Anda di halaman 1dari 15

BAHAN AJAR

Mata pelajaran : Dasar Perancangan Teknik Mesin

Kompetensi Dasar
3.18 Mengevaluasi hasil perhitungan gaya, tegangan dan momen pada
sambungan: keling, pasak, baut dan las
4.18 Merumuskan hasil perhitungan gaya, tegangan dan momen pada sambungan:
keling, pasak, baut dan las

BAHAN AJAR
DASAR PERANCANGAN TEKNIK MESIN
ARIFIN S.Pd
A. Perhitungan Sambungan Kelingan
Tujuan dari perhitungan sambungan kelingan ialah untuk mengetahui dan
menentukan ukuran paku keling supaya sambungan paku keling aman terhadap
beban tertentu atau untuk memeriksa besarnya beban yang diizinkan pada
sambungan kelingan itu sendiri. Perhitungan sederhana untuk sambungan
kelingan yang mendapatkan beban sentris dapat dilaksanakan pada kekuatan geser
pada paku keling yaitu dengan persamaan :

Gambar1. Geseran pada paku keling


Jika sambungan kelingan berimpit dengan kampuh tunggal mendapatkan
beban sentris F [N] , paku keling yang terpasang berjumlah n [buah] dengan
ukuran d [mm] , maka tegangan geser yang terjadi adalah :

𝐹
g  
𝐴
𝜋 2 𝐹
 𝑑 𝑛maka g𝜋
4
4
𝑑2 𝑛
g = Luas penampang dalam satuan (N/mm2)
A = Jumlah luas penampang paku keling (mm2)
F = Beban simestris pada sambungan paku keling (N)
d = Diameter paku keeling yang terpasang (mm)
n = Jumlah paku keling (buah)
B. Sambungan Pasak

Pasak digunakan untuk menyambung dua bagian batang (poros) atau


memasang roda, roda gigi, roda rantai dan lain-lain pada poros sehingga terjamin
tidak berputar pada poros.

Pemilihan jenis pasak tergantung pada besar kecilnya daya yang bekerja dan
kestabilan bagian-bagian yang disambung.

Untuk daya yang kecil, antara naf roda dan poros cukup dijamin dengan baut
tanam (set screw).

Dilihat cara pemasangannya, pasak dapat dibedakan yaitu :


1. Pasak memanjang

Jenis pasak memanjang yang banyak digunakan ada bermacam-macam yaitu :


Sunk Keys (pasak benam)

Pasak benam ada beberapa jenis yaitu :

a. Pasak benam segi empat (Rectangular Sunk key)

𝑑
Lebar pasak b = 4
2
Tinggi pasak t = 3b

dimana : d = diameter poros

b. Pasak bujur sangkar (Square key)

Bentuknya smaa seperti Rectangular sunk key, tetapi lebar dan tebalnya
sama yaitu :

𝑑
b=t=4
c. Parallel Sunk key (pasak benam sejajar)

Bentuknya sama seperti di atas, tapi penggunaannya bila pemakaian di atas


belum mampu memindahkan daya, maka pasak tersebut dipasang sejajar

d. Pasak Berkepala (Gib head key)

Pasak ini digunakan biasanya untuk poros berputar bolak balik

𝑑
b=4
2 𝑑
t=3 b=6

e. Pasak Tembereng (woodruff key)

Pasak jenis ini digunakan untuk poros dengan puntir / daya tidak terlalu besar.

f. Pasak Pelana (Saddle key)

Jenis pasak ini pemakaian umum untuk menjamin hubungan antara naf roda
dengan poros.
g. Tangent key

Pemakaiannya sama seperti pasak pelana, tetapi pasaknya dipasang dua buah
berimpit.

Pasak bulat (Round keys)


Jenis pasak ini, biasanya digunakan untuk memindahkan daya relatip kecil.

i. Pasak gigi (Splines)

Jenis pasak ini bahannya dibuat satu bahan dengan poros dan biasanya
digunakan untuk memindahkan daya serta putaran yang cukup besar dan
arah kerja putarannya bolak balik.
 Perhitungan kekuatan pasak memanjang

Bila direncanakan poros tersebut mampu memindahkan daya sebesar P


(KW) dengan putaran (n) rpm, maka sudah barang tentu pasak yang akan
direncanakan tersebut juga harus mampu meneruskan daya dan putaran,
sehingga besar torsi (T) yang bekerja pada poros yaitu :

π
60 P
τp
T= (N.m) atau T = d3
2π n 16

dimana : p = daya yang akan dipindahkan (watt) n =


putaran dalam (rpm)

d = Diameter poros

τp = Tegangan puntir yang diizinkan untuk bahan poros


Dalam perencanaan pasak, besar torsi yang terjadi lebih besar dari torsi yang harus
dipindahkan yaitu :

Tp = k. T

dimana : Tp = Total untuk perencanaan pasak T =


Torsi yang bekerja pada poros

k = Faktor perencanaan = 1,25 s/d 1,5


Bila diameter poros serta Torsi untuk perencanaan pasak telah diketahui, maka
gaya keliling yang bekerja pada pasak dapat dicar yaitu :

Tp
F= …………………. 1)dimana : d = diameter poros
d/2

Dalam perencanaan pasak, ada dua kemungkinan pasak tersebut rusak atau putus :

a. Putus akibat gaya geser

b. Putus akibat tekanan bidang

Bila pasak tersebut diperhitungkan kemungkinan putus akibat gaya geser maka :

F=A τg
τ
---------- > F = L b g …………………… 2)
dimana : A = Luas penampang kemungkinan putus tergeser
= L b

τg = Tegangan geser yang diizinkan untuk bahan pasak.


Dari pers. 1 & 2 diperoleh :

Tp d
τg ………………….
=Lb τg ===== > Tp = L b 3)

d/2 2

Bila diperhitungkan kemungkinan rusak akibat tekanan bidang :


F = A σD

dimana : σD = Tegangan bidang yang diizinkan untuk bahan pasak

A = Luas bidang pasak yang menekan / bersinggungan terhadap


bidang poros.
t
= L
2
t d
------ > F = L σD dimana Tp = F

2 2
t d
===== > Tp = L σD ……………… 4)
2 2

Bila pasak harus mampu menahan gaya geser dan gaya tekan, maka dari
pers. 3 & 4 diperoleh :

d t
Lb τg = L σD
2 2

t b σD


b τg = 2 σD ==== > t =g

Untuk ukuran lebar dan tebal pasak biasanya sudah distandarisasi maka
hasil perhitungan harus dipilih ukuran yang ada pad astandarisasi.Bila
hasil perhitungan, ukurannya tidak ada yang cocok dalam tabel pasak,
maka ukuran pasak yang diambil adalah ukuran yang lebih besar.

Di bawah ini dicantumkan ukuran lebar dan tebal pasak, sesuai dengan standart
yang dipasaran.
Tabel standart Pasak melintang menurut IS : 2292 dan 2293 – 1963

Diameter Penampang pasak Diameter Penampang pasak

poros poros
Lembar Tebal Lembar Tebal
(mm) (mm)
(mm) (mm) (mm) (mm)

6 2 2 85 25 14

8 3 3 95 28 16

10 4 4 110 32 18

12 5 5 130 36 20

17 6 6 150 40 22

22 8 7 170 45 25

30 10 8 200 50 28

38 12 8 230 56 32

44 14 9 260 63 32

50 16 10 290 70 36

58 18 11 330 80 40

65 20 12 380 90 45

75 22 14 440 100 50
C. Perhitungan Sambungan Las

Perhitungan Sambungan Las


Kekuatan sambungan las dapat diperiksa atau dihitung kekuatannya
berdasarkan atas :
o Kekuatan tarik
o Kekuatan geser .
Untuk menentukan kekuatan sambungan las terhadap kekuatan tarik yaitu
dengan cara menghitung sambungan las terhadap tegangan tarik yang
terjadi, Tegangan tarik pada sambungan las yaitu gaya tarik tiap satuan luas
penampang las . Jika gaya tarik pada sambungan las F [N] dan luas
penampangnya adalah A [mm2] maka tegangan tarik pada sambungan las
tersebut adalah :

1. tegangan tarik pada alas tumpil

Jika ukuran panjang las-tumpul L [mm] dan tebal pelat s [mm] , maka luas
penampangnya adalah :
A = L X s ………[mm2]

2. Tegangan tarik pada las tumpang


Jika pelat yang dilas mempunyai ukuran tebal s [mm] dan panjang las L
[mm] disambung dengan las tumpang , kemudian sambungan tersebut
mendapatkan beban tarik , maka besarnya tegangan tarik yang terjadi pada
las tumpang adalah sebagai berikut :
3). Tegangan geser pada las-sisi

Jika suatu pelat disambung dengan las tumpang dua sisi dan kedua pelat
tersebut mendapatkan gaya tarik yang menyebabkan tegangan geser pada
kedua sambungan lasnya . Besarnya tegangan geser pada sambungan las
sisi tersebut adalah :
D. Perhitugan Sambungan Baut
1. Tegangan tarik pada baut
Baut baut yang digunakan untuk sambungan dengan beban
tarik atau beban aksial , dimana arah gayanya searah dengan sumbu
baut , dan daerah yang berbahaya yaitu kemungkinan baut itu putus
adalah pada penampang yang mempunyai ukuran diameter terkecil
yaitu pada penampang x-x seperti terlihat pada gambar berikut.

Jika suatu baut mempunyai ukuran diameter dalam atau


diameter terkecil d1 [mm] mendapatkan gaya tarik akibat dari gaya
aksial sebesar F [N] maka tegangan tarik pada baut dapat dihitung
dengan persamaan berikut :
𝐹
t =
𝐴
Keterangan :

t = tegangan tarik

F = Gaya tarik

A = luas penampang

Jika baut mempunyai ukuran diameter terkecil adalah d1 mm maka


luasnya penampangnya adalah :
𝐹
t = 𝜋
𝑑12
4

Supaya baut tidak patah saat dibebani maksimum , hendaknya nilai tegangan

tarik yang terjadi sama atau lebih kecil dari tegangan tarik yang diizinkan .

Atau dengan cara memasukan vaktor keamanan pada persamaan di atas , maka
tegangan tarik yang di izinkan adalah :

t = Tegangan tarik putus


t = Tegangan tarik yang di izinkan
V = vaktor keamanan

Ukuran ulir-dalam atau ukuran diameter terkecil dapat di turunkan dari persaaan
tegangan tarik di atas yaitu :

d1 = Diameter ulir dalam (mm)

F = Gaya tarik (aksial) (N)

t = tegangan tarik putus dari bahan baut (N/mm 2 )


t = tegangan tarik yang diizinkan (N/mm 2 )
Gambar 1. 21 Gaya aksial pada baut

1. Tegangan Geser pada Kepala Baut

Gambar 1. 22 Gaya aksial pada baut

Lihat gambar di atas, gaya aksial pada baut , selain menyebabkan tegangan
tarik pada batang baut juga menyebabkan pula tegangan geser pada kepala baut .
Jika gaya aksial yang bekerja pada baut adlah F [ N ] , tinggi kepala baut
mempunyai ukuran h [mm] dan diameter baut d [ mm ] , tegangan geser pada
kepala baut dapat dihitung dengan persamaan berikut :

Tegangan geser adalah :

g = 𝐹𝐴 ......................(N/mm2)
A = Luas penampang yang tergeser yaitu:

Gambar 1. 23 Bidang yang tergeser pada kepala baut


Luas bidang yang tergeser merupakan luas selimut silinder, dengan
panjang berupa keliling silinder dan tingginya adalah h mm , maka
luasnya adalah :

A  .d.h ………….[ mm 2
]

maka tegangan geser pada kepala baut menjadi :

g = Tegangan geser pada kepala baut (N/mm2)

A = Luas penampang yang tergeser (N/mm2)

d = Diameter baut (mm)

h = tinggi kepala baut (mm)

Anda mungkin juga menyukai