Anda di halaman 1dari 2

Hubungan Derajat Steatosis Berdasarkan Nilai CAP dengan Rasio Neutrofil Limfosit

(RNL)
Controlled attenuation parameter (CAP) merupakan metode untuk mengukur derajat
steatosis hati dengan menggunakan sinyal yang diperoleh dari probe elastografi transien (ET)
pada mesin Fibroscan. Nilai atenuasi intensitas gelombang suara ultra yang melewati jaringan
hati menggambarkan penumpukan lemak intrahepatik dengan hasil pengukuran antara 100
hingga 400 dB/m. CAP cukup baik untuk menilai derajat steatosis dan tidak dipengaruhi oleh
kondisi fibrosis pada hati. CAP memiliki beberapa keuntungan seperti tidak menggunakan zat
pengion, mudah dilakukan, dan hasilnya tidak bergantung operator. Apabila dibandingkan
dengan hasil pengukuran derajat steatosis berdasarkan histopatologi, pemeriksaan CAP
memiliki sensitifitas 78% dan spesifisitas 79% untuk menilai derajat ≥S1, serta 85% dan 79%
untuk menilai derajat ≥S2.1,2 (metaanalisis)
Pada penelitian ini, didapatkan rata-rata nilai CAP seluruh subjek adalah 283,37 (42,2) db/m.
Terdapat 36 subjek (34%) dengan derajat steatosis ringan (238-259 db/m) dan 70 subjek
(66%) memiliki derajat steatosis sedang-berat (> 259 db/m). Steatosis derajat ringan dapat
dikatakan setara dengan S1 sedangkan steatosis derajat sedang berat setara dengan S2 dan
S3.Ke-Qing Shi, mikolasevic
Kondisi inflamasi kronis berhubungan dengan NAFLD yang pada akhirnya memegang
peranan penting dalam progresi NAFLD menjadi NASH dan fibrosis. Rasio neutrofil limfosit
berfungsi sebagai penanda sederhana untuk mengetahui kondisi inflamasi tersebut. Neutrofil
bertanggungjawab dalam berlangsungnya inflamasi, sedangkan limfosit merepresentasikan
jaras regulator inflamasi tersebut.alkhouri Pada penelitian ini didapatkan rerata RNL adalah
1,96(0,58). Tidak ditemukan adanya penelitian sebelumnya yang langsung mengkorelasikan
nilai hasil pemeriksaan CAP dengan rasio neutrofil limfosit. Namun cukup banyak penelitian
lain yang mencari korelasi antara rasio neutrofil limfosit dengan NAFLD activity score (NAS)
yaitu sistem skoring yang digunakan untuk menilai apakah pasien kemungkinan mengalami
non-alcoholic steatohepatitis (NASH) berdasarkan pada 3 komponen hasil biopsi yaitu
derajat steatosis (S1-S3), hepatocellular ballooning, dan inflamasi lobular.
Sebuah studi dari Abdel-Razik, et al pada 873 pasien dengan NAFLD menunjukkan korelasi
yang signifikan antara RNL dengan NAS (r=0,78, P=<0,001) dan cut-off RNL 2.05 dapat
digunakan untuk mengidentifikasi pasien dengan NASH. Penelitian lain oleh Alkhouri et al
pada 101 pasien dengan NAFLD menunjukkan median rasio neutrofil limfosit pada pasien
dengan NASH lebih tinggi secara signifikan apabila dibandingkan dengan pasien tanpa
NASH (2,5 vs 1,6 P<0,001) selain itu penelitian ini juga melaporkan korelasi yang signifikan
antara RNL dengan NAS (r=0,5, P<0,001). Studi lain oleh Asil, et al menunjukkan rerata
RNL pada pasien NASH adalah 2,16±0,49 lebih tinggi secara signifikan apabila dibandingan
dengan kelompok pasien dengan steatosis ringan dan kontrol sehat (p<0,001).
Pada penelitian ini, dilakukan korelasi antara CAP dan RNL, CAP dalam hal ini mewakili
derajat steatosis pada pasien NAFLD. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini sesuai dengan
hasil pada penelitian lainnya yaitu terdapat korelasi positif yang bermakna antara nilai CAP
dengan RNL (r= 0,648 dengan P=<0,001). Pada penelitian ini nilai cut off RNL berdasarkan
derajat steatosis adalah 1,775 dengan AUROC 0,877 (p=<0,001) dan sensitifitas 81,5% dan
spesifisitas 80,6%. Angka AUROC serta sensitifitas dan spesifisitas yang tinggi menunjukkan
kemampuannya RNL yang cukup baik dalam memprediksi kondisi steatosis hepar
berdasarkan hasil pemeriksaan CAP.
Peningkatan rasio neutrofil limfosit pada pasien dengan steatosis disebabkan karena adanya
inflamasi yang disebabkan oleh resistensi insulin, dan lipotoksisitas sistemik akibat metabolit
lipid dan produksi sitokin proinflamasi seperti TNF-α dan IL-6, produksi adipokin dan stress
oksidatif. Akibatnya RNL dapat menjadi jembatan penanda untuk memprediksi progresi
inflamasi pasien dengan NAFLD dan NASH.
Pasien dengan obesitas ataupun pasien dengan diabetes melitus memiliki risiko untuk
mengalami peningkatan RNL dengan ataupun tanpa adanya steatosis hepatis. Hal ini
disebabkan karena kondisi resistensi insulin dan tingginya kadar lipid dalam tubuh yang
memicu produksi sitokin pro-inflamasi. Oleh karena itu dilakukan analisis korelasi terpisah
antara pasien NAFLD dengan sindroma metabolik dan yang tidak mengalami sindroma
metabolik. Pasien dengan sindroma metabolik memiliki RNL yang lebih tinggi dibandingkan
dengan pasien tanpa sindroma metabolik (1,98 vs 1,69). Dari hasil analisis korelasi, ternyata
didapatkan hasil terdapat korelasi yang signifikan antara rasio RNL dengan CAP baik pada
pasien dengan sindroma metabolik (r=0,661, P=<0,001) ataupun tanpa sindroma metabolik
(r=0,524, P=0,009). Hasil pada penelitian ini sejalan dengan penelitian lain yang mendukung
penggunaan RNL sebagai penanda untuk memprediksi kondisi steatosis pada pasien dengan
NAFLD.

Anda mungkin juga menyukai