Oleh :
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2013
Laporan Praktikum Kimia Fisika 1
Perhitungan Di Laboratorium (Polarimetri)
Oleh :
I Gede Dika Virga Saputra (1108105034)
Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Udayana
2013
Abstrak
Tujuan dari percobaan ini untuk melakukan pengamatan dan pengukuran dengan metode polarimetri
serta membuat perhitungan secara sistematis, dan menentukan sudut putar jenis larutan optis aktif
dengan menggunakan polarimeter. Penentuan sudut putar jenis larutan optik aktif dilakukan dengan
mengukur aquades sebagai standar pengukuran dengan menggunakan Polarimeter. Setelah diketahui
besar sudut putar aquades kemudian dilakukan pengukuran pada larutan glukosa 5% dan sukrosa
5%. Hasil dari pengamatan dan pengukuran menunjukkan putaran (α) glukosa 5% yang didapat
adalah +64° ; +68° ; +66° ; sedangkan putaran (α) sukrosa 5% adalah +120° ; +124° ; +122° sehingga
diketahui bahwa putaran optik spesifik sukrosa 5% lebih besar dari putaran optik spesifik glukosa
5%, hal ini dikarenakan sukrosa 5%, memiliki sifat optis aktif yang lebih besar dibandingkan glukosa
5%. Hal-hal yang dapat mempengaruhi sudut putar suatu larutan adalah jenis zat, panjang lajur
larutan dan panjang tabung, suhu, konsentrasi zat, jenis sinar (panjang gelombang), pelarut
Kata kunci : metode polarimetri, polarimeter, sudut putar, optik aktif, faktor pengaruh.
Pendahuluan
Polarisasi oleh refleksi telah ditemukan senyawa organik, contoh : kuarsa ( SiO2 ),
pada 1808 oleh Etienne malus (1775-1812). fruktosa.
Malus, yang telah melakukan percobaan Cahaya monokromatik pada dasarnya
pembiasan ganda bekerja pada saat bekerja mempunyai bidang getar yang banyak sekali.
pada teori efek, mengamati dari pengaturan Bila dikhayalkan maka bidang getar tersebut
cahaya matahari, tercermin dari jendela yang akan tegak lurus pada bidang datar. Bidang
dekat jendela, melalui kristal dari Islandia getar yang banyak sekali ini secara mekanik
Spar. dapat dipisahkan menjadi dua bidang getar
Polarimetri adalah suatu cara analisa yang saling tegak lurus. Yang dimaksud
yang didasarkan pada pengukuran sudut dengan cahaya terpolarisasi adalah senyawa
putaran (optical rotation) cahaya terpolarisir yang mempunyai satu arah getar dan arah getar
oleh senyawa yang transparan dan optis aktif tersebut tegak lurus terhadap arah rambatnya.
apabila senyawa tersebut dilewati sinar Pada polarimeter terdapat polarisator dan
monokromatis yang terpolarisir tersebut. analisator. Sinar yang berasal dari sumber
Senyawa optis aktif adalah senyawa yang dilewatkan melalui prisma terpolarisasi
dapat memutar bidang getar sinar terpolarisir. (polarisator), kemudian terus ke sel
Zat yang optis ditandai dengan adanya atom
karbon asimetris atau atom C kiral dalam
polarimeter yang berisi larutan dan akhirnya
menuju prisma terpolarisasi kedua (analisator).
Polarisator adalah polaroid yang dapat
mempolarisasi cahaya, sedangkan analisator
adalah polaroid yang dapat menganalisis atau
mempolarisasi cahaya.
Untuk menentukan posisi yang tepat
Prinsip dasar polarimetris ini adalah
sulit dilakukan, karena itu digunakan setengah
pengukuran daya putar optis suatu zat yang
bayangan. Untuk mencapai kondisi ini,
menimbulkan terjadinya putaran bidang getar
polarisator diatur sedemikian rupa, sehingga
sinar terpolarisir. Pemutaran bidang getar
setengah bidang polarisasi membentuk sudut
sinar terpolarisir oleh senyawa optis aktif ada
sekecil mungkin dengan setengah bidang
2 macam, yaitu : Dexro rotary (+), jika arah
polarisasi yang lainnya. Akibatnya
putarnya ke kanan atau sesuai putaran jarum
memberikan pemadaman pada kedua sisi lain,
jam dan Levo rotary (-), jika arah putarnya ke
sedangkan ditengah terang. Bila analisator
kiri atau berlawanan dengan putaran jarum
diputar terus, setengah dari medan menjadi
jam.
lebih terang dan lainnya redup. Posisi putaran
Sinar mempunyai arah getar atau arah
diantara terjadinya pemadaman dan terang
rambat kesegala arah dengan variasi warna
tersebut adalah “posisi putaran yang tepat”
dan panjang gelombang yang dikenal dengan
dimana pada saat ini intensitas kedua medan
sinar polikromatis. Untuk menghasilkan sinar
sama.
monokromatis, maka digunakan suatu filter
atau sumber sinar tertentu. Sinar
monokromatis ini akan melewati suatu prisma
yang terdiri dari suatu kristal yang
mempunyai sifat seperti layar yang dapat
menghalangi jalannya sinar, sehingga
dihasilkan sinar yang hanya mempunyai satu
arah bidang getar yang disebut sebagai sinar
terpolarisasi.
Jika suatu sinar dilewatkan pada suatu
Bila arah transmisi polarisator sejajar
larutan, larutan itu akan meneruskan sinar atau
dengan arah transmisi analisator, maka sinar
komponen gelombang yang arah getarnya
yang mempunyai arah getaran yang sama
searah dengan larutan dan menyerap sinar
dengan arah polarisator diteruskan seluruhnya.
yang arahnya tegak lurus dengan arah ini. Di
Tetapi apabila arah transmisi polarisator tegak
sini larutan digunakan sebagai suatu plat
lurus terhadap analisator maka tak ada sinar
pemolarisasi atau polarisator. Akhirnya sinar
yang diteruskan. Dan bila arahnya membentuk
yang keluar dari larutan adalah sinar yang
suatu sudut maka sinar yang diteruskan hanya
terpolarisasi bidang. Cahaya dalam keadaan
sebagian. Sinar terpolarisasi linear yang
terpolarisasi mempunyai ciri-ciri sebagai
melalui suatu larutan optik aktif akan
berikut yaitu gelombang ke semua arah dan
mengalami pemutaran bidang polarisasi
tegak lurus arah rambatnya, terdiri dari
banyak gelombang dan banyak arah getar.
Rotasi spesifik disimbolkan dengan [α] dan pemantulan. Hasil percobaan para ahli
sehingga dapat dirumuskan : fisika menunjukkan bahwa cahaya
[α] = α / dc pemantulan terpolarisasi sempurna jika sudut
Karena panjang gelombang yang sering datang θ1 mengakibatkan sianr bias dengan
digunakan adalah 589,3 nm yaitu garis D sinar pantul saling tegak lurus. Sudut datang
lampu natrium dan suhu standar 20 o C, maka seperti itu disebut sudut polarisasi atau sudut
[α]T ditulis menjadi [α]. Kadar larutan dapat Brewster sedangkan Polarisasi karena
ditentukan dengan rumus : pembiasan ganda (bias kembar), jika cahaya
𝟏𝟎𝟎 . melalui kaca, maka cahaya lewat dengan
%=
() .𝟏 kelajuan yang sama ke segala arah. Ini
Dengan menggunakan tabung yang sama maka disebabkan kaca hanya memiliki satu indeks
konsentrasi dapat atau kadar senyawa dapat bias. Tetapi bahan-bahan kristal tertentu
ditentukan dengan jalan membuat kurva seperti kalsitt dan kuarsa memiliki dua indeks
standar. bias sehingga kelajuan cahaya tidak sama
Adapun hal-hal yang dapat untuk segala arah. Jadi, cahaya yang melalui
mempengaruhi sudut putar suatu larutan bahan ini akan mengalami pembiasan ganda
adalah jenis zat, panjang lajur larutan dan
panjang tabung, suhu, konsentrasi zat, jenis Bahan dan Metode Percobaan
sinar (panjang gelombang), pelarut.
Fakta bahwa cahaya mengalami Pada percobaan kali ini menggunakan
polarisasi menunjukkan bahwa cahaya metode polarimetri didasarkan pada
merupakan gelombang transversal. Cahaya pengukuran sudut putaran (optical rotation)
dapat terpolarisasi karena peristiwa cahaya terpolarisir oleh senyawa yang
pemantulan, peristiwa pembiasan dan transparan dan optis aktif apabila senyawa
pemantulan, peristiwa bias kembar, peristiwa tersebut dilewati sinar monokromatis yang
absorbsi selektif, dan peristiwa hamburan. terpolarisir tersebut dengan menggunakan
alat-alat diantaranya Polarimeter dan gelas
beaker. Bahan-bahan yang digunakan seperti
aquades (air suling), glukosa 5% dan sukrosa
5%.
Perhitungan Data
I 3,2 6,0
II 3,4 6,2
III 3,3 6,1
Perhitungan:
1. Untuk zat A : Glukosa 5 %
Diketahui : 𝜃1 = + 3,2o
𝜃2 = + 3,4 o
𝜃3 = + 3,2o
C = 5/100 = 0,05
l = 1 dm
Ditanya : [𝛼 ]𝑇𝐷 = . . . ?
𝜃
Jawab : [𝛼 ]𝑇𝐷 =
𝑐 .𝑙
+3,2°
=
1 . 0,05
= + 64°
+8°
= √3−1
+8°
=√ 2
= √4
= +2°
Simpangan baku = (̅̅̅̅̅̅
[𝛼]𝑇𝐷 ± 𝑆𝐷) = (66 ± +2)°
+2°
Persentase kesalahan = × 100%
66°
= 3,03 %
Kebenaran praktikum = 100 % - 3,03 % = 96,97 %
̅̅̅̅̅̅ 2
Percobaan [𝛼 ]𝑇𝐷 [𝛼]𝑇𝐷 ([𝛼]𝑇𝐷 − ̅̅̅̅̅̅
[𝛼]𝑇𝐷 ) ([𝛼]𝑇𝐷 − ̅̅̅̅̅̅
[𝛼]𝑇𝐷 )
I 6o +120o +122o -20 +40
+8,0°
= √ 3−1
+8,0°
=√ 2
+8,0°
=√ 2
= +2,0°
Simpangan baku = (̅̅̅̅̅̅
[𝛼]𝑇𝐷 ± 𝑆𝐷) = (120 ± +2,0)°
+2,0°
Persentase kesalahan = +120°
= 1,67 %
Kebenaran praktikum = 100 % - 1,67 % = 98,33