Anda di halaman 1dari 12

SOSIOLOGI MODERN

INTERAKSIONISME SIMBOLIK : CHARLES HORTON COOLEY

Penyusun :

Aulya Rahmawati Sugandi (1300047)


Richi Rivaldi Artadireja (1302039)
Shafiera Fransisca (1307004)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI


FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2016
1. Pengantar
Sosiologi adalah ilmu sosial yang mempelajari kehidupan manusia
yang didalamnya termasuk hakikat dan sebab – sebab dari berbagai pola
dan perilaku manusia yang terjadi secara teratur dan berulang – ulang.
Sosiologi berbeda dengan psikologi yang memusatkan perhatiannya pada
pikiran dan perilaku setiap individu, walaupun sosiologi mengkaji tentang
perilaku dan tindakan manusia sebagai individu, tetapi kapasitasnya tetap
sebagai masyarakat. Sosiologi merupakan distingsi dari sosiologi makro dan
sosiologi mikro.
Sosiologi makro mengakaji berbagai pola dan perilaku manusia
dalam skala yang lebih luas, pusat perhatiannya adalah kepada masyarakat
sebagai objek keseluruhan dan berbagai unsur penting lainnya seperti,
ekonomi, politik, agama, pola kehidupan keluarga, dan sebagainya.
Sedangkan sosiologi mikro mengkaji berbagai pola pikiran perilaku yang
muncul dalam kelompok yang relativ kecil, seperti komunikasi verbal dan
non-verbal, dan sebagainya. (Sanderson,2003). Salah satu kajiannya yaitu
interaksionisme simbolik.
Interasksionisme simbolik merupakan prespektif seseorang yang
bersifat psikologi – psikologi sosial yang lebih sesuai dengan ranah
sosiologi. Beberapa perhatian utama dalam teori interaksionisme simbolik ini
diantaranya konsep diri individu dan pengalaman kelompok kecil, negosiasi
mengenai norma-norma bersama peran – peran individu serta proses
lainnya yang mencakupi individu dan pola interaksi dalam skala kecil.
Interaksionisme simbolik telah menyatukan pengakajian mengenai
bagaimana kelompok mengkoordinasikan tindakan mereka, bagaimana
emosi dapat dikendalikan, bagaimana kenyataan sosial dapat dibangun,
serta hal –hal yang berkaitan dengan individu perindividu.
Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk sosial yang selalu
dinamis mengikuti perubahan zaman, selalau berinteraksi walaupun manusia
itu dilahirkan dalam keadaan disabilitas, semunya itu tetap menjadi bagian
dari masyarakat. Masyarakat disusun dari individu – individu yang
berinteraksi tidak hanya memberi reaksi, akan tetapi mengangkap,
menginterpretasi, bertindak, bahkan mencipta dapat dilakukan oleh individu
itu sendiri. Individu bukan hanya memiliki pikiran (mind), akan tetapi memiliki
diri yang dihasilkan dari proses sosial yang muncul dari pengalaman dan
aktivitas sosial.
Syarat adanya interaksi yaitu adanya kontak dan komunikasi.
Komunikasi berlangsung secara tatap muka dan adanya timbal balik secara
simbolik. Simbol merupakan objek sosial yang dijadikan sebagai perwakilan
dari setiap individu dalam proses interaksi. Simbol tersebut dapat berupa
fisik (benda kasat mata), dan non-fisik (tindakan, perilaku, kata-kata). Ketika

Charles Horton Cooley – Interaksionisme Simbolik (Looking-Glass Self)


seseorang memberikan simbol kepada lawan bicaranya, tidak semua orang
dapat sama menginterpretasikan makna dari simbol tersebut, artinya kondisi
ini akan muncul berbagai persepektif seseorang terhadap suatu simbol,
sehingga seseorang akan memiliki definisi subjektif masing-masing.
Interaksionisme simbolik ini akan mneghasilkan definisi subjektifitas dan
kenyataan sosial yang sejajar dengan tindakan individu.
Semua interaksi antarindividu melibatkan pertukaran simbol. Ketika
sedang melakukan interaksi dengan individu lain, secara sadar akan
mengidentifikasi perilaku yang dimunculkan dari komunikan dan mnecari
tahu mengapa dia berperilaku atau simbol seperti itu, apakah terjadi
sesuatu, dan sebagainya. Sehingga individu tersebut akan
menginterpretasikan perilaku yang dimunculkan oleh komunikan tersebut.
Interaksionisme simbolik ini berfokus pada interaksi antarindividu, perilaku
peran, serta tindakan dan komunikasi yang terjalin pada setiap individu.
Artinya manusia saling menerjemahkan dan mendefinisikan tindakannya,
baik dengan orang lain ataupuan dengan dirinya sendiri. Proses interaksi ini
melibatkan pemakaian simbol – simbol bahasa, adat istiadat, agama dan
pandangan – pandangan dari setiap individu.
Istilah interaksi menjadi sebuah label untuk sebuah pendekatan yang
relatif khusus pada ilmu dari kehidupan kelompok manusia dan tingkah laku
manusia. Banyak ilmuwan yang telah menggunakan pendekatan tersebut
dan memberikan kontribusi intelektualnya, di antaranya George Herbert
Mead, John Dewey, W.I Thomas, Robert E.Park, William James, Charles
Horton Cooley, Florian Znaniceki, James Mark Baldwin, Robert Redfield dan
Louis Wirth. Tokoh-tokoh yang cukup terkenal dalam Teori Interaksi Simbolik
sendiri ada 4, yaitu George Herbert Mead, Erving Goffman, Herbert Blumer,
dan Charles Horton Cooley. Teori interaksionisme simbolik ini merupakan
cabang ilmu dari sosiologi yang mengkaji tentang diri sendiri dan lingkungan
diluarnya, oleh karenyanya Charles Horton Cooley menyebutnya sebagai
looking glass self .
Charles Horton Cooley merupakan tokoh sosiologi yang snagat
penting dalam perkembangan teori interkaisonisnme simbolik (looking glas
self), berusaha mendapatkan pemahaman mengenai individu tetapi tidak
terlepas dari bagian masyarakat. Cooley memiliki pemikiran bahwa evolusi
sosial sebagai kunci kemajuan sosial, dengan pendekatan bersifat organis,
tetapi pusat perhatiannya adalah saling ketergantungan individu yang
bersifat organis melalui proses komunikasi sebagai dasar keteraturan sosial
(Jhonson,1990). Cooley menentang pendekatan organik dan implikasi-
implikasi laissz-faire dari teori Spencer. Karena kurang memperhatikan
tingkat psikologis individu dan prinsip evolusi, yang mengatasi individu.

Charles Horton Cooley – Interaksionisme Simbolik (Looking-Glass Self)


Cooley berusaha mempelajari secara mendalam bahwa individu
bukan suatu yang terpisah dari masyarakat. Menurut Cooley tugas penting
sosiologi ialah memahami sifat organis masyarakat dari persepektif –
perspektif individual dari orang lain dan dari dirinya sendiri. Ilmu sosiologi
harus memperhatikan karakter, watak seseorang individu dalam hubungan
sosial. Dalam membentuk watak atau karakter seseorang, Cooley
menganggap penting kelompok primer adalah sebagai wadah untuk tumbuh
kembangnya kepribadian seseorang. Kelompok primer tersebut ialah
keluarga, teman sebaya, organisasi, dan sebagainya.
Kelompok primer juga merupakan dasar terbentuknya struktur sosial
yang lebih besar, seperti organisasi, birokrasi, dan institusi sosial yang lebih
besar. Namun tidak semua satuan sosial yang lebih besar memiliki perasaan
kelompok primer, akan tetapi memiliki perasaan kelompok sekunder yang
bersifat impersonal. Semakin banyaknya struktur sosial yang lebih besar,
tidak sedikit pula struktur sosial yang hanya memandang dengan pandangan
pribadi semata, tidak berdasarkan pandangan umum yaitu pandangan
sebagai suatu organisasi, suatu produk komunikasi yang bersifat kooperatif
dan saling menguntungkan. Semuanya itu akan menuju tahap masyarakat
demokratis modern dimana harapan Cooley bahwa pikiran orang banyak
dari seluuh masyarakat akan ditandai dengan oleh perasaan kesatuan yang
sama serta kehangatan emosional seperti pikiran kelompok suatu kelompok
primer.

2. Isi
2.1. Biografi Charles Horton Cooley

Sosiolog Amerika Serikat ini lahir di Ann Arbor, dekat Michigan, 17


Agustus 1864. Ayahnya seorang pengacara dan hakim terkemuka di
Michigan. Menamatkan sarjana mudanya di universitas Michigan tahun
1887. Setelah itu ia belajar ekonomi. Memulai kerjanya di pemerintahan,
departemen komisi pengawas dan kantor sensus. Cooley menikah dengan
anaknya professor di universitas Michigan, Elsie Jones ditahun 1890. Tahun
1892, Cooley menjadi dosen ilmu ekonomi, politik, sosiologi di universitas
Michigan. Cooley ikut berperan atas terbentuknya sosiologis American
society ditahun 1905. Akhir tahun 1928 kesehatannya menurun, didiagnosis
terkena kanker dan akhirnya meninggal dunia, 8 Mei1929, usia 64 tahun.

Selama hidupnya Cooley menghasilkan karya-karya ilmiah, yaitu;


Human Nature and Social Order (3 jilid 1902), Social Organization (1909),
Social Process (1918). Dalam sejarah tokoh sosiologi, Cooley dimasukan
dalam sosiolog interaksionisme simbolik klasik. Cooley intens mempelajari

Charles Horton Cooley – Interaksionisme Simbolik (Looking-Glass Self)


interakasi antara individu dan masyarakat. Menurut Cooley diri seseorang
berkembang dengan interaksi orang lain, dianalogikan diri yang melihat
cermin, yaitu diri seseorang memantulkan apa yang dirasakannya sebagai
tanggapan masyarakat terhadapnya. Bagi Cooley individu dan masyarakat
saling melengkapi, dimana individu hanya akan menemukan bentuknya di
dalam masyarakat. (Rifai,2014).

2.2. Charles Horton Cooley (Looking-Glass Self)


Pendekatan organis Spencer memberikan pendasaran teoritis bagi
Cooley untuk melihat saling ketergantungan individu melalui proses
komunikasi sebagai dasar keteraturan sosial. Dalam karyanya yang terkenal
Human Nature and the Social Order, Cooley mengemukakan bahwa individu
dan masyarakat saling berhubungan secara organis, tidak dapat mengerti.
Pola perilaku dan gaya hidup seseorang bukan merupakan hasil dari
karakteristik biologis yang diperoleh dari hasil keturunan. Susunan bilogis
manusia itu mudah dibentuk dengan berbagai cara, contoh warisan biologis
yang bersifat fisik ialah bentuk wajah, warna kulit dan sebagainya, dengan
canggihnya teknologi sekrang dapat merubah tersebut dengan kemungkinan
sedikit resiko yang didapat. Akan tetapi perkembangan individu sebagai
seorang manusia dengan suatu kepriadian sendiri merupakan hasil
pengaruh dari warisan sosial yang ditransmisikan melalui komunikasi
sosial.(Jhonson,1990). Tujuan dari Cooley ketika membandingkan antara
warisan biologis dengan lingkungan yang mempengaruhi individu tersebut
tidak lain untuk memperlihatkan bagaimana manusia saling ketergantungan
dalam konteks keteraturan sosial yang terus berjalan.
Cooley mendefiniskan diri sebagai segala suatu yang dirujuk pada
percakapan biasa melalui kata ganti orang pertama, seperi aku (I), daku
(me), milikku (mine), dan diriku (my self). Segala sesuatu yang dikaitkan
dengan diri menciptakan emosi akan lebih kuat dibandingkan tidak
melibatkan diri bahwa diri dapat dikenal hanya dnegan persaan subjektif.
Konsep diri individu secara signifikan ditentukan apa apa yang ia pikirkan
tentang pikiran orang lain mengenai dirinya, atinya individu memerlukan
respon orang lain yang ditafsirkan subjektif sebagai data dirinya.
(Ahmadi,2005). Cooley juga memperkenalkan konsep primary group, yaitu
kelompok yang ditandai oleh pergaulan dan kerja sama tatap muka yang
intim.
Saling ketergantungan organis anatara individu dan masyarakat
diungkapkan dalam analisa Cooley mengenai perkembangan konsep diri.
Walaupun manusia lahir dengan persaan diri yang belum terbentuk, ia
menekankan bahwa pertumbuhan dan perkembangan diri itu adalah hasil
dari komunikasi interperspnal dalam suatu lingkungan sosial.

Charles Horton Cooley – Interaksionisme Simbolik (Looking-Glass Self)


(Jhonson,1990). Cooley menyebutnya dengan istilah looking-glass self.
Setiap individu yang terlibat dalam hubungan sosial merupakan satu
cerminan diri yang menyatu dalam dirinya sendiri. Manusia tentunya tidak
hidup sendiri, banyak orang yang terlibat dalam hubungan sosial sehingga
akan banyak cerminan yang diberikan, orang dapat dibayangkan jika hidup
dalam sebuah cermin maka cermin itu akan memberi pantulan yang jelas
atau pantulan suram dan bias layaknya orang merasa beberapa orang tidak
benar-benar mengertinya. Setiap individu tidak akan luput dari definisi -
definisi yang diciptakan sendiri tentang identitas mereka sendiri yang mereka
lihat dalam diri orang lain.
Suatu imajinasi yang cukup pasti mengenai bagaimana diri
seseorang, yakni ide apapun yang sesuai dengan dirinya tampak di dalam
suatu pikiran khusus, dan jenis perasaan diri yang dimiliki seseorang
ditentukan oleh sikap ke arah ide tersebut yang ditujukan ke pikiran lain. Jadi
dalam imajinasi kita merasakan di dalam pikiran lain suatu pemikiran atas
penampilan kita, kelakuan kita, tujuan – tujuan kita, perbuatan – perbuatan
kita, karakter kita, teman – teman kita, dan seterusnya, dan dipengaruhi
olehnya secara bervariasi. (Ritzer,2012). Artinya kita dapat membayangkan
bagaimana kita tampak pada orang lain, mebayanagan apa yang mereka
pertimbangkan atas penampilan kita yang seharusnya, serta
mengembangkan suatu perasaan diri. Perkembangan perasaan diri
tergantung pada pemahaman simpatetis (sympathetic understanding) antara
individu yang satu terhadap yang lainnya. Gambaran Cooley tentang
looking-glass self sebagai berikut :

Each to each a looking-glass


Reflects the other that doth pass
Ketika kita melihat wajah, bentuk, dan pakaian kita di depan
cermin, dan merasa tertarik karena semunya itu milik kita, begitu
pula dalam imajinasi kita menerima dalam pikiran orang lain suatu
pikiran tentang penampilan, cara tujuan, perbuatan, karakter, dan
seterusnya, dan dengan berbagai cara dipengaruhi olehnya.
Suatu ide semacam ini nampaknaya memiliki tiga elemen
yang penting, seperti imajinasi tentang penampilan kita kepada
orang lain, imajinasi tentang penilaian mengenai penampilan itu, dan
suatu jenis perasaan diri, seperti kebanggaan atau malu.
(Jhonson,1990).

Kiasan cermin ini tidak mencukupi unutk menggambarkan teori ini,


karena cermin tidak dapat memberi respon berupa persetujuan ataupun
penolakkan, sedangkan respo tersebut sorang lain itu sangat penting.
Cooley memperkenalkan konsep looking-glass self, dimana dalam bentuk

Charles Horton Cooley – Interaksionisme Simbolik (Looking-Glass Self)


individu senantiasa tejadi suatu poses yang ditandai oleh tiga tahap tepisah,
yaitu :
Persepsi  Interpretasi  Respon
a. Persepsi.
Dalam tahap ini, kita membayangkan bagaimana orang melihat
kita.
b. Interpretasi dan definisi.
Disini kita membayangkan bagaimana orang lain menilai
penampilan kita (pakaian, perilaku, pikiran dan lain-lain).
c. Respon.
Berdasarkan persepsi dan interpretasi, individu tersebut
menyusun respons terhadap tindakan kita.
(Salim,2008).

Contohnya, terdapat siswa yang tidak bisa mengerjakan ujian


sosiolgi dan mendapatkan nilai yang jelek, ia dimarahi oleh gurunya,
sehingga siswa tersebut menginterpretasikan bahwa dirinya bodoh.
Terdapat beberapa variasi dalam hubungan anatara perasaan diri
seseorang dan hubungan – hubungan lainnya dengan orang lain. Misalnya,
orang yang berbeda kepekaan terhaap pandangan orang lain; mereka yang
berbeda dalam tingkat keseimbangan dalam mempertahankan perasaan diri
mereka dalam mengahadapi reaksi orang yang bertentangan atau yang
bersifat konflik; mereka yang berbeda dalam campuran perasaan terutama
yang bersifat postifi dan negative yang dihibungkan dengan konsep diri;
mereka berbeda dalam intesistas atau seringnya dukungan sosial yang
dibutuhkan untuk mempertahankan perasaan diri. (Jhonson,1990).
Kehidupan manusia merupakan satu kesatuan individu dan
masyarakat bukanlah realitas secara terpisah melainkan merupakan aspek-
aspek yang distributive dan kolektif dari gejala yang sama. Contohnya, orang
yang egois tidak peka khususnya terhadap definisi – defines sosial atau
perasaan mereka yang ada disekitarnya Orang yang sombong sangat peka
dan membutuhkan dukungan sosial terhadap suatu gambaran-dirinya yang
tinggi. Orang yang produktif harus memiliki suatu konsep-diri yang tegas,
namun ia tidak perlu dinilai sebagai seorang yang sadar diri, karena prestasi
mereka mungkin menguntungkan orang lain dan memperoleh dukungan dan
penghargaan mereka. Orang yang sedang turun harga dirinya sangat peka
terhadap reaksi-reaksi orang lain yang bersifat negatif, dia menggabungkan
dengan perasaan-dirinya sendiri sebegitu rupa sehingga yang bersifat positif
dari reaksi itu tidak dapat dilihat lagi.
Orang mungkin menemukan beberapa reaksi yang tidak sesuai
denga perasaan yang ada pada orang lain, sehingga mereka mundur
secara fisik ataupun psikologis, unutk membentuk suuatu kehidupan diri
yang bersifat batiniah yang tidak akan begitu saja mendapat ejekan dari

Charles Horton Cooley – Interaksionisme Simbolik (Looking-Glass Self)


orang lain yang memberikan reaksi yang tidak sesuai. Orang lain yang
tertarik suatu kegiatan ataupun hal yang menjadi passion-nya, sehingga
mereka terbenam dan tidak sadar akan kesan yang dia buat terhadap orang
lain atau tidak sadar terhadap reaksi – reaksi orang disekitarnya. Contohnya,
orang yang berprofesi sebagai model akan sangat memperdulikan
kecantikan dan kesempurnaan fisik, sedangkan bagi beberapa orang tidak
terlalu memperdulikannya dikarenakan bidang yang ditekuninya atau
kepentingannya berbeda.
2.3. Charles Horton Cooley (Kelompok Primer/Primary Group)
Beberapa kelompok yang harus dilalui dan ditemui oleh individu
dalam mencari pengalaman tentang kesatuan diri dan sudut pandang orang
lain yang dianggap penting oleh Cooley adalah kelompok primer, yaitu
keluarga ini (ayah-ibu-anak), keluarga batih, teman – teman dekt, teman –
teman sepermainan. Kelompok primer ini sebagai wadah terbentuknya
watak manusia, dimana setiap individu memulai kehidupan yang aktual
dalam lingkungan yang pertama kali dan paling pokok. Cooley
menggambarkan kelompok primer sebagai berikut :

Dengan kelompk primer saya artikan kelompok yang ditandai


oleh persatuan (association) dan kerja sama tatap-muka yang
bersifat intim. Kelompok itu disebut primer dalam pengertian, tetapi
terutama dalam hal dimana dia merupakan dasar dalam membentuk
sifat sosial dan idea - ideanya individu. Hasil dari persatuan yang
intim itu secara psiokologis adalah suatu keseluruhan bersama,
sehingga diri seseorang, untuk banyak tujuan sekurang-kurangnya,
merupakan kehidupan dan tujuan bersama kelompok itu. Mungkin
cara yang paling sederhana untuk menggambarkan keseluruhan ini
adalah dengan mengatakan bahwa itulah suatu “we”, hal itu
mencakup jenis simpati dan identifikasi timbale-balik di mana “we”
merupakan pernyataan yang alamiah. Orang hidup dalam perasaan
akan keseluruhan dan menemuan tujuan – tujuan kehendaknya
yang utama dalam perasaan itu.
(Jhonson,1990)

Perasaan diri seseorang sering diperpanjang ke berbagai hal,


sehingga seseorang mungkin berpikir atau berbicara tentang “keluarga
saya”, “klub saya”, atau “tetangga saya” diganti menjadi “keluarga kami”,
“klub kami, “tetangga kami”. Kelompok primer dianggap penting bagi Cooley,
pertama kelompok ini memiliki pengaruh yang sangat mendasar dan
merupakan tempat pembentukan watak diri. Kedua, kelompok ini merupakan
jembatan utama dalam hubungan antar individu dengan masyarakat yang
lebih luas. Ketiga, kelompok memberikan kepada individu pengalaman
tentang kesatuan yang paling awal dan paling lengkap. (Salim,2008).

Charles Horton Cooley – Interaksionisme Simbolik (Looking-Glass Self)


Kesatuan kelompok primer tidak hanya terdiri dari keharmonisan dan
cinta tanpa sedikit konflik, adanya kompetisi dalam kelompok akan ditemui,
contohnya dalam keluarga seorang kakak yang kesal terhadap adiknya yang
telah merusak tugas sekolah, dan lain sebagainya. Namun, perilaku seorang
kakak tersebut dapat diminimalisir dengan diperlunak oleh pemahaman
simpatetis yang ada di kelompok primer tersebut. Dalam konteks kelompok
primer, individu berkembang dan belajar mengungkapkan perasaan –
perasaan sosialnya, sepeti kesetian dan kerelaan untuk membantu dan
bekerja sama dengan orang lain. (Jhonson,1990).
Kelompok primer merupakan dasar bagi struktur sosial yang lebih
besar. Contohnya kaum patriotik mungkin mengalami suatu perasaan
kesatuan melalui identifikasinya dnegan bangsa. Anggota suatu kongregasi
gereja mungkin menunjuk pada kongregasi sebagai “keluarga gereja-nya”.
Namun, tidak semua satuan sosial yang lebih besar dapat merangsang
perasaan kelomok primer ini. Banyak hubungan sosial dalam struktur besar
akan tetapi merupakan sifat kelompok sekunder. Kelompok sekunder
bersifat impersonal yaitu tingkat keakbaran antarpribadi yang jauh lebih
rendah. Tetapi apabila hubungan sekunder menjadi kontak yang sering
terjadi atau lama, lama-kelamaan hubungan sekunder tersebut berubah
menjadi primer.
Satuan – satuan sosial yang lebih luas misalnya organisasi, birokrat
atau institusi sosial yang besar. Cooley menegaskan bahwa “Suatu institusi
hanyalah suatu tahap dari pikiran orang banyak (publik mind) yang bersifat
mapan dan tegas, dia tidak berbeda dalam sifat dan pokoknya dari
pandangan umum, meskipun yang sering kelihatan adalah bahwa dia
memiliki suatu eksistensi tertentu dan bersifat independen, apalagi kita
melihat sifat permanennya dan apalagi kita melihat kebiasaan-kebiasaan
serta simbol-simbol di mana institusi itu berselubung. (Jhonson, 1990).
Institusi mungkin memiliki suatu karakter yang nampaknya obyektif,
yang kelihatan terlepas dari pandangan umum dan perasaan individu.
Namun, kenyataannya banyak institusi yang mengutamakan kepentingan
pribadi, tidak berusaha untuk melihat pandangan orang lain. Pandangan ini
merupakan suatu organisasi, suatu produk komunikasi yang bersifat
kooperatif dan saling memengaruhi. Dengan demikian, masyarakat
demokratis modern pun bertolak pikiran orang banyak dari seluruh
masyarakat yang ditandai oleh perasaan kesatuan yang sama serta
kehangatan emosional seperti pikiran kelompok dalam suatu kelompok
primer. Begitulah impian Cooley.

2.4. Implikasi Pemikiran Charles Horton Cooley

Charles Horton Cooley – Interaksionisme Simbolik (Looking-Glass Self)


Tekanan Cooley berawal pada usahanya untuk menemukan saling
ketergantungan antar individu dan masyarakat, pusat perhatian pada saling
ketergantungan antara individu dan masyarakat, konsep diri, dan komunikasi
antarpribadi sebagai dasar organisasi sosial, baik dalam bentuk kelompok
primer sampai pada instisusi sosial dan masyarakat demokratis modern.
Banyaknya pembantahan mengenai pemikiran Cooley oleh Mead, contohnya
Mead tidak sependapat bahwa ada perasaan diri yang dibawa sejak lahir
yang bersifat mendasar, dai berpendapat bahwa konsep diri sendiri muncul
melalui proses komunikasi dan bukan mendahaluinya dalam bentuk apapun.
Selain itu, Mead menolak tekanan Cooley pada komponen
perasaan, dia berpendapat bahwa komponen kognitiflah yang merupakan
posisi aktual dalam proses sosial, persepektifnya menekankan pada
perspektif perilaku (behavioral) bukan pada tingkat subjektif. Banyaknya
perbedaan konsep diri pemikrannya Mead dan Cooley, bukan menjadi
penghambat mengaburkan konsistensi keseluruhan konsep tersebut.
Keduanya merupakan perintis dalam analisa sosiologis tingkat-mikro. Lepas
dari kontroversi yang menyertai pemikirannya, pemikirannya cukup
berpengaruh dan memberikan inspirasi, utamanya bagi perintis Teori
Interaksi Simbol.

3. Simpulan
Menurut teori ini, konsep tentang masyarakat, lembaga social,
maupun Negara hanyalah konseptual saja dalam arti hanyalah istilah
akademik. Hal yang penting dalam sosiologi adalah interaksi antarindividu
dan lingkungan dimana mereka berada.
Simbol-simbol ini sebagian besar berupa kata-kata, baik lisan
maupun tulisan. Kata tidak lain hanyalah sekedar bunyi dan belum
mempunyai arti tertentu yang melekat pada kata itu sendiri. Kata atau bunyi
tertentu tersebut baru memiliki arti setelah masyarakat atau sekelompok
orang sepakat memberikan arti dari kata atau bunyi tersebut. Bunyi dan
tulisannya sama, tetapi jika berada pada masyarakat yang berbeda akan
memberikan arti atau makna yang berbeda.
Tak seperti binatang, manusia dibekali kemampuan untuk
berpikir kemampuan berpikir dibentuk oleh interaksi sosial dalam interaksi
sosial, manusia mempelajari arti dan simbol yang memungkinkan mereka
menggunakan kemampuan berpikir mereka. Makna dan simbol
memungkinkan manusia melanjutkan tindakan dan berinteraksi. Manusia
mampu mengubah arti dan simbol yang mereka gunakan dalam tindakan
dan interaksi berdasarkan penafsiran mereka terhadap situasi.
Manusia mampu membuat kebijakan modofikasi dan perubahan,
sebagian karena kemampuan mereka berinteraksi dengan diri mereka

Charles Horton Cooley – Interaksionisme Simbolik (Looking-Glass Self)


sendiri, yang memungkinkan mereka menguji serangkaian tindakan, menilai
keuntungan dan kerugian, dan kemudia memilih satu di antara serangkaian
peluang tindakan itu. Pola tindakan dan interaksi yang saling berkaitan akan
membentuk kelompok dan masyarakat. Beberapa kelompok yang harus
dilalui dan ditemui oleh individu dalam mencari pengalaman tentang
kesatuan diri dan sudut pandang orang lain yang dianggap penting oleh
Cooley adalah kelompok primer, yaitu keluarga ini (ayah-ibu-anak), keluarga
batih, teman – teman dekt, teman – teman sepermainan. Kelompok primer
ini sebagai wadah terbentuknya watak manusia, dimana setiap individu
memulai kehidupan yang aktual dalam lingkungan yang pertama kali dan
paling pokok. Oleh karena itu watak, karakteristik suatu Individu, kelompok,
maupun masyarakat muncul dan tercipta terlebih dahulu dari kelompok
primer maupun skunder yang asing-masing memiliki ciri dan khas tertentu.

Charles Horton Cooley – Interaksionisme Simbolik (Looking-Glass Self)


DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Dadi. (2005). Interaksi Simbolik Suatu Pengantar. Terakreditasi


Dirjen Dikti SK No.56/DIKTI/Kep/2005.

Jhonson, Paul Doyle. (1990). Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.

Rifai, Muhammad. (2014). Biografi dan Pemikiran Charles Horton Cooley.


[online]. Tersedia: http://ensiklo.com/2014/08/biografi-dan-pemikiran-
charles-horton-cooley/. [29 Februari 2016].

Ritzer, George. (2012). Teori Sosiologi (dari Sosiologi Klasik sampai


perkembangan Terakhir Postmodern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Salim, Agus. (2008). Pengantar Sosiologi Mikro. Yogyakarta : Pustaka


Pelajar.

Stephen K. Sanderson. (2003). Makro Sosiologi: Sebuah Pendekatan


Terhadap Realitas Sosial, Edisi Kedua. Depok : Raja Grafindo
Persada.

Charles Horton Cooley – Interaksionisme Simbolik (Looking-Glass Self)

Anda mungkin juga menyukai