SEJARAH
Bakteri merupakan organisme mikroskopik. Hal ini menyebabkan organisme ini sangat sulit
untuk dideteksi, terutama sebelum ditemukannya mikroskop. Barulah setelah abad ke-19 ilmu
tentang mikroorganisme, terutama bakteri (bakteriologi), mulai berkembang. Seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, berbagai hal tentang bakteri telah berhasil ditelusuri. Akan
tetapi, perkembangan tersebut tidak terlepas dari peranan berbagai tokoh penting seperti Robert
Hooke, Antony van Leeuwenhoek, Ferdinand Cohn, dan Robert
Koch. Istilah bacterium diperkenalkan di kemudian hari oleh Ehrenberg pada tahun 1828,
diambil dari kata Yunani βακτηριον (bakterion) yang memiliki arti "batang-batang
kecil". Pengetahuan tentang bakteri berkembang setelah serangkaian percobaan yang dilakukan
oleh Louis Pasteur, yang melahirkan cabang ilmu mikrobiologi. Bakteriologi adalah cabang
mikrobiologi yang mempelajari biologi bakteri.
Robert Hooke (1635-1703), seorang ahli matematika dan sejarahwan berkebangsaan Inggris,
menulis sebuah buku yang berjudul Micrographia pada tahun 1665 yang berisi hasil pengamatan
yang dilakukan dengan menggunakan mikroskop sederhana. Akan tetapi, Robert Hooke masih
belum dapat menumukan struktur bakteri. Dalam bukunya tersebut, tergambar hasil
penemuannya mengenai tubuh buah kapang. Walau demikian, buku inilah yang menjadi sumber
deskripsi awal dari mikroorganisme.
Antony van Leeuwenhoek (1632—1723) hidup di era yang sama dengan Robert Hooke di mana
pengamatan dengan mikroskop masih sangat sederhana. Terinspirasi dari kerja Robert Hooke, ia
membuat mikroskop rancangannya sendiri dengan sangat baik untuk mengamati makhluk
mikroskopik ini pada berbagai media alami pada tahun 1684. Antoni van Leeuwenhoek berhasil
menemukan bakteri untuk pertama kalinya di dunia pada tahun 1676
Ferdinand Cohn (1828-1898) merupakan seorang botanis berkebangsaan Breslau
(sekarang Polandia). Hasil penemuannya banyak berkisar tentang bakteri yang resisten terhadap
panas.
Robert Koch (1843-1910), seorang ahli fisika berkebangsaan Jerman, banyak melakukan
penelitian mengenai penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Ilmuwan pada awalnya
mempelajari penyakit antraks yang banyak menyerang hewan ternak. Penyakit ini disebabkan
oleh Bacillus anthracis, salah satu bakteri penghasil endospora. Robert Koch juga merupakan
orang pertama yang berhasil mendapatkan isolat murni Mycobacterium tuberculosis, bakteri
penyebab penyakit tuberkulosis. Berdasarkan dua penelitian mengenai penyakit ini, Robert Koch
berhasil membuat Postulat Koch, sebuah teori mengenai mikroorganisme spesifik untuk penyakit
yang spesfik.
STRUKTUR
Kapsul atau Lapisan Lendir
Kapsul atau lapisan lendir adalah lapisan yang terluar dari bakteri yang menyelimuti dinding sel.
Sebagai pelindung,
Menjaga sel agar tidak kekeringan,
Membantu pelekatan dengan sel bakteri lain atau pada substrak,
Pada bakteri patogen, kapsul melindungi bakteri dari pengaruhi sistem kekebalan
(antibodi) yang dihasilkan oleh sel tubuh inang.
Dinding Sel
Dinding sel bakteri tersusun dari senyawa pepetidoglikan. Peptidoglikan adalah suatu polimer
yang terdiri dari polipeptida pendek.
Membran Plasma
Membran plasma tersusun dari senyawa fosfolipid dan protein yang bersifat selektif permeabel
(dapat dilewati oleh zat-zat tertentu).
Membungkus sitoplasma
Mengatur pertukaran zat yang berada di dalam sel dengan zat yang ada diluar sel.
Klorosom
Klorosom adalah suatu struktur lipatan yang ada dibawah membran plasma yang berisi klorofil
dan pigmen fotosintetik lainnya. Fungi Klorosom adalah untuk menfotosintesis yang hanya
terdapat pada bakteri fotosintetik. misalnya Chlorobium
Mesosom
Mesosom adalah organel sel yang memiliki penonjolan pada membran plasma ke arah dalam
sitoplasma.
Menghasilkan energi
Membentuk dinding sel baru saat terjadi pembelahan sel
Menerima DNA pada saat konjugasi
Sitoplasma
Sitoplasma bakteri adalah cairan koloid yang mengandung molekul organik seperti lemak,
protein, karbohidrat, dan garam-garam mineral, enzim, DNA, Klorosom (pada bakteri
fotosintetik), dan ribosom
Sebagai tempat terjadinya reaksi-reaksi metabolisme sel
Ribosom
Ribosom adalah organel-organel kecil yang tersebar dalam sitoplasma dan berfungsi dalam
sintesis protein.
Materi genetik yang sebagian besar menentukan sifat-sifat metabolisme bakteri (DNA
Kromosom)
Menentukan sifat patogen, sifat fertilitas (kemampuan bereproduksi secara seksual), dan
sifat ketebalan terhadap suatu antibiotik (DNA nonkromosom)
Flagela
Flagela adalah bulu cambuk yang tersusun dari senyawa protein yang terdapat pada dinding sel,
dan berfungsi sebagai alat gerak.
KLASIFIKASI
Archaebacteria
1. Bakteri Metanogen
Bakteri metanogen adalah bakteri yang menghasilkan metana (CH4) dengan cara mereduksi
CO2 dengan H2. Bakteri metanogen termasuk bakteri anaerob yang paling tidak toleran terhadap
oksigen, atau akan teracuni bila ada oksigen. Sebagian besar bakteri ini hidup di lumpur atau di
rawa-rawa yang miskin oksigen. Gas metana yang dihasilkan keluar sebagai gelembung
gelembung yang disebut gas rawa. Selain itu, ada pula yang hidup di dalam saluran pencernaan
hewan pencerna selulosa, misalnya pada sapi, kambing, dan rayap. Spesies bakteri metanogen
saat ini dikomersialkan sebagai strain bakteri dalam pembuatan biogas dan bahan sampah dan
kotoran hewan. Contoh bakteri metanogen antara lain Methanomonas dan Methano bacterium.
2. Bakteri Halofil
Bakteri halofil (Yunani, halo = garam, philos = pencinta) adalah bakteri yang hidup di
lingkungan dengan kadar garam tinggi. Kondisi optimum untuk pertumbuhan bakteri ini
berkadar garam sekitar 20%, namun ada pula yang hidup pada lingkungan dengan kadar sepuluh
kali keasinan air laut. Contoh bakteri halofil antara lain Halo bacterium.
Bakteri termofil adalah bakteri yang hidup pada lingkungan bersuhu panas. Lingkungan yang
bersuhu panas cenderung bersifat asam karena mengandung sulfur. Bakteri yang hidup di
lingkungan bersuhu panas dan asam disebut bakteri termoasidofil.
Eubacteria
Eubacteria adalah bakteri yang memiliki dinding sel yang mengandung peptidoglikan.
Eubacteria meliputi sebagian besar jenis bakteri yang dapat hidup di manapun (kosmopolit) baik
yang secara saproba, parasit, maupun simbiosis mutualisme.
Proteobacteria
a. Bakteri ungu
Bakteri ungu memiliki bakterioklorofil yang tersimpan di dalam membran plasma sel,
sehingga dapat melakukan fotosintesis. Bakteri ini tidak menghasilkan oksigen karena tidak
menggunakan air (H2O) sebagai agen pereduksi (donor elektron) dalam proses fotosintesis tetapi
menggunakan zat selain air, misalnya H2S.
b. Proteobacteria kemoautotrof
c. Proteobacteria kemoheterotrof
Nama kelompok ini sebenarnya membingungkan, karena sebagian besar memang bersifat
Gram positif tetapi ada pula yang bersifat Gram negatif. Oleh karena bakteri yang bersifat Gram
negatif tersebut memiliki sistematika molekul yang menunjukkan suatu hubungan dengan bakteri
Gram positif, maka akhirnya dimasukkan pada kelompok bakteri Gram positif.
Cyanobacteria
Spirochaeta berbentuk heliks panjang (hingga 0,25 mm) dan dapat bergerak. Spirochaeta
ada yang hidup bebas, dan ada pula yang parasit.
Chlamydia
Chlamydia ini berbeda dengan Eubacteria lainnya karena tidak memiliki peptidoglikan
pada dinding selnya.
Keuntungan
Escherichia coli, dalam tubuh usus besar dan berperan dalam pengurai sisa-sisa makhluk
hidup
Acetobacter, untuk pembuatan asam cuka atau asam asetat
Lactobacillus bulgarius, untuk pembuatan yoghurt
Lactobacillus casei, untuk pembuatan keju dan yoghurt
Acetobacter xylinum, untuk pembuatan nata de coco
Rhizobium leguminosarum, berperan dalam pengikatan nitrogen pada tanaman
Nitrosomonas dan Nitrosococcus, pada tanaman membentuk ion nitrat melalui nitrifikasi
Clostridium acetobutylicum, untuk pembuatan butanol dan aseton
Bacillus subtilis, Streptomyces griseus, Streptomyces rimosus, untuk pembuatan
antibiotik
Methanobacterium, untuk pembusukan sampah dan kotoran hewan menjadi gas metana
atau biogas
Neurospora sitophila, untuk pembuatan oncom
Bacillus thuringiensis, untuk membasmi hama
Thiobacillus ferrooxidans, dapat membantu memisahkan logam
Kerugian
INFO TERUPDATE
Bakteri Salmonella Bisa Obati Kanker
Selama ini Salmonella dikenal sebagai sekelompok bakteri yang menyebabkan infeksi, seperti
diare, demam, dan sakit perut. Biasanya bakteri Salmonella bisa masuk ke tubuh manusia
melalui makanan yang sudah tak layak di makan, makanan mentah ataupun makanan yang tidak
dimasak.
Hal ini menyebabkan bakteri Salmonella tentu dihindari oleh siapapun. Mengingat akibatnya
yang merugikan, orang pun akhirnya menghindari untuk mengonsumsi makanan yang
mengandung Salmonella.
Mengutip Medical Daily, sebuah penelitian baru ternyata mengungkap fungsi lain Salmonella.
Bahkan juga bisa dianggap sebagai titik balik bagi sejarah Salmonella. Bakteri Salmonella yang
dimodifikasi secara genetik ternyata bisa digunakan untuk membunuh sel-sel kanker. Hal ini
diungkapkan oleh sebuah penelitian yang diterbitkan dalam mBIO.
Salah satu peneliti, Roy Curtiss, mengatakan, rekayasa genetika mikroba telah lama dilirik untuk
menghancurkan sel-sel dalam tumor.
"Saya pikir penelitian ini berjalan secara signifikan dalam mengembangkan beberapa strategi
yang akan membantu penggunaan Salmonella sebagai bagian dari terapi kanker secara
keseluruhan," ujar Curtiss yang sekaligus profesor mikrobiologi di Arizona State University.
Penelitian sebelumnya pun telah menunjukkan bahwa jenis Salmonella tertentu, seperti
Salmonella enterica, membunuh sel-sel kanker dan menghancurkan tumor. Namun para peneliti
masih mencoba untuk mencari tahu bagaimana memanfaatkan sifat anti-kanker Salmonella,
tanpa menyebabkan infeksi pada manusia.
Meski infeksi Salmonella sering sembuh dengan sendirinya, dalam kasus yang ekstrem
Salmonella dapat menyebabkan sepsis atau kematian. Untuk menghindari hal ini penelitian
selanjutnya sangat diperlukan.
Para peneliti dari penelitian tersebut baru mencoba untuk melakukan hal ini melalui rekayasa
genetika bakteri. Mereka mengubah struktur lipopolisakarida (LPS), yang menginduksi sepsis,
agar bakteri menjadi tidak berbahaya.
Setelah menghapus gen LPS, para peneliti kemudian bereksperimen dengan memodifikasi
Salmonella. Mereka menemukan bahwa temuannya efektif dalam membunuh sel-sel kanker
manusia dan mengikis tumor pada tikus. Namun, jenis Salmonella tertentu tidak efektif
menghancurkan tumor dalam jumlah banyak.
Dengan demikian, para peneliti melakukan rekayasa genetik sekali lagi, berharap untuk
menginduksi "promotor arabinosa." Setelah terjadi perubahan, kemungkinan nanti jenis
Salmonella tersebut yang bisa mengobati kanker dengan memasukannya ke dalam tubuh tikus
yang menderita tumor tanpa menyakiti sel sehat tikus.
Salmonella tersebut akan mampu menjajah tumor dan akan masuk ke sel-sel kanker dan
mengubah racun. Dalam sel normal, Salmonella biasanya membutuhkan waktu yang sangat lama
untuk membelah diri, tapi dalam sel-sel kanker, ia membelah setiap jam.
PRODUK
Keju
(treptococcus cremoris)
KELOMPOK 1
BAKTERI
M.Mifthahul Amien
Engelina Muksin
FISIKA
PROGRAM STUDI FISIKA
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2018