerobekan otot atau
mereka tidak memperhatikan resiko yang akan ligamentum, misalnya: tarikan tendo akhiles,
terjadi. Misalnya: kalah dalam perbuatan bola bahkan bisa putus pada saat melompat,lari
kemudian melakukan tekling keras terhadap ataupun loncat. 2) Kompresi: jaringan
lawan. 3) Pengalaman, atlet senior atau banyak mengalami tekanan oleh beban yang berlebih,
pengalaman dalam berbanding lebih misalnya sering melakukan gerakan loncat,
menyadari akan resiko terjadinya cedera, loncat jongkok, akan mengakibatkan tekanan
sehingga resiko terjadinya cedera lebih kecil pembebanan terhadap sendi utut ataupun
dibanding dengan atlet pemula. 4) penekanan oleh berat badan yang berlebihan.
kurangnya pemanasan mengakibatkan otot Torsi: jaringan mengalami putaran
belum teratur sehingga tidak siap menerima mendadak/tiba-tiba pada saat jaringan
pembebanan, yang akhirnya mudah terjadi mengalami pembebanan. Misalnya sewaktu
cedera. 5) Tahap latihan, pada tahap latihan melompat, saat jaringan mengalami
atau pertandingan biasanya mudah terjadi pembebanan. Misalnya sewaktu melompat,
cedera karena otot siap atau pada tahap akhir saat menginjakkan kaki ketanah tubuh
pertandingan karena sudah lelah. 6) berputar arah sehingga menimbulkan
Teknik latihan/pukulan yang keliru. Misalnya kerusakan jaringan sekitar lutut. Ataupun
pukulan backhand tenes. 7) Program latihan, pada pemain sepakbola ketika mengejar bola,
padatnya program latihan menjelang berarti mendadak dan disertai perputaran
kompetesi atau programnya terlalu berat, badan. 4) Bending jaringan mengalami
tanpa ada waktu istirahat atau jarak kompetisi penekukan yang berlebihan oleh adanya gaya
satu dengan yang lain atau terlalu dekat. 8) yang sangat kuat. Misalnya pada pemain voly
Tingkat kebugaran fisik. Kondisi fisik yang ketika melakukan smes dengan meloncat dan
kurang fit dan mudah lelah, bila berbenturan turun dengan posisi pergelangan kaki
dengan pemain yang fisiknya bagus mudah menekuk, sehingga mengakibatkan kerobekan
timbul cedera. 9) Keadaan gizi kurang. 10) ligament talofibolare atau ketika berlari salah
Istirahat yang tidak cukup. b) Fasilitas latihan. satu kaki terpelosok ke lubang sempit sehingga
1) Kondisi lapangan: lapangan yang tidak rata, sendi lutut seperti di luruskan secara paksa
becek, licin. 2) Perlengkapan: penggunaan atau tulang betis tertekuk dan mengakibatkan
sepatu yang tidak sesuai ukuran, sol sepatu patah tulang. 5) Stess geser: adanya gaya saling
sudah menipis. 3) Pelindung: kaca mata, helm menggeser berlawanan arah seperti
pada balap sepeda. 4) Penerangan: terlalu menggunting pada sendi, sehingga dapat
silau, remang-remang dapat mempengaruhi merusak permukaan sendi/cartilage articularis.
perkiran jarak pandang datangnya Misalnya lari cepat mengejar bola berhenti
bola/pukulan. 5) Cuaca: cuaca hujan tiba-tiba, badan condong ke depan dan lutut
memudahkan pemain jatuh terpeleset. c) Jenis menekuk. 6) Pembebanan berulang-ulang
olahraga. 1) Jenis olahraga body contack: tinju, walaupun kecil dapat mengakibatkan cidera,
karate, sepak bola, basket. 2) Olahraga yang misalnya pada lari jarak jauh pemain tenis dan
membutuhkan kekuatan besar: angkat besi, pemain sepeda.
angkat berat, gulat, judo. 3) Sifat olahraga Adanya pada satu jaringan biasanya bisa
kompetitif, yang membutuhkan semangat mengakibatkan perubahan patologi setempat
tinggi/persaingan tinggi sehingga atlet pada pembuluh darah dan jaringan di
berusaha semaksimal mungkin. d) Wasit: wasit sekitarnya sebagai reaksi radang. Raksi local
yang kurang tegas/kurang memahami segera pada jaringan yang mengalami cedera
peraturan pertandingan dan tidak fair play. e) adalah reflex vasokonstriksi untuk beberapa
Pelatih: pelatih yang berambisi kemenangan saat, yang segera diikuti oleh reflex vasidilatasi
dengan cara apapun tanpa melihat atletnya yang akan meningkatkan aliran di tempat
cedera. f) Penonton: penonton yang cedera. Pembuluh darah menjadi lebih
fanatic/emosional, tidak bisa menerima permiabel sehingga plasma darah mengalir ke
kekalahan. g) Petugas keamanan: kurang siap. jaringan sekitarnya. Selain itu terjadi migrasi
Proses mekanisme terjadinya cedera leukosit ke dalam jaringan cedera. Perubahan
Arif Setiawan - Faktor Timbulnya Cedera Olahraga 97

ini menimbulkan gejala dan tanda khas Lokasi cedera olahraga terjadi di
peradangan yaitu kemerahan, panas dan beberapa bagian tubuh, antara lain: 1) Bahu, (a)
bengkak. Pembengkakan ini bila menekan Fracture clavicula: biasanya jatuh dengan
syaraf akan menimbulkan nyeri. Tahap ini lengan yang diulurkan. (b) Dislokasi sendi
disebut tahap Hyperaemia yang berlangsung glenohumeral, karena jatuh dengan posisi
24-48 jam. Selanjutnya memasuki tahap Stasis, bahu abduksi dan eksternal rotasi atau pada
aliran darah menjadi lambat dan dalam saat melakukan lemparan bola diblok (rugby).
keadaan status. Melambatnya aliran darah dan (c) Tendinitis karena penggunaan berulang-
kenaikan permiabilitas pembuluh darah ulang pada perenang. (d) Starin pada tenis
memungkinkan cairan plasma menempati shoulder. 2) Siku, (a) Kontusio dan fracture
jaringan sekitarnya. Pengumpulan cairan pada pemain voli jatuh dengan siku terulur. (b)
dalam jaringan menimbulkan oedem. Sprain-strain dijumapai pada lempar lembing,
Pembengkakan pada tahap hyperaemia pada jatuh dengan siku hiperekstensi. (c)
palpas iteraba tegang dan keras, tetapi pada Dislokasi jatuh posisi siku menekuk, balap
oedem dengan penekanan ujung jari pada sepeda, sepakbola jockey. d) Tendinitis radang
bagian tersebut akan lama kembalinya. Bila extensor carpiradialis/tenes elbow, golfers. 3)
aliran darah sudah kembali normal akan Pergelangan tangan, (a) Colles fracture, jatuh
memasuki tahap resolusi dimana cairan yang dengan tangan ekstensi, sepakbola, balap
berada pada jaringan tadi akan kembali sepeda, berkuda. (b) Sprain-strain pada
melalui pembuluh darah vena dan lympe. pemain tenes balap sepeda, bulutangkis. 4)
Peningkatan aliran darah akan mempercepat Tulang belakang. (a) Strain: lompat indah,
penyembuhan dan gejala-gejala radang renang, balap sepeda, voli senam. (b)
dengan pelan-pelan menghilang kemudian Sondylolisthesis, terjadi pergeseran vertebra
membuat jaringan granulasi untuk kemudian pada pesenam, lompat tinggi. 5) Panggul, (a)
dilanjutkan dengan penyembuhan jaringan Subtrochanteric fracture pada pelari dengan
masing-masing. Sedangkan cairan yang tetap intensitas latihan ditingkatkan dan permukaan
tinggal dalam jaringan akan menjadi jaringan tidak rata. (b) Strain: lari gawang strain
fibrous. hamstring, loncat gawang. 6) Lutut, (a)
Cedera yang ditimbulkan oleh trauma Kerusakan ligament dan meniscus, karena
dapat mengenai jaringan lunak ataupun tulang benturan dari sisi luar/dalam atau lutut
sehingga dapat mengakibatkan cedera antara ekstensi disertai badan memutar pada pemain
lain: 1) Kontusio: memar, hematom, adanya sepak bola. (b) Strain tendo patella pada
gumpalan darah pada jaringan. 2) pelompat, balap sepeda, bulutangkis, bola
Sprain: robekan sebagian atau total dari basket, angkat berat. Strain fracture illiotiial
ligament karena peregangan yang berlebihan, band, pelari jarak jauh dengan kaki pronasi,
biasanya mempengaruhi kestabilan sendi. 3) balap sepeda. 7) Pergelangan kaki, (a)
Subluxatio: sebagian kedua facies articularis / Sprain, hamper semua cabang olahraga b.
permukaan sendi bergeser. 4) Dislokasi: Footballers ankle pada pemain sepakbola
pemisahan total antara facies articularis yang dengan hyperdorsi flexi ankle atau
satu dengan yang lainnya. 5) Strain: kerusakan hyperplantar flexi pada waktu menendang. (c)
yang terjadi karena peregangan yang Tendisai achllles, pelari. (d) Strain tibialis
berlebihan pada jaringan otot, tendo. 6) posterior, pemain ski, ice skating. (e)
Tendinitis: terjadi peradangan tendon akibat Fasciitis plantaris pada pelari jarak jauh. 8.
penggunaan yang berlebihan. 7) Avulsion Kepala, (a) Hilangnya kesadaran karena
fracture: kerusakan tulang pada tempat pukulan petinju pada kepala bagian belakang.
perlekatan tendo oleh karena kontraksi tiba- (b) Memar pada wajah, bibir akibat pukulan.
tiba, tercabutnya origo hamstring pada pelari Usaha pencegahan cedera olahraga
gawang. 8) Frakture bagian tulang yang adalah lebih baik daripada mengobatinya, jika
membentuk persendian: bila terjadi atlet mengalami cedera harus cepat
perpatahan di daerah ini akan mengakibatkan mendapatkan penanganan. Semakin cepat
hemarthrosis (perdarahan dalam persendian). sembuh semakin cepat untuk berlatih atau
9. Fracture dekat persendian: perpatahan dekat bertanding. Pencegahan seharusnya dimulai
persendian bisa mengakibatkan kekakuan sejak awal sebelum atlet mulai berlatih
sendi. olahraga. Adapun cara-cara pencegahan
98 Jurnal Media Ilmu Keolahragaan Indonesia (2011) 1: 94-98

cedera olahraga antara lain: 1) Melakukan letih jangan dirobek). 10) Meningkatkan
pemeriksaan kesehatan secara rutin sebelum kebugaran fisik; dengan kondisi kebugaran
berlatih/bertanding ataupun sesudahnya. 2) fisik yang tinggi tubuh siap menerima
Melakukan pemanasan atau peregangan yang pembebanan fisik, sehingga tidak cepat
benar sebelum berlatih secara individu mengalami kelelahan yang akhirnya dapat
ataupun berpartner. 3) Pilih peralatan yang mengakibatkan timbulnya cedera (Either,
baik: misalnya ukuran sepatu yang cocok, 1982).
tidak terlalu sempit, perhatikan sol sepatu
yang sudah tipis supaya diganti atau alas SIMPULAN
pegangan raket yang tipis perlu diganti. 4) Cedera olahraga memerlukan
Penggunaan pelindung atau pengaman: pengelolaan yang baik agar atlet dapat kembali
misalnya penggunaan helm pada petinju, berprestasi. Untuk mencapai tujuan tersebut
pelindung dada pada olahraga karate, pencak pengelolaan cedera olahraga harus didukung
silat. 5) Pengendalian emosi: emosi yang tidak oleh berbagai disiplin ilmu atau profesi.
terkontrol bisa mengakibatkan benturan fisik Banyak macam dan ragam cedera olahraga
dan harus bisa menerima kekalahan, tidak sehingga diperlukan pendekatan terapi yang
mudah terkena provokasi. 6) Menguasai teknik bersifat umum maupun spesifik, secara garis
latihan yang benar, misalnya dalam hal besar peran fisioterapi dapat dikelompokkan
pukulan backhand pada petenis, atau cara menjadi dua yaitu peran dalam hubungannya
memegang raket, cara melempar bola. 7) dengan pertolongan pertama dan peran
Memeriksa kondisi lapangan: apakah sebagai anggota tim dalam melaksanakan
lapangan rata, banyak kerikil atau terapi definitive. Dalam memberikan
lapangannya becek, apabila lapangan tidak sumbangsihnya fisioterapi dapat meng-
rata, banyak kerikil dan licin resiko untuk gunakan berbagai teknologi biofisik dan
terpeleset atau jatuh sangat tinggi. 8) biomekanik yang salah satunya berupa terapi
Memperkuat otot–otot yang besar, yang ternal. Terapi ternal baik dingin maupun panas
banyak digunakan pada jenis olahraga mempunyai sumbangan yang cukup
tertentu, misalnya otot-otot tungkai diperkuat bermakna dalam pengelolaan cedera olahraga
untuk cabang olahraga sepakbola dan karate. apabila diintergrasikan dengan terapi lainnya.
Sedangkan bepenguatan otot-otot bahu Untuk dapat mengaplikasikan terapi ternal
ditujukan untuk tenis maupun bulutangkis. pada cedera olahraga fisioterapis dituntut
Latihan penguatan otot bisa menggunakan untuk memahami patologi dari berbagai
alat beban maupun berat badan sendiri ketika kondisi cedera olahraga yang terjadi,
melakukan aktivitas push up, bisa juga latihan pengelolaan medik, efek fisiologis, efek
penguatan otot-otot tungkai dengan cara naik terapeutik, indikasi termasuk dosis.
turun tangga. 9) Memilih pelatih yang
berpengalaman artinya berpengalaman dalam DAFTAR PUSTAKA
Eitner, D. 1982. Physical Therapy for sport. W.B Saunders
melatih untuk meningkatkan kemampuan Company
atlet tanpa terjadi cidera maupun dalam hal Kullun, D.N. 1988. The Injured Athlete, 2 and edition, J.B
mencegah cidera olah raga. Misalnya dalam Leppinicott Coy Philadelphia.
pertandingan sepakbola yang sangat Micheli, L.J. 1995. The Sport Medition. Bible. Harper
Perennial, New York
melelahkan, begitu ada pemain yang kelihatan Petersion, L. & Reston, P. 1986. Sport Injury. London
lelah pelatih cepat tanggap untuk mengamati Sperryn, P.N. 1986. Sport and Medicine. Butterwoth, London
dengan pemain yang lain (train don't strain,

Anda mungkin juga menyukai