Anda di halaman 1dari 9

Akuntansi Pajak terhadap Modal Sendiri dan Ekuitas

1. Modal Saham
merupakan bagian dari ekuitas suatu perseroan terbatas yabg dikontribusikan pemilik.

Jenis saham :

 saham biasa
 saham preferen, hak preferensi:
a. pembagian aktiva lebih dulu pada saat likuidasi
b. pembagian deviden
c. convertible
d. dapat ditebus kembali

Agio : selisih lebih antara nilai nominal dan harga pasar

Disagio : selisih kurang antara nilai nominal dan harga pasar

Cara pembayaran saham: tunai, angsuran, penukaran dengan saham perusahaan lain

Contoh :

PT Darma menempatkan 1000 lembar saham biasa dengan nilai nominal Rp. 10.000 denganharga
Rp. 15.000 per lembar

Pencatatan

Kas 15.000.000

Modal saham 10.000.000

Agio saham 5.000.000

Treasury Stock : pembelian kembali saham oleh perusahaaan penerbit saham tersebut

Pencatatan treasury stock

 Cost method : sebesar jumlah yang semula diterima apabila saham itu akan dikeluarkan lagi
 Par value method : apabila saham dianggap ditarik dari peredaran

Penerimaan dari treasury stock dapat dianggap sebagai deviden apabila :

 Dalam tahun lampau diperoleh laba


 Kelebihan penerimaan diatas harga perolehannya

Saham preferen dapat ditukar dengan saham biasa :

 selisih nilai buku saham preferen (nominal + agio) dengan nilai nominal saham biasa dapat
merupakan agiosaham biasa (kalau lebih besar)
 dibebankan kepada laba yang ditahan (kalau lebih rendah)

Contoh :
PT Iwan mempunyai 1000 lembar saham prioritas convertible dengan harga nominal
@Rp.10.000.000. Agio saham Rp. 2.500.000. Pada 2 Januari 2000 diumumkan saham itu dapat
ditukarkan dengan saham biasa dengan nilai nominal @ 5.000.000, dengan proporsi 1 lbr saham
prioritas mendapat 3 lbr saham biasa

Pencatatan oleh PT Iwan

Modal saham prioritas 10.000.000

Agio saham prioritas 2.500.000

Laba ditahan 2.500.000

Saham biasa (3.000 x 5.000) 15.000.000

Untuk tujuan pajak :

 pembebanan kepada laba ditahan 2.500.000 dianggap sebagai pembagian deviden


kepadapemegang saham prioritas
 PT Iwan harus memotong PPh pasal 23 sebesar 15%, kecuali pemegang saham itu
sebuahbadan
 penerima saham memperhitungkan dividen 2.500.000 dan mengkreditkan PPh pasal 23

2. Saldo Laba dan Distribusi Laba

a. Saldo Laba(laba ditahan)


 PSAK No. 21 : saldo laba menunjukkan akumulasi hasil usaha periodik
setelahmemperhitungkan pembagian deviden dan koreksi laba periode lalu
 sumber : hasil laba-rugi perusahaan
 sumber dari hasil operasi perusahaan : earning & profit (penghasilan & laba)

Contoh:

PT Darma dalam tahun 2000 memperoleh penghasilan kena pajak Rp. 100.000.000. Penghasilanitu
diperoleh setelah eliminasi penghasilan antar badan Rp. 34.000.000 dan pengeluaran untuk
karyawan yang berupa fasilitas dan kenikmatan

Untuk keperluan perpajakan, penghasilan dan laba 2000 PT Darma yang dapat ditransfer

ke saldo laba dihitung sbb :

Penghasilan kena pajak Rp 100.000.000

Pajak penghasilan Rp 21.250.000 _

Rp 78.750.000

Penghasilan bukan objek pajak Rp 34.000.000 +

Rp 112.750.000
Pengeluaran bukan pengurang PKP Rp 20.000.000 _

Penghasilan dan laba Rp 92.750.000

 Konsep earning and profit ini merupakan pendekatan ekstra komptabel untuk
menghitungbesar saldo laba yang tersedia untuk pembagian deviden.

Distribusi dividen menyebabkan berkurangnya jumlah saldo laba

Pengecualian :

 Dividen saham dalam bentuk pemecahan saham


 Dividen likuidasi
 Pembagian lainnya yang bukan merupakan dividen dalam pengertian akuntansi
komersial,tetapi diperlakukan seperti itu dalam perpajakan

Pengertian deviden dalam perpajakan :

 Pencatatan tambahan modal yang dilakukan tanpa penyetoran


 Penerimaan atau perolehan dari pembelian kembali sebagian atau seluruh saham yang
disetor
 Pembayaran kembali sebagian atau seluruh penyetoran modal, sepanjang terdapat laba
daritahun-tahun lampau, kecuali dalam pengecilan modal statuter
 Pembayaran kepada atau penerbitan tanda-tanda laba
 Laba yang dibagikan kepada pemegang obligasi yang berpartisipasi dalam laba
 Pengeluaran perusahaan untuk keperluan pribadi persero yang dibebankan sebagai
biayaperusahaan

Tiga tanggal yang dipertimbangkan dalam pembagian deviden : Tanggal pengumuman,


pendaftaran, dan pembayaran.

Dividen secara resmi terhutang saat dilakukan pengumuan pembagian deviden.

Contoh :

Tanggal 20 Desember 2000 PT Darma mengumumkan akan membagi deviden sejumlah


Rp.10.000.000. Pada tanggal 5 Januari 2001 dividen dibayar tunai

Pencatatan

 20 Desember

Saldo laba Rp 10.000.000

Hutang deviden Rp 8.500.000

Hutang PPh pasal 23 1.500.000

 5 Januari
Utang dividen Rp 8.500.000

Utang PPh pasal Rp 1.500.000

Kas Rp 10.000.000

Kalau pada contoh diatas dividen tidak dibayar tunai, tetapi dilunasi dengan penyerahan sekuritas PT
Q yang mempunyai nilai nominal Rp. 10.00.000 dengan kurs 110 (semula diperoleh dengan kurs 105)
maka pencatatan berdasarkan nilai pasar tampak sebagai berikut :

Investasi sekuritas PT Q Rp 500.000

Laba atas investasi sekuritas Rp 500.000

Saldo laba Rp 11.000.000

Utang deviden Rp 11.000.000

Utang deviden Rp 11.000.000

Investasi sekuritas PT Q Rp 11.000.000

Contoh :

PT Darma membagikan deviden yang berupa treasury stock dengan harga pasar Rp. 11.500.000.
Harga perolehan saham itu Rp. 10.500.000. Pencatatan yang dibuat oleh badan (tanpa
memperhatikan PPh pasal 23 dan pasal 26) sebagai berikut:

Saldo laba Rp 11.500.000

Treasury stock Rp 10.500.000

Agio saham transaksi TS Rp 1.000.000

3. Right, Warrant, dan Opsi atas Saham

Perusahaan yang berkeinginan melakukan emisi saham dapat memberikan kesempatan pertama
untuk membeli saham kepada :

 pemegang saham lama (dalam bentuk pre-emptive stock right)


 pemegang sekuritas yang lain
 opsi kepada pejabat atau karyawan perusahaan

Pencatatan penerbitan right : dalam memorial

Bagi investor, pengumuman right secara komersial diikuti dengan relokasi biaya (harga) perolehan
saham.
Harga perolehan relokasi dipakai sebagai unsur penambah harga saham baru

Contoh :

PT Iwan memiliki 100 lembar saham PT Andi (dari total 1000 lembar). Nilai Nominal saham Rp.
10.000 dan dibeli dengan harga Rp. 18.000 per lembar. PT Andi mengumumkan tiap 4 lembar saham
lama dapat membeli 1 lembar saham emisi baru dengan harga Rp. 11.000. Saham lama dijual di
pasar dengan harga sebesar Rp. 14.500 (tanpa right), sedangkan right dapat dijual dengan harga Rp.
Rp. 500. Alokasi harga perolehan yang dilakukan PT Iwan sebagai berikut :

 Right = 500/(14.500 + 500) x Rp. 18.000 = Rp. 600 per lembar


 Saham = Rp. 18.000 - Rp.600 = Rp. 17.400

Atas alokasi harga perolehan dicatat:

Hak atas saham PT Andi (600 x 100) Rp 60.000

Investasi saham PT Andi Rp 60.000

Bila hak atas saham itu dimanfaatkan, dicatat:

Investasi saham PT Andi Rp 335.000

Kas Rp 275.000

Hak atas saham PT Andi Rp 60.000

Nilai saham baru sebanyak 25 lembar yang dibeli sebesar 25 x Rp. 11.000, ditambah dengan harga
right Rp. 60.000 dan jumlah totalnya Rp. 335.000. Kalau right dijual semua dengan harga Rp. 875 per
lembar, dibuat catatan sbb:

Kas (100 x 875) Rp 87.500

Hak beli saham PT Andi Rp 60.000

Laba penjualan hak beli saham PT Andi Rp 27.500

Warrant : Penerbitan saham preferen atau obligasi sering diikuti dengan hak untuk membeli
saham biasa perusahaan.

Contoh:

PT Surya menerbitkan 100 lembar saham preferen dengan nominal Rp. 10.000 dengan harga Rp.
12.000. Pemegang saham preferen itu dapat memesan saham biasa dengan nominal Rp. 5.000
dengan harga Rp. 6.500. Segera setelah penerbitan saham preferen warrant terjual dengan harga
Rp. 1.000, sedangkan saham preferen tanpa warrant dijual dengan harga Rp. 11.500

Harga perolehan warrant = 1.00/(11.500 + 1.000) x 12.000 = Rp 960.000 atau sebesar Rp 960 per
lembar.
Pada saat penjualan 100 lembar saham preferen oleh PT Surya dibuat catatan sbb:

Kas Rp 12.000.000

Saham preferen Rp 10.000.000

Agio saham preferen Rp 1.040.000

Warrant saham biasa Rp 960.000

Bila warrant dipakai semua, dicatat:

Kas Rp. 6.500.000

Warrant atas saham biasa Rp 960.000

Saham biasa Rp 5.000.000

Agio saham biasa Rp 2.460.000

Bila warrant dibiarkan kadaluarsa, dicatat:

Warrant atas saham biasa Rp 960.0000

Tambahan setoran modal kadaluarsa-warrant Rp 960.000

Secara komersial, kadaluarsanya warrant dianggap sebagai transaksi modal Þ tidak adakeuntungan
yang dilaporkan

 Opsi saham
Merupakan pemberian hak berpartisipasi karyawan dalam pemilikan perusahaan
Nilai yang dicatat dalam realisasi program sebesar nilai pertukaran yang terjadi

Untuk menutup jumlah negatif saldo laba, dilakukan kuasi reorganisasi sbb:

 Peralatan dinilai kembali sebesar harga pasar menjadi Rp. 920.000 (semula 1.400.000)
 Dalam aktiva lancar terdapat persediaan yang overstated Rp. 80.000 dan Rp. 40.000
merupakan piutang tak tertagih
 Nilai nominal saham diturunkan menjadi Rp. 40 per saham (semula Rp. 100)

Pencatatan yang dilakukan sbb:

a.

Saldo laba Rp 480.000


Akumulasi depresiasi Rp 480.000

b.

Saldo laba Rp 120.000

Aktiva lancar Rp 120.000

c.

Modal saham (nom Rp.100) Rp 1.500.000

Modal saham (nom Rp. 40) Rp 1.500.000

Tambahan modal disetor Rp 900.000

d.

Tambahan modal disetor Rp 1.100.000

Saldo laba Rp 1.100.000

Selisih Penilaian Kembali Aktiva Tetap

Akuntansi menganut harga historis dan harga pertukaran.

Penyimpangan dasar harga historis dapat diterima apabila :

 Terdapat perubahan harga yang cukup material dan secararelatif bersifat permanen
 Memperoleh fasilitas perpajakan
 Untuk penjualan saham di pasar modal
 Untuk tujuan penggabungan usaha

Prinsip penilaian kembali dr tahun 1971,1979,1986 :

 sama-sama berdasarkan harga indeks, baik harga perolehan maupun depresiasi tahunan
dihitungkembali dengan harga indeks.

Ketentuan revaluasi sejak tahun 1996:

 Harus dilakukan dengan bantuan lembaga appraisal yang disahkan Mentri Keuangan
berdasarkanharga pasar wajar
 Hanya boleh dilakukan terhadap aktiva yang dimiliki lebih dari 5 tahun.
 Nilai sisa lebih dari penilaian kembali aktiva dikenakan pajak penghasilan final 10% setelah
terlebih dahulu dikompensasikan dengan kerugian yang masih berhak atas kompensasi
kerugian.
 Bila ada selisih penilaian kembali setelah pajak itu dikapitalisasikan dan dibagikan dalam
bentuk saham bonus, pembagian deviden tidak dikenakan pajak penghasilan
 Penyusutan dari aktiva yang dinilai kembali itu dilakukan bukan berdasarkan sisa manfaat,
tetapiberdasarkan masa manfaat (semula) sesuai dengan ketentuan perpajakan

Contoh:

PT Dian, selain aktiva kelompok 1 (masa manfaat 4 tahun) dan kelompok 2 (masa manfaat 8 tahun),
mempunyai harta berupa tanah dan bangunan Rp. 300.000. Nilai buku dari harta kelompok 2 Rp.
150.000.000. Perusahaan berniat melakukan revaluasi dengan jasa appraisal “Iwan & rekan”. Nilai
appraisal tanah dan bangunan Rp. 500.000.000, nilai harta kelompok 2 Rp. 200.000.000. Perusahaan
masih mempunyai kerugian yang dapat dikompensasikan Rp. 125.000.000. Dengan penilaian
kembali itu akan diperoleh nilai lebih Rp. 250.000.000. Karena kerugian yang masih dapat
dikompensasikan Rp. 125.000.000, pajak penghasilan yang dapat dibayar final 10% sebesar Rp.
12.500.000. Nilai lebih itu kemudian dikapitalisasi dalam bentuk saham dan dibagikan kepada para
persero.

Pencatatan yang dilakukan:

1. Untuk mencatat revaluasi

Tanah dan bangunan Rp 200.000.000

Harta kelompok 2 Rp 50.000.000

Pajak penghasilan terhutang Rp 12.500.000

Selisih penilaian kembali aktiva Rp 237.500.000

2. Untuk mencatat pembayaran pajak penghasilan

Pajak penghasilan terhutang Rp 12.500.000

Kas Rp 12.500.000

3. Untuk mencatat kapitalisasi selisih penilaian kembali

Selisih penilaian kembali aktiva Rp 237.500.000

Modal saham Rp 237.500.000

Untuk pembagian saham bonus tidak dilakukan pencatatan pembukuan, cukup dalam buku
memorial

 Bila terlebih dahulu ditentukan, saldo rugi akan ditutup ke selisih penilaian kembali
aktiva yang berarti jumlah yang dikapitalisasi Rp. 112.500.000
 Biaya yang dikeluarkan untuk kantor appraisal sehubungan dengan jasa yang lain,
misalnya Rp. 12.500.000 karena sesuai dengan ketentuan perpajakan biaya itu tidak
boleh dikurangkan dari penghasilan kena pajak yang lain, jumlah yang dikapitalisasi menjadi
Rp. 100.000.000
 Penyusutan atas nilai buku baru harta kelompok 2 Rp. 200.000 dilakukan selama masa
8 tahun, apakah memakai metode garis lurus atau saldo menurun bergantung pada
metode yang dipakai perusahaan sebelum revaluasi.
 Nilai buku bangunan Rp. 500.000.000 disusutkan selama 20 th dengan
menggunakan metode garis lurus

Anda mungkin juga menyukai