Anda di halaman 1dari 54

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diare adalah penyebab penting kekurangan gizi, ini disebabkan karena
adanya anoreksia pada penderita diare, sehingga penderita makan lebih
sedikit dari biasanya dan kemampuan menyerap sari makanan juga
berkurang. Padahal kebutuhan sari makananyameningkat akibat adanya
infeksi. Setiap episod diare menyebabkan kekurangan gizi, sehingga bila
episode diare berkepanjangan maka dampaknya terhadap pertumbuhan dan
perkembangan akan terlihat keterlambatan tubuh kembang pada anak dan
bayi.
Diare merupakan penyebab utama angka kesakitan dan kematian pada
anak di negara berkembang, dengan perkiraan 1,3 milyar episode dan 3,2 juta
kematian setiap tahun pada balita. Secara keseluruhan anak-anak ini
mengalami rata-rata 3,3epoisode diare pertahun. Pada daerah yang dnegan
angka episode yang tinggi ini, seorang balita dapat menghabiskan 25 %
waktunya dengan diare.Sekitar 80 % kematian yang berhubungan dengan
diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan.Penyebab utama kematian
karena diare adalah dehidrasi sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit
melalui tinjanya. Penyebab kematian lain adalah disentri, kekurangan gizi,
dan infeksi serius seperti pnemoni.
Menurut laporan Departemen Kesehatan, di Indonesia setiap anak
mengalami diare 1,6samapi 2 kali setahun. Hasil SKRT (survaeykesahatan
rumah tangga) di Indonesia angka kematian diare anak balita dan bayi
permilpertahunberturutmenunjukan angka sebagai berikut ; 6,6 (balita) 22
(bayi) pertahun 1980; 3,7 (balita) dan 13,3 (bayi) pada tahun1985. 2,1 (balita)
7,3 (bayi) pada tahun 1992. 1 balita dan 8 bayi pada tahun 1995. Sementara
itu morbiditas diare tidak menunjukan hal yang sama. Dari hasil studi
morbiditas

1
oleh DEPKES di 8 propinsi pada tahun 1989,1990,1995 berturut-turut
morbiditas diare menunjukan 78 %, 103 % dan 100 %. Apalagi dengan
terjadinya krisis ekonomi yang melanda negara Asia dimana Indonesia yang
terparah, angka kejadian diare menunjukan kenaikan. Bahkan gangguan
kesehatan maupun yang terkait dengan diare seperti gangguan gizi dan ISPA
menunjukan hasil yang nyata (DEPKES RI, 1999).
Meskipun pada orang dewasa penyakit diare baiasanya lebih ringan dari
pada pada anak tetapi angka kejadian yang semakin menurun menujukan
angka kemajuan penanganan diare. Pada saat ini sudah tersedia pengobatan
yang mudah dan efektif yang dapat menurunkan jumlah kematian karena
diare pada sebagian besar kasus. Sekarang dengan dipakainya upaya
pembentukan KPD (kegiatan pendidikan Diare) antara lain dengan pojok URO
(Upaya Rehidrasi Oral) di banyak rumah sakit dan dilanjutkan dengan
pendidikan medik penberantasan diare kasus diare di bangsal semakin
berkurang secara nyata.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Mempelajari asuhan keperawatan pada anak usia toddler dengan diare akut
dehidrasi sedang.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan pengkajian pada anak toddler dengan diare akut
dehidrasi sedang.
2. Mampu melakukan intervensi anak usia toddler dengan diare akut
dehidrasi sedang
3. Mampu melakukan tindakan pada anak usia toddler dengan diare akut
dehidrasi sedang
4. Mampu melakukan evaluasi pada anak usia toddler dengan diare akut
dehidrasi sedang.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN DIARE


2.1.1 DEFINISI
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah yinja yang
lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan tinja
berbentuk cair /setengan padat, dapat disertai frekuensi yang meningkat.
Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 x
sehari. Diare terbagi 2 berdasarkan mula dan lamanya , yaitu diare akut
dan kronis (Mansjoer,A.1999,501).
Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi
dan lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat
berwarna hijau atau dapat bercampur lendir dan darah (Ngastiyah, 1997).
Anak usia TODDLER adalah anak usia antara 1 sampai 3 tahun (Donna L.
Wong)

2.1.2 ETIOLOGI
A. Faktor infeksi
1. Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E.
coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas,
dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus,
dll), infeksi parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan
jamur (C. albicans).
2. Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan
yang dapat menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis,
bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.

3 3
B. Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).
Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting pada
bayi dan anak.Di samping itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak
dan protein.
C. Faktor Makanan:
Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan
alergi terhadap jenis makanan tertentu.
D. Faktor Psikologis
Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas),
jarang terjadi tetapi dapat ditemukan pada anak yang lebih besar.
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:
E. Gangguan osmotik
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotik dalam lumen usus meningkat sehingga terjadi
pergeseran air dan elektroloit ke dalam lumen usus. Isi rongga usus yang
berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga
timbul diare.
F. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningklatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan
selanjutnya timbul diare kerena peningkatan isi lumen usus.
G. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltikakan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik
usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan,
selanjutnya dapat timbul diare pula.

4
2.1.3. PATOFISIOLOGI dan WOC

faktor infeksi F malabsorbsi F makanan F. Psikologi


KH,Lemak,Protein

Masuk dan ber meningk.Tekosmo toksin tak dapat cemas


kembangdlm tik diserap
usus

Hipersekresi air pergeseran air dan hiperperistaltik


dan elektrolit elektrolit ke rongga
( isi rongga usus) usus menurunya kesempatan usus
menyerap makanan

DIARE

Frek. BAB meningkat distensi abdomen

Deficit volume cairan integritas kulit


tubuh perianal

gg. kes. cairan&elekt As. Metabl mual, muntah

Resiko hipovolemi syok sesak nafsu makan

Gang.Oksigensi BB menurun

Gangg. Tumbang

5
2.1.4. MANIFESTASI KLINIK
Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, napsu makan
berkurang kemudian timbul diare.Tinja mungkin disertai lendir dan atau
darah.Warna tinja makin lama berubah kehijauan karena bercampur
dengan empedu.Daerah anus dan sekitarnya timbul luka lecet karena
sering defekasi dan tinja yang asam akibat laktosa yang tidak diabsorbsi
usus selama diare.
Gejala muntah dapat timbul sebelum atau selama diare dan dapat
disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan
keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila kehilangan cairan terus
berlangsung tanpa penggantian yang memadai, gejala dehidrasi mulai
tampak yaitu: berat badan menurun, turgor kulit berkurang, mata dan
ubun-ubun besar cekung (pada bayi), selaput lendir bibir dan mulut serta
kulit kering.
Bila dehidrasi terus berlanjut dapat terjadi renjatanhipovolemik dengan
gejala denyut jantung menjadi cepat, denyut nadi cepat dan lemah bahkan
tidak teraba, tekanan darah menurun, klien tampak lemah dengan
kesadaran menurun.Karena kekurangan cairan, diuresis berkurang
(oliguria sampai anuria). Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak
pucat, pernapasan cepat dan dalam (pernapasan Kussmaul).

2.1.5 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan diare akut pada anak:
1. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi.
2. Dietetik
3. Obat-obatan

1. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi.


Ada 4 hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi
yang cepat dan akurat, yaitu:

6
1) Jenis cairan yang hendak digunakan.
a. Cara rehidrasi oral :
- Formula lengkap (NaCl, NaHCO3, KCl dan Glukosa) seperti
oraliT, pedyalit setiap kali diare.
- Formula sederhana ( NaCl dan sukrosa)
b. Cara parenteral
- Cairan I : RL dan NS
- Cairan II : D5 ¼ salin,nabic. KCL
D5 : RL = 4 : 1 + KCL
D5 + 6 cc NaCl 15 % + Nabic (7 mEq/lt) + KCL
- HSD (half strenghdarrow) D ½ 2,5 NS cairan khusus pada
diare usia > 3 bulan.
2) Jalan pemberian
a. Oral (dehidrasi sedang, anak mau minum, kesadaran baik)
b. Intra gastric ( bila anak tak mau minum,makan, kesadran menurun)
c. Jumlah Cairan ; tergantung pada :
- Kehilangan sesaat (concurrent less)
- Rumatan (maintenance).
- Jadwal / kecepatan cairan
- Defisit ( derajat dehidrasi)
1) Pada anak usia 1- 5 tahun dengan pemberian 3 gelas bila
berat badanya kurang lebih 13 kg : maka pemberianya adalah :
o BB (kg) x 50 cc
o BB (kg) x 10 – 20 = 130 – 260 cc setiap diare = 1 gls.
2) Terapi standar pada anak dengan diare sedang :
+ 50 cc/kg/3 jam atau 5 tetes/kg/mnt
Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena
tersedia cukup banyak di pasaran meskipun jumlah kaliumnya
rendah bila dibandingkan dengan kadar kalium tinja. Bila RL tidak
tersedia dapat diberiaknNaClisotonik (0,9%) yang sebaiknya
ditambahkan dengan 1 ampulNabik 7,5% 50 ml pada setiap satu
liter NaClisotonik. Pada keadaan diare akut awal yang ringan dapat

7
diberikan cairan oralit untuk mencegah dehidrasi dengan segala
akibatnya.
Jumlah cairan yang hendak diberikan.
Pada prinsipnya jumlah cairan pengganti yang hendak diberikan
harus sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari badan. Jumlah
kehilangan cairan dari badan dapat dihitung dengan cara/rumus:
- Mengukur BJ Plasma
Kebutuhan cairan dihitung dengan rumus:
BJ Plasma – 1,025
---------------------- x BB x 4 ml
0,001

- Metode Pierce
Berdasarkan keadaan klinis, yakni:
* diare ringan, kebutuhan cairan = 5% x kg BB
* diare sedang, kebutuhan cairan = 8% x kg BB
* diare ringan, kebutuhan cairan = 10% x kg BB

- Metode Perbandingan BB dan Umur


BB Total Kehilangan
Umur PWL NWL CWL
(kg) Cairan
<3 < 1 bln 150 125 25 300
3-10 1 bln-2 thn 125 100 25 250
10-15 2-5 thn 100 080 25 205
15-25 5-10 thn 080 025 25 130
Sumber: Ngastiyah (1997)
Keterangan:
PWL : Previus Water Lose (ml/kgBB) = cairan
muntah
NWL : Normal Water Lose (ml/kgBB) = cairan
diuresis, penguapan, pernapasan
CWL : Concomitant Water Lose (ml/KgBB) = cairan diare

8
dan muntah yang terus menerus

2. Dietetik
Untuk mencegah kekurangan nutrisi, diet pada anak diare harus
tetap dipertahankan yang meliputi:
1. Umur > 1 tahun dengan BB>7 kg, makanan padat /
makanan cair atau susu
2. Dalam keadaan malbasorbsi berat serta alergi protein susu
sapi dapat diberi elemen atau semi elemental formula
3. Obat-obatan
Obat-obatan yang diberikan pada anak diare adalah:
a. Obat anti sekresi (asetosal, klorpromazin)
b. Obat spasmolitik (papaverin, ekstrakbelladone)
c. Antibiotik (diberikan bila penyebab infeksi telah
diidentifikasi)
Terapi
1. obat anti sekresi : Asetosal, 25 mg/hari dengan dosis
minimal 30 mg. klorpromazine 0,5 – 1 mg / kg BB/hari
2. onat anti spasmotik : Papaverin, opium, loperamide
3. antibiotik : bila penyebab jelas, ada penyakit penyerta
4. Supportif :Vitamin A 200.000. IU/IM, usia 1 – 5 tahun

2.1.6. PENGKAJIAN KEPERAWATAN


1. Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun
pertama kehidupan.Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-
11 bulan.Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan
terhadap infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan
insidence penyakit pada anak yang lebih besar.Pada umur 2 tahun
atau lebih imunitas aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus
karena infeksi ususasimptomatik dan kuman enteric menyebar
terutama klien tidak menyadari adanya infeksi. Status ekonomi

9
juga berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan
perawatannya .
2. Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 x
3. Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau
lendir saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu
pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare
berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau
kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari
saprofit menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA
campak.
5. Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang
dewasa, porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan
buah dan susu. kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat
rentan,. Cara pengelolahan makanan yang baik, menjaga
kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan cuci tangan,
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.
7. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga
kebersihan, lingkungan tempat tinggal.
8. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan
a. Pertumbuhan
- Kenaikan BB karena umur 1 –3 tahun berkisar antara
1,5-2,5 kg (rata-rata 2 kg), PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm)
pertahun.
- Kenaikan linkarkepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm
ditahun kedua dan seterusnya.

10
- Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham
pertama dan gigi taring, seluruhnya berjumlah 14 – 16
buah
- Erupsi gigi : geraham peramamenusul gigi taring.
b. Perkembangan
- Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund
Freud.
Fase anal :
Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido,
meulaimenunjukankeakuannya, cinta diri sendiri/
egoistic, mulai kenal dengan tubuhnya, tugas utamanyan
adalah latihan kebersihan, perkembangan bicra dan
bahasa (meniru dan mengulang kata sederhana,
hubungna interpersonal, bermain).
- Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson.
Autonomy vs Shame and doundt
Perkembangn ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari
anak toddler dari lingkungan dan keuntungan yang ia
peroleh Dario kemam puannya untuk mandiri (tak
tergantug). Melalui dorongan orang tua untuk makan,
berpakaian, BAB sendiri, jika orang tua terlalu over
protektif menuntut harapan yanag terlalu tinggi maka
anak akan merasa malu dan ragu-ragu seperti juga
halnya perasaan tidak mampu yang dapat berkembang
pada diri anak.
- Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan,
bergaul dan mandiri : Umur 2-3 tahun :
1. berdiri dengan satu kaki tampa berpegangan
sedikitpun 2 hitungan (GK)
2. Meniru membuat garis lurus (GH)
3. Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata
(BBK)

11
4. Melepasa pakaian sendiri (BM)

9. Pemeriksaan Fisik
a. pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar
lengan mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen
membesar,
b. keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu,
kesadaran menurun.
c. Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah
menutup pada anak umur 1 tahun lebih
d. Mata : cekung, kering, sangat cekung
e. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi
abdomen, peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan
menurun, mual muntah, minum normal atau tidak haus,
minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau
kelihatan bisa minum
f. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt
karena asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)
g. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah,
tensi menurun pada diare sedang .
h. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2
dt, suhu meningkat > 375 0
c, akral hangat, akral dingin
(waspada syok), capillary refill time memajang > 2 dt,
kemerahan pada daerah perianal.
i. Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria
(200-400 ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum
sakit.
j. Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa
mengalami stress yang berupa perpisahan, kehilangan
waktu bermain, terhadap tindakan invasive respon yang
ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian
menerima.

12
10. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium :
 feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
 Serum elektrolit : Hiponatremi, Hipernatremi,
hipokalemi
 AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2
meningkat, pcO2 meningkat, HCO3 menurun )
 Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
2) Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni

2.1.7 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Defisit volume cairan tubuh kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan output cairan yang berlebihan
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
diare atau output berlebihan dan intake yang kurang
3. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
skunder terhadap diare
4. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan
frekwensi diare.
5. Resiko tinggi gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan BB
menurun terus menerus.
6. Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive dan
perpisahan dengan orang tua
7. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi
abdomen.
8. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang penyakit,prognosis dan pengobatan.

2.1.8 INTERVENSI KEPERAWATAN


Diagnosa 1 :Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan output cairan
yang berlebihan.

13
Tujuan .
Devisit cairan dan elektrolit teratasi
Kriteria hasil
Tanda-tanda dehidrasi tidak ada, mukosa mulut dan bibir lembab,
balan cairan seimbang
Intervensi
Observasi tanda-tanda vital.Observasi tanda-tanda dehidrasi. Ukur
infut dan output cairan (balancccairan). Berikan dan anjurkan
keluarga untuk memberikan minum yang banyak kurang lebih 2000 –
2500 cc per hari. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi
cairan, pemeriksaan lab elektrolit. Kolaborasi dengan tim gizi dalam
pemberian cairan rendah sodium.
Diagnosa 2: Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
berhubungan dengan kehilangan cairan skunder terhadap
diare
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
keseimbangan dan elektrolit dipertahankan secara
maksimal
Kriteria hasil :
o Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50
c, RR : < 40 x/mnt )
o Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak
cowong, UUB tidak cekung.
o Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari
Intervensi :
1) Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit
R/ Penurunan sisrkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan
mukosa dan pemekataj urin. Deteksi dini memungkinkan terapi
pergantian cairan segera untuk memperbaiki defisit
2) Pantau intake dan output
R/ Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus
membuat keluaran tak aadekuat untuk membersihkan sisa

14
metabolisme.
3) Timbang berat badan setiap hari
R/ Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama
dengan kehilangan cairan 1 lt
4) Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3
lt/hr
R/ Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral
5) Kolaborasi :
- Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN)
R/ koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk
mengetahui faal ginjal (kompensasi).
- Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur
R/ Mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan
cepat.
- Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)
R/ anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan
elektrolit agar simbang, antispasmolitik untuk proses
absorbsi normal, antibiotik sebagai anti bakteri berspektrum
luas untuk menghambat endotoksin.

Diagnosa 3 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan tidak adekuatnya intake dan out
put
Tujuan : setelah dilakukan tindakan perawatan selama dirumah
di RS kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria : - Nafsu makan meningkat
- BB meningkat atau normal sesuai umur
Intervensi :
1) Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan
berserat tinggi, berlemak dan air terlalu panas atau dingin)
R/ Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat merangsang
mengiritasi lambung dan sluran usus.

15
2) Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap
atau sampah, sajikan makanan dalam keadaan hangat
R/ situasi yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan.
3) Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang
berlebihan
R/ Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan
4) Monitor intake dan out put dalam 24 jam
R/ Mengetahui jumlah output dapat merencenakan jumlah
makanan.
5) Kolaborasi dengan tim kesehtaan lain :
a. terapi gizi : Diet TKTP rendah serat, susu
b. obat-obatan atau vitamin ( A)
R/ Mengandung zat yang diperlukan , untuk proses
pertumbuhan
Diagnosa 4 : Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan
proses infeksi dampak sekunder dari diare
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam
tidak terjadi peningkatan suhu tubuh
Kriteria hasil : suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)
Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor,
fungtioleasa)
Intervensi :
1) Monitor suhu tubuh setiap 2 jam
R/ Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh (
adanya infeksi)
2) Berikan kompres hangat
R/ merangsang pusat pengatur panas untuk menurunkan produksi
panas tubuh
3) Kolaborasi pemberian antipirektik
R/ Merangsang pusat pengatur panas di otak
Diagnosa 5 :Resiko gangguan integritas kulit perianal berhubungan
dengan peningkatan frekwensi BAB (diare)

16
Tujuan : setelah dilakukan tindakakeperawtan selama di rumah sakit
integritas kulit tidak terganggu
Kriteria hasil : - Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga
- Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal
dengan baik dan benar
Intervensi :
1) Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur
R/ Kebersihan mencegah perkembangbiakan kuman
2) Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal
(bila basah dan mengganti pakaian bawah serta alasnya)
R/ Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh
karena kelebaban dan keasaman feces
3) Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam
R/ Melancarkan vaskulerisasi, mengurangi penekanan yang lama
sehingga tak terjadi iskemi dan irirtasi .
Diagnosa 6 : Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive
Tujuan : setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam, klien
mampu beradaptasi
Kriteria hasil : Mau menerima tindakan perawatan, klien tampak tenang
dan tidak rewel
Intervensi :
1) Libatkan keluarga dalam melakukan tindakan perawatan
R/ Pendekatan awal pada anak melalui ibu atau keluarga
2) Hindari persepsi yang salah pada perawat dan RS
R/ mengurangi rasa takut anak terhadap perawat dan lingkungan
RS
3) Berikan pujian jika klien mau diberikan tindakan perawatan dan
pengobatan
R/ menambah rasa percaya diri anak akan keberanian dan
kemampuannya
4) Lakukan kontak sesering mungkin dan lakukan komunikasi baik
verbal maupun non verbal (sentuhan, belaian dll)

17
R/ Kasih saying serta pengenalan diri perawat akanmenunbuhkan
rasa aman pada klien.
5) Berikan mainan sebagai rangsang sensori anak
R/ merangsang perkembangan sensori anak.

2.2 ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN BANTUAN


VENTILASI MEKANIK (VENTILATOR)
2.2.1 Pengkajian
Hal-hal yang perlu dikaji pada psien yang mendapat nafas buatan
dengan ventilator adalah:
1. Biodata
Meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, agama,
alamt, dll.
Pengkajian ini penting dilakukan untuk mengetahui latar belakang
status sosial ekonomi, adat kebudayaan dan keyakinan spritual
pasien, sehingga mempermudah dalam berkomunikasi dan
menentukan tindakan keperawatan yang sesuai.
2. Riwayat penyakit/riwayat keperawatan
Informasi mengenai latar belakang dan riwayat penyakit yang
sekarang dapat diperoleh melalui oranglain (keluarga, tim medis
lain) karena kondisi pasien yang dapat bentuan ventilator tidak
mungkin untuk memberikan data secara detail. Pengkajian ini
ditujukan untuk mengetahui kemungkinan penyebab atau faktor
pencetus terjadinya gagal nafas/dipasangnya ventilator.
3. Keluhan
Untuk mengkaji keluhan pasien dalam keadaan sadar baik, bisa
dilakukan dengan cara pasien diberi alat tulis untuk menyampaikan
keluhannya. Keluhan pasien yang perlu dikaji adalah rasa sesak
nafas, nafas terasa berat, kelelahan dan ketidaknyamanan.

18
B. 1. Sistem pernafasan
a. Setting ventilator meliputi:
 Mode ventilator
- CR/CMV/IPPV (Controlled Respiration/Controlled
Mandatory Ventilation/Intermitten Positive Pressure
Ventilation)
- SIMV (SyncronizedIntermitten Mandatory Ventilation)
- ASB/PS (Assisted Spontaneus Breathing/Pressure Suport)
- CPAP (ContinousPossitive Air Presure)
 FiO2: Prosentase oksigen yang diberikan
 PEEP: Positive End Expiratory Pressure
 Frekwensi nafas
b. Gerakan nafas apakah sesuai dengan irama ventilator
c. Expansi dada kanan dan kiri apakah simetris atau tidak
d. Suara nafas: adalah ronkhi, whezing, penurunan suara nafas
e. Adakah gerakan cuping hidung dan penggunaan otot bantu
tambahan
f. Sekret: jumlah, konsistensi, warna dan bau
g. Humidifier: kehangatan dan batas aqua
h. Tubing/circuit ventilator: adakah kebocoran tertekuk atau
terlepas
i. Hasil analisa gas darah terakhir/saturasi oksigen
j. Hasil foto thorax terakhir
B. 2. Sistem kardiovaskuler
PenGkajian kardiovaskuler dilakukan untuk mengetahui adanmya
gangguan hemodinamik yang diakibatkan setting ventilator (PEEP
terlalu tinggi) atau disebabkan karena hipoksia. Pengkajian meliputi
tekanan darah, nadi, irama jantung, perfusi, adakah sianosis dan
banyak mengeluarkan keringat.
B. 3. Sistem neurologi
Pengkajian meliputi tingkat kesadaran, adalah nyeri kepala, rasa
ngantuk, gelisah dan kekacauan mental.

19
B. 4. Sistem urogenital
Adakah penurunan produksi urine (berkurangnya produksi urine
menunjukkan adanya gangguan perfusi ginjal)
B. 5. Status cairan dan nutrisi
Status cairan dan nutrisi penting dikaji karena bila ada gangguan
status nutrisi dn cairan akan memperberat keadaan. Seperti cairan
yang berlebihan dan albumin yang rendah akan memperberat
oedema paru.
4. Status psycososial
Pasien yang dirawat di ICU dan dipasang ventilator sering mengalami
depresi mental yang dimanifestasikan berupa kebingungan, gangguan
orientasi, merasa terisolasi, kecemasan dan ketakutan akan kematian.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sering terjadi pada pasien yang mendapat
bantuan nafas mekanik/dipasang ventilator diantaranya adalah:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan
produksi sekret
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan sekresi tertahan, proses
penyakitnya
3. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kelelahan, pengesetan
ventilator yang tidak tepat, obstruksi selang endotracheal
4. Cemas berhubungan dengan penyakit kritis, takut terhadap kematian
5. Gangguan pemenuhan komunikasi verbal berhubungan dengan
pemasangan selang endotracheal
6. Resiko tinggi terjadinya infeksi saluran nafas berhubungan dengan
pemasangan selang endotracheal
7. Resiko tinggi terjadinya trauma atau cedera berhubungan dengan
ventilasi mekanis, selang endotracheal, ansietas, stress
8. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan ventilasi mekanis, letak
selang endotracheal

20
2.2.3 Perencanaan
1. Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas sehubungan dengan peningkatan
produksi sekret
Tujuan:
Meningkatkan dan mempertahankan keefektifan jalan napas.
Kriteria hasil:
 Bunyi napas terdengar bersih.
 Ronchi tidak terdengar.
 Tracheal tube bebas sumbatan.
Tindakan keperawatan:

INTERVENSI RASIONAL
1 Auskultasi bunyi napas tiap 2-4 jam 1 Mengevaluasi keefetifan jalan
dan kalau diperlukan. napas.
2 Lakukan pengisapan bila terdengar 2
ronchi dengan cara: a. Dengan mengertinya tujuan
a. jelaskan pada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
tujuan dari tindakan pengisapan. pasien bisa berpartisipasi aktif.
b. Berikan oksigen dengan O2 100 % b. Memberi cadangan O2 untuk
sebelum dilakukan pengisapan, menghindari hipoksia.
minimal 4 - 5 X pernapasan. c. Mencegah infeksi nosokomial.
c. Perhatikan teknik aseptik, gunakan
sarung tangan steril, kateter
pengisap steril. d. Aspirasi lama dapat
d. Masukan kateter kedalam selang menimbulkan hipoksia, karena
ET dalam keadaan tidak mengisap tindakan pengisapan akan
(ditekuk), lama pengisapan tidak mengeluarkan sekret dan O2.
lebih dari 10 detik. e. Tindakan negatif yang
e. Atur tekanan isap tidak lebih dari berlebihan dapat merusak
100 - 120 mmHg. mukosa jalan napas.
f. Lakukan oksigenasi lagi dengan f. Memberikan cadangan oksigen
3 O2 100 % sebelum melakukan 3 dalam paru.

21
pengisapan berikutnya. g. Menjamin keefektifan jalan
4 g. Lakukan pengisapan berulang- 4 napas.
5 ulang sampai suara napas bersih. 5 Membantu mengencerkan skret.
Pertahankan suhu humidifer tetap
6 hangat (35 - 37,8 o C 6 Mencegah sekresi menjadi kental.
7 Monitor statur hidrasi pasien 7 Memudahkan pelepasan sekret.
8 Melakukan fisioterapi napas / dada
sesuai indikasi dengan cara clapping, 8 Mengencerkan sekret.
fibrasi dan pustural drainage. Menentukan lokasi penumpukan
Berikan obat mukolitik sesuai indikasi sekret, mengevaluasi kebersihan
Kaji suara napas sebelum dan sesudah tindakan
melakukan tindakan pengisapan. Deteksi dini adanya kelainan.
Observasi tanda-tanda vital sebelum
dan sesudah melakukan tindakan.

2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan pertukaran gas sehubungan dengan sekresi tertahan, proses
penyakitnya
Tujuan: Pertukaran gas kembali normal.
Kriteria hasil:
 Hasil analisa gas darah normal yang terdiri dari:
- PH (7,35 - 7,45)
- PO2 (80 - 100 mmHg)
- PCO2 (35 - 45 mmHg)
- BE (-2 - + 2)
- Tidak sianosis

22
Tindakan keperawatan:
INTERVENSI RASIONAL
1 Cek analisa gas darah setiap Evaluasi keefektifan
10 - 30 menit setelah setting ventilator yang
2 perubahan setting ventilator. 1 diberikan
Monitor hasil analisa gas
darah (blood gas) atau Evaluasi kemampuan
3 oksimeteri selama periode 2 bernapas
penyapihan. 3 Sekresi menghambat
4 Pertahankan jalan napas kelancaran udara napas.
bebas dari skresi. 4 Diteksi dini adanya
Monitor tanda dan gejala kelainan.
hipoksia

3. Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan pola nafas sehubungan dengan kelelahan, pengesetan
ventilator yang tidak tepat, obstruksi selang endotracheal
Tujuan: Pola napas efektif.
Kriteria hasil:
 Napas sesuai dengan irama ventilator.
 Volume napas adekuat.
 Alarm tidak berbunyi.
Tindakan keperawatan:
INTERVENSI RASIONAL
1 Lakukan pemeriksaan ventilator 1 Diteksi dini adanya kelainan
tiap 1 - 2 jam. atau gg. fungsi ventilator.
2 Evaluasi semua alarm dan 2 Bunyi alarm menunjukan
tentukan penyebabnya. adanya gg. Fungsi ventilator.
3 Pertahankan alat resusitasi 3 Memudahkan melakukan
manual (bag & mask) pada pertolongan bila sewaktu -
posisi tempat tidur sepanjang waktu ada gangguan fungsi
4 waktu. 4 ventilator.

23
Monitor selang / cubbing Mencegah berkurangnya
5 ventilator dari terlepas , terlipat, aliran udara napas.
bocor atau tersumbat. 5
6 Evaluasi tekanan atau kebocoran 6 Mencegah berkurangnya
balon cuff. aliran udara napas.
7 Masukan penahan gigi (pada 7 Mencegah tergigitnya selang
pemasangat ETT lewat oral) ETT
8 Amankan selang ETT dengan 8 Mencegah terlepas /
fiksasi yang baik. tercabutnya selang ETT.
Monitor suara dan pergerakan Evaluasi keefektifan jalan
dada secara teratur. napas.

4. Diagnosa Keperawatan
Cemas sehubungan dengan penyakit kritis, takut terhadap kematian
Tujuan: Cemas berkurang atau hilang
Kriteria hasil: Mampu mengekspresikan kecemasan, tidak gelisah,
kooperatif.
Tindakan keperawatan:
INTERVENSI RASIONAL
1 Lakukan komunikasi terapiutik. 1 Membina hubungan saling
percaya.
2 Dorong pasien agar mampu 2 Menggali perasaan dan
mengekspresikan perasaannya. permasalahan yang sedang
3 dihadapi klien.
3 Berikan sentuhan kasih sayang. 4 Mengurangi cemas.
4 Berikan support mental. 5 Mengurangi cemas.
5 Berikan kesempatan pada Kehadiran orang-orang yang
keluarga dan orang-orang yang dicintai meningkatkan
dekat dengan klien untuk semangat dan motivasi untuk
mengunjungi pada saat-saat sembuh.
6 tertentu. 6
Berikan informasi realistis pada Memahami tujuan pemberian
tingkat pemahaman klien. atau pemasangan ventilator.

24
5.Diagnosa Keperawatan
Gangguan pemenuhan komunikasi verbal sehubungan dengan pemasangan
selang endotracheal
Tujuan: Mempertahankan komunikasi
Kriteria hasil: Klien dapat berkomunikasi dgn menggunakan metode
alternatif.
Tindakan keperawatan:
INTERVENSI RASIONAL
1 Berikan papan, kertas dan pensil, 1 Mempermudah klien untuk
gambar untuk komunikasi, mengemukakan perasaan /
ajukan pertanyaan dengan keluhan dengan
2 jawaban ya atau tidak. 2 berkomunikasi.
Yakinkan klien bahwa suara Mengurangi cemas.
akan kembali bila ETT dilepas.

5. Diagnosa Keperawatan
Resiko tinggi terjadinya infeksi saluran nafas sehubungan dengan
pemasangan selang endotracheal
Tujuan:
Tidak terjadi infeksi saluran napas s/d pemasangan selang ETT / ventilator
Kriteria hasil:
 Suhu tubuh normal (36 - 37,5 C)
 Warna sputum jernih.
 Kultur sputum negatif.
Tindakan keperawatan:
INTERVENSI RASIONAL
1 Evaluasi warna, jumlah, 1 Indikator untuk menilai
konsistensi dan bauh sputum adanya infeksi jalan napas.
2 setiap kali pengisapan.
Lakukan pemeriksaan kultur 2 Menentukan jenis kuman dan
sputum dan test sensitifitas sensitifitasnya terhadap
3 sesuai indikasi. antibiotik.

25
Pertahanakan teknik aseptik 3 Mencegah infeksi
4 pada saat melakukan pengisapan nosokomial.
5 (succion) 4
Jaga kebersihan bag & mask. Lingkungan kotor merupakan
Lakukan pembersihan mulut, 5 media pertumbuhan kuman.
6 hidung dan rongga faring setiap 6 Lingkungan kotor merupakan
shitf. media pertumbuhan kuman.
7 Ganti selang / tubing ventilator 7 Menjamin selang ventilator
8 24 - 72 jam. 8 tetap bersih dan steril.
Monitor tanda-tanda vital yang Diteksi dini adanya kelainan
menunjukan adanya infeksi. Antibiotika bersifat
Berikan antibiotika sesuai baktericide.
program dokter.

6. Diagnosa Keperawatan
Resiko tinggi terjadinya trauma atau cedera sehubungan dengan ventilasi
mekanis, selang endotracheal, ansietas, stress
Tujuan: Bebas dari cedera selama ventilasi mekanik.
Kriteria hasil:
 Tidak terjadi iritasi pada hidung maupun jalan napas.
 Tidak terjadi barotrauma.
Tindakan keperawatan:
INTERVENSI RASIONAL
1 Monitor ventilator terhadap 1 Peningkatan secara tajam
peningkatan secara tajam. dapat menimbulkan trauma
2 Yakinkan napas pasien sesuai 2 jalan napas (barutrauma)
dengan irama ventilator Napas yang berlawanan
3 dengan mesin dapat
Mencegah terjadinya fighting 3 menimbulkan trauma.
kalau perlu kolaborasi dengan Napas yang berlawanan
4 dokter untuk memberi sedasi. dengan mesin dapat
Observasi tanda dan gejala 4 menimbulkan trauma.

26
5 barotrauma. 5 Diteksi dini.
Lakukan pengisapan lendir Mencegah iritasi mukosa
dengan hati-hati dan gunakan jalan napas.
6 kateter succion yang lunak dan 6
ujungnya tidak tajam. Mencegah terekstubasinya
7 Lakukan restrain / fiksasi bila 7 ETT (ekstubasi sendiri)
pasien gelisah. Mencegah trauma akibat
Atur posisi selang / tubing penekanan selang ETT.
ventilator dengan cepat.

7. Diagnosa Keperawatan
Gangguan rasa nyaman sehubungan dengan ventilasi mekanis, letak selang
endotracheal
Tujuan: Merasa nyaman selama dipasang ventilator.
Kriteria hasil:
 Klien tidak gelisah.
 Klien dapat istirahat dan tidur dengan tenang.

Tindakan keperawatan:
INTERVENSI RASIONAL
1 Atur posisi selang ETT dan 1 Mencegah penarikan dan
Tubing ventilator. penekanan.
2 Atur sensitivitas ventilator 2 Menurunkan upaya pasien
melakukan pernapasan.
3 Atur posisi tidur dengan 3 Meningkatkan rasa nyaman.
menaikkan bagian kepala tempat
tidur, kecuali ada kontra
4 indikasi. 4 Mengurangi rasa nyeri
Kalau perlu kolaborasi dengan
kokter untuk memberi analgesik
dan sedasi.

27
2.3 PERKEMBANGAN ANAK GERAKAN KASAR DAN HALUS, EMOSI,
SOSIALPERILAKU DAN BICARA
“Skala Yaumil – mimi”
1. Dari lahir sampai 3 bulan :
 Belajar mengangkat kepala
 Belajar mengikuti obyek dengan matanya
 Melihat ke muka orang dengan tersenyum
 Bereaksi terhadap suara / bunyi
 Mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman, pandangan dan
kontak
 Menahan barang yang dipegangnya
 Mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengolah
2. Dari 3 sampai 6 bulan :
 Mengangkat kepala 0 derajat dan mengangkat dada dengan bertopang
tangan
 Mulai belajar meraih benda-benda yang ada dalam jangkauannya atau
diluar jangkauannya
 Menaruh benda-benda di mulutnya
 Berusaha memperluas lapangan pandangan
 Terutama dan menjerit karena gembira bila diajak bermain
 Mulai berusaha mencari benda-benda yang hilang
3. Dari 6 sampai 9 bulan :
 Dapat duduk tanpa dibantu
 Dapat tengkurap dan berbalik sendiri
 Dapat merangkak meraih benda atau mendekati seseorang
 Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang lain
 Memegang benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk
 Bergembira dengan melempar benda-benda
 Mengeluarkan kata-kata yang tanpa arti
 Mengenal muka anggota-anggota keluarga dan takut kepada orang
asing / lain

28
 Mulai berpartisipasi dalam permainan tepuk tangan dan sembunyi-
sembunyian
4 Dari 9 sampai 12 bulan :
 Dapat berdiri sendiri tanpa dibantu
 Dapat berjalan dengan dituntun
 Menirukan suara
 Mengulang bunyi yang didengarnya
 Belajar menyatakan satu atau dua kata
 Mengerti perintah sederhana atau larangan
 Memperlihatkan minat yang besar dalam mengeksplorasi sekitarnya,
inginmenyentuh apa saja dan memasukkan benda-benda ke mulutnya
 Berpartisipasi dalam permainan
5. Dari 12 sampai 18 bulan :
 Berjalan dan mengeksplorasi rumah serta sekeliling rumah
 Menyusun 2 atau 3 kotak
 Dapat mengatakan 5 – 10 kata
 Memperlihatkan rasa cemburu dan rasa bersaing
5. Dari 18 sampai 24 bulan :
 Naik turun tangga dan menyusun 6 kotak
 Menunjuk mata dan hidung serta menyusun dua kata
 Belajar makan sendiri
 Menggambar garis di kertas atau di pasir
 Mulai belajar mengontrol BAB dan BAK
 Menaruh minat kepada apa yang dikerjakan oleh orang-orang yang
lebih besar
 Memperlihatkan minat kepada anak lain dan bermain-main dengan
mereka
7. Dari 2 sampai 3 tahun :
 Belajar meloncat, memanjat, melompat dengan satu kaki
 Membuat jembatan dengan 3 kotak
 Mampu menyusun kalimat dan menggambar lingkaran

29
 Mempergunakan kata-kata saya, bertanya, mengerti kata-kata yang
ditujukan kepadanya
 Bermain bersama anak lain dan menyadari adanya lingkungan lain di
luar keluarganya
8. Dari 3 sampai 4 tahun :
 Berjalan-jalan sendiri mengunjungi tetangga
 Berjalan pada jari kaki dan menggambar garis silang
 Belajar berpakaian dan membuka pakaian sendiri
 Menggambar orang hanya kepala dan badan
 Mengenal 2 atau 3 warna
 Bicara dengan baik dan banyak bertanya
 Menyebut namanya, jenis kelamin dan umurnya
 Bertanya bagaimana anak dilahirkan
 Mengenal sisi atas, bawah, muka belakang
 Mendengarkan cerita-cerita dan bermain dengan anak lain
 Menunjukkan rasa sayang kepada saudara-saudaranya
 Dapat melaksanakan tugas-tugas sederhana
9. Dari 4 sampai 5 tahun :
 Melompat dan menari
 Menggambar orang terdiri dari kepala, lengan dan badan
 Menggambar segi empat dan segi tiga
 Pandai bicara dan dapat menghitung jari-jarinya
 Dapat menyebut hari-hari dalam seminggu
 Mendengar dan mengulang hal-hal penting dan bercerita
 Minat kepada kata baru dan artinya
 Memprotes bila dilarang apa yang diinginkannya
 Mengenal 4 warna
 Memperkirakan bentuk dan besarnya benda, membedakan besar dan
kecil
 Menaruh minat kepada aktivitas orang dewasa
(dr. Soetjiningsih, DSAK, 1995)

30
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 PENGKAJIAN

Tanggal masuk : 19November 2012 Jam masuk : 08.25 WIB


Ruang : ROI Lt.3 No. Reg Med : 12195770
Pengkajian : 19November 2012 Jam 14. 10 WIB

3.1.1 Identitas
Nama Pasien : An. D Nama P.Jawab: Tn. S
Umur : 1 tahun, 3 bulan Hubungan : Orang Tua
Jenis Kelamin :Perempuan Umur : 35 tahun
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/bangsa :Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan :- Pendidikan : SLTA
Pekerjaan :- Pekerjaan :swast
Alamat : Kampung malang utara, surabaya
Diagnosa :GEA Dehidrasi berat dan kejang
BB :10 KG
3.1.2 Riwayat Keperawatan
a. Keluhan Utama
Pasien tidak sadar.Buang air besar cair 4x selama 2 jam saat
pengkajian
b. Riwayat Penyakit sekarang
Klien rujukan rumah sakit willam booth setelah sebelumnya
mengalami mencret selama 2 hari (mulai 17November 2012) dengan
jumlah feses + ½ gelas tiap kali mencret dan frekuensi 4 – 5 kali tiap
hari.Feses tidak disertai lendir/darah.Mencret terjadi sejak 3 hari
sebelum demam dan naik turun.Klien sudah dibawa ke Dokter tapi
tidak sembuh.dan klien sempat mengalami kejang di ugd rumah sakit
willamboath sebanyak 2x dengan lama kejang lebih dari 5

31 31
menitkemudiaan klien di rujuk ke igd rumah sakit drsoetomo tanggal
18 nopember 2012 dan masuk ke RES di pasang ETT disambung
dengan ventilator mode PSIMV FiO2 100% PEEP 5, PS 10, I:E 1:1,
terapi diazepam 3mg (iv) saat kejang, kemudian dibawa keruangan roi
pada tanggal 19 nopember jam 05 45 wita.
c. Riwayat Penyakit Dahulu :
Kilen tidak pernah menggalami kejang sebelumnya, klien tidak
pernah mengalami batuk pilek akhir-akhir ini. Pernah batuk pilek
usia2 bulan dan mencret di usia 6 bulan.
d. Riwayat Nutrisi
Sampai sekarang ASI masih tetap diberikan, Diberi PASI Dancow
pada umur 5 bulan sampai sekarang, sejak umur 2 tahun klien mulai
diberikan makanan seperti orang dewasa, jenis makan di rumah adala
nasi, sayur, lauk dan makanan tambahan seperti bubur kacang ijo,
ketam hitam., bubur kasar dan susu IT masuk ± 40 cc
e. Riwayat Imunisasi
Imunisasi yang telah didapat adalah :BCG,campak, DPT I,II,III
booster. Polio I,II,III dan booster, Hepatitis I,II,III
f. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan
a. Pertumbuhan
BB : 10 kg, LK: 56 cm, LD : 49 cm, PB : 64 cm, LILA : 20 cm
Status gizi : normal
Fontanel anterior :belummenutup, cekung.
Fontenelposterior : menutup
b. Perkembangan
Fase anal : Klien meminta pada ibunya saat klien ingin BAB/ BAK
klien mau BAK/ BAB hanya dikamar mandi atau tidak ditempat
tidur (ngompol).
Autonomy Vs Shame and doundt: Klien sudah mau atau mampu
memegang sendok dan makan sendiri, klien dapat menyebutkan
keinginannya pada ibunya.
Klien mampu berdiri dengan satu kaki tenpa berpegangan 2

32
hitungan (GK).Klien mampu meniru membuat garis lurus (GH).
Klien dapat menyatakan keinginannya dengan 1kata , contoh :
“ Bu., makan “ atau “Bu.. pipis..” .
Klien belum dapat memelepas pakaiannya sendiri (BM).
g. Dampak hospitalisasi
Klien tampak rewel, sering mengeluh sakit, ingin melepaskan infus di
tangannya.Setiap petugas yang ingin mendekati klien selalu menolak.
h. Riwayat Kesehatan keluarga
Tidak terdapat anggota keluarga yang menderita diare.
o Perilaku yang mempengaruhi kesehatan :
Pengelolaan makanan menggunakan air PAM, menyimpan
makanan dilemari makan, membuang sampah dilahan kosong
dibelakang rumah, kebiasaan BAB di WC pribadi (septic tank).
o Persepsi keluarga :
Keluarga mengira bahwa kondisi klien disebabkan oleh karena
klien memakan makanan seperti orang dewasa, seperti goreng-
gorengan, ketam hitam.
i. Riwayat kesehatan lingkungan
Klien dan orang tua tinggal di rumah milik sendiri, sarana penyediaan
air PAM dan air sumur.Sertiap musim penghujan rumah selalu banjir,
lantai terbuat dari tanah atau plesteran.Air limbah pembuangan dari
kamar mandi atau cuci piring tidak diselokan melainkan dihalaman
bebas.
3.1.3 Pemeriksaan Fisik
a. B1. Sistem pernafasan
Pasien terpasang intubasi dengan endotrakeal nomor 6,5. Cuf + dengan
sambungan ventilator dengan mode PCV, PC:12, PEEP:4, FIO2: 60%,
TRiger 1, rate: 30/30. Suara nafas vesikuler, ronchi +/+, wheezing -/-,
suction secret ETT (+), RR: 30xmenit

MK :Inefektifbersihan jalan nafas

33
b. B2. Sistem kardiovaskuler
Perfusi Hangat kering merah, CRT <2 detik, nadi 142x/menit, suhu 36,60
C, , irama jantung sinus, S1 S2 tunggal, mata tampak cowong, skelra tak
ikterik, konjungtivatak anemis, ubun ubun besar cekung.

MK : Deficit volume cairan


Resiko peningkatan suhu tubuh

c. B3. Sistem Persyarafan


Klien mengalami penurunan kesadaran, denngan GCS: 1 x 1, reflek
kornea +,klien sempat mengalami kejang di ugd rumah sakit willamboath
sebanyak 2x dengan lama kejang lebih dari 5 menit.

MK : resiko kejang berulang

d. B4. Sistim perkemihan


Klien terpasang dower catheter, produksi urine 150 cc per 2 jam, warna
kuning jernih, bau khas urine. Catheter terpasang tanggal 18 di ruang res
MK:Resiko infeksi

MK :Resiko infeksi

e. B5. Sistem Pencernaan


Mukosa mulut tampak kering, bising usus meningkat 45 x/mnt, ada
kembung saat diperkusi, Klien terpasang NGT tube, dengan pemberian
diitsonde D5% 8x25 cc dengan retensi negative, mukosaalembab,bising
usus meningkat, bab mencret4x selama 2jam, lendir (-) darah (-).

MK : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

f. B6. System musculoskeletal dan integument


Ekstermitas dalam batas normal kekuatan otot + terpasang iv lane di
tangan kanan, kulit pucat, daerah anus dan genetalia memerah (ruam
popok)

MK :gangguan integritas kulit

34
3.1.4 Pemeriksaan laboratorium :
Tanggal 19 November 2012
a. Darah lengkap
Hb : 8,2 gr % ( 13,4-17 gr%)
HCT : 25,2 g/dL
Leukosit : 14,2 x 10 9 /L (4,3-10,3 x 10 9 /L)
Trombosit : 273 x 10 9 /L (150-350)
PCV : 0,34 (0,40-0,47)
GDA : 122 mg/dl (< 200 mg/dl)
Ph:7,452
Pco2 :22,7
Po2 :230,2
Hco3 :16,0
Tco3 :16,7
Be :-8,2
So2 :99,9
b. Urine lengkap :
Albumin :-
Reduksi :-
Bilirubin :-
Urobilirubin :-
Sedimen :
 erytrosit :-
 leukosit : + (0-1)
 epitel : + (0-1)
 Kristal :-
 Silinder :-
c. Faeces lengkap
Makroskopis : cair, kuning, darah (+), lendir (-)
Mikroskopis :
 Amoeba :-
 sLeukosit : (++) penuh

35
 erytrosit : (+) banyak
 Cyste : hystolitica (+)
 Telur :-
3.1.5 Terapi
a. Infus mantenence : D5 ½ Ns 1000cc/24 jam
Replacement :RL 70cc/ jam
b. Pedialyt PO 10 cc/kgBB/mencret
c. Vitamin A 1 x 200.000 Iu/IM
b. Diet susu LLM 8X50 CC via ogt

3.2 ANALISA DATA

DATA ETIOLOGI MASALAH


DS : ETT ( benda asing) Inefektifbersihan
DO : jalan nafas
 Pasien terpasang intubasi Per tahanan lokal : Produksi
dengan endotrakeal nomor sputum berlebih oleh sel
6,5. Cuf goblet
 Ventilator dengan mode
Cairan sputum menumpuk
PCV, PC:12, PEEP:4, FIO2:
pada bronkus
60%, TRiger 1, rate: 30/30.
terminalis&bronkeolus
 Suara nafas vesikuler,
 Ronchi +/+, wheezing -/-, Sumbatan nafas
 Secret ETT (+), RR:
Inefektifbersihan jalan napan
30xmenit

Deficit volume
Mal absorbsi KH,lemak, cairan tubuh
Protein
DS : -
DO : Meningkatkan tekanan
O: osmotic
 Mukosa mulut tampak
Pergeseran air dan elektrolit
kering
kerongga usus
 Bising usus meningkat 45
x/mnt
Meningkatnya isi rongga
 Kembung saat diperkusi, usus
 Klien terpasang NGT tube,

36
dengan pemberian diitsonde Diare
D5% 8x25 cc dengan retensi
negative,
 Bab mencret 4x kali selama Defisit volume cairan Nutrisi kurang
2 jam dari kebutuhan
DS : - tubuh
DO ; - Faktor makanan
 Klien terpasang NGT tube,
dengan pemberian diitsonde Toksin tak dapat diserap
D5% 8x25 cc dengan retensi
negative, Hiperparistaltik
 Mukosaa lembab,
 Bab mencret 4x kali selama 2 Menurunya penyerapan
jam makanan di usus
 BB : 10 kg, LK: 56 cm, LD :
49 cm, PB : 64 cm, LILA : 20 Diare
cm

Nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh

3.3 DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN

1. Defisit volume cairan tubuh kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan output cairan yang berlebihan
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare
atau output berlebihan dan intake yang kurang
3. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi skunder
terhadap diare
4. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan frekwensi
diare.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
penyakit,prognosis dan pengobatan.

37
3.4 RENCANA KEPERAWATAN

Mk :Ketidakefektifanbersihan jalan nafas sehubungan dengan peningkatan

produksi sekret

TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


Meningkatkan dan 1. Auskultasi bunyi napas tiap 2-4 1. Mengevaluasi keefetifan
mempertahankan jam dan kalau diperlukan. jalan nafas.
keefektifan jalan 2. Lakukan pengisapan bila
napas. terdengar ronchi dengan cara:
Kriteria hasil:
 Bunyi napas a. Jelaskan pada pasien tentang a. Dengan mengertinya
terdengar tujuan dari tindakan tujuan tindakan yang akan
bersih. pengisapan. dilakukan pasien bisa
 Ronchi tidak b. Berikan oksigen dengan O2 berpartisipasi aktif.
terdengar. 100 % sebelum dilakukan b. Memberi cadangan O2
 Tracheal tube pengisapan, minimal 4 - 5 X untuk menghindari
bebas pernapasan. hipoksia.
sumbatan. c. Perhatikan teknik aseptik, c. Mencegah infeksi
gunakan sarung tangan steril, nosokomial.
kateter pengisap steril.
d. Masukan kateter kedalam d. Aspirasi lama dapat
selang ET dalam keadaan menimbulkan hipoksia,
tidak mengisap (ditekuk), karena tindakan
lama pengisapan tidak lebih pengisapan akan
dari 10 detik. mengeluarkan sekret dan
e. Atur tekanan isap tidak lebih O2.
dari 100 - 120 mmHg. e. Tindakan negatif yang
f. Lakukan oksigenasi lagi berlebihan dapat merusak
dengan O2 100 % sebelum mukosa jalan napas.
melakukan pengisapan f. Memberikan cadangan
berikutnya. oksigen dalam paru.
g. Lakukan pengisapan g. Menjamin keefektifan
berulang-ulang sampai suara jalan napas.
napas bersih.
3. Pertahankan suhu humidifer 3. Membantu mengencerkan
tetap hangat (35 - 37,8 o C) skret.
4. Monitor statur hidrasi pasien 4. Mencegah sekresi menjadi
5. Melakukan fisioterapi napas / kental
dada sesuai indikasi dengan 5. Memudahkan pelepasan

38
cara clapping, fibrasi dan sekret.
pustural drainage 6. Mengencerkan secret
6. Berikan obat mukolitik sesuai 7. Menentukan lokasi
indikasi penumpukan sekret,
7. Kaji suara napas sebelum dan mengevaluasi kebersihan
sesudah melakukan tindakan tindakan
pengisapan 8. Deteksi dini adanya
8. Observasi tanda-tanda vital kelainan.
sebelum dan sesudah
melakukan tindakan.

Mk : Deficit volume cairan tubuh berhubungan dengan kehilangan cairan skunder


terhadap diare
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Tujuan : setelah 1. Pantau tanda dan gejala 1. Penurunan sisrkulasi
dilakukan tindakan kekurangan cairan volume cairan
keperawatan selama 2. Pantau intake dan output menyebabkan kekeringan
6 jam volume cairan 3. Timbang berat badan setiap mukosa dan pemekata urin.
tubuh klien hari 2. Deteksi dini
terpenuhi 4. Berikan cairan replacement memungkinkan terapi
Kriteria hasil : parenteral (IV line) sesuai pergantian cairan segera
 Tanda vital dengan BB dan derajat untuk memperbaiki deficit
dalam batas dehidrasi 3.
normal (N: 120- 5. Kolaborasi pemeriksaan 4. Mendeteksi kehilangan
100 x/mnt, S; 36- laboratorium serum elektrolit cairan , penurunan 1 kg BB
37,50 c, (Na, K,Ca, BUN) sama dengan kehilangan
 Turgor elastik , cairan 1 lt
membran 5. Dehidrasi dapat
mukosa bibir meningkatkan laju filtrasi
basah, mata tidak glomerulus membuat
cowong, UUB keluaran tak aadekuat
tidak cekung untuk membersihkan sisa
 Konsistensi BAB metabolisme.

39
lembek, 6. Mengganti cairan dan
frekwensi 1 kali elektrolit secara adekuat
perhari dan cepat
7. Koreksi keseimbang cairan
dan elektrolit, BUN untuk
mengetahui faal ginjal
(kompensasi).

Mk :Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya


intake dan out put
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Tujuan : Setelah 1. Diskusikan dan jelaskan 1. Serat tinggi, lemak,air
dilakukan tindakan tentang pembatasan diet terlalu panas / dingin
perawatan selama di (makanan berserat tinggi, dapat merangsang
RS kebutuhan nutrisi berlemak dan air terlalu panas mengiritasi lambung dan
terpenuhi atau dingin sluran usus.
Kriteria: 2. Ciptakan lingkungan yang 2. Situasi yang nyaman,
-Nafsu makan bersih, jauh dari bau yang tak rileks akan merangsang
meningkat sedap atau sampah, sajikan nafsu makan
- BB meningkat atau makanan dalam keadaan 3. Mengurangi pemakaian
normal sesuai umur hangat energi yang berlebihan
3. Berikan jam istirahat (tidur) 4. Mengetahui jumlah output
serta kurangi kegiatan yang dapat merencenakan
berlebihan jumlah makanan
4. Monitor intake dan out put 5. Meringankan kerja
dalam 24 jam lambung dan penambahan
5. Kolaborasi dengan tim nutris
kesehtaan lain : Mengandung zat yang
a. Terapi gizi : Diet , susullm diperlukan untuk proses
b. Obat-obatan atau vitamin pertumbuhan
A Mengetahui kekurangan
c. Pemeriksaan lab Hb, PIT, nutrisi tubuh
Hct

40
3.5 IMPLEMENTASI

TANGGAL/ TINDAKAN KEPERAWATAN


JAM
19-11-2012 MK. 1
15.00 1. Melakukan auskultasi bunyi napas tiap 2-4 jam dan kalau
diperlukan
2. Melakukan pengisapan bila terdengar ronchi dengan cara:
a. Menjelaskan pada pasien atau orang tua pasien tentang
tujuan dari tindakan pengisapan.
b. Memberikan oksigen dengan O2 100 % sebelum dilakukan
pengisapan, minimal 4 - 5 X pernapasan.
c. Memperhatikan teknik aseptik, gunakan sarung tangan
steril, kateter pengisap steril ukuran 6,5 cm
d. Memasukan kateter kedalam selang ET dalam keadaan
tidak mengisap (ditekuk), lama pengisapan tidak lebih dari
10 detik.
e. Mengatur tekanan isap tidak lebih dari 100 - 120 mmHg.
f. Melakukan oksigenasi lagi dengan O2 100 % sebelum
melakukan pengisapan berikutnya.
g. Melakukan pengisapan berulang-ulang sampai suara napas
15.45 bersih.
o
3. Mempertahankan suhu humidifer tetap hangat (35 - 37,8
C)
4. Memonitor statur hidrasi pasien
5. Melakukan fisioterapi napas / dada sesuai indikasi dengan
cara clappingdanfibrasi,
6. Memberikan obat mukolitik sesuai indikasi ,ventolin 1
ampul.
7. Mengkaji suara napas sebelum dan sesudah melakukan
tindakan pengisapan

41
19-11-2012 8. Mengobservasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah
18.00 melakukan tindakan.

MK.2
1. Memantau tanda dan gejala dehidrasi : mata cowong, UUB
tidak cekung, turgor elastik, mukosa bibir kering, suhu 36,4
0
c nadi 120 x/mnt
2. Memonitor intake dan output ;
3. Intake HSD sisa 500 cc, pedialyt masuk 50 cc, susu ± 40 cc
4. Output : BAB 1 cangkir ± 200 cc, muntah ±100 cc, BAK 6
kali ± 120 cc
5. Memonitor cairan oral dan parentralpedialyt 50 cc masuk /
19-11-2012 mencret, HSD 1000 cc/12 jam (7 tetes/ menit) menetes
19.00 lancar
6. Mengukur suhu 36,80 c, nadi 124 x/mnt

MK : 3
1. Menjelaskan pada keluarga tentang pentingnya makanan
bagi tubuh pada anak
2. Mendiskusikan dengan keluarga tentang diet yang harus
dipatuhi dan dilaksanakan untuk klien selama di rumah
sakit
3. Memonitor intake dan output klien dapat diet susu llm 8x50
cc dari RS, -
4. Melakukan kolaborasi pemberian anti biotic ampicillin 4 x
200 mg, , dan pemeriksaan laborat HB, HCT, PLT,lacto b
2x1 sachet via ogt

Tanggal EVALUASI
20 nop 2012 MK 1
S:
O:

42
Pasien terpasang intubasi dengan endotrakeal nomor 6,5.
Cuf, ventilator dengan mode spontan, PC:12, PEEP:4,
FIO2: 64%, TRiger 1, rate: 30/30. Suara nafas vesikuler,
Secret ETT (+) minimal, RR: 30xmenit
A : tujuan sebagian teratasi
P : lanjutkan intervensi no 1 – 8

MK 2
S:
O : k/u lemah, BB 10kg, suhu 370 c, nadi 118 x/mnt, RR 27
x/mnt.
Turgor baik elastik, mukosa bibir kering, mata cowong, ,
diet susu llm 8x60cc via ogt ,retensi negative ,infus HSD
diberikan 100 cc/12 jam
A : Tujuan belum berhasil
P : Intervensi dilanjutkan no 1,2,3

MK 3
S:
O : K/U lemah, Bising usus 38 x/mnt, pasi 60 cc diberikan,
porsi diit susu LLM 8x60cc per sonde masuk, retensi (-),
muntah (-)
A : Tujuan belum berhasil
P : Intervensi dilanjutkan

21 -11-2012
MK 1
S:
O:
Pasien ekstubasi< memakai simple mask dengan 02 6
lpm. Suara nafas vesikuler, secret minimal, RR:
30xmenit
A : tujuan teratasi

43
P : hentikan ntervensi

MK 2
S:
O: k/u lemah, turgor kulit elastis, mukosa bibir basah, mata
tidak cowong, klien mau minum banyak, pedialyt diberikan
setiap kali mencret, BB 10 kg, suhu 37 c, nadi 116 x/mnt,
RR 28 x/mnt,
A : tujuan berhasil sebagian
P: intervensi no 1,2,3

MK 3
S:
O : K/U lemah, Bising usus 38 x/mnt, pasi 60 cc diberikan,
porsi diit susu LLM 8x60cc per sonde masuk, retensi (-),
muntah (-)
22 -11-2012 A : Tujuan belum berhasil
P : Intervensi dilanjutkan

MK 1
S:
O:
Pasien ekstubasi< memakai simple mask dengan 02 6 lpm.
Suara nafas vesikuler, secret minimal, RR: 30xmenit
A : tujuan teratasi
P : pasien pindah ruangan

MK 2
S:
O: k/u lemah, turgor kulit elastis, mukosa bibir basah, mata
tidak cowong, klien mau minum banyak, pedialyt diberikan
setiap kali mencret, BB 10 kg, suhu 37 c, nadi 116 x/mnt,
RR 28 x/mnt,

44
A : tujuan berhasil sebagian
P: intervensi no 1,2,3
MK 3
S:
O : K/U lemah, Bising usus 38 x/mnt, pasi 60 cc diberikan,
porsi diit susu LLM 8x60cc per sonde masuk, retensi (-),
muntah (-)
A : Tujuan berhasil
P : pasien pindah ruangan

45
BAB IV
PEMBAHASAN

1. Pada pengkajian pada tinjauan teori bahwa pengkajian penyakit diare sering
dialami oleh anak usia 2 tahun pertama kehidupan, hal ini tidak sesuai dengan
yang didapat kan yaitu umur klien sekarang10 bulan, pada sistem pernafasan
pada teori dijelaskan bahwa pernafasan dapat normal atau terjadi peningkatan
> 40 x/mnt bila terjadi asidosis hal ini ditemukan juga pada anak diare, yaitu
pernafasan 23 x/mnt. Pada sistem kardiovaskuler pada teori dijelaskan bahwa
terjadi peningkatan pada nadi > 124 x/mnt, nadi kecil bila dehidrasi sedang.
Sedangkan pada kasus nadi yang ditemukan adalah 120 x/mnt kuat dan
teratur. Sistem pencernaan antara tinjauan teori dan kasus hampi tak ada
perbedaan.

Pada sistem integumen pada teori dijhelaskan bahwa pada anak dengan
dehidrasi berat dapat terjadi turgor menurun, kulit pucat, suhu meningkat >37
c , akral hangat, kemerahaa pada hal ini tidak didapatkan pada klien oleh
karena sudah ditangani dengan cepat dengan memberikan rehidrasi cepat
sesuai dengan kebutuhan klien, suhu tubuh normal kemungkinan diare
disebabkan oleh karena bukan faktor infeksi, perianal tidak ada hal ini
dikarenakan keluyarga mampu melakukan perawatan seperti yang diajarkan
perawat.

2. Pada tinjauan teori diagnosa yang muncul tidak semua didapatkan pada kasus
hanya ditemukan 3 masalah yaitu ketidakefektifanbersihan jalan nafas
sehubungan dengan peningkatan produksi sekretkarena pasien terpasang ETT
disambung dengan ventilator, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
dan resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh. Hal ini disebabkabkarena keluarga belum mampu melakukan rehidrasi
secara benar dan penanganan anak diare. Resiko nutrisi kurang dari

46

46
kebutuhan diangkat karena anak terpasang NGT awalnya retensi (+),
intervensi anatra tinjauan terori dan kasus tidak banyak ditemukan perbedaan ,
pada umumnya intervensi mampu dilaksanakan.
3. pada implementasi mampu dilakukan oleh perawat hal ini karena sudah
dintervensikan secara tepat dan sesuai dengan diagnosa yang diangkat,
4. Evaluasi didapatkan hasil yang memuaskan sesuai dengan criteria hasil yang
di tentukan .

47
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Pengkajian pada klien diare sering ditemukan pada anak usis1 tahun,
sistem yang terganggu pada anak sesuai dengan teori yang ada walapun
ada beberapa sistem tubuh yang tidak sesuai dengan toeri yang ada ,
faktor yang menyebabkan diere pada kasus ini adalah bukan dari faktor
infeksi
2. Diagnosa yang muncul pada kasus ditemukan 3 masalah, yaitu
ketidakefektifanbersihan jalan nafas,ganguan keseimbangan cairan dan
elektrolit dan resiko kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
3. Intervensi pada kasus disesuaikan dengan intervensi pada teori dan
mengacu pada diagnosa yang ditemukan
4. implementasi keperawatan dapat dilakukan dangan baik karena sudah di
intervensikan sebelumnya, sehinga dapat dilakukan dan dengan
menggunakan pendekatan yang terapeutik,
5. pada evaluasi didapatkan hasil yang memuaskan, kerana sesuai dengan
criteria hasil yang sudah ditentukan

5.2 Saran
1. Dalam merawat anak dengan diare hendaknya diperhatikan masalah yang
muncul dan harus memperhatikan prioritas penanganan yang sesuai/
tepat
2. Hendaknya perawat selalu melakukan pengkajian fisik yang lengkap,
sehingga dapat dilakukan penanganan yang tepat dan sesuai dengan
keadaan klein pada saat itu.

48

48
DAFTAR PUSTAKA

Bates.B, 1995.Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan. Ed 2. EGC. Jakarta


Carpenitto.LJ. 2000.Diagnosa KeperawatanAplikasi Pada Praktek Klinis. Ed
6. EGC. Jakarta.
Lab/ UPF IKA, 1994.Pedoman Diagnosa dan Terapi .RSUD Dr. Soetomo.
Surabaya.
Markum.AH. 1999. Ilmu Kesehatan Anak. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
Ngastiyah.1997. Perawatan Anak sakit.EGC. Jakarta
Soetjiningsih, 1995. Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta
Suryanah,2000. Keperawatan Anak. EGC. Jakarta
Doengoes,2000. Asuhan Keperawatan Maternal/ Bayi.EGC. Jakarta
Dr. Soetjiningsih, DSAK., Tumbuh Kembang Anak, Jakarta BukuKedokteran
EGC, 1995 (33 – 35)

49
KARYA TULIS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.D DENGAN DIAGNOSA MEDIS


GEA DEHIDRASI BERAT DAN KEJANG DENGAN PEMAKAIAN
VENTILATOR

DI RUANG ROI RSUD Dr. SOETOMO

SURABAYA

OLEH:

NAMA : NUR HAYATI

NO ABSEN : 18

PELATIHAN ICU TINGKAT DASAR


ANGKATAN XXXI
RSUD DR SOETOMO SURABAYA
2012

ii
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami penulis mengucapkan puji syukur keehadirat Tuhan


Yang Maha Esa,karena berkat kasih dan karunia-Nya maka penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir pelatihan ICU yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Pada Tn.M Dengan Post Radikal Sistektomi Dengan Menggunakan Ventilator Di
Ruang IcuRsudDrSoetomo Surabaya ”

Tugas ini dimaskudkan untuk melengkapi dan memenuhi persyaratan


dalam menyelesaikan Pelatihan ICU Tingkat Dasar Angkatan XXXI.Selama
menyelesaiakan tugas ini penulis mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih
yag sebesar-besarnya kepada:

1. Direktur RSUD Dr. SoetomoDr.DodoAnondo,MPH atas kesempatan yang


diberkan kepada penulis untuk mengikuti pelatihan ini.

2. Seluruh pengajar dan pembimbing PelaihanIcu Tingkat Dasar Angkatan


XXXI tahun 2012.

3. Kepala ruangan dan seluruh staff ROI RSUD Dr.Soetomo Surabaya.

4. Kepala ruang dan seluruh staff ICU GBPT RSUD Dr.Soetomo Surabaya.

5. Pembimbing karya tulis ilmiah Ibu Sumiati S. Kep. NS

6. Seluruh staff SMF Anestesiologi dan Reanimasi RSUD Dr.Soetomo


Surabaya.

7. Keluargaku tercinta yang telah banyak membantu dan memberikan


semangat.

8. Rekan-rekan tercinta Pelatihan ICU Tingkat Dasar Angkatan XXXI.

Semoga segala bantuan yang telah diberan mendapat balasan dari Tuhan
Yang Maha Esa.Penulis mengharap kritik dan saran guna perbaikan dan
kesempurnaan hasil tugas ini.

Surabaya, November 2012

Penulis

ii3
DAFTAR ISI

Halaman Cover ....................................................................................................... i

Kata Pengantar ...................................................................................................... ii

Daftar isi ...............................................................................................................iii

Lembar Pengesahan .............................................................................................. v

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1

1.2 Tujuan Penulisan ......................................................................... 2

1.2.1 Tujuan Umum .................................................................... 2

1.2.2 Tujuan Khusus ................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Diare ........................................................................... 3

2.1.1 Definisi .............................................................................. 3

2.1.2 Etiologi ............................................................................... 3

2.1.3 Patofisiologi dan WOC ...................................................... 5

2.1.4 Manifestasi Klinik ............................................................. 6

2.1.5 Penatalaksanaan ................................................................. 6

2.1.6 Pengkajian Keperawatan ................................................... 9

2.1.7 Diagnosa Keperawatan ..................................................... 13

2.2 Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Bantuan Ventilasi


Mekanik (Ventilator)................................................................... 18

2.2.1 Pengkajian ......................................................................... 18

2.2.2 Diagnosa Keperawatan .....................................................20.

2.2.3 Perencanaan ...................................................................... 21

4
iii
2.3 Perkembangan Anak Gerakan Kasar dan Halus, Emosi, Sosial
Perilaku dan Bicara .................................................................... 28

BAB III LAPORAN KASUS

3.1 Pengkajian .................................................................................. 31

3.1.1 Identitas ............................................................................. 31

3.1.2 Riwayat Keperawatan ....................................................... 31

3.1.3 Pemeriksaaan Fisik ........................................................... 33

3.1.4 Pemeriksaan Laboratorium ............................................... 35

3.1.5 Terapi ................................................................................ 36

3.2 Analisa Data ............................................................................... 36

3.3 Daftar Masalah Keperawatan ..................................................... 37

3.4 Rencana Keperawatan ................................................................ 38

3.5 Implementasi .............................................................................. 41

BAB IV PEMBAHASAN

Pembahasan ......................................................................................... 46

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ................................................................................. 48

5.2 Saran ........................................................................................... 48

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 49

5
iv
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan Pada An.D Dengan Diagnosa Medis Gea Dehidrasi Berat
Dan Kejang Dengan Pemakaian Ventilator Di Ruang ROI

RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

Tanggal November 2012

Surabaya, November 2012


Kepala Perawatan ROI
RSUD Dr. Soetomo Pembimbing

JAJUK RETNOWATI S,kep NS SUMIATI S,kep NS

NIP 196603191987032005 NIP 19680614199303200

Anda mungkin juga menyukai