Disusun oleh :
I
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah Swt, karena dengan rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Maksud dan tujuan dibuat makalah ini
agar lebih memahami materi mengenai Tanaman Herbal Sambiloto sebagai Imunomodulator
yang akan dibahas dalam makalah ini.
Makalah ini dibuat berdasarkan beberapa sumber yang bersangkutan dengan materi.
Dalam penyusunan makalah ini, tentulah kami banyak menemukan berbagai hambatan dan
kendala karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang kami punya. Kami
menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna baik secara penyajian ataupun
kelengkapannya. Oleh karena itu, kami siap menerima segala kritik dan saran demi
sempurnanya makalah-makalah yang lainnya.
Tak lupa, kami juga mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak di bidang farmasi dan bidang
kesehatan pada umumnya.
Penyusun
II
DAFTAR ISI
III
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
menghambat induksi sel penyebab HIV. Komponen komponen tersebut meningkatkan
proliferasi dan induksi IL-2 limfosit perifer darah manusia. Dari hasil penelitian
Cahyaningsih et al., 2003 bahwa dengan pemberian sambiloto dosis bertingkat dengan
koksidiostat (preparat sulfa) akan menaikkan heterofil pada darah ayam. Dengan
penambahan dosis sambiloto akan menaikkan heterofil, kenaikkan tersebut diduga
berkaitan erat dengan fungsi ganda dari sambiloto sebagai imunosupresan dan
imunostimulan (Deng, 1978; Puri et al., 1993). Heterofil merupakan salah satu
komponen sistem imun yaitu sebagai penghancur bahan asing yang masuk ke dalam
tubuh (Tizard, 1987).
2.3 Mekanisme Kerja Herba Sambiloto sebagai Imunosupresan
Mekanisme kerja dari herba sambiloto sebagai imunosupresan sangat terkait
dengan keberadaan dari kelenjar adrenal (Yin dan Guo, 1993). Hal ini dikarenakan
sambiloto dapat merangsang pelepasan hormon adrenokortikotropik (ACTH) dari
kelenjar pituitari anterior yang berbeda di dalam otak yang selanjutnya akan merangsang
kelenjar adrenal bagian kortek untuk memproduksi kortisol. Kortisol yang dihasilkan ini
selanjutnya akan bertindak sebagai imunosupresan (West, 1995). Efek imunosupresan
akan mengakibatkan timbulnya penurunan respon imun. Menurut Puri et al., 1993 bahwa
sambiloto dapat merangsang sistem imun tubuh baik berupa respon antigen spesifik
maupun respon imun non spesifik untuk kemudian menghasilkan sel fagositosis. Respon
antigen spesifik yang dihasilkan akan menyebabkan diproduksinya limfosit dalam
jumlah besar terutama limfosit B. Limfosit B akan menghasilkan antibodi yang
merupakan plasma glikoprotein yang akan mengikat antigen dan merangsang proses
fagositosis (Decker, 2000).
2.4 Manfaat lain dari Herba Sambiloto
Manfaat dan khasiat sambiloto digunakan untuk mencegah pembentukan radang,
memperlancar air seni (diuretika), kencing manis, dan terkena racun. Kandungan
senyawa kalium memberikan khasiat menurunkan tekanan darah. Hasil percobaan
farmakologi menunjukan bahwa air rebusan daun sambiloto 10% dengan takaran 0,3
ml/kg berat badan dapat memberikan penurunan kadar gula darah yang sebanding
dengan pemberian subpensi glibenclamid. Selain itu, daun sambiloto juga dipercaya
sebagai obat penyakit tifus dengan cara mengambil 10-15 daun yang direbus sampai
mendidih dan diminum air rebusannya.
3
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a. Tanaman obat imunomodulator adalah tanaman yang dapat mempengaruhi atau
memodulasi sistem imun tubuh. Tanaman sambiloto mempunyai komponen aktif
yaitu andrographolide, 14 deoxyandrographolide dan 14- deoxy 11, 12
didehydroandrographolide yang diisolasi dari ekstrak metanol mempunyai efek
imunomodulator dan dapat menghambat induksi sel penyebab HIV.
b. Sambiloto dapat merangsang sistem imun tubuh baik berupa respon antigen spesifik
maupun respon imun non spesifik dan menghasilkan sel fagositosis.
c. Manfaat dan khasiat sambiloto digunakan untuk mencegah pembentukan radang,
memperlancar air seni (diuretika), kencing manis, terkena racun, menurunkan tekanan
darah dan sebagai obat penyakit tifus.
3.2 Saran
Dengan adanya makalah sederhana ini, penulis mengharapkan agar para pembaca
dapat memahami materi Herbal Medik ini dengan mudah. Saran dari penulis agar para
pembaca dapat menguasai materi singkat dalam makalah ini dengan baik, kemudian
dilanjutkan dengan mencari literatur lain yang berhubungan agar semakin menguasai
materi.
4
DAFTAR PUSTAKA
Decker J.M., 2000. Introduction to immunology 11 th Hour. Blackwell Science. Inc. p. 1-2.
Silalahi J., 2005. Makanan Fungsional dan Suplemen Makanan : Apakah Manfaat dan
Keamanannya Sama. Jurusan Farmasi Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara,
Medan. Medika Vol. XXXI.
West G., 1995. Blacks Veterinary Dictionary 18 th Edition. A dan C Black London. p. 288.
Yin J. Dan L. Guo, 1993. Contemporary traditional Chinese Medicine. Beijing: Xie Yuan.
http: //www alcancer com/andcan.htm# 101.
Yusron M., M. Januwati dan W.J. Priambodo, 2004. Keragaan mutu simplisia sambiloto
(Andrographis paniculata Nees.) pada beberapa kondisi agroekologi. Prosiding
Seminar Kelompok Kerja Nasional (Pokjanas) Tanaman Obat Indonesia di Tawang